Anda di halaman 1dari 13

CATATAN KELOMPOK 6 TUTORIAL SKENARIO 1

Kelompok 6:

Ketua: Alfia Mawaddah (H1A020005) 5. Muhammad Renaldi Irawan


(H1A020069)
Sekretaris: Trisna Ayu Kurnia Putri
6. Putu Grandiva Mahasuary
(H1A020114)
(H1A020091)
Anggota: 7. Putu Wika Prameti Iswari (H1A020092)
1. Ananda Rizkia (H1A020011) 8. Rida Dwi Arista (H1A020099)
2. Clara Nadila (H1A020023) 9. Rizqina Alya Shafa (H1A020103)
3. Dewa Ayu Vania Novista Anjani 10. Zhayyin Palna Rial Novsyaini
(H1A020026 ) (H1A020120)
4. M. Fardi Anugrah (H1A020063)

Dosen Tutor:
dr. Maz Isa Ansyori Arsyatt, Sp.BTKV

BLOK KARDIOVASKULAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
SKENARIO 1

Seorang wanita berusia 60 tahun datang ke IGD RSUD dengan keluhan nyeri dada terus-menerus
sejak 1 jam yang lalu.
Pertanyaan:
1. Apakah diagnosis diferensial dari keluhan utama tersebut?
2. Data apakah yang diperlukan untuk menggali riwayat penyakit dan mengarahkan pada diagnosis
utama?
3. Bagaimana penatalaksanaan awal penyakit tersebut?

Differential Diagnosis (DD)


Eksklusi:
Esophageal rupture - Pasien tidak didapati trias Mackler, yaitu muntah,
nyeri dada, dan emfisema subkutan
Tumor Semua palpasi thorax normal
Pneumothorax Eksklusi:
Tidak sesak napas
Eksklusi:
- Tidak disertai sesak
pneumonea - Tidak ada batuk
- Tidak berdebar-debar
- Nyeri dada tidak dipengaruhi oleh tarikan napas
dalam
Eksklusi:
- Keluhan tidak dipengaruhi oleh tarikan napas dalam
- Tidak sesak napas
Pericarditis - Tidak demam
- Tidak ada keringanan keluhan karena perubahan
posisi
- Biasanya membaik pada saat istirahat, namun pada
pasien tidak ditemukan
Eksklusi:
Infarct miokard - Tidak terdapat takikardi (nadi permenit normal)
- Tidak ada murmur pada pemeriksaan, S1 dan S2
normal
Eksklusi:
- Pasien tidak mengalami trauma
Rib fracture - Pasien tidak mengalami batuk parah yang
menyebabkan fraktur (yang biasanya dialami oleh
orang lanjut usia)
- Pasien tidak mengalami keluhan penyerta seperti
Hipertensi pulmonal pusing dan sesak napas
- Tidak ada pembengkakan pada ekstremitas
-
- Pada aneurisma aorta biasanya terdapat nyeri
punggung, sesak napas, batuk (pada pemeriksaan
Aneurisma aorta tidak ditemukan)
- Biasanya ditemukan massa, sedangkan pada
pemeriksaan tidak ada massa
- Tidak terdapat penurunan TD (justru TD pasien
tinggi)
- Denyut nadi pasien normal
Perforasi esofagus Eksklusi:
- Pasien tidak mengalami demam dan batuk
Iskemik miokard Eksklusi:
- Pasien tidak batuk
- Denyut nadi pasien normal
- Pada pasien tidak ada edema ekstremitas dan suhu
akral pasien normal
Coronary artery disease (CAD) Eksklusi:
Karena CAD merupakan kategori besar dari stable dan
unstable angina jenis simtomatik, baik yang kronis maupun
akut.
Unstable angina
Stable angina pectoris Eksklusi:
Rasa sakit dada yang dirasakan pasien berlangsung cukup
lama, sedangkan stable angina biasanya terjadi selama 5
menit.
Pada pemeriksaan EKG, pada stable angina biasanya EKG
normal.

Anamnesis
1 Identitas - Jenis kelamin
- Usia
- BB/TB
- Pekerjaan
2 Keluhan utama
3 Keluhan penyerta
- Apakah nyeri berhubungan dengan
aktivitas?
- Seberapa nyeri jika harus diberikan nilai
1-10?
- Apakah rasa nyeri menjalar ke leher,
punggung, atau turun ke tangan?
- Nyeri dada terjadi sejak kapan?
- Apakah disertai sesak napas?
4 Riwayat penyakit sekarang - Bagaimana karakteristik dari nyeri
(onset) tersebut?
- Apa saja faktor pemicu/memperkuat nyeri
dan apa saja faktor yang memperingan
nyeri tersebut?
- Apakah disertai batuk, muntah, dysphagia,
hematemesis, takipneu dan demam?
- Apakah bisa dideskripsikan letak nyeri
dadanya
- Apakah nyeri dada semakin lama semakin
memburuk?
- Dalam sehari berapa kali mengalami nyeri
dada?
- Durasi mengalami nyeri dada
- Apakah pasien pernah mengalami tersedak
sebelumnya?
5 Riwayat penyakit terdahulu - Apakah sebelumnya pernah mengalami
keluhan yang sama?
- Apakah pernah terdiagnosa penyakit
kardiovaskular?
-
6 Alergi - Apakah pasien mengalami riwayat alergi
seperti makanan?
7 Riwayat sosial - Apakah pasien merokok?
- Apakah pasien mengonsumsi alcohol?
- Apakah pasien rutin olahraga? Jika iya,
berapa kali dalam seminggu?
- Apakah ada orang sekitar/keluarga yang
merokok?
- Apakah pasien mengonsumsi makanan
cepat saji?
- Bagaimana kondisi lingkungan tempat
tinggal?
8 Riwayat keluarga - Apakah ada anggota keluarga yang
mengalami hal serupa?
- Apakah ada hipertensi atau tidak di
keluarga?
-
9 Riwayat konsumsi obat - Obat apa yang digunakan?
- Dosisnya seberapa?
- Jalur pemberian obat
- Frekuensi penggunaan obat
10 Riwayat operasi/opname - Apakah pasien pernah dioperasi
sebelumnya?
- Apakah pasien pernah diopname
sebelumnya?

Hasil Anamnesis
Identitas Wanita, 60 tahun, ibu rumah tangga, Pendidikan
terakhir sarjana, sudah menikah
Nyeri dada satu jam yang lalu sebelum ke
UGD. Nyeri dirasakan terus menerus selama 30
menit. Nyeri dirasakan seperti ditindih benda
berat, terasa sampai punggung, nyeri tidak bisa
ditunjuk lokasinya, terkadang leher terasa
sampai tercekik, lengan kiri terasa kesemutan,
Keluhan Utama nyeri dada tidak dipengaruhi oleh perubahan
posisi atau tarikan napas dalam
Nyeri tidak membaik dengan istirahat. Nyeri
dada terasa memberat saat mandi dan
menggunakan gayung, menaiki tangga lebih
dari 2 lantai, atau tergopoh-gopoh saat
melakukan sesuatu, jika sedang emosi, panik.
Skala nyeri 8/10
Keluhan tambahan Keringat dingin, mual, ingin muntah, Lelah.
Keluhan tidak disertai keluhan lain, tidak
demam, tidak ada keringat dingin, tidak da
berbedar, tidak ada edema, tidak ada riwayat
trauma
Riwayat pengobatan Mengonsumsi amlodipine 5 mg 1x1
Riwayat hipertensi, gula darah sewaktu 300,
tidak rutin minum obat metformin yang
Riwayat penyakit terdahulu diberikan. Pasien tidak tahu riwayat kolesterol,
sebelumnya tidak pernah. Minum amlodipine 5
mg 1x1, menopause sejak 5 tahun lalu
Ibu rumah tangga, kegiatannya adalah
pekerjaan rumah tangga (masak, mencuci,
menyetrika, merawat tanaman). Namun akhir
Riwayat Sosial ini jarang karena mudah 5elah
Pasien tidak merokok namun suaminya perokok
berat.
Pasien tidak minum alcohol, tidak meminum
obatan terlarang, tidak rutin olahraga
Ayah hipertensi, meniggal 45 tahun karena
Riwayat keluarga stroke pendarahan.
Ibu meninggal usia 50 tahun.

Pemeriksaan Fisik
1 Keadaan umum - Tampak pucat atau tidak
2 Kesadaran (GCS)
- Suhu tubuh
- Tekanan darah,
- Denyut nadi (pulsasi, kuat atau lemah),
3 TTV - Frekuensi pernapasan,
- BB
- TB
- BMI
4 Pemeriksaan Leher Kelenjar getah bening, pembengkakan di
sternocleidomastoideus, apakah terdapat
pelebaran vena
- Inspeksi (simetris, retraksi dinding dada,
napas terengah-engah, adakah benjolan
atau tidak, tipe pernapasan)
- Palpasi (iktus kordis teraba, thrill, adakah
5 Pemeriksaan thorax benjolan atau tidak, vocal fremitus)
- JVP
- Perkusi (batas jantung kiri dan kanan
normal atau tidak, suara paru,
- Auskultasi (S1 S2 normal, apakah ada
tambahan S3, S4, ronkhi, wheezing)
- Adakah nyeri
- Adakah refluks hepatojugular
6 Pemeriksaan abdomen - Perkusi (apakah ada hepatomegaly)
- Bising ususnya timpani atau tidak
- Dinding abdomen
- Bagaimana suhu akral?
- Bagaimana CRT apakah kurang dari 2
7 Pemeriksaan ekstremitas detik?
- Apakah ditemukan trauma, edema, atau
kelainan anatomi lain?
Hasil Pemeriksaan Fisik
TB: 160 cm, BB: 85 kg. Pada saat datang,
TTV pasien TD 160/100, nadi 70x/menit, kuat angkat
regular, napasnya 18/menit, suhu aksila 36,7
celcius.
Pemeriksaan kepala dan leher Semuanya batas normal.

1. Jantung:
- Iktus kordis di ICS 5, midclavicular line
sinistra
- Palpasi tidak terdapaat thrill pada iktus kordis,
batas jantung kanan di parasternal line, batas
jantung kiri sesuai iktus kordis
- Auskultasi, S1 S2 normal regular, S3, S4,
Pemeriksaan thorax murmur, extrasystole tidak terdengar.
2. Paru
- Inspeksi napas simetris, trakea di tengah, tidak
ada pelebaran ICS
- Palpasi, vocal fremitus normal
- Perkusi sonor di seluruh lapangan paru
- Auskultasi vesikuler di seluruh lapangan paru,
tidak ada ronkhi atau wheezing

Pemeriksaan abdomen Semuanya dalam batas normal

- Inspeksi tidak ada sianosis,


Pemeriksaan Ekstremitas - Palpasi akral hangat, CRT < 2 detik,
tidak ada edema tungkai

LO
1. Pemeriksaan penunjang pasien
2. Diagnosis dari unstable angina (patofisiologi & etiologi)
3. Penatalaksanaan awal dari DD yang tersisa
4. Komplikasi dan prognosis dari DD yang tersisa
5. Faktor risiko dari DD yang tersisa
6. Edukasi pada pasien mengenai DD yang tersisa

Jawab:
1. Pemeriksaan penunjang:
- EKG
- Treadmill test
- Angiography
- Pemeriksaan laboratorium (profil lipid, HB, HT, leukosit, trombosit, kalium, natrium, Ureum,
Kreatinin, Gula darah sewaktu, SGOT, SGPT, CK-MB, dan hs Troponin atau Troponin)
- Echocardiography
Interpretasi:
- Irama: sinus karena jarak antara R sama
- Terdapat depresi di ST dan dianggap bermakna jika lebih dari 1 mm dan inversi di
gelombang T lebih tinggi dan runcing

Interpretasi:
- Tidak ada pembesaran atrium kiri, karena masih ada lekukan di daerah atrium
- Tidak ada pembesaran ventrikel kiri dan kanan
- Batas jantung normal, berada pada parasternal line

Interpretasi:
- Darah Lengkap
1. HB normal
2. Leukosit normal, 3200 – 10.000
3. Hematocrit: tinggi, normalnya 35 – 45%
4. Trombosit: normal, 150.000-400.000
- Profil lipid:
1. Trigliserida: tinggi, normalnya < 150 mg/dL
2. HDL: rendah karena HDL normal itu > 40 md/dL
3. LDL: tinggi, normalnya < 100 mg/dL
4. Kolesterol total: Tinggi. Normalnya < 200 mg/dL. Semakin tinggi kolesterol total, resiko
mengalami penyakit jantung semakin besar
5. Gula darah: sangat tinggi. Normalnya pada saat puasa 70-100 mg/dL. Pada satu jam
setelah makan, < 160 mg/dL, 2 jam setelah makan < 125 mg/dL
6. HbA1C: Tinggi. Normalnya biasanya < 5,7%
7. Asam urat: Normal untuk perempuan
- Serum elektrolit
1. Natrium: normalnya 136-145 mmol/L
2. Kalium: normalnya 3,5-5,1 mmol/L
3. Klorida: normalnya 96-100 mmol/L
- Fungsi renal
a. Blood urea nitrogen: 6 - 27 mg/dL
b. Kreatinin: normalnya 0,5 – 1,1 mg/dL

2. Diagnosis dari unstable angina (patofisiologi & etiologi)


- Etiologi:
Penyakit atherosklorosis koroner merupakan penyebab utama angina tidak stabil pada hampir
semua pasien dengan iskemia miokard akut. Penyebab paling umum dari angina tidak stabil
adalah karena penyempitan arteri koroner karena trombus yang berkembang pada plak
aterosklerotik yang terganggu dan bersifat nonoklusif.
Penyebab yang kurang umum adalah vasospasme arteri koroner (varian angina Prinzmetal).
Disfungsi halus endotel atau vaskular menyebabkan vasospasme ini.

- Patofisiologi:
Angina tidak stabil berhubungan dengan hambatan aliran darah yang menyebabkan
kurangnya perfusi ke miokardium. Perfusi awal dimulai langsung dari jantung ke dalam aorta
dan kemudian ke arteri koroner yang mensuplai bagian jantung masing-masing. Arteri
koroner kiri akan bercabang menjadi sirkumfleksa dan arteri desendens anterior kiri.
Selanjutnya, ini akan terbagi menjadi cabang-cabang yang jauh lebih kecil. Koroner kanan
juga akan membelah menjadi cabang-cabang yang lebih kecil. Angina tidak stabil terjadi
ketika aliran darah terhambat ke miokardium. Paling umum, blok ini bisa dari pembentukan
plak intraluminal, trombosis intraluminal, vasospasme, dan tekanan darah tinggi. (Vania)

- Etiologi:
• Penyempitan aterosklerotik itu sendiri
• Kebutuhan oksigen dari miokardium
• Lambatnya aliran darah pada daerah plaque
• Seorang pasien mengalami hipertensi, DM, obesitas, dilipidemia
• kurang aktivitas fisik

- Patofisiologi:
tidak terjadi oklusi
tidak ada mikroemboli
EKG normal/tidak jelas
EKG dapat terlihat seprti NSTEMI
Troponin normal
Nyeri dada saat aktivitas ringan, dapat dihilangkan dengan nitrat
Diagnosis angina pektoris tidak stabil (APTS/UAP) dan infark miokard non ST elevasi
(NSTEMI) ditegakkan atas dasar keluhan angina tipikal yang dapat disertai dengan
perubahan EKG spesifik, dengan atau tanpa peningkatan marka jantung. Jika marka jantung
meningkat, diagnosis mengarah NSTEMI; jika tidak meningkat, diagnosis mengarah UAP
(Clara)

3. Tatalaksana awal Unstable Angina Pectoris


Strategi Pengobatan pada Angina Pectoris
• Meningkatkan/mempertahankan suplai darah ke miokard
- Direct vasodilator dan nitrat
- Calcium channel blockers yaitu nifedipin
• Megurangi demand miokard
- Calcium channel blockers yaitu Verapamil, diltiazem
- Simpatolitik à beta blockers
Strategi Pengobatan pada Unstable Angina Pectoris
• Menghambat agregasi platelet
• Mengurangi preload dan afterload
• Vasodilatasi pembuluh koroner
• Contoh obatnya: nitrat organik à nicordil, nitroglycerin, isobarbide dinitrate, dll.
(Zhayyin)

Medikamentosa :
- Perlu ditambahkan pengobatan untuk kondisi diabetes dan hipertensi pada pasien
Non Medikamentosa :
- PCI (Intervensi coroner perkutan) yaitu dengan membersihkan plak
- CABG (Operasi bypass pembuluh darah) pembentukan bypass pada pembuluh darah.
(Wika)

Selama tindakan pasien diberikan obat-obatan agar tidak terjadi komplikasi saat tindakan
berlangsung. Pasien dapat dilakukan Tindakan PTCA (Perkutaneus Transluminal Koronari
Angioplasti) dengan melakukan pelebaran dari pembuluh darah coroner yang menyempit
dengan balon lalu dipasangkan stent untuk membuka penyempitan dan setelah dipasang stent
dilakukan angiografi dengan hasil terlihat pembuluh darah arteri koroner sudah terbuka
dengan baik dan tidak adanya penyempitan lain. (Rida)

4. Komplikasi dan prognosis Unstable Angina Pectoris


Komplikasi utama dari angina adalah serangan jantung (penyakit jantung koroner), yang
memiliki ciri sebagai berikut: Rasa seperti ditekan, diremas, atau penuh pada dada yang tidak
dapat ditunjuk dan berlangsung beberapa menit. Nyeri yang dapat menjalar hingga rahang,
tangan dan punggung. Nyeri yang bertambah parah. (Ayu)

Angina tidak stabil kerap dikenal sebagai sindrom koroner akut. angina tidak stabil juga akan
menimbulkan nyeri dada yang lebih susah dihilangkan. Meskipun sudah mencoba untuk
minum obat dan memperbanyak waktu istirahat, gejala dari angin duduk ini belum tentu
hilang.
Gejala angina tidak stabil meliputi:
• Waktu terjadinya bisa kapan saja, bahkan saat Anda sedang beristirahat.
• Nyeri dada yang ditimbulkan biasanya lebih parah.
• Gejala yang timbul biasanya tidak biasa dan tidak terduga.
Oleh karena keparahan gejalanya, jenis angina tidak stabil ini bisa menandakan adanya
serangan jantung (Clara)
1. Infark miocard
Dikenal dengan istilah serangan jantung adalah kondisi terhentinya aliran darah dari arteri
koroner pada area yang terkena yang menyebabkan kekurangan oksigen (iskemia) lalu sel-sel
menjadi nekrotik (mati) karena kebutuhan energi akan melebihi suplai energi darah
2. Aritmia
Lazim ditemukan pada fase akut MCI, aritmia perlu diobati bila menyebabkan gangguan
hemodinamik. Aritmia memicu peningkatan kebutuhan O2 miokard yang mengakibatkan
perluasan infark
3. Gagal jantung
Kondisi saat pompa jantung melemah, sehingga tidak mampu mengalirkan darah yang cukup
ke seluruh tubuh
4. Syok cardiogenik
Sindroma kegagalan memompa yang paling mengancam dan dihubungkan dengan mortalitas
paling tinggi, meskipun dengan perawatan agresif
5. Perikarditis
Sering ditemukan dan ditandai dengan nyeri dada yang lebih berat pada inspirasi dan tidur
terlentang. Infark transmural membuat lapisan epikardium yang langsung kontak dengan
perikardium kasar, sehingga merangsang permukaan perikard dan timbul reaksi peradangan
(Grandiva)

Aneurisma ventrikel Dapat timbul setelah terjadi MCI transmural. Nekrosis dan
pembentukan parut membuat dinding miokard menjadi lemah. Ketika sistol, tekanan tinggi
dalam ventrikel membuat bagian miokard yang lemah menonjol keluar. Darah dapat
merembes ke dalam bagian yang lemah itu dan dapat menjadi sumber emboli. Disamping
itu bagian yang lemah dapat mengganggu curah jantung kebanyakan aneurisma ventrikel
terdapat pada apex dan bagian anterior jantung. (Alfia)

Prognosis:
Ad vitam : dubia adbonam
Adsanationam : dubia adbonam
Adfungsionam :dubiaadbonam (Wika)

Ad vitam yang mengarah ke dubia ad malam terjadi Ketika gelombang ST mengalami deviasi
karena berdasarkan kejadian ini, tingkat kematian dapat menyentuh angka 12,5% setiap
tahunnya. (Shafa)

5. Faktor risiko dari UAP


Faktor resiko
1. Hipertensi
2. Diabetes Melitus
3. Umur
4. Konsumsi Alcohol
5. Kebiasaan merokok atau terpapar asap rokok
6. Kadar Gula darah yang tinggi (Fardi)

Kebiasaan merokok.
• Riwayat tekanan darah tinggi atau hipertensi.
• Kadar kolestrol jahat (LDL) dan trigliserida yang tinggi.
• Menderita diabetes.
• Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga.
• Jarang berolahraga dan tidak aktif bergerak.
• Mengalami obesitas.
Berusia di atas 45 tahun untuk laki-laki dan di atas 55 tahun untuk wanita.(Clara)

1. Penggunaan tembakau
Mengunyah tembakau, merokok, dan paparan asap rokok jangka panjang dapat merusak
dinding bagian dalam arteri, termasuk arteri ke jantung yang memungkinkan timbunan
kolesterol terkumpul dan menghalangi aliran darah.
2. Kadar kolesterol atau trigliserida darah tinggi
Kolesterol adalah bagian utama dari endapan yang dapat mempersempit arteri di seluruh
tubuh, termasuk yang mensuplai jantung. Kolesterol low-density lipoprotein (LDL) tingkat
tinggi, juga dikenal sebagai kolesterol "jahat", dapat meningkatkan risiko angina dan
serangan jantung. Tingkat trigliserida yang tinggi, sejenis lemak darah yang terkait dengan
diet juga termasuk tidak sehat.
3. Riwayat keluarga penyakit jantung
Jika anggota keluarga memiliki penyakit arteri koroner atau pernah mengalami serangan
jantung, maka akan memiliki risiko lebih besar terkena angina.
4. Usia yang lebih tua
Pria yang lebih tua dari 45 dan wanita yang lebih tua dari 55 memiliki risiko lebih besar
daripada orang dewasa yang lebih muda.
5.Kegemukan
Obesitas dikaitkan dengan kadar kolesterol darah tinggi, tekanan darah tinggi dan diabetes,
semua yang meningkatkan risiko angina dan penyakit jantung. Jika kelebihan berat badan,
jantung harus bekerja lebih keras untuk memasok darah ke tubuh.
6. Stres berlebihan
Stres dapat meningkatkan risiko angina dan serangan jantung. Terlalu banyak stres, serta
kemarahan, juga dapat meningkatkan tekanan darah. Lonjakan hormon yang dihasilkan
selama stres dapat mempersempit arteri dan memperburuk angina. (Renaldi)

Hipertensi berpengaruh terhadap jantung karena dapat meningkatkan beban jantung sehingga
menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri dan mempercepat timbulnya aterosklerosis karena
tekanan darah yang tinggi. Jika hal ini terjadi terus – menerus maka akan menimbulkan
trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria sehingga memudahkan
terjadinya aterosklerosis coroner yang menyempitkan lumen, memperlambat aliran darah dan
akhirnya suplai oksigen ke jantung menjadi berkurang. (Rida)

6. Edukasi pada pasien mengenai UAP


Edukasi yang dapat diberikan Pencegahan: berikan edukasi mengapa melakukan pencegahan
unstable angina pectoris. Tujuan pencegahan adalah untuk memungkinkan pasien untuk
melanjutkan semua aktivitas hidup sehari-hari, mempertahankan fungsi miokard dan
mencegah kejadian jantung di masa depan.
Memperbaiki gaya hidup:
- Berhenti merokok agar mencegah kejadian jantung berulang..
- Menurunkan kadar lipid hingga kadar LDL-C 70 mg/dl atau lebih rendah, kadar HDL
minimal 35 mg/dl, dan kadar trigliserida kurang dari 200 mg/dl .
- Pasien berolahraga dan makan makanan rendah lemak.

Pengendalian Hipertensi:
- target tekanan darah harus di bawah 140/90 mm Hg
- pasien harus mengurangi asupan natrium dan alkohol

Penatalaksanaan Diabetes Mellitus:


Pasien dapat menurunkan kadar gula darah dengan melakukan diet, olahraga, atau melalui
farmakoterapi. (Zhayyin)

Edukasi yang dapat diberikan:


1. Edukasi gizi dan pola makan à seperti mengkonsumsi makanan yang rendah gula,
karena dalam hasil lab ditemukan gula darah yang tinggi. Anjuran batas konsumsi gula yang
dianjurkan oleh kementerian kesehatan ialah 50 gram (4 sendok makan) per orang /hari.
2. Edukasi faktor risiko à diabetes dikontrol, hipertensinya juga dikontrol.
3. Edukasi gaya hidup sehat à meningkatkan aktifitas fisik selama 30-60 menit atau
lebih per hari
4. Edukasi obat-obatan à mengkonsumsi obat-obatan secara teratur, karena dari hasil
anamnesis pasien tidak teratur minum obat yang diresepkan oleh dokter. (Ananda)

Pencegahan
Tujuan pencegahan adalah untuk memungkinkan pasien melanjutkan semua aktivitas hidup
sehari-hari, mempertahankan fungsi miokard dan mencegah kejadian jantung di masa depan.
Saat ini, di beberapa negara sebagian besar pusat jantung memiliki tim khusus seperti
rehabilitasi jantung yang menawarkan konseling intensif.

Manajemen Berat Badan dan Konseling Nutrisi


Pasien harus didorong untuk menurunkan berat badan dan mencapai indeks massa tubuh
(BMI) ideal

Manajemen Aktivitas
Pasien yang berisiko angina tidak stabil harus menghindari aktivitas fisik yang intens.
(Vania)

Sebagai motivasi untuk pasien taat dalam merubah pola hidup menjadi lebih sehat perlu
diberitahukan bahwa :
Dalam kasus unstable angina yang parah, pasien mungkin memerlukan operasi bypass
jantung. Prosedur ini bertujuan untuk mengalihkan aliran darah dari arteri yang tersumbat
untuk membantu meningkatkan aliran darah ke jantung. (Clara)

Anda mungkin juga menyukai