Pakaian adat Suku Karo dikenal dengan sebutan Uis Gara atau juga Uis Adat Karo. Uis sendiri memiliki
arti yaitu kain dan Gara yang berarati merah. Apabila disatukan menjadi kain yang berwarna merah. Uis
Gara diambil dari bahasa Karo sendiri.
Warna merah dan hitam sangat dominan pada pakaian adat Suku Karo ini. Tidak lupa hiasan emas
sebagai pelengkap pakaian adat tersebut. Uis gara hanya dipakai di dalam acara resmi saja dan juga
upacara adat.
Namun, pada jaman dahulu uis gara ini digunakan sebagai pakaian sehari-hari dari masyarakat Suku
Karo.
Uis gara pun memiliki beberapa varian dan juga memiliki fungsi yang tentunya berbeda dari satu varian
dengan varian lainnya, yaitu:
Uis Beka Buluh
Pakaian adat jenis ini merupakan lambang kebesaran dari putra Karo. Biasanya digunakan sebagai
penutup pada kepala.
Uis Gatip Jongkit
Uis Gatip Jongkit memiliki bentuk seperti sarung, oleh masyarakat Suku Karo sendiri sering disebut
dengan gonje. Uis ini digunakan oleh para wanita Karo dalam keseharian maupun acara adat.
Uis gatip ini juga beragam, ada Uis Nipes Benang Iring atau yang digunakan kaum wanita saat dalam
suasan duka cita. Sedangkan untuk suasana bersuka cita menggunakan Uis Ragi Barat.
Rumah Adat Suku Karo
Rumah adat Karo atau kata lain Siwaluh Jabu memiliki ciri khas tersendiri. Rumah adat karo tidak
memerlukan penyambungan dalam konstruksi rumahnya.
Antar komponen dalam konstruksi rumah ini diikat menyilang dengan menggunakan ijuk untuk
menjauhkan rumah dari rayap dan juga ular.
Bagian kaki rumah berlandasan dengan batu kali yang ditanam ke dalam tanah dengan kedalaman
setengah meter. Rumah adat karo memiliki bentuk panggung, dindingnya mirip dan atapnya terbuat dari
ijuk.
Posisi rumah atau bangunan karo ini biasanya mengikuti aliran sungai yang berada di sekitar desa
tersebut. Komponen dari rumah adat ini menggunakan bahan alami.
Rumah adat ini memiliki 16 tiang yang bersandar dengan batu besar. 8 tiang berguna untuk menyangga
lantai dan atap, sedangkan 8 lainnya hanya untuk menyangga lantai saja.
Apabila orang ingin memasuki rumah adat Suku Karo maka harus menundukkan kepala, karena pintu
pada rumah adat ini tingginya hanya 1,5 meter dan jendelanya juga memiliki ukuran yang kecil.
Rumah adat karo tidak hanya dihuni oleh satu keluarga saja, melainkan bisa 8-10 keluarga. Untuk
menempati suatu ruangan diabatasi dengan garis adat istiadat yang kuat. Untuk membangun rumah adat
karo, biasanya diadakan musyawarah guna menentukan besar, tempat dan lainnya.
Semua proses nya dilakukan melalui upacara ritual dengan hewan kerbau sebagai korban. Upacara ritual
sebelum membangun rumah adat ini menunjukkan kepercayaan yang besar dari masyarakat Suku Karo
akan kekuasaan yang melebihi kekuatan dari manusia.
Secara khusus. Tari Piso Surit adalah golongan tarian yang berasal dari Suku Batak Karo di wilayah
Sumatera Utara. Karena berasal dari wilayah tersebut, maka budaya yang ada di dalamnya adalah budaya
Batak Karo secara menyeluruh.
Hal ini bisa dilihat dari berbagai aspek tarian yang akan ditampilkan oleh penari. Mulai dari kostum,
gerakan, cerita dalam tarian, hingga fungsinya akan menyesuaikan dengan segala aspek yang ada dalam
budaya setempat.
Oleh sebab itu, bagi siapa saja yang sedang mendalami tarian ini maka secara tidak langsung juga belajar
budaya Sumatera Utara. Hal ini tentunya akan sangat bermanfaat jika dilakukan.
Kain ini akan dipakai penari wanita sebagai bagian bawahan dan sebagai penutup
kaki penari sampai ke bawah.
Tidak hanya penari wanita saja, penari pria juga akan memakai kain uis ini untuk
beberapa bagiannya. Pada penari pria, kain uis akan dipakai untuk bahan pembuatan
mahkota, sarung, ikat pinggang, dan juga selendang.
Oleh sebab itu, kain uis ini tergolong penting dan harus dipakai oleh setiap penari
karena bisa dijadikan lambang adat Karo
2. Abit
Jenis properti kedua yang akan dimanfaatkan adalah abit. Komponen bernama abit
ini adalah sebuah kebaya panjang sampai ke bagian bawah yang dipakai penari.
Selain sebagai penutup badan bagian atas dari penari wanita, abit ini juga
merupakan pakaian adat Karo. Oleh sebab itu, abit bisa dipakai sebagai
penggambaran budayanya.
3. Tudung
Tudung atau penutup kepala ini biasanya dipakai oleh penari wanita dalam setiap
pertunjukan. Komponen tudung ini biasanya juga dibuat dari kain khas Karo.
Bentuk tudung sendiri tergolong menarik dan unik. Bagian bawah tudung akan
melebar, sedangkan bagian atasnya akan lebih sempit dan lebih kecil.
4. Selendang
Selendang juga dipakai oleh penari wanita dalam setiap pertunjukannya. Secara
khusus, kain khas Karo juga dipakai sebagai bahan utama dalam pembuatan
selendang ini.
Komponen kemeja lengan panjang ini akan dipakai oleh penari pria dalam tarian
ini. Sebenarnya, fungsi utama dari kemeja lengan panjang ini adalah untuk
menutupi tubuh bagian atas penari.
Namun bukan itu saja, kemeja ini juga bisa menambah estetika penari karena ada
beberapa bagiannya yang ditambah ornamen dan warna kemejanya juga menarik.
6. Celana Panjang
Satu set dengan kemeja, maka ada juga celana yang dipakai oleh penari.
Komponen celana ini memiliki panjang sampai mata kaki.
Sedangkan warnanya sendiri beragam, dan pastinya akan menyesuaikan
dengan kemeja yang akan dipakai. Untuk ukurannya sendiri, maka akan
menyesuaikan dengan tubuh penari dan dipastikan tidak menyulitkan dalam
setiap gerakan.
7. Iringan Musik
Komponen properti terakhir yang akan dipakai dalam tarian
adalah iringan musik. Dengan adanya iringan musik ini, maka
penari bisa memanfaatkannya untuk acuan dalam bergerak.