Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian International Safety Management (ISM) Code

International Safety Management (ISM) Code adalah Suatu sistem


terstruktur dan terdokumentasi yang memungkinkan personal perusahaan
untuk mengimplementasikan secara efektif kebijaksanaan keselamatan dan
perlindungan perusahaan. (D. Lasse,2016)
Menurut Bennet (2006: 188) fungsi manajemen keselamatan dapat
dilakukan 2 (dua) cara sebagai berikut: mengungkabkan sebab musabab
dari kecelakaan dan meneliti apakah ada pengendalian atau tidak. Selaras
dengan yang tersebut di atas.
Undang- Undang RI Nomor 17 Tahun 2008 pasal 1 “ketentuan
Umum” butir 32 tentang keselamatan dan keamanan pelayaran adalah satu
kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhanan,
keselamatan dan keamanan, serta perlindungan lingkungan maritim”.
Sementara menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 pada
poin poin 42 menjelaskan bahwa: “keselamatan Kapal adalah keadaan
kapal yang memenuhi persyaratan material, konstrusi, bangunan,
permesinan, dan pelistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan
termasuk perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik kapal, yang di
buktikan dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian”.

Sertifikat International Safety Management (ISM) Code terdiri dari dua


sertifikat yaitu :
1. Document Of Compliance (DOC)
Berarti Dokumen Pemenuhan yaitu suatu dokumen yang diterbitkan
untk setiap perusahaan yang memenuhi kodefikasi managemen
keselamatan international. Dokumen ini diterbitkan oleh pemerintah,
atau oleh organisasi yang di akui pemerintah atau atas permintaan
pemerinta peserta lain. (Pieter Batti,2000)

6
7

2. Safety Managamenet Certificate (CMC)


Berarti Sertifikat Managemen Keselamatan, yaitu sertifikat yang harus
dikeluarkan oleh pemerintah atau suatu organisasi yang diakui oleh
pemerintah untuk setiap kapal. Akan tetapi sebelum menerbitkan
sertifikat tersebut, Pemerintah atau Organisasi yang ditunjuk tadi harus
memverifikasi perusahaan itu dan manajemen kapalnya apakah telah
beroperasi sesuai dengan managemen keselamatan yang berlaku.
(Pieter Batti,2000)

2.2 Ketentuan International Safety Management (ISM) Code


Menurut Pieter Batti, 2000 : Elemen-elemen International safety
management code ada 16, yaitu :
1. Umum
Sebuah pendahuluan yang menjelaskan tujuan umum dari ISM
Code dan sasaran sasaran yang hendak dicapai.
2. Kebijakan mengenai keselamatan dan perlindungan lingkungan
Perusahaan harus menyatakan secara tertulis kebijakannya (policy)
tentang keselamatan dan perlindungan lingkungan maritim (kelautan)
dan memastikan bahwa setiap orang dalam perusahaannya mengetahui
dan mematuhinya.
3. Tanggung jawab dan wewenang perusahaan
Perusahaan harus memiliki cukup orang-orang yang mampu bekerja di
atas kapal dengan peranan dan tanggung jawab yang didefinisikan
secara tertulis dengan jelas (siapa yang bertanggung jawab atas apa).
4. Orang yang ditunjuk sebagai koordinator/penghubung antara pimpinan
perusahaan dan kapal (DPA)
Perusahaan harus menunjuk/mengangkat seseorang atau lebih di
kantor pusat di darat yang bertanggung jawab untuk memantau dan
mengikuti semua kegiatan yang berhubungan dengan “Keselamatan”
kapal.
5. Tanggung jawab dan wewenang Nakhoda / Master
8

Nakhoda bertanggung jawab untuk membuat sistem tersebut berlaku di


atas kapal. Ia harus membantu memberi dorongan / motivasi kepada
ABK untuk melaksanakan sistem tersebut dan memberi mereka
instruksi-instruksi yang diperlukan. Nakhoda adalah “bos” di atas
kapal dan bila dipandang perlu untuk keselamatan kapal atau awaknya
dia dapat melakukan penyimpangan terhadap semua ketentuan yang
dibuat oleh kantor mengenai “Keselamatan” dan “Pencegahan” yang
sudah ada.
6. Sumber daya dan personalia
Perusahaan harus mempekerjakan orang-orang yang tepat di atas kapal
dan di kantor serta memastikan bahwa mereka semua: Mengetahui
tugas-tugas mereka masing-masing.
7. Pengembangan program untuk keperluan operasi-operasi di atas kapal
Buatlah program mengenai apa yang anda harus lakukan dan
lakukanlah apa yang sudah anda programkan”. Anda perlu membuat
program mengenai pekerjaan anda di atas kapal dan melakukan
pekerjaan anda sesuai dengan program yang telah dibuat.
8. Kesiapan terhadap keadaan darurat
Anda harus siap untuk hal-hal yang tidak terduga (darurat). Itu dapat
terjadi setiap saat. Perusahaan harus mengembangkan rencana-rencana
untuk menanggapi situasi-situasi darurat di atas kapal dan
mempraktekkan kepada mereka.
9. Laporan-laporan dan analisa mengenai penyimpangan (non –
conformity) kecelakaan-kecelakaan dan kejadian - kejadian yang
membahayakan.
Tidak ada orang atau sistem yang sempurna. Hal yang baik tentang
sistem ini adalah bahwa sistem ini memberikan kepada anda suatu cara
untuk melakukan koreksi dan memperbaikinya. Jika anda menemukan
sesuatu yang tidak benar (termasuk kecelakaan dan situasi-situasi yang
berbahaya atau juga yang nyaris terjadi / near miss) laporkan hal itu.
9

Hal-hal yang tidak benar tersebut akan dianalisa dan keseluruhan


sistem dapat diperbaiki.
10. Pemeliharaan kapal dan perlengkapannya
Kapal dan perlengkapannya harus dipelihara dan diusahakan selalu
baik dan berfungsi. Anda harus selalu mentaati semua ketentuan /
aturan dan peraturan-peraturan yang berlaku. Semua peralatan /
perlengkapan yang penting bagi keselamatan anda harus selalu
terpelihara dan diyakinkan akan berfungsi dengan baik melalui
pengujian secara teratur / berkala. Buatlah record/catatan tertulis
semua pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan.
11. Dokumentasi
Sistem kerja anda (Sistem Manajemen Keselamatan) harus dinyatakan
secara tertulis dan dapat dikontrol. Dokumen-dokumen tersebut harus
ada di kantor dan di atas kapal. Anda harus mengontrol semua
pekerjaan administrasi anda yang berkaitan dengan sistem tersebut.
12. Tinjauan terhadap hasil verifikasi dan evaluasi perusahaan
Perusahaan harus mempunyai metode-metode untuk melakukan
pemeriksaan internal untuk memastikan bahwa sistem tersebut
berfungsi dan terus meningkat
13. 13 s/d 16 Sertifikasi, verifikasi dan kontrol
Pemerintah di negara bendera (Flag administration) atau suatu
badan/organisasi yang diakui olehnya (RO), akan mengirimkan
auditor-auditor eksternal untuk mengecek sistem manajemen
keselamatan dari perusahaan di kantor dan di atas kapal-kapalnya.
Setelah ia memastikan dirinya bahwa sistem tersebut telah berjalan,
pemerintah negara bendera kapal akan mengeluarkan Document of
Compliance untuk kantor dan Safety Management Certificate untuk
setiap kapalnya.
10

2.3 Tujuan International Safety Management (ISM) Code

Tujuan ISM Code adalah untuk menjamin keselamatan dilaut,


mencegah kecelakaan dan hilangnya jiwa manusia serta menghindari
kerusakan lingkungan khususnya lingkungan laut dan serta hilangnya harta
benda.
Tujuan dari di berlakukannya International Safety Management
code (ISM Code), diantaranya berfokus pada hal-hal berikut
(Thamrin,2015):
1. Memastikan keselamatan di laut.
2. Mencegah kecelakaan manusia/hilangnya nyawa/jiwa.
3. Menghindari kerusakan-kerusakan lingkungan yang diakibatkan
kecelakaan dan npencemaran laut.
4. Menjaga muatan barang yang di angkut dan kontruksi kapal.
Keselamatan kerja merupakan prioritas penting bagi pelaut
profesional saat bekerja di atas kapal. Seluruh perusahaan pelayaran
memastikan bahwa crew mereka mengikuti prosedur keamanan pribadi
dan aturan semua operasi yang dibawa diatas kapal. (Hadi Supriyono,
2017 : 14)
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung
diri yang selanjutnya disingkat menjadi APD merupakan suatu alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi diri seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di ttempat
kerja. (Tofan Agung Eka Prasetya, 2016)
Sesuai dengan peraturan ini, maka pengusaha wajib menyediakan
APD bagi pekerja buruh dittempat kerja. APD harus sesuai dengan standar
Nasional Indonesia (SNI) atau Standar yang berlaku serta wajib diberikan
oleh pengusaha secara Cuma-Cuma. Selain itu pengusaha wajib
mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-rambu mengenai
kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.
11

Untuk mencapai keamanan maksimal di kapal, langkah awal


memastikan bahwa seluruh crew kapal memakai peralatan pelindung
pribadi mereka dibuat untuk berbagai macam jenis pekerjaan yang
dilakukan pada kapal.
Berikut ini adalah peralatan dasar pelindung diri yang harus ada dikapal
untuk menjamin keselamatan pekerjaan:

1. Menggunakan Pelindung
Pakaian pelindung adalah coverall yang melindungi tubuh anggota
awak dari bahan-bahan berbahaya seperti minyak panas, air,
percikan pengelasan.
2. Helm
Bagian paling penting bagi tubuh manusia adalah kepala. Perlu
perlindungan terbaik yang sediakan oleh helm plastik keras di atas
kapal. Sebuah tali dagu juga di sediakan dengan helm yang
menjaga helm di tempat ketika perjalanan atau jatuh.
3. Sepatu Safety
Maksimal dari ruang internal kapal digunakan oleh kargo dan
mesin, terbuat dari logam keras yang sangat berbahaya bagi
pekerja. Manfaat Sepatu Safety disini untuk memastikan bahwa
tidak ada luka yang terjadi di kaki para pekerja atau crew di atas
kapal.
4. Sarung Tangan
Berbagai jenis sarung tangan disediakan di kapal, sarung tangan ini
digunakan dalam operasi dimana hal ini menjadi keharusan untuk
lindungi tangan orang-orang. Beberapa sarung tangan yang
diberikan adalah sarung tangan tahan panas, untuk bekerja di
permukaan yang panas, sarung tangan kapas, untuk operasi
pekerjaan yang normal, sarung tangan las, sarung tangan kimia.
12

5. Googless
Mata adalah bagian paling sensitif dari tubuh manusia dan pada
oprasi sehari-hari memiliki kemungkinan besar untuk cedera mata,
kaca pelindung atau kacamata digunakan untuk perlindungan mata,
sedangkan kacamata las digunakan untuk operasi pengelasan yang
melindungi mata dari percikan intensitas tinggi.
6. Plug
Di ruang mesin kapal menghasilkan frekuensi suara yang sangat
tinggi untuk telinga manusia, bahkan dalam beberapa menit dapat
menyebabkan sakit kepala, iritasi dan gangguan pendengaran.
Sebuah penutup telinga atau stiker telinga digunakan pada kapal
untuk mengimbangi suara yang di dengar oleh manusia dengan
aman.
7. Safety Harness
Operasi kapal rutin mencakup perbaikan dan pengecetan
permukaan yang tinggi memerlukan anggota crew untuk
menjangkau daerah-daerah yang tidak mudah di akses. Safety
harness di gunakan oleh operator di suatu ujung dan di ikat pada
titik kuat pada ujung talinya.
8. Masker
Kain karbon yang melibatkan partikel berbahaya dan menor yang
berbahaya bagi tubuh manusia jika terhirup secara langsung, untuk
menghindari masker wajah digunakan sebagai perisai dari partikel
berbahaya.
9. Chemical Suit
Bahan kiami di atas kapal sangat sering digunakan dan beberapa
bahan kimia sangat berbahaya bila berkontak langsung dengan
kulit manusia, Chemical suit digunakan untuk menghindari situasi
seperti itu.
10. Welding Perisai
13

Welding adalah kegiatan yang umum di atas kapal untuk perbaikan


struktural dll. Juru las yang dilengkapi dengan perisai las atau
topeng yang melindungi mata dari kontak langsung dengan sinar
ultraviolet dari percikan las. Hal ini harus diperhatikan dan
sebaiknya pemakaian Welding sheeld sangat diharuskan untuk
keselamatan pekerja.
2.4 Instansi-instansi Terkait Dalam International Safety Management
(ISM) Code

Untuk mendapatkan sertifikat International Safety Mnagement


(ISM) Code, tentunya melibatkan beberapa pihak yang terkait dalam
proses pembuatannya. Berikut ini adalah pihak-pihak yang terkait dalam
sertifikat International Safety Management (ISM) Code :

1. Biro Klasifikasi Indonesia (BKI)


Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang ditunjuk sebagai satu-
satunya badan klasifikasi nasional untuk melakukan pengkelasan kapal
niaga berbendara Indonesia maupun asing yang secara reguler
beroperasi di perairan Indonesia.
2. Syahbandar
Syahbandar adalah pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat
oleh Menteri dan memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan
dan melakukan pengawasan dan dipenuhi ketentuan-ketentuan
peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan dan
keamanan pelayaran. (Pristika handayani,2015)
3. Direktorat Jendral Perhubungan Laut
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut merupakan unsur pelaksana
pada Kementerian Perhubungan Republik Indonesia yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perhubungan Republik
Indonesia.
4. Komisi Informasi Pusat
14

sebuah lembaga mandiri yang lahir berdasarkan Undang- Undang


nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
5. Galangan Kapal
Galangan kapal adalah sebuah tempat yang dirancang untuk
memperbaiki dan membuat kapal. Kapal-kapal ini dapat berupa kapal
pesiar/yacht, armada militer, cruise line, pesawat barang atau
penumpang.
6. Direktorat Perkapalan dan Kepelautan
Direktorat Perkapalan dan Kepelautan mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta
evaluasi dan pelaporan di bidang kelaiklautan kapal, perlindungan
lingkungan maritim dan kepelautan.

2.5 Jenis-Jenis Kapal Tunda / TugBoat


Kapal tunda (tugboat) adalah jenis kapal pemandu yang biasa
digunakan untuk menarik ddan mendorong kapal besar dipelabuhan,
memandu kapal besar dijalur yang berbahaya, memperbaiki kapal dilaut,
melakukan penyelamatan pada air seperti memadamkan api dan salvage.
(Lestari Damanik, Imam Pujo Mulyanto, Berlian Arswendo A, 2016)

Selain itu TugBoat adalah kapal yang fungsinya menarik atau


mendorong kapal-kapal lainnya. Dibedakan atas beberapa jenis anttara lain
kapal tunda Samudra, kapal tunda pelabuhan, dan lain-lain. Medan yang
dilalui TugBoat biasanya cukup menyulitkan seperti sungai kecil yang
berliku dan laut yang dangkal berkarang hingga laut luas antar pulau besar,
sehingga TugBoat harus melakukan maneuver yang baik. Berdasarkan
tempat dankinerja TugBoat terdapat 3 jenis TugBoat:

1. Seagoing Tug
Fungsi dan peran TugBoat ini unbtuk peyaran bebas yaitu menarik atau
mendorong kapal yang tidak memiliki alat penggerak sendiri.
15

2. Escort Tug
Kapal TugBoat ini digunakan untuk mengawal kapal besar disepanjang
bagian berbahaya.
3. Harbour Tug
Harbour Tug digunakan di pelabuhan perairan dalam dan daerah
pesisir.

Berdasarkan jenisnya, kapal TugBoat dapat dibedakan menjadi:

1. Tugboat konvensional atau stan tug.


Tugboat ini sangat simple dan paling murah dalam pembuatannya,
teknologinya namun memilik kemampuan olah gerak yang terbatas.
Sehingga tugboat ini hanya cocok untuk berkerja dengan tingkat
kesulitan rendah seperti towing barge / tongkang. Tugboat jenis ini
hanya dibekali baling-baling fix biasa atau yang sedikit lebih canggih
mengunakan baling CPP (controable pitch propeller). Dilengkapi
dengan daun kemudi biasa. System control menouver hanya mesin
maju dan mundur dengan gearbox.
2. ASD TUG (Azimuth Stern Drive).
Tugboat dengan system ini penyaluran tenaganya dengan baling-baling
dibungkus nozzle tanpa kemudi. Dimana baling-baling ini dapat
bergerak 360 derajat azimuth sehingga penyaluran tenaga ke segala
arah sama dan memiliki kemampuan olah gerak yang sangat baik. Jauh
bila dibandingkan stan tug. Tugboat jenis ini sangat cocok untuk
pekerjaan seperti assisting / menyandarkan kapal-kapal dipelabuhan,
pekerjaan towing tongkang, menyandarkan kapal saat STS (ship to
ship) kapal dengan kapal sandar dll. Memiliki tinggat kemampuan olah
gerah yang sangat bagus sehingga cocok digunakan dalam berbagai
kondisi. Arus kuat, angin kuat dapat masih dapat berolah gerak dengan
baik sehingga memiliki tingkat keselamatan yang cukup baik.
Sayangnya ketika kita melakukan pekerjaan towing. Maka haru
mengunakan stern atau buritan. Dan ketika akan mengassist maka tali
16

towing harus dipindahkan ke depan yang membutuhkan waktu. Karena


ketika memaksakan mengassist dengan stern atau buritan tug jenis ini
akan agak sulit berolah gerak hampir mirip dengan stantug. Namun
sedikit lebih baik.
3. ATD Tug (Azimuth Tractor Drive)
Tugboat ini memiliki system pengerak sama dengan ASD hanya saja
yang membedakan posisi thruster atau baling-baling berada didepan.
Sehingga ketika dalam kondisi towing atau assisting tidak perlu
memindahkan tali towing ke depan atau ke belakang hanya cukup
memendekan tali towing dan kemudian bisa langsung bekerja sebagai
assist tug. Tug ini yang paling banyak ditemui di pelabuhan karena
memiliki tingkat olah gerak lebih dan keselamatan yang lebih baik dari
ASD.
4. VOITH THRUSTER
Tug jenis ini memilik type baling yang menurut saya unik. Tug ini
memiliki baling-baling seperti beberapa buah papan panjang yang
menjulur kebawah kemudian beberapa papan itu berada dalam satu
roda. sumbu yang berputar dimana sudut-sudut papan itu dapat diubah
sehingga memiliki fungsi seperti ketika kita mendayung. Pada
prinsipnya tug jenis ini memilik tingkat menouver yang sama dengan
ASD. Hanya bentuk propellernya aja yang berbeda.

2.6 Tugas Dan Tangung Jawab Awak Kapal

Bagian Deck

1. Nakhoda
Menurut pasal 341 KUHD: Nakhoda memimpin kapal, kepadanya
diberikan kekuasaan umum atas semua orang yang ada diatas kapal.
Pelayar harus menaati perintah yang diberikan demi keselamatan serta
tegaknya ketertiban, sedangkan kekuasaan kepada awak kapal lebih
besar dibandingkan dengan kekuasaan disipliner. Dengan
17

kekuasannya, Nakhoda dapat menjatuhkan hukuman atau sanksi


terhadap pelanggar.
2. Mualim I
a. Kepala dinas deck dan pembantu nakhoda, dalam hal mengatur
pelayanan dikapal, jika kapal tidak ada CH. Stewart.
b. Membantu nakhoda untuk menjaga ketertiban, disiplin, dan
menaati peraturan-peraturan dinas.
c. Mengatur mengenai dinas umum dan tugas pelayanan.
d. Tugas jaga navigasi kapal.
e. Pemuatan dan pembongkaran muatan.
f. Menyelenggarakan tugas administrasi yang berhubungan
dengan muatan, hewan, penumpang.
g. Menyerahkan dokumen-dokumen kepada keagenan.
h. Menjaga kebersihan dan pemeliharaan kapal.
i. Memelihara alat-alat bongkar muat, kecuali winches, peralatan
jangkar, tangka tangka air, akomodasi, dunnage, dan lashing.
3. Mualim II
a. Tugas jaga navigasi.
b. Membantu nakhoda dalam hal navigasi.
c. Bertanggung jawab terhadap peralatan navigasi dan
perawatannya.
d. Mengoreksi peta dan buku-buku navigasi, menarik garis
haluan/route.
e. Tugas tambahannya adalah bertanggung jawab terhadap
peralatan GMDSS.
f. Membuat voyage report.
g. Membuat permintaan dan menyimpan barang-barang store
stationery.
h. Menerima, menyimpan, obat-obatan, jika diatas kapal tidak ada
tenaga medis.
i. Membantu mualim I dalam pelaksanaan bongkar muat.
18

4. Mualim III
a. Tugas jaga navigasi
b. Menjaga dan memelihara alat pemadam kebakaran, alat
keselamatan dan bendera.
c. Membuat permintaan mengenai alat keselamatan dan
pemadaman kebakaran.
d. Merawat lampu navigasi (listrik/minyak tanah).
e. Membuat roll kebakaran dan roll sekoci.
f. Membantu mualim I dalam pelsanaan bongkar muat.
5. Mualim IV
a. Tugas jaga navigasi
b. Membantu Mualim I dalam pelaksanaan bongkar muat.
c. Membantu Mualim II dalam merawat alat keselamatan.
d. Membantu nakhoda di anjungan.
6. Serang/bosun
Sebagai kepala kerja dan mengatur pelaksanaan kerja di bagian deck,
menerima kerja dari Mualim I.
7. Juru Mudi
Tugas jaga baik dilaut maupunn di pelabuhan.
8. Kelasi/able
Tugas kerja harian di bawah perintah serang.

Bagian Mesin (Engine Department)

1. Kepala Kamar Mesin


a. Bertanggung jawab terhadap kelancaran pengoperasian semua
peralatan permesinan dan penunjang yang ada di kamar mesin
dan di deck termasuk perbaikan dan perawatan.
b. Semua atasan dari semua awak kapal bagian mesin.
2. Masinis I
a. Bertanggung jawab kepada pengaturan rutinitas kerja harian
dan kebersihan di kamar mesin.
19

b. Bertugas jaga pada pukul 04.00-08.00/16.00-20.00.


c. Bertanggung jawab terhadap perawatan mesin induk.
d. Menggantikan KKM jika berhalangan.
3. Masinis II
a. Bertugas jaga pada pukul 00.00-04.00/12.00-16.00.
b. Bertanggung jawab terhadap mesin bantu di dalam kamar
mesin.
c. Menerima tugas kerja dari Masinis I.
4. Masinis III
a. Bertugas jaga pada pukul 08.00-12.00/20.00-24.00.
b. Bertanggung jawab pada perawatan pesawat bantu di deck,
mesin sekoci, ketel uap, Oil Water Sepatore, dan mesin
kemudi.
c. Mengawasi spare part.
d. Bertanggung jawab terhadap tangka bahan bakar,
pemakainnya, dan bunkering.
5. Masinis IV
a. Menerima tugas dari Masinis II.
b. Membantu Masinis III merawat pesawat bantu di kamar mesin.
c. Mengawasi buku jaga kamar mesin.
6. Mandor/Foreman / No. 1 Oiler
Sebbagai kepala kerja dan mengatur pelaksanaan kerja di bagian mesin
yang menerima perintah dari masinis II.
7. Juru Minyak
a. Melaksanakan tuggas jaga Bersama/membantu masinis jaga.
b. Kerja harian di bawah perintah mandor mesin.

Anda mungkin juga menyukai