Djoko Trihadi
Sumber :
A. Muin Rahman
Angina pektoris (AP) adalah rasa nyeri yang timbul karena iskemia
miokardium. Biasanya mempunyai karakteristik tertentu:
Pada AP stabil, nyeri dada yang tadinya agak berat, sekalipun tidak
termasuk UAP, berangsur-angsur turun kuantitas dan intensitasnya dengan atau
tanpa pengobatan, kemudian menetap (misalnya beberapa hari sekali, atau baru
timbul pada beban/stres yang tertentu atau lebih berat dari sehari-harinya).
Pada sebagian pasien lagi nyeri dadanya bahkan berkurang terus sampai
akhirnya menghilang. yaitu menjadi asimtomatik, walaupun sebetulnya adanya
iskemia tetap dapat terlihat misalnya pada EKG istirahatnya, keadaan yang
disebut sebagai silent iskhemia sedangkan pasien-pasien lainnya lagi yang
telah menjadi asimtomatik, EKG istirahatnya normal pula, dan iskemia baru
terlihat pada stres tes.
PEMERIKSAAN FISIS
Tak ada hal-hal yang khusus/spesifik pada pemeriksaan fisik. Sering
pemeriksaan fisis normal pada kebanyakan pasien. Mungkin pemeriksaan fisis
yang dilakukan waktu nyeri dada dapat menemukan adanya aritmia, gallop
bahkan murmur, split S2 paradoksal, ronki basah dibagian basal paru yang
menghilang lagi pada waktu nyeri sudah berhenti. Penemuan adanya tanda-
tanda aterosklerosis umumnya seperti sklerosis A. Carotis, aneurisma
abdominal, nadi dorsum paedis/tibialis posterior tidak teraba, penyakit valvular
karena sklerosis, adanya hipertensi, LVH, xantoma, kelainan fundus mata dan
lain- lain. tentu amat membantu.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DIAGNOSTIK
Pedoman yang disusun oleh AHA telah cukup lengkap untuk melakukan
pemeriksaan dan penatalaksanaan yang efektif dan efisien pasien PJK, sehingga
ia dipakai sebagai dasar penyusunan pedoman-pedoman yang diusulkan berikut
ini.
Dikerjakan bila belum dapat dipastikan bahwa nyeri dada adalah non kardiak.
Bila angina tidak tipikal. maka EKG ini hanya positif pada 50% pasien.
Kelainan EKG 12 leads yang khas adalah perubahan ST-T yang sesuai dengan
iskemia miokardium. Akan tetapi perubahan-perubahan lain ke arah faktor
risiko seperti LVH dan adanya Q abnormal. amat berarti untuk diagnostik.
Gambaran EKG lainnya tidak khas seperti aritmia, BBB. bi atau trifasikular
blok dan sebaginya. EKG istirahat waktu sedang nyeri dada dapat menambah
kemungkinan ditemukannya kelainan yang sesuai dengan iskemia sampai 50%
lagi, walaupun EKG istirahat masih normal. Depresi ST-T 1 mm atau lebih
merupakan pertanda iskemia yang spesifik, sedangkan perubahan-perubahan
lainnya seperti takikardia, BBB. blok fasikular dan lain-lain, apalagi yang
kembali normal pada waktu nyeri hilang sesuai pula untuk iskemia.
Foto Toraks
Ekokardiografi
Pemeriksaan ini bermanfaat sekali pada pasien dengan murmur sistolik untuk
memperlihatkan ada tidaknva stenosis aorta yang signifikan atau kardiomiopati
hipertrofik. Selain itu dapat pula menentukan luasnya iskemia bila dilakukan
waktu nyeri dada sedang berlangsung. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk
menganalisis fungsi miokardium segmental bila hal ini telah terjadi pada pasien
AP stabil kronik atau bila telah pernah infark jantung sebelumnya. walaupun hal
ini tidak dapat memperlihatkan iskemia yang baru terjadi. Bila ekokardiografi
dilakukan dalam waktu sampai 30 menit dari serangan angina, mungkin sekali
masih dapat memperlihatkan adanya segmen miokardium yang mengalami
disfungsi karena iskemia akut. Segmen ini akan pulih lagi setelah hilangnya
iskemia akut. Kuantitas iskemia dapat diperlihatkan dengan sistem skor. Bila
daerah disfungsi iskemik itu sukar terlihat, maka sensitivitas dapat ditambah
dengan memakai alat eko yang menggunakan harmonic imaging atau dapat
dipakai juga eko kontras memakai gelembung-gelembung mikro (micro
bubbles) yang terjadi waktu injeksi IV larutan kontras. Pada saat terjadi iskemia
dapat timbul MR, yang dapat diperlihatkan pula dengan eko doppler.
Angiografi Koroner
Pemeriksaan ini diperlukan pada pasien-pasien yang tetap pada APS klas III-IV
meskipun telah mendapat terapi yang cukup. atau pasien-pasien dengan risiko
tinggi tanpa mempertimbangkan beratnya angina, serta pasien-pasien yang pulih
dari serangan aritmia ventrikel yang berat sampai cardiac arrest, yang telah
berhasil diatasi. Begitu pula perlunya pemeriksaan ini pada pasien-pasien yang
mengalami gagal jantung dan pasien-pasien yang karakteristik klinisnya
tergolong risiko tinggi.
PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan terutama adalah mencegah kematian dan terjadinya serangan
jantung (infark). Sedangkan yang lainnya adalah mengontrol serangan angina
sehingga memperbaiki kualitas hidup.
Bila ada 2 cara terapi yang sama efektif mengontrol angina, maka yang
dipilih adalah terapi yang terbukti lebih efektif mengurangi serangan jantung
dan mencegah kematian. Pada stenosis LM misalnya, bedah pintas koroner
lebih dipilih karena lebih efektif mencegah kematian.Memang kebanyakan
terapi farmakologis adalah untuk segera mengontrol angina dan memperbaiki
kualitas hidup, tetapi belakangan telah terbukti adanya terapi farmakologis yang
mencegah serangan jantung dan kematian juga. misalnya statin sebagai obat
penurun lemak darah.
FARMAKOLOGIS
Aspirin.
Penyekat beta.
Angiotensin converting enzyme, terutama bila disertai hipertensi atau
disfungsi LV.
Pemakaian obat-obatan untuk penurunan LDL pada pasien-pasien dengan
LDL > 130 ma/dl (target < 100mg/ dl).
Nitrogliserin semprot/sublingual untuk mengontrol angina.
Antagonis kalsium atau nitrat jangka panjang dan kombinasinya untuk
tambahan beta bloker apabila ada kontra indikasi penyekat beta, atau efek
samping tak dapat ditolerir atau gagal.
Klopidogrel untuk pengganti aspirin yang terkontraindikasi mutlak.
Antagonis Ca nondihidropiridin long acting sebagai pengganti penyekat
beta untuk terapi permulaan.
Terapi terhadap faktor risiko.
Penurunan kolesterol LDL pada pasien yang jelas menderita PJK atau
amat dicurigai menderita PJK dengan LDL antara 100-129 mg/dl, dengan
target LDL adalah di bawah 100 mg/dl. Ada beberapa pilihan terapi untuk
ini, yaitu:
- Gaya hidup atau dengan obat-obatan.
- Penurunan BB dan peningkatan latihan pada sindrom metabolik.
- Pengobatan terhadap peninggian lipid lainnya atau faktor risiko
nonlipid lainnya: pemakaian asam nikotinat atau asam fibrat untuk
peninggian trigliserid atau HDL yang rendah.
- Penurunan BB pada obesitas meskipun pasien tidak menderita
hipertensi, dislipidemia ataupun DM.
Sudah disebutkan di atas bahwa dalam terapi APS ataupun PJK
asimtomatik, maka tujuan yang utama adalah pencegahan serangan jantung
(infark) dan kematian; setelah itu barulah menghilangkan simtom dan perbaikan
kualitas hidup
NON FARMAKOLOGIS
REPERFUSI MIOKARDIUM
Yang lebih dulu perlu dievaluasi antara lain adalah bagaimana keluhan-
keluhan AP nya, apakah bertambah lagi atau tetap stabil, apakah timbul tanda-
tanda disfungsi LV yang baru, apakah terapi yang ada dapat ditolerir dengan
baik dan bagaimana kontrol faktor risikonya serta adanya komorbid baru yang
memerlukan terapi tapi mengganggu stabilitas AP nya.