Anda di halaman 1dari 25

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan individu ini dibuat berdasarkan data pasien yang di peroleh di ruang bersalin
RSUDZA, pada tanggal 09 februari 2023 dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Hamil dengan Pre-Eklamsia ringan’’

Laporan ini di setujui dan sahkan oleh:

Preseptor Pembimbing

Nina Kartina, A.Md.Keb Dewi farida, SST

Mahasiswa

Nadia sabrina

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah nya lah
sehingga, tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang amat beararti. Tanpa
pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tugas laporan ini
dengan baik. Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang yang disajikan
berdasarkan referensi dari berbagai sumber.

Kami mengucapkan terimaksih kepada dosen pembimbing dan preseptor yang telah
membimbing dan memberikan kesempatan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini. Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dan dukungannya dalam pembuatan laporan ini.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini kurang dari sempurna, untuk itu penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen pembimbing maupun teman-teman
atau pembaca agar laporan ini dapat lebih sempurna.

Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca,
dan semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa meridhoinya dan akhirnya
membawa hikmah untuk semuanya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................i
Preseptor Pembimbing.................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB 1.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
A. Tujuan...........................................................................................................................2
B. Manfaat.........................................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI................................................................................................................4
A. Konsep Kehamilan......................................................................................................4
B. Konsep Pre Eklamsia..................................................................................................4
1. Pengertian Pre Eklamsia.............................................................................................5
2. Patofisiologis.................................................................................................................5
3. Etiologi..........................................................................................................................5
4. Faktor Predisposisi......................................................................................................6
5. Tanda dan Gejala........................................................................................................6
6. Klasifikasi Pre Eklamsia.............................................................................................7
7. Penatalaksanaan..........................................................................................................7
A. ALTERNATIF I (Kombinasi IV dan IM)...............................................................10
B. ALTERNATIF 2 (pemberian IV saja).....................................................................11
BAB III...................................................................................................................................17
TINJAUAN KASUS.............................................................................................................17
BAB IV...................................................................................................................................20
PENUTUP..............................................................................................................................20
A. Kesimpulan.................................................................................................................20
B. Saran...........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................21

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Preeklamsia merupakan salah satu masalah utama karena preeklamsia
mempengaruhi banyak sistem dalam tubuh. Preeklamsia terjadi ketika hipertensi atau
tekanan darah ditemukan lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg dan protein
urinaria ditemukan pada 300 mg/24 jam atau +1 tes dipstick, terjadi pada wanita
dengan usia kehamilan 20 minggu atau lebih. (Andini D M, ddk 2022).

Pre eklamsia sulit dideteksi pada awal kehamilan sehingga wanita hamil
disarankan untuk melakukan perawatan antenatal rutin untuk mendeteksi pre
eklamsia secara rutin. (Liwang, ddk 2019).

Pre eklamsia atau eklamsia merupakan penyumbang utama kematian ibu dari
beberapa kejadian saat kehamilan, persalinan dan setelah persalinan seperti
perdarahan, infeksi, dengan persentase sebesar 36,80%, perdarahan 22,60%, infeksi
5,20% lainnya 34,40% di provinsi jawa tengah. (Dinas Kesehatan Jawa Tengah,
2018).

Prevelensi pre eklamsia dinegara berkembang adalah 2,8 % dari kehamilan


dan 0,6 % dari kehamilan di negara maju. (WHO, 2017) Di Indonesia pada tahun
2011 angka kematian ibu (AKI) yang disebabkan oleh pre eklamsi dan eklamsi
adalah sebanyak 5,8% (Depkes, 2017). Jika dilihat dari golongan sakit presentase pre
eklamsia dan eklamsi memang lebih rendah dibandingkan denan data di dunia.
Penyebab kematian terbesar adalah preeklamsi dan eklamsi dengan CFR 2,1 %.
Kematian ibu di Indonesia merupakan peringkat tertinggi di negara ASEAN yang
diperkirakan sedikitnya 18.000 ibu meninggal setiap tahunnya karena kehamilan dan
persalinan. (Depkes, 2017).

1
Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan tersebut diatas, penulis tertarik
untuk mengambil studi kasus dengan judul “asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan Pre-eklampsia berat di Ruang Bersalin RSUDZA”.

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan


preeklamsia di RSUDZA kamar bersalin.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengumpulan data subjektif pada ibu hamil dengan


preeklamsia di RSUDZA ruang bersalin.

b. Mampu melakukan pengumpulan data objektif pada ibu hamil dengan


preeklamsia di RSUDZA ruang bersalin.

c. Mampu melakukan analisa data pada ibu hamil dengan pre-eklamsia di


RSUDZA ruang bersalin.

d. Mampu melakukan penatalaksanaan pada ibu hamil dengan pre-eklamsia di


RSUDZA ruang bersalin.

B. Manfaat
1. Manfaat Bagi Institusi

Hasil asuhan kebidanan ini dapat digunakan sebagai dokumentasi bagi


mahasiswa dalam meningkatkan proses pembelajaran dan data dasar untuk
asuhan kebidanan komprehensif selanjutnya.

2. Bagi Penulis

Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan secara langsung
dan dapat mengaplikasikan teori-teori yang selama ini dipelajari pendidikan.

3. Bagi Klien

2
Pasien atau klien dapat measa puas,aman dan nyaman dengan pelayanan
bermutu dan berkualitas secara bersekinambungan.

4. Bagi Lahan Praktik

Meningkatkan mutu pelayanan kebidanan asuhan kebidanan pada ibu hamil

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Kehamilan

Kehamilan menurut federasi obstetri ginekologi internasional, kehamilan


didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10
bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3
trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15
minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28
hingga ke-40) (Ronalen, dkk. 2020).

Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya


janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari).
Kehamilan ini dibagi atas 3 semester yaitu, kehamilan tringster pertama mulai 0-14
minggu, kehamilan trimester kedua mulai mulai 14-28 minggu, dan kehamilan
trimester ketiga mulai 28-42 minggu. Kehamilan adalah suatu proses yang natural
bagi perempuan, dimulai dari konsepsi sampai lahimya janin dengan rentang waktu
280 hari (40 minggu 9 bulan 7 hari). (Ronalen, dkk 2020).

Dari pengertian di atas, penulis menyimpulkan hahwa kehamilan merupakan


proses yang terdiri dari ovulasi, konsepsi, pertumbuhan ziget, nidasi hasil konsepsi.
Pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi hingga lahirnya janin.
Kehamilan berlangsung sampai lahirnya janin pada usia kurang lebih 9 bulan lebih
10 hari atau 40 minggu. (Ronalen, dkk 2020).

B. Konsep Pre Eklamsia

4
1. Pengertian Pre Eklamsia

Pre-eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema, dan


proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini biasanya timbul pada
triwulan ke tiga kehalian tetapi dapat timbul sebelumnya, misalnya pada
molahidatidosa. Untuk menegakkan diagnosa pre eklamsia kenaikan kenaiakn
tekanan sistolik harus 30 mmhg atau lebih. Kenaikan tekanan diagnostik lebih dapt
dipercayai apabila tekanan diastolik meningkat 15 mmhg atau lebih atau mencapai
90 mmhg atau lebih. (Andini D M, ddk 2022).

Pre eklamsia adalah kondisi yang terjadi akibat dari tekanan darah tinggi yang
tidak terkontrol pada ibu hamil. Kondisi pre eklamsia pada ibu hamil harus segera
ditangani. Jika tidak, kondisi ini dapat berkembang menjadi eklamsia dan memiliki
komplikasi yang fatal baik bagi ibu maupun janinnya. (Sari, ddk 2022).

2. Patofisiologis

Pre eklamsia terjadi pada spasme pembuluh darah yang disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga
nyata dilalui oleh sel darah merah. Jadi jika semua arteriola di dalam tubuh
mengalami spasme maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi
kenaikan tekanan periler agar oksigen jaringan dicukupi. (Andini D M, ddk 2022).

3. Etiologi

Menurut (Andini D M, ddk 2022) penyebab pre eklamsia secara pasti belum
diketahui. Namun pre eklamsia sering terjadi pada:

a. Primigravida

b. Tuanya kehamilan

5
c. Kehamilan ganda

Menurut (Sari, ddk 2022) penyebab dari pembentukan yang abnormal ini
antara lain :

a. Tidak tercukupnya aliran darah menuju rahim

b. Kerusakan pada sel sel darah

c. Masalah pada sistem imunitas

d. Beberapa gen

4. Faktor Predisposisi

Adapun enam faktor predisposisi pre eklamsia menurut (Sari,ddk 2020) meliputi:

a. Usia
Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor
predisposisi
b. Paritas

Pada kehamilan pertama sering terjadu resiko preeklamsia dan akan


meningkat pada kehamilan grabde multipara.

c. Riwayat penyakit

Riwayat penyakit seperti penyakit vaskuler, ginjal, diabetes militus,


hipertensi kronik dan penyakit lainnya juga dapat beeresiko
menimbulkan pre eklamsia dalam kehamilan.

5. Tanda dan Gejala

Menurut (Andini D M, ddk 2022) tanda-tanda pre eklamsia adalah sebagai berikut

6
a. Berat badan yang berlebihan dan oedema: kenaikan berat badan dan
oedma yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam
ruangan intestinal (peningkatan tekanan kapiler)
b. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan munth. Hal
ini akibat dari tekanan darah intrakranial.
c. Penglihatan kabur: akibat kerusakan retina karena hipertensi.
d. Hipertensi dan akhirnya proteinurea: proteinurea disebabkan oleh
spasme arteriola yang dapat mengakibatkan perubahan pada
glomerulus.

6. Klasifikasi Pre Eklamsia

Menurut Andini D M, ddk 2022 klasifikasi pre eklamsia terbagi kedalam dua
macam, yaitu :

a. Pre eklamsla ringan

Pre eklamsia ringan ditandal dngan tekanan darah 140/90 mmhg


proteinuria 0,3 gr/lt atau 1+ atau 2+, oedema pada kaki, jarl, muka dan
berat badan naik >1kg/mg

b. Pre eklamsia berat

Pre eklamsia berat ditandai dengan tekanan darah 160/110 mmhg atau
lebih, proteinuria 5 gr/lt atau lebih, oliguria (jumlah urin < 500 ss per 2
jam), terdapat oedema paru dan sianosis, adanya gangguan serebral
gangguan visus, dan rasa nyeri diepigastrium.

7. Penatalaksanaan

7
Tatalaksana preeklampsia berat harus dikerjakan berdasarkan penilaian yang cermat,
stabilisasi kondisi ibu, monitoring ketat, dan melakukan persalinan dalam waktu dan
kondisi yang tepat. Beberapa hal yang harus dikerjakan dalam penanganan
kegawatdaruratan preeklampsia berat

1. Stabilisasi Tekanan Darah

Penanganan hipertensi akut dapat mencegah risiko komplikasi cerebrovascular


dan cardiovascular pada ibu dengan preeklampsia, yang merupakan penyebab
terbanyak mortalitas dan morbiditas maternal.

a. Tekanan darah ≥160/110 mmHgObat penurun tekanan darah harus diberikan


pada kondisi:

b. Tekanan darah ≥140/90 mmHg dengan komorbiditas (gangguan organ lain)

Pada ibu dengan hipertensi berat (> 160/110 mmHg), obat penurun
tekanan darah diberikan dengan target menurunkan tekanan darah <160/110
mmHg. Pada ibu dengan peningkatan tekanan darah 140-159/90 109 mmHg,
target penurunan tekanan darah tergantung ada tidaknya komorbiditas. Jika ibu
memiliki komorbiditas maka tekanan darah harus diturunkan < 140/90 mm Hg,
sedangkan tanpa komorbiditas tekanan darah dapat diturunkan sampai 130-
155/80-105 mm Hg (SOGC, 2014).

Pada hipertensi berat, obat pilihan utama: kapsul nifedipine short acting,
hydralazine intravena atau panteral labetolol. Alternatif lain adalah: methyldopa
oral, labetolol oral, atau clonidine oral (SOGC, 2014). Nifedipine dapat diberikan
dengan dosis awal 3x 10 mg per oral, dengan dosis maksimal 120 mg/hari.
Nifedipine tidak boleh diberikan secara sublingual. Tidak diperbolehkan
memberikan obat jenis Atenolol. ACE inhibitor, Angiotensis Receptor Blockers
(ARB) dalam kehamilan (RCOG, 2010; SOGC, 2014).

2. Pencegahan Kejang

8
Studi MAGPIE telah membuktikan bahwa pemberian Magnesium Sulphate dapat
menurunkan risiko eklampsia/kejang pada wanita dengan preeklampsia sebesar
58% Magnesium Sulphate (MgSO4) adalah obat pilihan pertama dalam mencegah
kejang pada kasus preeklampsia berat. Diazepam dan Phenitoin tidak lagi menjadi
obat pilihan utama dalam pencegahan kejang (RCOG, 2010).

Syarat pemberian MgSO4), (Angsar MD, 2005):

1) Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu Calcium Gluconas 10%-1 gr(10%


dalam 10 cc) diberikan intra vena (iv) selama 3 menit.

2) Refleks patelia (+) kuat.

3) Frekuensi pernafasan> 16+/menit, dan tidak ada tanda-tanda distress nafas.

4) Produksi urin > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5.cc/kg,bb / jam)

3. Pemberian MgSO4

MCSO4 diberikan sebagai antikejang dengan dosis awal (loading dose) 4-5
gram/intra vena pelan dengan MgSO4, 20%, dilanjutkan dengan 10 gram MgS04,
40% intra muskular disuntikkan ke bokong kiri dan kanan dan diulang tiap 6 jam
sebanyak 5 gram MgSO4, 40%. Pemberian ini juga dapat dilakukan dengan
menggunakan syringe pump sebesar 1 gram/jam/intravenia MgSO4, 40%
(Aditiawarman, 2016). Beberapa alternatif cara pemberian MgSO4 dapat dilihat
pada Gambar 15.2

Angsar (2005) menyatakan bahwa pemberian sulfas magnesium dihentikan bila:

1) Ada tanda-tanda intoksikasi2)


2) Setelah 12-24 jam pasca persalinan

Tabel 15.1 Dosis terapeutik dan toksis MgS04

9
Dosis Terapeutik 4-7 mEq/Liter 4,8-8 mg\dL
Hilangnya reflek tendon 10 mEq/Liter 12 mg\dL
Terhentinya pernafasan 15 mEq/Liter 18 mg\dL
Terhentinya jantung >30 mEq/Liter 4,8-8,4 mg/dL

4. Pemberian MgSO4, pada Kejang Ulangan

Kejang ulangan pada wanita yang telah mendapatkan MgSO, dapat diterapi
dengan injeksi bolus MgSO4, 2 gram, atau peningkatan kecepatan tetesan ayringe
pump sampai 1.5-2.0 gram/jam. Jika setelah tatalaksana ini masih terjadi kejang,
maka chat alternatif seperti Diazepam atau Thiopentone dapat diberikan dosis
tunggal, karena pemberian Diazepam berkepanjangan dihubungkan dengan kematian
maternal (RCOG, 2010).

Menurut Angsar (2005) keuntungan pemberian MgS04, per injeksi Ialah:

Pasien tetap sadar, berbeda dengan pemberian harbiturates, obat penenang, dan
narkotika, sehingga kecil kemungkinan terjadi gangguan pernapasan dan aspirasi
asam lambung. Tabel 15.2 tata cara pemberian MgSO4 untuk mencegah kejang pada
preeklamsia

A. ALTERNATIF I (Kombinasi IV dan IM)

1. Dosis insiasi

a. Injeksi 4 IV (MgS04 30%) 20 cc selama 5-10 menit (jika tersedia MgSO4


40% berikan 10 oc ditambah 10 cc aqua).

b. Injeksi 10g IM (MgS04 4%) pelan (5 menit), maung-masing pada bokong


kanan Dan kiri berikan 3g Dapat ditambahkan 1 ml. lidokain 25 untuk
mengurang ketidaknyamanan Dosis Pemeliharaan.

10
2. Dosis pemeliharaan

Injeksi 5 IM (MgS04 47%) pelan 15 menit, pada bokong bergantian setiap 6 jam
hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang terakhir.

B. ALTERNATIF 2 (pemberian IV saja)

1. Dosis Inisiasi

Injeksi 4 g IV (MgSO4 30%) 20 er selama 5-10 menit (ika tersedia MgS04 40%
berikan 10 ec ditambah 30 cc aqua) Dosis Pemeliharaan.

2. Dosis pemeliharaan

Lanjutkan dengan pemberian MgSO4 1 g/jam dengan syringelinfusion


pump,contoh: sisa 15 cc Mg504 40% (6 g MgSO4) ditambahkan 15 cc aqua gring
pup) atau 500 cc RL/RD fin pen dan dapat diberikan selama 6 jam .

3. Jika didapatkan kejang ulangan setelah pemberian MgS04

Tambahkan M504 20% 2 g (10 cc iv (dengan kecepatan Igmenin, dapat dilang 2


kali. Jika masih kejang dapat diberikan Diazepam 5-10 mg iv dalam 1-2 menit,
dapat dilang hingga dosis maksimal 3) mg (pilihan lain: Midazolam dan
Lorazepam).

Catatan: cara pemberian Mg pada kasus rujukan disesuaikan dengan jumlah


dosis dan lama pemberian yang telah diberikan dari tempat merujuk .

CATATAN TAMBAHAN:

1) Syarat pemberian MgSO4; faju nafas>12</ment, refleks patel (+) produks


urine minimal 110cc4 jam sebelum pemberian, tersedianya Calcium Glukonas
117% sebagai antidotum.

11
2) Evaluasi syarat pemberian MgSO4 setiap akan memberikan dosin
pemeliharaan UM berkalastering, pada ALTERNATIF 1 dan setiap jam jika
menggunakan ALTERNATIF 2 (continous infusion, syringe pumpiinfusion
pump).

3) MgSO4 diberikan hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang terakhir .

4) MgSO, tidak menimbulkan akibat buruk bagi janin.


5) Pengobatan MgSO, mudah pemberiannya dan bila terjadi keracunan mudah
diatasi.

6) MgSO, menambah aliran darah ke rahim dan menambah konsumsi oksigen ke


dalam otak.

Pemakaian Diazepine (Valium) sebagai obat anti kejang ternyata mulai


ditinggalkan, sebab (Angsar, 2005)

1) Disepine menurunkan kesadaran pasien, sehingga kedalaman gangguan


kesadaran sukar dinilai dan kemungkinan timbulnya gangguan pernapasan serta
aspirasi asam lambung lebih besar.

2) Untuk berkhasiat sebagai obat anti kejang dibutuhkan dosis yang lebih tinggi.

3) Diazepine melewati plasenta dan berada dalam janin relatif lama.sehingga janin
yang baru lahir sering mengalami hypotonie dan depresi.

5. KESEIMBANGAN CAIRAN

Restriksi cairan dianjurkan pada kondisi preeklampsia berat, disebabkan


meningkatnya risiko overload cairan pada intra atau postpartum. Total cairan
masuk harus dibatasi sampai 80 ml/jam atau 1 ml/kg/jam (RCOG 2010).
Diuretikum tidak boleh diberikan, kecuali jika ada gejala edema paru, gagal
jantung kongestif, atau edema anasarka. Pemberian diuretikum akan
memperburuk kondisi ibu dan janin karena memperberat hipovolemia,

12
mengurangi perfusi utero plasenta, meningkatkan homokonsentrasi, dan
menimbulkan dehidrasi pada janin (Angsar, 2005).

6. PEMBERIAN KORTIKOSTEROID UNTUK MATURASI PARU JANIN

Kortikosteroid harus diberikan pada ibu preeklamsia dengan usia


kehamilan 34 minggu. Pemberian steroid pada wanita yang terancam persalinan
prematur (spontan atau iatrogenik) sangat signifikan menurunkan mortalitas dan
morbiditas neonatal (ACOG, 2016). Neonatus preterm yang mendapat terapi
steroid memiliki risiko lebih rendah dalam hal berikut:

a. Respiratory Distress Syndrome (RR 0,66; 95% CI 0,59-0,59)

b. Pendarahan intracranial (RR 0,54; 95% CI 043-0,69)

c. Necrotizing Enterocolitis (RR 0,16 95% CI 0,29-0,74)

d. Kematian (RR 069, 95% CI 0.58-0,81) (ACOG, 2016)

ACOG (2016) menyatakan bahwa pilihan Steroid untuk maturasi paru janin:

a. Dexamethasone 4x6 mg im (tiap 12 jam atau dalam 2 hari pemberian)

b. Betamethasone 2x12 mg im (tiap 24 jam atau dalam 2 hari

Aditiawarman (2016) menyatakan bahwa Langkah - langkah

penatalaksanaan Kegawatdaruratan Preeklampsia Berat

1. Segera masuk rumah sakit

2. Tirah baring

3. Infus Ringer Laklat atau Ringer Dekstrose 5%

4. Pemberian anti kejang MgSO, sebagai pencegahan dan terapi kejang.


Regimen pemberian Mg50, dapat mengacu pada tata cara pemberian di atas.

13
Pilihan metode pemberian dapat disesuaikan dengan ketersediaan sumber
daya di faskes masing-masing

5. Pemberian antihipertensi dan mempertahankan tekanan darah di bawah


160/110 mmHg dapat diberikan Nifedipin dan Metildopa

6. Pemberian antihipertensi par-enteral bila dijumpai tekanan darah >180/110.


Dapat digunakan Nicanlindrip RCOG (2010), memberikan panduan
mengenai langkah-langkah

Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Eklampsia:

1. Panggil bantuan (dokter spesialis obgyn, dokter anestesi, bidan, perawat,


dan lainnya), hendaknya tidak meninggalkan ibu sendiri.

2. Pastikan ibu tidak mengalami cedera saat kejang (akibat benturan dengan
benda di lingkungannya, terjatuh, atau menggigit lidah), pasang sudap lidah

3. Setelah selesai kejang, taruh ibu pada posisi miring kiri, posisi kepala
dimiringkan dan diarahkan ke bawah untuk mencegah aspirasi, dan pasang
oksigen.
4. Nilai jalan napas dan pernapasan, bebaskan jalan napas (ABC/Airway
Breathing Circulation

5. Jika memungkinkan, dapat dipasang pulse oximetry untuk menilai


oksigenasi jaringan..

6. Berikan MgSO, sesuai dosis awal jika ibu belum pernah menerima MgSO,
sebelumnya. Jika ibu sudah pernah mendapatkan Mg50, maka berikan
sesuai dosis regimen ulangan kejang

7. Jika kejang menetap dengan dosis ulangan, maka dapat


dipertimbangkanpemberian obat alternatif lain (Diazepam dan
Thiopentone).

8. Jika kejang masih menetap perlu dipertimbangkan intubasi untuk


melindungi jalan nafas dan mempertahankan oksigenasi.

14
9. Jika kondisi ibu sudah stabil, harus disiapkan perawatan lanjutan difaskes
yang lebih tinggi (sekunder-tersier) yang memiliki fasilitas ICU dan NICU.

7. KOMPLIKASI

Preeklampsia dapat menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas


maternal perinatal terutama pada preeklampsia tipe dini (earlyonset preeclampsia),
pada ibu dengan penyakit dasar lainnya, dan pada negara miskin/berkembang
(Sibai et al., 2005).

Komplikasi Maternal:

1. Solusio Plasenta (1-4%)

2. Sindroma HELLP/DIC (10-20%)

3. Edema paru (2-5%),

4. Gangguan ginjal akut 2-5%)

5. Eklampsia (< 1%)

6. Gangguan liver (<1%),

7. Stroke,

8. Kematian

9. Penyakit jantung di masa mendatang.


Komplikasi Neonatal:

1) Persalinan prematur (15-67%),

2) Gangguan pertumbuhan janin (10-25%)

3) Lesi neurologis hipoksia (<1%)

4) Kematian perinatal (1-2%)

15
5) Penyakit kardiovaskular yang dihubungkan dengan bayi berat badan lahir
rendah.

8. PROGNOSIS

1. Risiko rekurensi: 20% akan mengalami hipertensi, dan 16% akan mengalami
preeklampsia berulang pada kehamilan berikutnya. Wanita dengan riwayat
preeklamsia tipe dini memiliki risiko rekurensi palingbesar (25-65%)

2. Risiko komplikasi obsetrik wanita dengan preeklampsia memiliki risiko


komplikasi gangguan pertumbuhan janin, kelahiran proterm, solusio
plasenta, dan kematian janin dalam Rahim

3. untuk jangka panjang wanita yang pernah mengalami preeklampsia memiliki


risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit kardiovaskular di masa
mendatang (meliputi hipertensi, penyakit jantung iskemik stroke, dan
thromboemboli vena) (Norwitz ER, Repke JT, 2015)

16
BAB III
TINJAUAN KASUS

Hari/Tanggal : Kamis 09 februari 2023

Pukul : 09.30 Wib

Tempat : Ruang Bersalin RSUZA

S : Ny. N berusia 39 G3P2A0 hamil 36 minggu tahun datang dengan keluhan pusing, nyeri
kepala, dan pandangan kabur. Keluar lendir darah dari jalan lahi, dan keluar air – air
dari jalan lahir. Saat ini gerakan janin aktif. Ibu mengatakan mempunyai riwayat
keturunan tekanan darah tinggi dari keluarga.

Hari Pertama Haid Terakhir: 28 Mei 2022

O : Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda Vital : TD : 140/80mmHg

N : 92x/menit

P: 20x/menit

T : 36,1°C

TTP : 04 februari 2023

DJJ : 140x/m

17
Pemeriksaan Fisik

Mata : Konjungtiva : Anemis


Sklera : Ikterik

Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid

Payudara : Putting susu menonjol, tidak ada benjolan dan nyeri tekan.

Abdomen : Ada bekas oprasi

• L1 : 3 jari di bawah px (TFU=26 cm)

• L2 : punggung kiri

• L3 : presentasi kepala

• L4 : kepala belum masuk PAP (Convergen)

Genetalia : Portio : livid

OUE : tertutup

Fluksus : (-)

Ekstremitas : Oedema : (+)

Varices : Tidak ada

Refleks patella : KA (+) KI (+)

Pemeriksaan penunjang :

A: G3P2A0 usia kehamilan 36 Minggu dengan Pre-eklampsia ringan.

18
P:

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan saat ini

2. Melakukan pemantauan TTV dan DJJ

3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang teratur 1-2 jam siang, 7-8 jam malam

4. Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn

Instruksi dokter penanggung jawab pasien


• Pemberian protab PEB ➢ Dosis awal :
memberikan 4 gram mgSO4 40% dengan 10 cc mgSO4 40% di larutkan ke
dalam 10 cc aquades diberikan secara IV di bolus secara perlahan selama 15-20
menit ➢ Dosis rumutan :

Memberikan 6 gram mgSO4 40% sama dengan 15 cc mgSO4 40% dilarutkan


dalam larutan RL 500 cc diberikan sebanyak 28 tetes per menit selama 6 jam

• Pematangan paru Densa Dexametason 6 mg/12 jam selama 2 hari.

5. Mengobservasi perburukan PEB seperti terjadinya kejang

6. Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan dengan PEB

• Terjadinya kerusakan organ (Oedema paru, gagal ginjal, mata rabun)

• Menyebabkan bayi lahir prematur

• Gangguan pertumbuhan janin

7. Ibu sudah mengerti dengan apa yang di jelaskan dan mau mengikuti sesuai dengan
anjuran petugas .

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan asuhan kebidanan yang telah diberikan di Ruangan Bersalin RSUDZA,


didapatkan bahwasanya Ny. N berumur 39 tahun dengan Pre-eklamsi ringan, hasil
pemeriksaan fisik dalam batas normal TD : 140/80 mmHg , N : 92x/m, S : 36,1 ͦ C,
Hb : 10,5 gr/dl, protein urine : +3. Dan telah diberikan asuhan kebidanan yang
dimana ibu mengatakan sudah mengerti dengan apa yang di jelaskan dan mau
mengikuti sesuai dengan anjuran dari petugas.

B. Saran

a. Bagi Mahasiswa

Setelah melakukan asuhan kebidanan diharapkan mahasiswa mampu memahami


dan memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan pre eklamsia secara
komprehensif.

b. Bagi Klien/Pasien

Hasil dari penerapan studi kasus ini dapat memberikan asuhan kebidanan yang
sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan dapat memberikan pengetahuan
pada ibu hamil dengan pre-eklamsia.

c. Bagi lahan Praktik

Dapat memberikan ilmu dan juga pengaaman baru berdasarkan tindakan yang
dilakukan dan juga asuhan yang diberikan pada ibu dengan pre-eklamsia.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ronale, ddk. (2020) Asuhan Kebidanan Kehamilan, jawa timur: cv pustaka queena

Andini d m, ddk (2022) Keterampilan Klinik Praktek Kebidanan, sumatera barat pt


global eksekutif teknologi

Sari ddk, (2022) Buku Saku Kebidanan Konsep Preeklamsia Dalam Kehamilan,
NEM

August, P. and Sibai, B.M. 2015 Preeclampsia: clinical features and diagnosis
Diakses dari http://Uptodate.com pada tanggal 1 Juli 2017

21
22

Anda mungkin juga menyukai