Anda di halaman 1dari 142

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang memiliki intelegensi atau

kecerdasan, dan dengan keintelegensiannya manusia mampu menghadapi

hidup. Selain itu, manusia harus bermasyarakat hal ini dikarenakan manusia

merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan lainnya

untuk berkembang, dan bertahan hidup.

Manusia hidup di dalam masyarakat menjadikan tatanan kehidupan

sosial maupun kelompok terbentuk. Kehidupan manusia harus teratur, maka

ada keharusan akan aturan. (Bergson, 1932: 20). Sebagai contoh, seseorang

harus berpegang pada norma dan nilai yang berlaku di lingkungan kerjanya,

atau lingkungan tempat tinggalnya.

Menyesuaikan diri dengan lingkungan, menjadikan individu berdaptasi

diri dengan pola-pola populer, seperti cara berpakaian, cara berbicara, cara

bersikap, dan lain-lain. Namun ada seseorang merasa kurang mampu atau tidak

memiliki kesempatan melakukan sesuatu yang diinginkan orang disekitarnya

secara maksimal ketika harus berdaptasi saat bermasyarakat. Sehingga dengan

sadar seseorang tersebut menciptakan alter ego untuk dirinya.

(https://www.klikdokter.com).

Alter ego memiliki arti diriku yanga lain, merupakan ranah Psikologi

dari bahasa Latin yang terdiri dari dua kata “alter” dan “ego”. (Schultz, 2017:

45-48). Alter ego bukan berarti mengalami gangguan kepribadian, khususnya

1
kepribadian ganda. Alter ego adalah karakter yang sengaja dibuat oleh

seseorang dalam keadaan sadar. Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi.,

Psikolog, alter ego merupakan bentuk karakter ideal untuk menutupi karakter

aslinya.

Dengan menciptakan alter ego, seseorang tersebut mulai memimpikan

hal-hal yang ingin dicapai untuk menyenangkan orang disekitarnya, dan orang

tersebut membayangkan hidup di kondisi yang lebih baik. Karakter idealnya

merupakan “senjata” untuk mengembangkan diri dan mencapai tujuan yang

tadinya tidak terjamah. Maka tak jarang alter ego dijadikan sebagai pegangan,

dan motivasi. (https://www.klikdokter.com).

Sigmund Freud menjelaskan dalam teori psikoanalisis bahwa ego

adalah wilayah pikiran manusia yang berhubungan langsung dengan kenyataan

dan kemampuan pikiran untuk beradaptasi dengan kenyataan. Bagaimana

berinteraksi dengan orang lain, bagaimana caranya memenuhi kebutuhan dari

Id, serta mengetahui akan konsekuensinya merupakan cara kerja dari ego.

(Schultz, 2017: 45-48).

Alter ego menjadi wadah ekpresi kedua bagi orang-orang yang tidak

bisa menjadi apa yang diinginkannya. Keinginan untuk bereksistensi dan

berekspresi sesuai dengan kemauan diri sendiri tanpa adanya rasa takut atau

rasa bersalah terhadap pilihan yang diambil. Sehingga dapat dilakukan secara

sadar dan dapat dikendalikan sesuai keinginan orang tersebut.

Fenomena terjadinya alter ego karena kehidupan tidaklah mudah. Hal

ini dikarenakan banyak sekali menuntut tanggung jawab, dan banyak sekali

2
tugas yang harus dikerjakan dengan adanya tekanan didalamnya. Entah itu

tekanan dari keluarga, rekan kerja, teman, tim, agama, dan sebagainya.

Sehingga menuntut seseorang untuk berperilaku yang sesuai dengan situasi

tersebut. Terutama untuk menghindari keadaan tertentu. (Herman, 2019: 3).

Seperti contoh komedian Aming Aming Supriatna Sitanggang atau

yang lebih dikenal Aming, memiliki alter ego bernama Aminah. Aming

menciptakan karakter Aminah sebagai bentuk ekspresinya yang bebas, aktratif

dan lebih kreatif menurut dirinya dibandingkan dengan karakter aslinya yaitu

Aming.

Alter ego juga muncul di dalam cerita-cerita fantasi seperti, Batman

yang merupakan alter ego dari Bruce Wayne, Clark Kent yang merupakan

alter ego dari Superman, Sinichi Kudo yang merupakan alter ego dari Conan,

atau Gundala yang merupakan alter ego dari Sancaka. Contoh tersebut

merupakan orang-orang yang dengan sengaja dan sadar menggunakan alter

ego mereka untuk menjadi alat ekspresi dalam berseni.

Orang yang mempunyai karakter alter ego dan menjadikan alter ego

sebagai alat ekspresi tergantung kemauan orang itu sendiri. Salah satunya

adalah peneliti sekaligus perupa menjadikan alter ego menjadi focus dalam

penciptaan karya karena peneliti menganggap bahwa peneliti juga mengalami

hal serupa.

Peneliti lahir dilingkungan keluarga yang sangat menjujung tinggi nilai

agama. Sejak kecil peneliti sudah di masukan ke pesantren hingga lanjut masa

SMA. Peneliti menyukai seni khususnya menggambar objek sejak masa SMP.

3
Di masa inilah peneliti merasakan bahwa seni itu unik dan indah. Namun

terdapat perbedaan pandangan antara seni dengan norma-norma agama yang

dijalani oleh keluarga peneliti.

Dikarenakan perbedaan pandangan itulah sehingga memunculkan rasa

takut peneliti untuk menunjukannya kepada keluarga. Oleh karena itu, peneliti

menyembunyikan bakat tersebut, baik saat sekolah maupun saat tidak sekolah.

Untuk menghindari tekanan tersebut, maka peneliti secara sadar membuat

karakter ideal untuk menutupi karakter asli di luar lingkungan rumah

khususnya keluarga atau menciptakan alter ego untuk diri peneliti.

Alter ego peneliti seperti optimis, percaya diri, kreatif, dan acuh

terhadap aturan ataupun pandangan orang. Alter ego peneliti menurut peneliti

menjadi zona nyaman dalam berkarya tanpa adanya batasan dalam berpikir,

ataupun berindak diluar yang bertentangan. Seolah-olah peneliti menjadi

seseorang yang peneliti impikan.

Grafik 1. . Hasil Kuesioner Pra-Survey Untuk Mengetahui Apakah Konsumen Sedang

Melakukan Alter ego. Sumber: Dokumen Pribadi.

Hasil kuesioner pra-survey menyatakan 36,4% koresponden melakukan

alter ego. Hal itu menunjukkan bukan hanya peneliti yang mempunyai

4
pengalaman melakukan alter ego. Atas dasar inilah, peneliti ingin

membagikan kepada penikmat dan penonton karya peneliti berupa film pendek

tentang alter ego di media sosial.

Karya seni berupa film pendek tema alter ego untuk menunjukkan

dampak positif alter ego. Sekaligus menunjukan bahwa alter ego dapat

dijadikan wadah ekspresif, dan bentuk ekspresi diri diluar zona yang biasa

dihadapi. Harapannya mampu menyentuh banyak penikmat untuk terus

mengembangkan minat dan potensinya terutama melalui film pendek.

Film pendek dalam buku “5 Hari Mahir Membuat Film” tahun 2011

karangan Panca Javandalasta yaitu sebuah karya film cerita fiksi yang

berdurasi kurang dari 60 menit berdasarkan jenis film yang biasa diproduksi

untuk berbagai keperluan. Menurut standar festival Internasional terdapat

beberapa jenis film pendek, diantaranya film pendek eksperimental, film

pendek entertainment / hiburan, film pendek layanan masyarakat (public

service), dan film pendek komersial.

Pemilihan media sosial sebagai platform film pendek ini karena media

sosial saat ini menjadi ruang berbagai informasi yang sangat mudah untuk

diakses semua orang di seluruh dunia. Hanya dengan cukup internet kita dapat

mengaksesnya. Media sosial tidak membatasi bentuk informasi yang ada,

seperti platform sharing video, dan foto di antaranya instagram, youtube.

(Nasrullah, 2018: 13).

5
Kemudahannya dalam menyebarkan sebuah informasi kepada khalayak

banyak secara luas dalam waktu yang singkat tanpa harus mencari atau

mendatangi orang satu persatu. Kemudahan inilah yang menjadi kelebihan

media sosial yang saat ini ada seperti instagram, facebook, youtube, dan

sejenisnya.

Pengguna media sosial saat ini sangat mudah dijumpai pada teknologi

seperti handphone atau smartphone. Data Balai Pusat Statistik (BPS)

Indonesia 2018 menyebutkan 94,22% Pemuda Indonesia yang menggunakan

handphone berusia 16-30 tahun. Sedangkan penggunaan internet sebagai

kebutuhan utama penggunaan media sosial ada Pemuda Indonesia 73,27%.

Menurut Nasrullah (2015) media sosial adalah medium di internet yang

memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi,

bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain membentuk

ikatan sosial secara virtual. Tidak dapat disangkal sosial media saat ini cara

baru masyarakat dalam berkomunikasi yang berdampak pada berbagai sisi

kehidupan masyarakat.

Van Dijk dalam Nasrullah (2015) bahwa media sosial adalah platform

media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi

mereka dalam beraktifitas maupun berkolaborasi. Menurut Ahmad Setiadi,

media sosial memiliki kekuatan sebagai arsip; sebagai medium

berlangsungnya masyarakat (society) di dunia virtual; dan user-generated

6
content (UGC) dimana konten dihasilkan oleh pengguna, bukan oleh editor

sebagaimana di instansi media massa.

Pada intinya, sosial media dapat dilakukan berbagai aktifitas dua arah

dalam berbagai bentuk pertukaran, kolaborasi, dan saling berkenalan dalam

bentuk tulisan, visual maupun audiovisual. Menurut Nasullah (2015) jenis-

jenis media sosial diantaranya: social networking, jurnal online sederhana atau

microblog (micro-blogging), media sharing, penanda sosial, media konten

bersama atau wiki.

B. Perkembangan Ide Penciptaan

Berawal dari kegiatan film pendek pada mata kuliah Videografi dan

keikutsertaan peneliti pada sebuah acara VAA tahun 2019, peneliti memiliki

minat dibidang sinematografi khususnya film. Bahkan peneliti telah

menciptakan beberapa film pendek seperti Rambut Panjang, DIA(?), MV, Tak

Terlihat, Arjuna, dan Pandangan.

Peneliti berkeinginan untuk menciptakan sebuah film yang tidak hanya

menjadi sarana hiburan, tetapi juga dapat menjadi media edukasi. Setelah

melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing, mendapatkan arah untuk

mencoba mengangkat tentang hobi kesenian yang dilakukan sebagai bentuk

alter ego seseorang dari kehidupan utamanya.

Untuk meperdalam pengetahuan peneliti terhadap alter ego peneliti

melakukan wawancara dengan Mahasiswa lulusan Jurusan Psikologi anak dan

remaja. Hasil dari wawancara menunjukan bahwa alter ego merupakan

7
defensive mechanisme seseorang terhadap ketidak mampuannya terhadap

sesuatu. Namun pemilik alter ego masih dalam kategori mental yang sehat,

dan dilakukan secara sadar.

Alter ego merupakan fenomena yang terjadi akibat ketidakmampuan

seseorang dalam memuaskan keinginan dasar dalam dirinya. Alter ego sendiri

tecipta berdasarkan tujuan dari penciptanya. Sebagai contoh seseorang ingin

menunjukan bakat seninya namun takut akan ekspetasi orang banyak. Maka

dia menciptakan karakter baru dimana karakter baru tersebut tidak peduli

dengan sikap orang lain terhadap karyanya nanti.

Fenomena ini terjadi pada pengalama hidup pribadi peneliti saat masih

menempuh pendidikan SMP. Namun pada saat itu peneliti belum mengetahui

apa itu alter ego. Hal ini karena pada dasarnya setiap orang memiliki keinginan

untuk bereksistensi dan berekspresi diri sesuai dengan keinginannya. Namun

tidak semua orang dapat melakukan hal tersebut karena adanya tekanan di

lingkungan sekitar.

Oleh karena itu peneliti melakukan observasi kepada beberapa orang

dari berbagai jenis latar belakang pendidikan, untuk memperoleh informasi

apakah mereka mengetahui tentang alter ego, dan apakah mereka memiliki

pengalaman alter ego. Untuk memperoleh informasi tersebut peneliti

melakukan FGD (Forum Group Disccussion) dan google form.

Hasil dari FGD menunjukan bahwa sebagian responden mengetahui

alter ego namun tidak memahami alter ego. Beberapa responden juga masih

8
belum mengetahui perbedaan alter ego dengan kepribadian ganda atau

gangguan jiwa. Peneliti juga mendapati bahwa ada responden memiliki

keterbatasan dalam lingkungan khususnya keluarga dalam berekspresi seperti

pengalaman peneliti.

C. Fokus Penciptaan

Fokus penciptaan meliputi Aspek Konseptual, Visual, dan Operasional,

berikut penjabarannya:

1. Aspek Konseptual

a. Penemuan Sumber Inspirasi

Pengalaman pribadi peneliti menggunakan alter ego sebagai

wadah eksistensi, serta wadah berskpresi diri untuk tercapainya

kepuasaan pribadi yang tidak bisa terpuaskan dengan karakter utama

peneliti. Hal ini dikarenakan adanya rasa takut akibat tekanan dari

keluarga yang peneliti alami, serta pengalaman dari responden

peneliti.

b. Interest seni

Interest seni peneliti merupakan reflektif, karena peneliti

menuangkan pengalaman pribadi serta observasi yang

divisualisasikan dalam bentuk adegan film serta melakukan

penggambaran melalui mise an scene.

c. Interest Bentuk

9
Karya peneliti termasuk kedalam figuratif, karena peneliti

mengambil shoot gambar konkrit seperti karakter manusia.

d. Prinsip Estetik

Peneliti menerapkan prinsip postmodern karena mengangkat

masalah sosial budaya dimana dalam karya peneliti memberikan

contoh dampak positif kepada khalayak tentang alter ego, dapat

menjadi alat berekspresi seni yang bebas. Sehingga ada interaksi

antara karya dengan penonton.

2. Aspek Visual

a. Eksplorasi karakteristik film dengan menampilkan visualisasi suasana

dan karakter yang menganggap ada batasan sosial yang menghalangi

mereka. Dengan pemilihan genre, kemudian unsur-unsur visual sepeti

properti lukisan, studio kesenian, dan beberapa adegan melakukan

aktivitas seni untuk mewakili penggambaran hal tersebut.

b. Unsur-unsur Desain Komunikasi Visual digunakan dalam

perencanaan mise-en-scene serta perencanaan sinematik, seperti

dalam penataan cahaya, properti, storyboard, floorplan, moodboard,

dan lain sebagainya.

c. Pengemasan karya berupa poster film yang menyampaikan 2 sisi

kehidupan seseorang.

10
3. Aspek Operasional

a. Pra produksi, pada tahapan ini merencanakan cerita dasar. Kemudian

menyusun skenario serta membuat storyboard, melakukan recce

lokasi syuting, dan casting pemain.

b. Produksi, menggunakan peralatan kamera digital, pencahayaan buatan

dengan lampu, dan alat perekam suara.

c. Pasca Produksi, film dilakukan pengeditan menggunakan aplilkasi

Adobe Premiere Pro, sedangkan karya film berupa soft file.

D. Tujuan Penciptaan

1. Merancang sebuah film pendek sebagai sarana penyampaian tentang alter

ego yang dapat menjadi wadah dalam berekspresi serta bereksistensi

khususnya dalam bidang seni.

2. Menciptakan film pendek yang mengedepankan unsur-unsur mise en

scene untuk membentuk visualisasi yang sesuai dengan cerita seperti

penggunaan properti, warna dalam kamera, pemilihan tempat,

pencahayaan dan sejenisnya.

3. Melakukan penciptaan film pendek yang mengedepankan sistematika

penciptaan sebuah film dimulai dari proses pra produksi, produksi, paska

produksi.

11
E. Manfaat Penciptaan

1. Bagi Peneliti:

Membuat peneliti untuk terus berksplorasi salah satunya melalui

film guna mengembangkan kemampuan peneliti dalam bidang film.

Sehingga mampu menghasilkan sebuah karya baru sesuai segmentasi yang

dituju.

2. Bagi Masyarakat

Menambah wawasan serta motivasi untuk mengembangkan potensi

diri, serta mampu menggunakan dan menciptakan alter ego nya sendiri

secara baik.

3. Bagi Institusi terkait

Menjadi contoh media interaktif dalam menyampaikan gagasan,

khususnya dalam karya peneliti yaitu tentang alter ego dengan harapan

menumbuhkan potensi diri.

12
II. STUDI PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Penciptaan karya film pendek ini berkonsep alter ego didukung

beberapa karya jurnal terdahulu, dan beberapa referensi praktik. Sehingga

membantu peneliti untuk memahami penyampaian konsep alter ego menjadi

sebuah film pendek.

1. Referensi Teoritik

Referensi teoritik pertama peneliti gunakan adalah “Penerapan

Sinematografi Pada Film Pilar” oleh M. Fadil Yanuar Lubis, dan Sri

Wahyuni, Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Seni dan Desain,

Universitas Potensi Utama, Medan, Sumatera Utara.

Dalam jurnal tersebut, peneliti memahami bahwa sinematogafi

merupakan kumpulan gambar-gambar yang memberikan sebuah

informasi. Sehingga salah satu fungsi dari sinematografi adalah

menjadikan gambar menjadi bahasa visual kepada audiens dan menjadi

sebuah pesan yang berarti. Untuk itu prinsip dan elemen-elemen desain

sangat dibutuhkan dalam penciptaan karya sinematografi.

Referensi teroritik kedua adalah “Konsep Diri Alter ego Di Media

Sosial (Studi Fenomenologi Konsep Diri Pengguna Akun Alter ego

Memposting Foto Seksi di Twitter Dalam Menunjukkan Identitasnya Yang

Berbeda Di Kota Bandung)” oleh Nizha Maulidhina, Program Studi Ilmu

13
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer

Indonesia, Bandung, Jawa Barat.

Pada jurnal ini peneliti memahami bahwa konsep alter ego

merupakan cara lain dalam bereskpresi dan bereksistensi diri diluar

karakter utamanya. Bagaimana seseorang berperilaku lain di kehidupan

media sosialnya dibandingkan dengan kehidupan normalnya. Jurnal ini

juga menjelaskan bahwa pemilik akun alter ego menggunakan akun

tersebut untuk mengeskpresikan dirinya yang tidak dapat mereka

ungkapkan pada lingkungan nyata ataupun melalui akun utama twitter

dirinya.

Referensi teoritik ketiga adalah “Komunikasi dan Media Sosial” oleh

Errika Dwi Setya, Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas

Semarang.

Pada jurnal ini peneliti mempelajari pada awalanya media

komunikasi hanya terjalin hubungan satu arah. Penikmat media hanya bisa

menikmati konten yang disajikan sumber media tersebut. Namun saat ini

media sosial merombak paradigma tersebut. Seiring perkembangan media

komunikasi orang tidak hanya menjadi penikmat media. Tetapi juga bisa

ikut serta mengisi konten pada media tersebut.

2. Refrensi Praktik

Dalam penelitian ini terdapat beberapa referensi praktik yang

dijadikan sebagai inspirasi dalam berkarya diantaranya:

14
a. Film Pendek “BALIK JAKARTA” Karya Studio Penelope Tahun 2016

Studio

(B)

(A) (C)

Gambar 1. A. Poster Film, B. Cuplikan Adegan Film, C. Behind The Scene Film. Sumber:
Google Image, 2019

Antelope merupakan sebuah rumah produksi yang pada awal

dibentuk merupakan sebuah komunitas film. Komunitas film ini dibentuk

oleh Jason Iskandar dan Florence Giovani pada 1 Juni 2011. Film ini

merupakan kerjasama antara Kedutaan Besar Jerman dengan Pemerintah

Indonesia.

Film ini bercerita tentang seorang warga Jerman yang pernah

tinggal di Indonesia 20 tahun silam. Film ini menampilkan cerita yang

ringan, karena hanya menampilkan kisah seorang tukang ojek yang

mengantar warga Jerman yang kebingungan mencari alamat rumahnya

15
dulu. Meskipun ceritanya ringan film ini dikemas dengan angle-angle

yang sangat menarik, color grading yang smooth, serta sound effect yang

bagus.

b. Film “Cruella” Diproduksi Oleh Walt Disney Studios Motion Pictures

(a) (b) (c)

Gambar 2. A. Poster Film, B. Karakter Cruella, C. Karakter Estella,


Sumber: Google Image, 2019

Film “Cruella” ini menceritakan kisah seorang perempuan yang

memiliki bakat dan ketertarikan fashion sejak kecil. Estella sebagai

karakter utama film “Cruella”. Film “Cruella” ini peneliti jadikan referensi

praktik karena menampilkan konsep alter ego (https://hot.detik.com/)

secara jelas dengan memperlihatkan karakter ke 2 dari Estella yaitu

Cruella sangat berbeda, berbanding terbalik dengan Estella. Namun

karakter Cruella tetap dalam pengaruh Estella.

Dapat dilihat dengan jelas pada beberapa scene bahwa karakter

Estella lebih terekspos menutupi karakter aslinya yaitu Cruella. Dalam

film “Cruella” ini tidak hanya menampilkan alter ego tetapi juga

16
menampilkan penggunaan mise en scene yang tepat, seperti perbedaan

watak antara Cruella dan Estella yang terlihat dari perbedaan gaya desain

pakaian maupun riasan, dengan gaya rambut warna putih maupun warna

hitam, dan dengan latar suasana pinggiran kota London pada 1970-an di

tengah revolusi punk rock (https://kalbarterkini.pikiran-rakyat.com/).

c. Film “A Streetcar Named Desire” Produksi Charles K Feldman

Productions Tahun 1951

Gambar 3. Poster Film, Dan Cuplikan Adegan Film, Sumber: Google Image,
2020

(A) (B)
Film ini menceritakan

sebuah kehidupan tentang seorang wanita yang bernama Blanche DuBois

yang diperankan oleh Vivi Leigh, yang merupakan seorang mantan guru.

Dalam cerita film tersebut Blanche tinggal di sebuah kota kecil

Mississippi, disana ia tinggal bersama dengan saudara perempuannya yang

bernama Stella Kowalski serta suaminya Stanley. Hingga akhirnya

terjadilah sebuah konflik dalam rumah tangga Stella dengan Stanley akibat

ulah Blanche yang tertarik dengan Stanley.

Yang menarik dalam film ini sehingga peneliti menjadikannya

sebagai referensi film adalah konsep dari penciptaan cerita film tersebut,

yaitu sang peneliti drama Tennesse Williams merupakan seorang

17
homoseksual. Namun ia tidak berani menunjukan seksualitasnya karena

merupakan hal yang tabu.

Sehingga ia menciptakan karakter alter ego dirinya yang bernama

Blanche tokoh utama film tersebut yang merupakan sosok wanita. Selain

itu, karakter-karakter dalam film tersebut adalah karakter-karakter asli

yang biasa ia temui di kehidupannya sehari-hari. Namun diubah kegiatan

serta latar belakang mereka dalam film tersebut.

B. Kajian Teori

1. Desain Komunikasi Visual (DKV)

Ada tiga satuan kata pembentuk Desain Komunikasi Visual yaitu

desain, komunikasi, dan visual. Desain ialah usaha yang berkaitan

berkaitan dengan perancangan estetika, citra rasa, serta kretaivitas. Istilah

komunikasi secara umum dipahami sebagai suatu proses pengiriman dan

penerimaan pesan yang terjadi antara dua pihak atau lebih. Sedangkan

visual ialah sesuatu yang dapat terlihat dengan melibatkan beberapa

tahapan yakni tahapan merasakan, tahapan menseleksi, dan tahapan

memahami. DKV awalnya bernama Desain Grafis, merupakan bidang

ilmu cabang dari seni terapan yang artinya bukan hanya hal estetika visual

saja namun sudah memiliki nilai fungsi dalam kehidupan sehari hari.

18
2. Film

a. Pengertian

Pengertian film menurut KBBI adalah selaput tipis yang dibuat

dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret)

atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop).

Film merupakan perangkat yang digunakan untuk menunjukan

gambar positif layaknya sebuah kaset yang di masukan kedalam

sebuah DVD kemudian memunculkan sebuah gambar.

Film atau motion picture ditemukan dari hasil pengembangan

prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Kemudian dari proses

tersebut, munculah sebuah gambar gerak yang membentuk cerita dan

menarik untuk ditonton, dan hasil itulah yang disebut film. Film

merupakan kumpulan gambar yang bergerak dan menjadi alat

penyampaian informasi paling informatif. (Prasetya, 2019: 30)

Film sebagai komunikasi massa merupakan gabungan dari

berbagai teknologi seperti fotografi dan rekaman suara, kesenian baik

seni rupa dan seni teater, sastra dan arsitektur serta seni musik.

Masyarakat banyak menonton film tentunya adalah untuk

mendapatkan hiburan seusai mereka bekerja atau hanya sekedar untuk

mengisi waktu luang.

Film dapat berfungsi sebagai media komunikasi massa sebab

disaksikan oleh masyarakat yang sifatnya heterogen. (Prasetya, 2019:

27). Kekuatan film dalam mempengaruhi masyarakat banyak terdapat

19
dalam aspek aspek visual yang disajikan, serta kempuan sutradara

dalam mengemas tema dan cerita. Hingga menjadi film yang sangat

menarik dan membuat masyarakat terpengaruh.

Kemampuan film dalam menyampaikan pesan terletak dari

jalan cerita yang disajikannya. Ada beberapa tema penting yang

menguatkan film sebagai media komunikasi massa. Dikarenakan

kemampuan jangkuan film kepada masyarakat dalam waktu yang

singkat, dan apabila mampu mengemas sebuah ideolgi dengan baik

menjadi cerita, drama, dan dengan sentuhan sinematik yang tepat.

Maka ideologi tersebut akan dapat memicu timbulnya ideologi

baru kepada masyarakat luas dengan harapan menjadi kan ideologi

tersebut menjadi prespektif atau pola pikir baru dalam kehidupan

sehari-hari (Prasetya, 2019: 28). Film dibagi atas dua unsur

pembentuk yakni, unsur naratif dan unsur sinematik.

Meskipun memiliki dua unsur yang berbeda, namun keduanya

saling berinteraksi dan berkseinambungan untuk membuat sebuah

film. Masing-masing unsur tersebut tidak akan dapat membentuk film

jika hanya berdiri sendiri. Unsur naratif adalah bahan (materi) yang

akan diolah, sementara unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk

mengelolahnya. Unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita

filmnya. Sementara unsur sinematik atau juga sering diistilahkan gaya

sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film. (Pratista,

2017: 1)

20
Sedangkan unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis

dalam produksi sebuah film. Mise-en-scene adalah segala hal yang

berada didepan kamera, dan memiliki empat elemen pokok yakni,

setting atau latar, tata cahaya, kostum, make up, serta akting dan

pergerakan pemain.

Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya

serta hubungan kamera dengan obyek yang diambil. Editing adalah

transisi sebuah gambar (shot) ke gambar lainnya. Sedangkan suara

adalah segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera

pendengaran. (Pratista, 2017: 2)

b. Struktur film

Seperti halnya sebuah karya literatur yang dapat bab (chapter),

alinea, dan kalimat, film jenis apapun, baik panjang ataupun pendek

juga memiliki struktur fisik. Secara fisik sebuah film dapat dipecah

menjadi unsur-unsur yakni, shot, adegan dan sekuen. Pemahaman

tentang shot, adegan dan sekuen nantinya banyak berguna untuk

membagi urut-urutan (segmentasi) plot sebuah film secara sistematik.

(Pratista, 2017: 29).

c. Mise-en-scene

Mise-en-scene [dibaca: mis ong sen] adalah segala hal yang

terletak di depan kamera yang akan diambil gambarnya dalam sebuah

produksi film. Mise-en-scene adalah unsur sinematik yang paling

21
mudah kita kenali karena hampir seluruh gambar yang kita lihat dalam

film adalah unsur-unsur dari mise-en-scene.

Seperti, latar (setting), make up, pencahayaan, para pemain dan

pergerakannya. Unsur-unsur harus disesuaikan dengan tema dan cerita

yang telah dirancang oleh sutradara dan penata artistik. Penggunaan

dan penekanan mise-en-scene setiap film berbeda. (Pratista, 2017: 61)

Definisi mise en scene bisa dilihat dari dua sudut pandang. Dari

sudut pandang penonton mise en scene adalah segala sesuatu yang

terlihat secara kasat mata di layar. Sedangkan dari sudut pandang

pembuat filmnya, mise en scene dipahami sebagai sebuah tindakan

meletakan sesuatu di dalam peristiwa yang dibuat. (Hermansyah,

2010)

Terdapat beberapa unsur dalam mise en scene:

1) Setting

Secara sederhana setting dipahami sebagai keseluruhan

latar peristiwa bersama dengan benda-benda yang ada di

dalamnya (properti) yang bisa menjadi petunjuk ruang dan

waktu. Dengan kata lain setting adalah dimana dan kapan

sebuah peristiwa terjadi.

2) Kostum Dan Make Up

Kostum bisa dikatakan sebagai, segala sesuatu yang

melekat secara konsisten pada tokoh. Harus dibedakan dengan

wardrobe yang penggunaanya ada di ranah manajemen

22
produksi dan cenderung diartikan sebagai pakaian yang

digunakan tokoh. Sedangkan kostum tidak terbatas hanya

pakaian, tapi juga properti (hand–prop) yang melekat pada

tubuh karakter.

Walaupun sering diterjemahkan sebagai tata rias, make–

up dalam film tidak selalu hanya digunakan untuk merias

wajah sebab yang dipoles bisa jadi mencakup seluruh tubuh

termasuk wajah.

3) Pencahayaan

Fungsi cahaya, selain untuk menerangi subjek juga

untuk turut membentuk suasan (mood) serta memberikan

kesan tiga dimensi (dimensi ruang) bagi penonton.

4) Gerak Dan Ekspresi Figur

Gerak figur (gestur) berfungsi untuk menunjukkan

sebuah tindakan yang dilakukan oleh tokoh. Paling sederhana

adalah gerak memasukkan makanan ke dalam mulut yang

disebut makan, gerak mengayunkan tangan yang terkepal ke

arah wajah seseorang yang disebut memukul dan sebagainya.

Contoh tadi adalah gerak yang besar dan lugas, dalam artian

hampir setiap penonton bisa memahami.

d. Sinematografi

Dalam sebuah film ketika seluruh aspek mise-en-scene telah

tersedia maka tahapan selanjutnya adalah pengambilan gambar dan

23
pada tahapan inilah unsur sinematografi mulai berperan.

Sinematografi mencakup perlakuan sineas terhadap kamera serta stok

filmnya.

Unsur sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga

aspek, yakni; kamera dan film, framing, serta durasi gambar. Itu berati

segala aspek yang mencakup kamera, dan beberapa aspek lainnya

seperti mengontrol dan mengatur bagaimana adegan tersebut diambil,

seperti jarak, ketinggian sudut, dan sebagainya. (Pratista, 2017: 89)

3. Alter ego

Alter ego memiliki arti “aku yang lain” atau diriku yanga lain,

merupakan ranah Psikologi dari bahasa Latin yang terdiri dari dua kata

“alter” dan “ego” yang bermakna kepribadian alternatif. (Schultz, 2017:

45-48). Alter ego adalah karakter yang sengaja dibuat oleh seseorang

dalam keadaan sadar. Karakter tersebut sering kali merupakan gambaran

ideal tentang dirinya yang tidak bisa ia realisasikan. Menurut Ikhsan Bella

Persada, M.Psi., Psikolog, alter ego merupakan bentuk karakter ideal

untuk menutupi karakter aslinya.

Dengan menciptakan alter ego, seseorang tersebut mulai

memimpikan hal-hal yang ingin dicapai untuk menyenangkan orang

disekitarnya, dan orang tersebut membayangkan hidup di kondisi yang

lebih baik. Karakter idealnya merupakan “senjata” untuk mengembangkan

diri dan mencapai tujuan yang tadinya tidak terjamah. Maka tak jarang

24
alter ego dijadikan sebagai pegangan, dan motivasi.

(https://www.klikdokter.com).

Penggambaran alter ego bisa sebagai berikut:

- Ketika seseorang tidak dapat mewujudkan impiannya atau

orang tersebut tidak dapat melakukan hal apa yang ia sukai

dikarenakan berbagai macam penghalang. Maka ketika

mereka menciptakan alter ego atau karakter lain, mereka

seperti orang yang menjalani impian dan keinginan mereka.

- Mereka membayangkan bahwa semua keinginan dan

impian mereka terpenuhi dengan adanya karakter alter ego

ini. Sehingga mereka akan mencoba mengembangkan alter

ego ini ke dalam perilaku mereka secara utuh.

Todd Herman menjelaskan dalam bukunya The Alter ego Effect,

bahwa alter ego terjadi karena kehidupan tidaklah mudah, karena banyak

sekali tuntutan yang membutuhkan tanggung jawab yang kita kerjakan,

banyak sekali tugas yang kita lakukan yang sering disertai tekanan

didalamnya baik dari agama, keluarga, rekan kerja, teman, tim, dan

sebagainya yang menuntut seseorang untuk berperilaku yang sesuai

dengan situasi tersebut.

Apa yang harus kita kerjakan, apa yang harus kita lakukan dan apa

yang harus kita percayai semuanya menjadi terpengaruh. Semua ini

menciptakan sebuah karakter yang tidak ingin ditunjukan karena tekanan,

dan untuk menghidari dalam keadaan tertentu. (Herman, 2019: 3).

25
Dikutip dari Oxford Learner’s Dictionaries, alter ego merupakan

seseorang yang kepribadiannya berbeda dengan kepribadian aslinya atau

bertindak sebagai sisi lain dari kepribadian asli seseorang. Alter ego bukan

berarti atau berbeda dengan orang yang mengalami gangguan kepribadian,

khususnya kepribadian ganda atau Dissociative Identity Disorder (DID)

atau Multiple Personality Disorder (MPD).

Kepribadian ganda atau Dissociative Identity Disorder (DID) atau

Multiple Personality Disorder (MPD) adalah kelainan atau penyakit

gangguan mental saat seseorang memiliki lebih dari satu identitas dalam

satu tubuh dan dilakukan secara tidak sadar.

Hal ini berbeda dengan alter ego yang diciptakan oleh seseorang,

seseorang tersebut tidak terjadi lupa ingatan pada proses perubahan

karakter pada orang yang mengalami kondisi alter ego. Selain itu, karakter

asli juga masih memiliki wewenang penuh dalam tukar-menukar identitas

serta dalam kesadaran yang utuh. Untuk memahami makna dari alter ego

peneliti akan memaparkan teori kepribadian psikoanalisis oleh Sigmund

Freud. Freud membagi teori psikoanalisisnya kedalam tiga aspek yakni id,

ego dan superego.

Sigmund Freud menyatakan bahwa premis dasar dari teori

psikoanalisis adalah apa itu kesadaran (Conscious) dan ketidaksadaran

(Unconsciousness). Kemudian Freud membagai lagi ketidaksadaran

menjadi dua konsep yaitu yang terpendam tetapi mampu menjadi sadar,

dan yang tertekan tidak dengan sendirinya mampu menjadi sadar. Yaitu

26
area tak sadar (Unconscious) dan prasadar (Preconscious). (Strachey,

1957: 15)

Pikiran tak sadar (Unconscious) berisi semua naluri manusia

terhadap semua yang diluar jangkauan kesadaran manusia. Namun tetap

memiliki dorongan sebagian besar kata, perasaan, dan perilaku manusia.

Bagi Freud ketidaksadaran adalah penjelasan untuk makna dibalik mimpi,

salah ucap dan beberapa jenis lupa. Mimpi merupakan sumber kekayaan

atas yang tidak disadari (Unconscious) misalnya. Freud percaya bahwa

pengalaman anak-anak akan muncul dalam wujud mimpi di masa

dewasanya. Meski si pemimpi tidak memiliki ingatan buruk tentang

pengalaman tersebut.

Alam prasadar (Preconscious) adalah tingkatan mental

ketidaksadaran mengandung semua elemen yang tidak sadar. Namun dapat

menjadi dengan cukup mudah atau dengan kesulitan. (Strachey, 1957: 15)

Pernyataan-pernyataan diatas merupakan tingkatan kehidupan

mental. Tingkatan mental ini yang menjadi dasar terjadinya teori

psikoanalisis milik Freud. (Schultz, 2017: 45)

a. Id

Id adalah sistem kepribadian asli yang dibawa sejak lahir tanpa

adanya dorongan kenyataan. Namun dapat memuaskan keinginan

dasar, dan merujuk pada ruang bawah manusia. Fungsi utama id

adalah untuk mencari kesenagan, menghindari rasa sakit, dan

memaksimalkan kesenangan (prinsip kesenangan).

27
b. Ego

Ego atau aku adalah perkembangan dari id, dan merupakan

wilayah pikiran yang berhubungan dengan kenyataan. Ego diatur oleh

prinsip realita, kemampuan pikiran untuk menilai realita dunia luar

(kenyataan) dan bertindak sesuai dengannya.

Tujuannya bukan untuk menghilangkan impuls id, tetapi untuk

membantu id memperoleh pengurangan ketegangan yang diinginkan.

Dikarenakan ego menyadari akan realita. Meskipun begitu, ego dapat

memutuskan kapan dan bagaimana naluri id dapat dipuaskan dengan

baik.

Sebagai contoh, seseorang yang lapar akan merasa puas dan

senang apabila rasa laparnya terpuaskan dengan makanan. Maka

orang tersebut akan mencoba belajar memuaskan rasa lapar tadi

dengan membuat makanan, membeli, meminta, ataupun merampas

dengan memikirkan konsekuensinya.

c. Superego

Menurut Freud superego merupakan gagasan dari pikiran baik

atau buruk, atau yang saat ini biasa disebut sebagai hati nurani. Freud

mempercayai bahwa gagasan ini dipelajari sejak individu masih

berumur 5 tahun atau 6. Bagaimana seorang anak mempelajari

penghargaan, hukuman, larangan, yang umumnya berdasarkan

penilain dari sang orang tua. Pada saat ini anak mempelajari

28
bagaimana penerimaan ataupun penolokan dari orang tua sebagai

interpretasi dari penghargaan, dan hukuman.

Berdasarkan psikoanalisis Freud, alter ego merupakan sebuah

fenomena yang terjadi akibat ketidak terpuaskannya keinginan dasar yaitu

id terhadap prinsip kesenangan, dengan prinsip realitas yang ada, serta

adanya tekanan tekanan yang tidak mudah di selesaikan tanpa memikirkan

moralitas atas gagasan baik atau buruk yang berlaku.

Maka penempatan alter ego jika merujuk pada teori psikoanalisi

milik Freud, berada pada titik abu-abu atau diantara konsep ego sebagai

bentuk dasar karakter dengan super ego, karena alter ego umumnya

tercipta atas dasar ketidakberanian atas konsekuensi yang terdapat pada

super ego.

4. Media Sosial

a. Definisi Media sosial

Menurut Nasrullah (2015) media sosial adalah medium yang

memungkinkan pengguna mempresentasikan dirinya maupun

berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna

lain, dan membentuk ikatan sosial secara virtual.

Dalam media sosial, informasi menjadi komoditas yang

dikonsumsi oleh pengguna. Komoditas tersebut pada dasarnya

merupakan komoditas yang diproduksi dan didistribusikan antar

pengguna itu sendiri. Dari kegiatan konsumsi komoditas tersebut

29
pengguna dan pengguna lainnya membentuk sebuah jaringan yang

disebut dengan masyarakat jejaring (network society). (Nasrullah,

2018: 13).

Van Dijk dalam Nasrullah (2015) bahwa media sosial adalah

platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang

memfasilitasi mereka dalam beraktifitas maupun berkolaborasi.

Menurut Ahmad Setiadi, media sosial memiliki kekuatan sebagai

arsip; sebagai medium berlangsungnya masyarakat (society) di dunia

virtual; dan user-generated content (UGC) dimana konten dihasilkan

oleh pengguna, bukan oleh editor sebagaimana di instansi media

massa.

Pada intinya, sosial media dapat dilakukan berbagai aktifitas

dua arah dalam berbagai bentuk pertukaran, kolaborasi, dan saling

berkenalan dalam bentuk tulisan, visual maupun audiovisual.

b. Karakteristik Media Sosial

Media sosial merupakan salah satu platform yang muncul di

media siber. Karena itu melihat media sosial yang ada tidak jauh dari

berbeda dengan karakteristik yang dimiliki media siber. Meskipun

begitu media sosial memiliki karakteristik khusus yang tidak dimiliki

oleh media siber.

Adapun karakteristik media sosial, yaitu:

1) Jaringan (Network) Antar Pengguna

30
Kata “Jaringan” (network) dapat dipahami dalam

terminologi seperti ilmu komputer yang berarti infrastruktur

yang menghubungkan antara komputer maupun perangkat

keras dengan yang lainnya.

Media sosial memiliki karakter jaringan sosial. Media

sosial terbangun dari struktur sosial yang terebentuk di

dalam jaringan atau internet. Namun struktur sosial yang

terbentuk di internet pada dasarnya beroperasi berdasarkan

teknologi informasi dalam mikroelektronik.

Sebuah jaringan yang terbentuk antar pengguna

(users) merupakan jaringan yang dimediasi oleh perangkat

teknologi seperti komputer, telepon genggam, atau tablet.

Karakter media sosial adalah membentuk jaringan di

antara penggunanya, tidak peduli apakah di dunia nyata

antar pengguna tersebut saling kenal atau tidak. Namun

kehadirannya memberikan medium bagi penggunanya untuk

terhubung.

2) Informasi

Informasi menjadi entitas yang penting bagi media

sosial, karena pengguna media sosial mengkreasikan

represntasi identitasnya, memproduksi konten dan

melakukan interaksi berdasarkan informasi.

31
Di media sosial, informasi menjadi komoditas yang di

konsumsi oleh pengguna. Dari kegiatan konsumsi inilah

pengguna dengan pengguna lainnya membentuk sebuah

jaringan yang pada akhirnya secara sadar atau tidak menjadi

masyarakat berjejaring (network society).

3) Arsip

Bagi pengguna media sosial, arsip menjadi sebuah

karakter yang menjelaskan bahwa sebuah informasi telah

disimpan dan bisa diakses kapan pun dan melalui perangkat

apapun.

Setiap informasi yang diunggah melalui sebuah

media sosial sebagai contoh instagram. Informasi tersebut

tidak akan hilang begitu saja. Informasi itu akan terus

tersimpan dan mudah diakses kapan saja.

Ini merupakan kekuatan dari media sosial, sebagai

media baru yang tidak hanya bergerak dengan jaringan dan

informasi semata, tetapi juga memiliki arsip data yang kuat,

sehingga saat ini kita mendengan jejak digital.

4) Interaksi

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa

karakteristik dasar dari media sosial adalah jaringan

antarpengguna. Yaitu sebuah jaringan yang tidak hanya

32
sekedar memperluas hubungan pertemanan semata, tetapi

juga dibangun dengan interaksi antar pengguna tersebut.

Contoh sederhana dari interaksi pada media sosial

bisa berbentuk saling mengomentari atau memberikan tanda

seperti jempol ‘like’ pada sebuah unggahan di facebook.

Karakteristik interaksi ini menjadi pembeda dari

media lama dengan media baru. Bahwa pada media lama

pengguna atau penikmatnya media merupakan penikmat

yang pasif dan cenderung tidak mengetahui satu dengan

lainnya, baik antara penggguna itu sendiri maupun dengan

produser konten media.

5) Konten Oleh Pengguna

Karakteristik ini menunjukan bahwa di media sosial

konten merupakan kontribusi pengguna atau pemilik akun

tersebut. Ini merupakan relasi simbiosis dalam budaya

media baru yang memberikan kesempatan dan keleluasaan

pengguna untuk berpartisipasi.

Dibandingkan dengan media lam dimana khalayaknya

sebatas menjadi objek atau sasaran yang pasif dari distribusi

pesan, media baru termasuk media sosial menawarkan

perangkat baru yang memungkinkan kahayak (konsumen)

untuk mengarsipkan, memberi tanggapan, dan menyirkulasi

ulang konten media.

33
6) Penyebaran (Share/Sharing)

Medium ini tidak hanya menghasilkan konten yang

dibangun dari dan di konsumsi oleh penggunanya, tetapi

juga didistribusikan sekaligus dikembangkan oleh

penggunanya.

Praktik ini merupakan ciri khas dari media sosial yang

menunjukan bahwa khalayak aktif dalam menyebarkan

konten dan mengembangkannya.

Penyebaran ini terdapat dua jenis. Pertama melalui

konten, pada media sosial konten tidak hanya diproduksi

oleh penggunanya, tetapi juga didistribusikan secara manual

oleh pengguna lain.

Kedua melalui perangkat. Penyebaran melalui

perangkat bisa dilihat bagaimana teknologi menyediakan

fasilitas untuk memperluas jangkauan konten, misalnya

tombol share yang berfungsi menybarkan konten baik ke

platform media sosial lainnya ataupun media internet

lainnya.

34
a. Masih banyak orang yang tidak memilliki
pengetahuan tentang alter ego
C. Kerangka Berpikir
b. Keinginan untuk mengetahui tentang alter ego

a. Pengalaman pribadi peneliti c. Potensi diri yang tidak didukung oleh


terhadap alter ego ketika masih kerluarga serta keterbatasan akan tekanan
yang diterima sehingga tidak melakukan nya
dibangku SMP
d. Keinginan untuk berkreasi dan bereksistensi
b. Keinginan peneliti untuk terus diri yang tidak ada batasan serta tekanan dari
mengembangkan potensi alter ego lingkungannya.
peneliti

Internal Sumber Inspirasi Eksternal

• Menciptakan
Cerita dan Tema
alte ego
• Menciptakan
sebuah film yang Alter ego Dalam Karya
mengedepankan Konseptual Film Pendek Berbasis
unsur mise en Media Sosial
scene
• Menciptakan Film Media
Pendek berbasis
media sosial

Karya Media Sosial Instagram,


Facebook, dan youtube

Visual Operasional
Ekplorasi Cerita

Eksplorasi
Ekplorasi Rasio Ukuran Video Karya Pra Produksi Produksi Pasca Produksi

Ekplorasi Color Grading Syuting


a. Naskah
b. Storyboard Editing Video
Menggunakan :
c. Pencarian
Lokasi Syuting a. Adobe Premiere
Karya Jadi d. Recce b. Adobe Photoshop
e. Reading
f. Pembentukan
kru dan
Pembagian
Jobdesk
g. RAB

Bagan 1. Kerangka Berpikir

35
III. METODE PECIPTAAN

A. Desain Metode Penciptaan

1) Pendekatan Metode dan Jenis Riset Penilitian

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif

karena penulis mencoba meneliti fenomena yang dialami penulis serta orang

banyak yang mencakup psikologi seseorang khususnya kesehatan mental.

Kuantitatif karena penulis ingin mengetahui studi objek formal (konseptual)

dan studi objek material (film) apakah sudah memenuhi kriteria desain?.

Jenis penilitian yang penulis gunakan dalam penciptaan film pendek

berbasis media social ini adalah metode penilitan Design Thingking.

Penciptaan karya tersebut mengharusknan peniliti untuk adanya melakukan

penelaahan terhadap masalah yang diambil khususnya tentang alter ego,

dan pengumpulan data sehingga mampu menghasilkan karya yang sesuai

dengan masalah yang ada.

Proses Metode Design Thingking diperkenalkan dengan berbagai

versi dan tahapan. Salah satu tahapan Metode Design Thingking yang

banyak dirujuk adalah, lima tahapan Metode Design Thingking menurut

The Stanford University - Hasso Plattner Institute of Design (2010) dalam

Carrol (2015 : 60- 61). Kelima tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Emphatize, merupakan tahapan pertama yang menuntut pemahaman

masalah yang akan dicarikan solusinya.

36
Pada tahapan ini peniliti mencoba memahami terhadap konsep

alter ego. Pertanyaan mendasar pada tahapan ini adalah konsep alte

ego apa dan mengapa bisa terjadi. Pemahaman terhadap alter ego

peniliti mencoba memahami melalui buku-buku seperti The alter ego

effect oleh Todd Herman, teori psikoanalisis Sigmund Freud, dan juga

peniliti melakukan wawancara dengan narasumber terkait.

b. Define, fase pengumpulan data yang dihasikan dari fase empathize,

lalu di analisis dan disintesa hingga di dapatkan inti permasalahan yang

dihadapi pengguna.

Pada tahapan ini peniliti melakukan riset serta pengumpulan

data tekait alter ego dari berbagai pihak, untuk mengetahui keterkaitan

alter ego dengan khalayak melalui berbagai cara seperti wawancara,

kuisioner dan melakukan Forum Group Discussion (FGD)

c. Ideate, fase ketiga dimana terjadi proses yang menghasilkan solusi.

Pada fase ini diharapkan mulai berfikir “outside the box”. Dimulai

dengan mengidentifikasi solusi baru yang berdasarkan pada

pernyataan masalah yang dihasilkan dari fase define.

Setelah mengetahui, menemukan, dan memahami

permasalahan dari alter ego, pada tahapan ini peniliti mencoba

memberikan solusi yaitu dengan mengenalkan alter ego lebih luas

lagih kepada khalayak melalui karya peniliti yaitu film pendek berbasi

media social.

37
d. Prototype, fase mewujudkan ide ke dalam bentuk model atau prototip

yang sesuai dan mampu diterima oleh penggunanya.

Pada tahapan ini peniliti melakukan penciptaan karya seni

berupa film pendek berbasis media social, dengan mengangkat tema

serta judul yaitu Alter ego yang diawali dengan berbagai macam

eksplorasi hingga menjadi karya akhir film Alter ego.

e. Test, merupakan fase pengujian keseluruhan, yang dilakukan dengan

ketat. Fase terakhir namun dapat dilakukan secara berulang–ulang,

sehingga dapat diketahui solusi yang diusulkan sesuai dengan harapan

desainer, terlebih calon pengguna.

Setelah melakukan penciptaan film, peniliti juga melakukan uji

coba karya peniliti kepada khalayak untuk mengetahui apakah pesan

dari karya peniliti ini tersampaikan.

2. Sumber dan jenis data

Dalam proses penciptaan karya film pendek berbasis media sosial yang

peniliti buat, sumber meliputi narasumber di tempat peniliti melakukan

magang, para responden dari barbagai usia serta latar belakang pendidikan

yang berbeda beda dan referensi film sejenis yang ada. peniliti juga akan

mengambil data berupa pendapat, karya narasumber, karya film pendek sejenis

di pasar, pendapat para respondek terkait alter ego melalui angket kuesioner

dan uji rancangan awal objek material (produk film) berupa jajak pendapat.

38
B. Teknik dan Instrumen Data

1. Data Magang

Gambar 4. Logo Sigma TV UNJ, Sumber: facebook 2020

Sinematografi Mahasiswa dan Jurnalistik Televisi Universitas

Negeri Jakarta (SIGMA TV UNJ) merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa

yang bergerak dibidang audio visual, yang telah diresmikan sejak tahun

1999. SIGMA TV telah menjadi wadah bagi mahasiswa UNJ dari berbagai

macam fakultas untuk mengembangkan dan menyalurkan bakat dalam

dunia audio visual seperti broadcasting dan Film.

Program SIGMA TV UNJ meliputi;

UNJ Bicara:

Mengungkap fakta terhadap peristiwa yang terjadi di UNJ

Week N’Do;

Program yang menyajikan informasi tentang kegiatan yang bisa dilakukan

selama berlibur di akhir pekan

39
Web Series:

Berisikan film-film pendek yang telah di produksi SIGMA TV

a. Nungki Ovale

Gambar 5. Narasumber Magang, Nungki Ovale,


Sumber: instagram.com/nunkyovale, 2020

Selama magang bersama SIGMA TV, peneliti dibimbing oleh

seorang narasumber bernama Nungki Ovale. Kak Oval, begitu disapa,

merupakan amluni Universitas Negeri Jakarta Jurusan Tata Busana.

Kak Oval adalah seorang pekerja lepas waktu atau freelance yang telah

bekerja di berbagai macam PH (Production House).

Dalam berbagai project film kak Oval sering diposisikan sebagai

astrada, acting coaching, talent coordination dan pengarah artistik.

Sudah banyak film-film yang pernah di kerjakan olehnya, termasuk

beberapa film ternama seperti film “Teman Tapi Menikah” dan

“Warkop DKI Reborn 3”.

Selama proses magang di SIGMA TV dan mengikuti proses

syuting film Pendek “Pandangan” yaitu sebuah film yang menceritakan

tentang seorang anak kecil yang ingin mengisi buku kebaikan dibulan

40
suci Ramadhan. Selama pembuatan film tersebut peneliti ditempatkan

pada divisi artistik.

Banyak sekali pembelajaran. yang peneliti dapatkan akan

peneliti terapkan kemabali dalam proses berkarya peneliti, perencanaan

dalam tahap pra produksi yang terencana seperti Ide cerita, Story Board,

floor plan, unsur sinematografi dan unsur mise en scene menjadi sebuah

mood board. Penggunaan unsur mise en scene akan menjadi pengaruh

besar dalam karya peneliti dalam memvisualisasikan ide cerita peneliti.

b. Kegiatan, Lokasi, Dan Waktu Magang

Tabel 1. Kegiatan, Lokasi , Dan Waktu Magang

No. Kegiatan Lokasi Waktu Keterangan Dokumentasi

1. Bertemu dengan Rumah 5 November Membahas hubungan

mentor Mentor 2018 antara film dengan seni

rupa

2. Rapat Pra Studio 10 November Pembagian divisi,

produksi 2018 peneliti ditempatkan

pada divisi artistik

41
3. Rapat tim Via Chat 12 November Rapat pembahasan

artistik Online 2018 kebutuhan artistik

melalui selama syuting

aplikasi

Whatsapp

Gambar 6. Screenshot Chat


Grup Melalui Aplikasi
Whatsapp,
Sumber: Dokumentasi Pribadi,
2018

4. Syuting hari Lokasi 19 November Menyiapkan set untuk

pertama syuting 2018 syuting

Gambar 7. Suasana Syuting


Hari Pertama Film Pandangan,
Lapangan Bola Pemuda,
Sumber: Dokumentasi Pribadi,
2018

No. Kegiatan Lokasi Waktu Keterangan Dokumentasi

5. Syuting hari Lokasi 20 Menyiapkan set untuk

kedua syuting Noevember syuting

2018

Gambar 8. Suasana Syuting


Hari Kedua Film Pandangan, Jl.
Pemuda, Sumber: Dokumentasi
Sigma TV, 2018

42
6. Syuting hari Lokasi 21 Menyiapkan set untuk

ketiga syuting Noevember syuting hari terkahir dan

2018 foto bersama

(A)

(B)

Gambar 9. A. Susana Syuting


Hari Ketiga Film Pandngan,
Masjid Al Nur Jatinegara, B.
Foto Bersama Dengan Kru Film
Pandangan,
Sumber: Dokumentasi Sigma
TV, 2018

7. Screening Film Gedung 20 Nonton film bersama

Sertifikasi Desemnber crew

Guru 2020

lantai 9

Selama melaksanakan magang di SIGMA TV peneliti mendapatkan

banyak sekali pembelajaran baru tentang perfilman, seperti konsep

penyutradaraan, tentang mise en scene, prosedur syuting, recce dan lain

sebagainya. Proses magang ini dilaksanakan selama dua minggu, dan selama

waktu tersebut diisi dengan pembuatan film pendek yang berjudul

“Pandangan”.

43
Dalam film ini peneliti ditempatkan dalam posisi artistik yang sangat

berhubungan dengan seni rupa, karena bagian ini mengurusi segala hal yang

berhubungan dengan property, setting lokasi, dan estetikanya yang tepat

sehingga sesuai dengan yang arahan sutradara.

Selama magang peneliti mempelajari bahwa membuat film bukan

hanya sekedar shot. Ada banyak hal yang harus dilakukan agar sebuah film

layak dikatakan sebagai film bagus. Dalam pembuatannya film harus melewati

tiga tahapan, pra produksi, produksi dan pasca produksi.

Pra produksi merupakan bagian yang terpenting dalam pembuatan

film, karena di tahapan ini sutradara akan menyampaikan konsepnya tentang

film yang akan dibuat. Sehingga pada saat produksi syuting berjalan dengan

lancar. Dalam tahap ini pembahasan meliputi rancangan awal seperti naskah,

floor plan, breakdown script, storyboard, talent management, moodboard,

dan lain sebagainya. Rancangan ini akan menjadi dasar pembuatan film pada

syuting.

Peneliti mempelajari bahwa tahapan produksi tidak boleh secara asal,

tetapi harus dipehitungkan secara cermat. Untuk itu pengetahuan tentang

sinematografi dan mise en scene sangat diperlukan oleh sutradara.

Peneliti juga mempelajari bahwa ada tahapan penting yang tidak boleh

terlewati ketika akan membuat sebuah film, yaitu recce. Recce merupakan

obeservasi lapangan pada lokasi-lokasi yang akan dilakukan syuting, dengan

mencoba untuk mencocokan antara rancangan yang telah dibuat sesuai dengan

lokasi syuting dan juga menjadi tolak ukur untuk membuat floor plan baru.

44
Setelah recce selesai dan persiapan rancangan sudah sesuai, tahapan

selanjutnya adalah produksi. Meskipun tahapan ini adalah proses yang biasa

namun peneliti mendpatkan pengalaman baru seperti, call sheet, dan kegunaan

floor plan. Call sheet adalah sebuah data yang berisikan urutan syuting, waktu

syuting, dan durasi waktu syuting sehingga syuting berjalan lancar.

Kegunaan call sheet juga memudahkan kru film untuk bergantian tugas

karena dalam lokasi syuting tidak semuanya harus ada dalam satu tempat,

biasanya akan satu divisi akan dibagi dua tim, tim satu akan ada lokasi pada

saat syuting berlangsung dan tim selanjutnya akan menyiapkan kebutuhan

untuk adegan syuting selanjutnya.

Hal tersebut harus dilakukan sehingga waktu dan durasi syuting tidak

terhambat, seperti yang dilakukan oleh divisi peneliti yaitu artistik. Divisi

dibagi menjadi dua tim, tim satu akan berada di lokasi syuting untuk

memenuhi kebutuhan artistic dan tim dua akan berada di tempat lain

menyiapkan artistik, dan ketika saat waktunya pindah lokasi syuting, tempat

sudah siap.

Floor plan merupakan rancangan yang membahas posisi kamera,

pergerakan pemain, pergerakan kamera, arah cahaya, posisi perekam suara

terhadap lokasi agar semua shot masuk frame dan tidak ada yang ‘bocor’,

istilah yang biasa diucapkan ketika sesuatu yang tidak diperlukan dalam film

terekam oleh kamera, seperti boom mic yang terlalu dekat dengan aktor.

Kemudian tahapan selanjutnya adalah pasca produksi. Dalam tahapan

ini peneliti mempelajari bahwa setelah shot, stok film harus disortir terlebih

45
dahulu oleh sutradara dan tim editor. Penyortiran dilakukan, karena tidak

semua stok sesuai dengan rancangan awal story board, dan juga terkadang ada

beberapa stok hasil eksplorasi sutradara yang tidak sesuai.

Setelah semua stok film disortir, selanjutnya tugas editor menyusun

stok film tersebut menjadi sebuah sequence yang diedit mengunakan software

editing, umumnya adalah Premiere pro. Setelah proses editing selesai tahapan

selanjutnya adalah desain suara, film akan menjadi lebih nyata jika

ditambahkan dengan instrumen musik, folley, ambient, dan dubbing jika

diperlukan.

2) Data Proses dan Produk Penciptaan

a) Studi kebutuhan

Sebelum memulai tahapan produksi dalam pembuatan karya

seni, diperlukannya observasi sebagai bahan pertimbangan serta

rujukan awal yang berguna untuk menentukan produk film yang akan

dibuat.

Adapun observasi yang dilakukan pada studi pendahuluan

meliputi studi trend produk sejenis, profil pasar, segmentasi konsumen,

kekuatan, kelemahan produk pesaing, rancangan awal, mock-up, uji

coba, analisis, dan evaluasi.

1) Studi Trend Produk Sejenis

Dalam tahapan ini observasi dilakukan dengan meliputi

aspek visual: bahan dan teknik, struktur visual, gaya, fungsi, dan

46
harga. Peneliti telah melakukan observasi terhadap beberapa film

pendek yang ada pada platform media sosial khususnya instagram

yang hanya memakan durasi 1 menit.

Ternyata tidak banyak yang menjadikan instagram sebagai

media utama. Melainkan para sineas tersebut mengajak

penontonnya untuk beralih ke platform media sosial lainnya yaitu

youtube dengan alasan batasan durasi yang ada pada instagram.

Namun setelah melakukan observasi, peneliti menemukan

beberapa film yang memiliki kesamaan dengan karya yang akan

peneliti buat.

a) Film Pendek “EVA-The Girl With Instagram” Produksi POV

Production Tahun 2019

Film ini menceritakan tentang kejadian. Dalam film ini

penonton sutradara mencoba untuk menyajikan film dengan

‘seolah’ penonton sedang menyaksikan langsung kejadian

tersebut seperti menggunakan set yang realistik, penggunaan

property yang mendukung suasana kejadian saat itu.

Film ini dirilis pad tahun 2019 pada media social

Instagram dengan memanfaatkan fitur instastory yang

disediakan oleh Instagram sebagi media utama film ini.

Sehingga durasi yang ditampilkan jauh lebih singkat

dari segi durasi serta keterbatasan waktu penayangan yang

hanya akan bertahan 24 jam saja.

47
Namun dengan penggunaan fitur instastory ini

menambahkan kesan nyata yang dirasakan oleh penonton, hal

ini terjadi karena sebenernya fitur ini biasa digunakan oleh

pengguna Instagram untuk membagikan status kegiatan

mereka sehari-hari secara up to date (terkini).

b) Film Heartworks Season 2 Oleh Bank DBS Tahun 2020

Film ini bergenre romance, berisikan percintaan dengan

teman satu kantor. Film yang sudah 20 episode ini berdurasi 1

menit tayang pada postingan Instagram Bank DBS, walau

durasi hanya 60 detik. Namun film ini termasuk film dengan

produksi skala besar.

Menggunakan latar studio yang besar, properti-properti

pendukung yang berjumlah banyak seperti setting latar kantor

yang menggunakan kantor asli bank DBS, serta menggunakan

aktor-aktor handal dan sudah terkenal.

Cerita yang dibawakan tidak rumit karena disesuaikan

dengan durasi waktu yang sebentar. Sehingga dalam satu kali

episode hanya ada satu pokok permasalahan. Namun meskipun

begitu tema romantisme dalam film ini tersampaikan dengan

acting pemain dan color grading yang digunakan oleh film ini.

2) Profil Pasar dan Segmentasi Konsumen

48
a) Profil Pasar

Media sosial telah menjadi wadah kedua untuk

kebanyakan orang berekspresi selain dunia nyata. Bahkan

hampir semua orang yang memiliki smartphone, memiliki

applikasi sosial media ini.

Dengan jumlah penggunanya yang banyak dan terus

naik kegunaannya pun tak lagi sebagai wadah berekspresi saja.

Tetapi juga sebagai toko online, berita, media periklanan,

media entertainmenr seperti film pendek dan sebagainya.

Ada banyak film-film bioskop yang memasarkan trailer

filmnya melalui media sosial seperti Instagram, facebook, dan

youtube dibandingkan melalui televisi saat ini.

Jumlah pengguna media sosial yang sangat banyak, dan

waktu penyampaian yang sangat cepat perebarannya menjadi

pilihan peneliti untuk menjadikan sebagi medium film ini.

Dikarenakan dalam hitungan menit saja bisa mencapai

ratusan atau bahkan ribuan penonton menjadi beberapa

pertimbangan yang ada.

b) Segmentasi Konsumen

Berdasarkan data yang peneliti dapatkan melalui

katalog Statistik Pemuda Indonesia, bahwa pengguna internet

di Indonesia didominasi oleh pemuda berusia dari 18-25 tahun.

49
Merupakan usia yang paling cocok untuk mengembangkan

potensif kreatif melalui hobi.

3) Kekuatan dan Kelemahan Produk Sejenis

Setelah melakukan observasi dan analisa lebih mendalam

terhadap produk pesaing. Maka peneliti menemukan kekuatan dan

kekurangan, berikut pemaparannya:

Tabel 2. Kekuatan Dan Kelemahan Produk Sejenis

No. Nama Produk – Karya Kekuatan Kelemahan

EVA-The Girl With Instagram - Setting Tempat - Dikarenakan

dengan menggunakan

menggunakan fitur Instagram

studio story waktu

- Menggunakan penayangan

properti sangat sebentar

sungguhan - Jumlah pemeran


1)
- Color grading yang cukup
(A) (B)
yang digunakan banyak membuat

mendukung semuanya tidak

setting tempat masuk frame

- Movement - Dikarenakan

kamera membuat menggunakan

cerita lebih fitur Instagram


(C)
hidup story film

50
Gambar 10. A. Poster Film - Kisah menjadi seperti
“Eva The Girl With Instagram”,
B. Foto Tokoh Utama Eva, C. berdasarkan pertunjukan
Adegan Pengenalan Karakter,
Sumber: Google Image, 2020 kejadian nyata teater yang di

dokumentasikan

Heartworks Season 2
- Setting tempat - Film ini terlalu

kantoran yang segmented

2) sama dengan karenahanya

aslinya memperlihatkan

(A) - suasana kerja

No Nama Produk – Karya Kekuatan Kelemahan

dan percintaan

saja.
Color grading
- Fokus cerita
yang digunakan
terlalu luas,
sesuai dengan
membuat
mood yang
penonton tidak
dibangun dalam
mengetahui
berbagai
(B) tujuan film.
3) adegannya
- Film ini menjadi
- Desain suara
salah satu media
Gambar 11. A. Poster film seperti lagu, art
“Heartworks”, B. Cuplikan promosi dari
Adegan Film, Sumber: Google foley yang
Image, 2020 bank ini, namun
digunakan
barang yang
menambah hidup
dipasarkan tidak
suasana film
menonjol dalam

visualnya dan

51
terkadang hanya

pelengkap visual

saja,

b) Alternatif Rancangan Awal

1) Ide dan Tema

Ide utama dalam pembuatan film ini adalah mencoba

memberikan edukasi yang menghibur, memotivasi serta berbagi

pengelaman kepada penonton melalui film pendek yang tayang

pada media sosial.

Karakter utama dalam film ini akan mengalami berbagai

masalah seperti tidak bebasnya ia dalam berkegiatan, peraturan-

peraturan yang ada membuat sulit dan merasa terkekang dalam

beraktivitas serta sulit untuk menjadi diri sendiri secara utuh.

Untuk membangun hal tersebut peneliti menggunakan tema

“Hobi Seni” sebagai tema dasar dari cerita-cerita yang peneliti buat

pada tahapan rancangan awal ini.

2) Eksplorasi Cerita

Setelah menentukan hobi seni sebagai tema dasar dalam

cerita, ada beberapa variabel yang peneliti dapatkan yaitu ekspresi,

kesenian, dan alter ego.

52
Kemudia peneliti membuat beberapa cerita yang mendekati

variabel-variabel tersebut dengan berbagai beda genre film dengan

pertimbangan perubahan dan konsultasi dengan dosen

pembimbing karya. Berikut adalah sinopsis singkat dari beberapa

cerita tersebut:

a) Alternatif Cerita 1:

Adhi adalah seorang anak yang berbakat dibidang seni.

Sejak kecil Adhi selalu mengasah kemampuannya, terus

berkreasi hingga ia dewasa menjadi seorang seniman muda

yang bertalenta.

Adhi punya seorang sahabat bernama Dhani. Dhani

merupakan teman Adhi sejak mereka dibangku SMA, hingga

masuk kuliah di universitas yang sama.

Namun tidak ada satupun yang mengetahui siapa

sebenarnya Adhi, apa latar belakangnya, apakah Adhi nama

aslinya atau bukan. Ada pertanyaan besar siapa sosok Adhi

yang memiliki bakat seni ini.

b) Alternatif Cerita 2 Genre Drama :

Tokoh A adalah seorang yatim piatu dari lahir, dia

tinggal berdua sama abangnya. Tokoh A seorang sarjana,

pengangguran, kerjanya melukis, punya galeri kecil di rumah.

53
Masalahnya, si abang minta tokoh A buat nyari kerja,

tapi tidak ditanggapi. Tokoh A tetep bersikukuh untuk

melakukan jalan hidupnya yaitu melukis. Sampe akhirnya

mereka benar-benar kritis, ekonomi mereka anjlok. Si abang

sakit-sakitan.

Gak ada makanan sama sekali. Untuk merokok pun

harus utang di toko. Sampe akhirnya ada kolektor lukisan

datang ke galeri, dan mereka selamat. Tapi ternyata si kolektor

menawar lukisan yang tidak tokoh A jual. Dikarenakan lukisan

itu terlalu berarti buat si A.

c) Alternatif Cerita 3 Genre Drama:

Kisah seseorang bernama Andini, ia merupakan seorang

Influencer instagram. Dikenal oleh banyak orang karena

kecantikannya. Namun tidak satu pun mengetahui bagaimana

kisah kehidupan masa kecil dari Andini.

Semasa kecil Andini hidup berdua bersama ibu

kandungnya. Sedangkan ayah Andini meninggalkan dia dan

ibunya sewaktu dia masih kecil.

Hidup serba pas-pasan bahkan kekurangan membuat

ibu Andini terkadang stress, suka memarahi menyalahkan

Andini tanpa sebab yang jelas. Sehingga Andini merasa tidak

nyaman dirumahnya sendiri.

54
Andini kecil mempunyai hobi menggambar.

Pelariannya hanya satu, yaitu menggambar. Baginya

menggambar membuat dia mampu meluapkan keresahan isi

hatinya. Tetapi ibunya tidak suka akan hal tersebut. Sehingga

Andini suka menggambar secara diam-diam.

Dalam gambarnya Andini kecil bercerita dengan

menciptakan karakter ketiga yang bernama Bunga. Sebuah

karakter perempuan yang disukai banyak orang seperti bunga.

Dengan karakter tersebut Andini mencoba menggambarkan

keluarga yang dia idamkan.

Andini pun mencoba menggambar kehidupannya

selama 10 tahun bersama ibunya dalam kumpulan gambar-

gambar yang mungkin suatu saat akan dia ceritakan kepada

dunia.

3) Eksplorasi Rasio Video

Ukuran video dalam sebuah film merupakan unsur penting

dalam penciptaannya menyesuaikan device atau media untuk

penyebaran video tersebut. Media yang peneliti pilih adalah

instagram, facebook, dan youtube. Ketiga platform ini memiliki

kesamaan yaitu dapat diakses menggunakan telepon genggam.

Oleh karena itu peneliti melakukan eksplorasi berdasarkan device

smartphone.

a) Ukuran Rasio 9:16

55
Gambar 12. Ukuran Video Potrait, Sumber:

Dokumentasi Pribadi, 2022

Lebih tepatnya ukuran 1080:1920 px. Ukuran ini

digunakan untuk menampilkan fokus yang lebih kepada inti

videonya karena ukuran yang terbatas.

Link karya Eksplorasi:

https://www.instagram.com/tv/CbJl542jY_Q/?utm_so

urce=ig_web_copy_link

b) Ukuran Rasio 16:9

56
Gambar 13. Ukuran Video Landscape,

Sumber: Dokumentasi pribadi, 2022

Ukuran ini merupakan ukuran perbandingan terbalik

dengan ukuran sebelumnya. Kegunaan dari rasio ini untuk

menampilkan secara keseluruhan isi video seperti latar

belakang yang ada di video. Ukuran tersebut sering digunakan

untuk film, karena dapat menampilkan seluruh isi dari film.

Link karya Ekplorasi:

https://www.instagram.com/tv/CbJnTwxj4nx/?utm_s

ource=ig_web_copy_link

4) Eksplorasi Color Grading

Color grading adalah proses koreksi warna pada gambar

atau video untuk meningkatkan nilai estetika dan kualitasnya.

Color Grading digunakan lebih dari sekadar pewarnaan gambar.

Color Grading ini disesuaikan dengan alur, tema, isi cerita, dan hal

57
hal lain yang dapat memengaruhi suasana dalam film tersebut.

Teknik color grading memiliki beberapa preset:

a) Fuji F125 Kodak 2393

Gambar 14. Perbandingan Antara Warna Asli Dengan Preset Nya. Sumber: Dokumentasi Pribadi,
2022

Penggunaan preset ini memberikan penguatan dasar

dengan sedikit menaikan kontras pada setiap warna. Sehingga

menguatkan dan mempertegas bentuk dari gambar yang

terekam pada kamera

Link karya eksplorasi:

https://www.instagram.com/tv/CbQQ8WGD4k2/?utm

_source=ig_web_copy_link

58
b) SL Gold Western (Universal)

Gambar 15. Perbandingan Antara Warna Asli Fuji F125 Kodak 2393 Dengan SL
Gold Western. Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022

Konsep warna dari preset ini mengedepankan unsur

kehangatan yang dengan menekankan tingkatan exposure

warna kuning yang mencolok, dapat dilihat perbedaan antara

warna dari Fuji F125 Kodak dengan preset ini

Link karya ekplorasi:

https://www.instagram.com/tv/CbQUvkgD2P3/?utm_s

ource=ig_web_copy_link

59
c) SL Blue Moon (Universal)

Gambar 16. Perbandingan Antara Warna Asli SL Blue Moon Dengan SL Gold
Western. Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022

Preset ini mengedepankan kesan dingin, kesedihan

dengan menampilakan exposure warna biru yang lebih

ditingkatkan, dapat dilihat perbedaan antara preset SL Gold

Western dan SL Blue Moon.

Link karya eksplorasi:

https://www.instagram.com/tv/CbQWzJgDdIq/?utm_

source=ig_web_copy_link

c) Analisis Rancangan Awal

Setelah membuat eksplorasi cerita berdasarkan ide dan tema.

Peneliti melakukan analisis rancangan awal tentang eksplorasi cerita

kepada beberapa narasumber dari kalangan aktor, produser, sutradara,

pegiat teater, dan pembuat naskah. Gunanya mengetahui cerita yang

memiliki pendekatan terhadap tema serta memperbaiki kekurangan

dari cerita tersebut.

60
Analisis dilakukan dengan menggunakan metode wawancara.

Beberapa pertanyaan peneliti ajukan berdasarkan indicator yang

tertera pada table dibawah ini.

Tabel 3. Pertanyaan Peneliti

No Indikator Pertanyaan

1 Dasar ide 1) Diantara cerita 1, 2 dan 3, cerita manakah yang paling

perkembangan sebuah rasional ?

cerita 2) Cerita manakah yang mendekati tema ?

2 Alur Cerita 3) Cerita manakah yang memiliki alur cerita dengan

struktur naratif yang jelas (seperti: tokoh, latar, waktu,

permasalahan, dan sebagainya) ?

3 Alter ego 4) Dari cerita 1, 2 dan 3 cerita manakah yang sesuai

4 dengan alter ego?

5) Cerita manakah yang mewakili perasaan banyak orang

dalam menghadapi alter ego?

4 Media Sosial 6) Cerita manakah yang dapat di kembangkan menjadi

film pendek mini series dan ditayangkan di beberapa

platform media sosial seperti instagram, facebook dan

youtube?

61
1) Analisis Alternatif Cerita

Tabel 4. Analisis Alternatif Cerita

Profil
No. Hasil Wawancara Dokumentasi
Narasumber

1 1) Sejauh ini yang paling rasional


kisah 1 karena storylinenya
simple, jelas dan bisa sekali
buat dikembangkan.
2) Kisah 1 dan kisah 3 menurut
responden ada unsur alter
egonya.

(a) Kisah 1 ceritanya tentang

Sumarianah (20) kepribadian seseorang. Tidak

Peneliti, di Sindo ada yang tahu Adhi itu siapa


(b)
sebenarnya bahkan termasuk
Even sahabatnya sendiri. Jadi
Gambar 17. A. Foto Profil
potensial sekali kalau Adhi
Sumarianah, B. Bukti Wawancara.
menciptakan identitasnya atau Sumber: Dokumentasi Pribadi,
2022
karakter lainnya.
Tapi yang paling mendekati
menurut responden adalah
Kisah 3 karena Andini
menciptakan identitas baru
bernama Bunga dengan
kesadaran dia sendiri.
3) Kisah 1, karena narasinya jelas.
Tokohnya jelas digambarkan
seperti apa dan
pengembangannya nanti akan
bisa seperti apa.
4) Kisah 1 dan Kisah 3.
Kisah 1, permasalahan yang
dipertanyakan adalah siapa
sosok Adhi (atau eksistensi
sebenarnya dari dia). Jadinya

62
Profil
No. Hasil Wawancara Dokumentasi
Narasumber
1 membuka kemungkinan potensi
adanya alter ego atau karakter
baru yang akan diciptakan
Adhi. Entah mungkin nanti
diceritakan lewat background
storynya atau bagaimana
bentuknya nanti.
Kisah 3 terlihat jelas sesuai
dengan alter ego karena
adanya pernyataan tentang
tokoh yang menciptakan
identitas barunya tersebut
secara sadar sesuai dengan apa
yang dia impikan.
5) Kisah 1 dan Kisah 3
6) Kalau untuk dikembangkan
lebih baik Kisah 1.
Dikarenakan ceritanya lebih
berhubungan kondisi
masyarakat sekarang. Tidak
berlebihan seperti cerita lain.
Menurut responden,
kondisinya tentang eksistensi
dirinya. Terlepas apapun
penyebabnya. Dikarenakan
belakangan itu apa-apa butuh
validasi. Jadi potensial sekali
kehilangan jati diri kalau tidak
sesuai....... menciptakan
karakter lain yang sesuai
'tuntutan'. Ceritanya simple tapi
punya point. Menurut
responden akan lebih mudah
diterima, dinikmati, dan
bertahan lama.

63
No Profil Hasil Wawancara Dokumentasi
Narasumber
2
1) Cerita Ketiga karena responden
suka terjadi di dunia nyata
2) Cerita Ketiga
3) Ketiga
4) Semua cerita tapi lebih
siginifikan yang kesatu.
5) Menurut responden untuk
(a) menjawab ini cukup susah bila
Muhammad Thoriq hanya lewat referensi
(24), Aktor. (b)
sinopsisnya saja.
6) Cerita 1 berhubungan karena Gambar 18. A. Foto Profil Thoriq,

banyak yang ngalami hal itu B. Bukti Wawancara. Sumber:

termasuk responden. Dokumentasi Pribadi, 2022

3
1) Cerita ke 3
2) Cerita ke 3
3) Cerita ke 3
4) Semua cerita tapi lebih yang ke
tiga
5) Cerita ketiga karena
(a) mempunyai jalan cerita yang
Ghina Khairunnisa menarik
(23) layout artist di
Lumine Studio (b)
Gambar 19. A. Foto Profil Ghina,
B. Bukti Wawancara. Sumber:
Dokumentasi Pribadi, 2022

64
No Profil Hasil Wawancara Dokumentasi
Narasumber
4
1) Cerita 1
2) Cerita 3
3) Cerita ke 1
4) Semua cerita, tapi yang lebih
menarik cerita 1
5) Cerita 1 karena menurut
responden cerita 1 mempunyai
Gambar 20. Foto
perkembangan cerita dan
Profil Nicholas.
karakter lebih luas. Hal ini
Sumber:
dikarenakan ada unsur misteri
Dokumentasi
disitu.
Pribadi, 2022
4 Nicholas YW, Art 6) Karya eksplorasi rancangan masih
Director terlalu lambat dalam membawa
cerita, tidak memainkan emosi
penonton, permainan ritme
terlalu datar.
7) Pemilihan baksound menjadi
faktor utama dalam irama.
Penggunaan warna dalam trailer
lebih disarankan untuk
menggunakan warna
komplementer dan monolog
supaya lebih menekan kesan
dramatisasinya
5 1) Cerita ke 1 sama 3
2) Cerita 3 sepertinya cocok
3) Dari penjelasannya lebih jelas
cerita ke 3
4) Cerita 1 dan 3 cocok untuk
(a) alter ego
Fathiya Ainun 5) Cerita ketiga lebih banyak (b)
Zahira (23), editor kemungkinan terjadi di Gambar 21. A. Foto Profil
dan animator lingkungan Fathiya, B. Bukti Wawancara.
Ruang Guru Sumber: Dokumentasi Pribadi,

65
No Profil Hasil Wawancara Dokumentasi
Narasumber
5 Fathiya Ainun 6) Cerita bagus untuk 2022
Zahira (23), editor dikembangkan adalah cerita
dan animator yang pertama karena sisi Adhi
Ruang Guru yang misterius bisa jadi jalan
cerita yang menarik
6
1) Cerita yg ke 3
2) Semua cerita
3) Cerita ke 3
4) Cerita 1 dan 3
5) Cerita 1
6) Cerita 1 lebih menarik untuk (b)
(a) dikembangkang dan dijadikan Gambar22. A. Foto Profil
Syechdilla Calista mini series Syechdilla, B. Bukti Wawancara.
Putri, (22), 3d Sumber: Dokumentasi Pribadi,
Modeller di Infinite 2022
Framework Studios

d) Evaluasi Alternatif Rancangan Awal

Setelah melakukan beberapa wawancara dengan beberapa

narasumber, hasil wawancara didapat beragam jawaban serta masukan

terhadap cerita, rasio, dan warna yang dipilih. Berikut adalah hasil

suara terbanyak yang dapat dilihat dengan grafik.

Grafik 2. Hasil Pemilihan Cerita. Dokumentasi Pribadi, 2022

66
Hasil wawancara juga menunjukan bahwa adanya masukan

terhadap karya eksplorasi, yaitu memainkan emosi penonton dengan

mengganti irama pada backsound, serta menggunakan pewarnaan

color grading dengan melakukan penggabungan antara SL Gold

Western sebagai warna hangat dan Fuji F125 Kodak 2393 sebagai

penguat warna dasar.

e) Rancangan Detail

1) Definisi Rancangan

Karya yang peniliti ciptakan merupakan film pendek

berbasis media sosial khususnya instagram dengan konsep

penayangan yaitu mini series dengan durasi 1 menit setiap

seriesnya. Film ini berfokus pada tema alter ego dan hobi kesenian.

Film pendek ini mengedepankan penerapan mise en scene

untuk memberikan kesan yang lebih terhadap cerita seperti

penerapan warna pakaian, gaya pakaian, gaya rambut pada

penokohan. Pemilihan tempat syuting yang diperhitungkan untuk

mendukung suasana dalam cerita, penggunaan property seperti alat

lukis, buku gambar, kanvas untuk memberikan unsur-unsur

kesenian.

Untuk menonton film ini diperlukan perangkat seperti

smartphone dan akun pada applikasi media sosial seperti

67
instagram, facebook dan youtube. Film ini menggunakan genre

drama fiksi dengan menggunakan tema alter ego dan hobi seni.

2) Spesifikasi Pengguna

Target utama dari film pendek alter ego ini adalah pemuda

dengan rentan usia 16 sampai dengan 30 tahun. Sebagaimana yang

di keluarkan oleh BPS menyebutkan bahwa, sekitar 94,22 persen

pemuda Indonesia menggunakan handphone dengan rentang usia

16-30 tahun. Namun peneliti tidak membatasi usia untuk

menikmati karya film ini.

3) Spesifikasi Bentuk

Cerita yang peneliti angkat, terinpirasi dari pengalaman

peneliti serta pengalaman koresponden peneliti yang telah peneliti

meminta izin, kemudian peneliti menyelaraskan cerita dengan

bentuk kehidupan sehari hari sebagai alur film. Penggunaan genre

drama menjadi tumpuan dalam membuat cerita.

Color grading digunakan untuk menampilkan kesan

mendalam terhadap genre drama yang sudah disesuaikan dengan

tren warna film saat ini yaitu warna netral. Sehingga menampilkan

secara real dan detail keseluruhan isi film.

Peneliti menggunakan konsep rasio 16:9 menambahkan

kesan drama, memperlihatkan isi cerita dan latar seceara

keseluruhan serta.

68
4) Spesifikasi Fungsi

Film ini berfungsi sebagai media penyampaian cerita

mengenai alter ego. Memberikan contoh tentang alter ego untuk

mempermudah pemahaman dan meningkatkan antusiasme

terhadap pengelolahan potensi yang dimiliki.

5) Spesifikasi Teknik

Untuk pembuatan film ini peneliti menggunakan kamera

type Sony a6400, dengan menggunakan lensa Sigma 30mm f1.4.

Kemudian untuk alat pendukung tambahan kamera seperti Feiyu

G6max Gimbal berguna utnuk menstabilkan gambar bergerak.

Penggunaan kostum, make up diberikan untuk penguatan

penokohan karakter dalam film ini. Pada tahapan editing, peneliti

menggunakan adobe premiere untuk menggambungkan video

footage, audio, dan memberikan pewarnaan pada film. Peneliti

juga menggunakan adobe photoshopi untuk pembuatan poster

film.

6) Prosedur Pemakaian Produk

Penggunaan produk ini sangat mudah, memungkinkan

semua orang dapat menggunakannya, yaitu dengan memutar video

melalui platform media sosial seperti instagram, dan

menggunakan perangkat handphone untuk mengaksesnya.

69
7) Spesifikasi Produksi

Pembuatan film diawali dengan membuat cerita dasar atau

sinopsi sebanyak 3 cerita yang kemudian dipilih menjadi satu

cerita yang paling banyak dipilih. Setelah pemilihan cerita, cerita

dasar ini dikembangkan menjadi sebuah naskah dan scenario besar.

Setelah itu dikembangkan kembali menjadi storyboard. Setelah

itu, pemilihan lokasi untuk menentukan lokasi mana yang sesuai.

Kemudian masuk ketahap produksi yaitu proses penggambilan

gambar atau syuting menyesuaikan dengan storyboard.

Setelah proses syuting, video hasil syuting akan di proses

menggunakan adobe premiere pro cc 2019. Setiap video di sortir

untuk menentukan gambar yang bagus dan sesuai. Kemudian

pemberian warna atau tahap coloring dengan tetap mengunakan

aplikasi yang sama. Setelah itu masuk kepada tahapan audio

mixing, yaitu menyelaraskan audio dengan video. Kemudian

setelah proses editing selesai file film di eksport dengan kualitas

Mobile Device 1080p HD.

8) Spesifikasi Pengemasan

Film dikemas dengan format file mp4 dengan kualitas

1080p Hd, dan dapat diakses melalui platform media sosial

instagram.

70
9) Perkiraan Biaya Produksi

Tabel 5. Perkiraan Biaya Produksi

No Nama Produk Biaya Sewa Jumlah Total

1 Kamera Sony a6400 Rp. 250.000 1 Rp. 250.000

2 Lensa 30 mm Rp. 50.000 1 Rp. 50.000

3 Feiyu g6max Rp. 150.000 1 Rp. 150.000

4 1 Set Lighting Rp. 50.000 1 Rp. 50.000

Talent, Transport, dan Konsumsi

5 Talent Rp. 400.000 4 Rp. 2.000.000

6 Transpotasi Rp. 100.000 - Rp. 150.000

7 Konsumsi Rp. 200.000 - Rp. 200.000

TOTAL KESELURUHAN Rp. 2.850.000

f) Standar Prosedur Produksi

1) Tahap Praproduksi

Pada tahapan ini terdapat beberapa tahapan yang berurutan

dimulai dari sinopsi terpilih, pembuatan naskah, penokohan

karakter, pembuatan storyboard, breakdown naskah, pencarian

lokasi syuting, recce, reading, pembentukan kru dan jobdesk.

Berikut adalah synopsis:

Adhi adalah seorang anak yang berbakat dibidang

seni. Sejak kecil Adhi selalu mengasah kemampuannya

dengan terus berkreasi hingga ia dewasa menjadi seorang

seniman muda yang bertalenta.

71
Adhi punya seorang sahabat bernama Dhani. Dhani

merupakan teman Adhi sejak mereka dibangku SMA,

hingga masuk kuliah di universitas yang sama.

Namun tidak ada satupun yang mengetahui siapa

sebenarnya Adhi, apa latar belakangnya, apakah Adhi

nama aslinya atau bukan. Ada pertanyaan besar siapa sosok

Adhi yang memiliki bakat seni ini.

a) Penokohan Karakter

Setelah menyelesaikan naskah tahapan selanjutnya

adalah penokohan karakter, penjabaran dengan detail dari

mulai postur badan, wajah, hingga watak. Dan pada tahapan ini

peneliti juga mencantumkan aktor yang akan memainkan

karakter tersebut. Ada 3 karakter utama dalam cerita pilihan

peneliti:

i. Adhi

Karakter Adhi adalah anak muda yang bergairah,

memiliki kemauan yang banyak, khususnya dibidang seni.

Adhi memiliki watak penyabar, penyayang dan menyukai

segala sesuatunya rapih. Namun Adhi memiliki sesuatu

watak seperti yang ditutupi.

Perawakan Adhi memiliki tinggi badan yang sedang

tidak terlalu tinggi, dan tidak juga terlalu pendek, antar 165

72
cm hingga 175 cm. Badan Adhi tegap menandakan dia anak

yang rajin olahraga.

Gambar 23. Contoh Perawakan Karakter Adhi, Sumber:


Dokumentasi Pribadi, 2022

ii. Dhani

Dhani merupakan teman Adhi. Seumuran dengan

Adhi, memiliki watak ceroboh, dan humoris. Dhani

memiliki perwakan tubuh agak gemuk, tapi tidak

kegemukan, tingginya lebih pendek dari Adhi.

Gambar 24. Contoh Perawakan Karakter Dhani,


Sumber: Google Image, 2022

73
iii. Ayah Adhi

Ayah adalah seseorang yang pekerja keras, tegas,

dan penyayang. Ayah selalu mengedepankan pendidikan

Adhi. Namun meskipun karakter ayah menyayangi Adhi,

tapi Ayah Adhi tidak selalu ada untuk Adhi dan tidak

terlalu mementingkan kemauan Adhi.

Perawakan ayah tegap seperti Adhi. Tinggi tidak

melebihi Adhi.

Gambar 25. Contoh Perawakan Karakter Ayah Adhi,


Sumber: Google Image, 2022

b) Casting Pemeran Karakter

Setelah penokohan telah ditentukan, tahap selanjutnya adalah

casting. Setelah dibuat penokohan, memudahkan peneliti untuk

74
mencari aktor yang cocok untuk setiap karakter, dan aktor mudah

memahami peran yang akan mereka mainkan.

i. Adhi

(a) (b) (c)

Gambar 26. A. Fajar, b. Thoriq, c. Alam Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

ii. Ayah Adhi

Gambar 27. Septian Erostian. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

75
c) Storyboard

Storyboard bertujuan untuk membuat gambaran

sementara berguna untuk memudahkan pengambilan gambar

atau shooting.

76
01’ 05’ 04’ 08’ 09’ 11’

12’ 15’ 16’ 19’ 20’ 23’

Gambar 28. Storyboard. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

77
Gambar 29. Storyboard. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

78
d) Survey Lokasi Dan Recce

Penentuan lokasi dilakukan untuk mencari lokasi yang

cocok dengan set lokasi atau latar tempat yang terdapat di

naskah. Lokasi syuting peneliti lakukan di sebuah rumah

daerah Depok. Alasan pemilihan rumah tersebut menjadi

tempat syuting dikarenakan rumah tersebut memiliki ciri khas

bangunan tua namun tetap terawat. Sehingga memberikan

kesan rumah sederhana. Selain itu, Depok menjadi tempat

pilihan peneliti untuk syuting dikarenakan banyak lokasi-

lokasi yang sesuai dengan cerita. Sehingga memudahkan untuk

mobilisasi kru dan aktor.

Gambar 30. Recce Lokasi Syuting. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

Dalam pemilihan lokasi harus melalui tahapan recce,

untuk memproyeksikan bagaimana proses syuting nantinya

akan berlangsung. Oleh karena itu peneliti dalam tahapan ini

tidak sendirian, peneliti ditemani oleh Asisten Sutradara atau

Astrada salah satunya bernama Rizky Abdullah.

79
e) Reading

Proses ini merupakan pembacaan naskah oleh aktor

sebagai bentuk latihan serta pengenalan singkat tentang

karakter yang diperankannya. Peneliti dan sutradara yang akan

membimbing dan mengarahkan secara langsung kepada para

aktor.

Gambar 31. Reading Naskah. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

f) Pembentukan Kru Dan Pembagian Jobdesk

Dalam proses pembuatan sebuah film banyak sekali

kebutuhan seperti artistik, audio, kameramen, pencahayaan,

dan koordinator lapangan. Peneliti membentuk sebuah tim

dengan penjabarannya sebagai berikut:

Produser : Hanif Fadillah Karim

Sutradara : Hanif Fadillah Karim

Astrada 1 : Rizky Abdullah Syaiid

Astrada 2 : Muhammad Thoriq

Director of Photography (D.O.P): Hanif Fadillah Karim

80
Rizky Abdullah Syaiid

Artistik : Hanif Fadillah Karim

Wiwit Febriyani

Kameramen : Rizky Abdullah Syaiid

Pencahayaan : Hanif Fadillah Karim

Make Up Artist (MUA) : Wiwit Febriyani

Sound Mixing : Hanif Fadillah Karim

Editor : Hanif Fadillah Karim

2) Tahap Produksi

(a) (b)

Gambar 32. A. Pengarahan Kamera, B. Proses Pengambilan Gambar.


Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

(a) (b)

Gambar 33. A. Proses Pengecekan Gambar, B. Proses Pengambilan


Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

81
3) Tahap Pasca Produksi

Tahap pasca produksi merupakan proses editing secara

keseluruhan. Dimana terdapat proses memilah, menyatukan,

menjahit, momotong gambar-gambar mentahan menjadi sebuah

file yang selanjutnya akan masuk kepada tahapan color grading

dan audio mixing.

a) Memilah

Pada tahapan ini peneliti melakukan pemilihan gambar-

gambar yang sesuai dari gambar-gambar yang telah terkumpul.

Sehingga meminimalisir kesalahan dalam tahap editing seperti

gambar yang buram, salah take, dan sebagainya.

Gambar 34. Proses Pemilihan Gambar. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

b) Menyatukan Menjahit Dan Memotong

Tahapan ini merupakan menyatukan gambar-gambar

menjadi sebuah kesatuan yang disebut sequence dengan

menyesuaikan cerita. Kemudian menjahitnya sehingga terkait

82
satu dengan lainnya, dan memotong bagian yang dirasa tidak

diperlukan.

Gambar 35. Proses Menyatukan Menjahit Dan Memotong Gambar-


Gambar. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

c) Color Grading

Pemberian warna sangat penting untuk menaikan mood

dari film. Pada tahap ini peneliti menggunakan preset warna

Fuji F125 Kodak 2393 untuk penguatan terhadap warna dasar

film, dan menggunakan preset SL Gold Western untuk

memberikan warna kuning yang hangat dan tenang.

83
Gambar 36. Proses Color Grading. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

Gambar 37. Proses Color Grading. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

d) Audio Mixing

Tahap ini merupakan tahap penyerasan, pemilihan dan

menambahkan unsur-unsur suara yang diperlukan, seperti

menyesuaikan suara dialog, memilih suara yang sesuai, serta

menambahakan SFX (special effect) khusus suara pintu

terbuka, suara minum, berjalan, dan sejenisnya.

Gambar 38. Proses Audio Mixing. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

84
IV. HASIL PENCIPTAAN DAN PEMBAHASAN

A. Visualisasi Karya

Pada bab ini perupa akan menjelaskan mengenai visualisasi dan

deskripsi produk. Secara keseluruhan produk karya berupa film pendek

dengan konsep alter ego setelah mengalami proses editing. Disertakan pula

poster film sebagai media promosi.

Gambar 39. Hasil Visualisasi episode 1. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

85
Gambar 40. Hasil Visualisasi episode 2. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

86
(a) (b)

(c)

Gambar 41. A. Poster Opsi 1, B. Poster Opsi 2, C. Poster Opsi 3.


Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

87
B. Deskripsi Karya

Judul : Alter ego

Jenis Produk : Film Pendek Mini Series

Jumlah series : 7 episode

Durasi : 2 menit –4 menit per episodenya

Teknik : Editing

Tahun : 2022

Karya ini merupakan film pendek berbasis media sosial instagram,

facebook dan youtube. Film pendek ini bercerita tentang seorang anak muda

bernama Adhi yang memiliki bakat dan potensi dibidang seni. Namun tidak

didukung oleh orang tuanya khususnya sang ayah. Dikarenakan Ayah Adhi

berpendapat bahwa ada hal yang lebih penting daripada menggambar dan

sejenisnya. Film pendek ini menceritakan bagaimana Adhi menemukan alter

ego nya sehingga ia tetap bisa untuk mengembangkan potensinya tersebut.

a. Mood Board Arahan Film

Peneliti bertugas sebagai sutradara dalam film “Alter ego” ini.

Dalam film ini peneliti menginginkan mengedepankan 3 penggambaran

penting berdasarkan pengembangan cerita terpilih, seperti perasaan

amarah, frustasi, dan passion atau semangat melakukan sesuatu. 3 hal ini

yaitu amarah, frustasi, dan passion menjadi fokus utama dalam

pengembangan karakter, latar dan gaya film.

Amarah dimunculkan ketika Adhi merasa rasa kesal, dan geram

karena tidak ada dukungan, dan hilangnya sosok sang nenek yang

88
mendukung Adhi dalam bidang yang ia sukai. Sedangkan frustasi

dimunculkan ketika Adhi merasa tidak ada dukungan dari pihak orang tua

untuk mensupport Adhi dalam memilih dan menjalani impiannya.

Passion merupakan penggambaran kemauan Adhi terhadap kesukaan

akan seni dan kemauan Adhi saat berkarya.

Gambar 42. Moodboard Film. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

b. Moodboard Look Dan Mood

Moodboard look dan mood ini bertujuan untuk menentukan warna

dasar bagi editor pada saat color grading, juga menjadi acuan untuk tim

artistic dan wardrobe dalam pemilihan warna property ataupun pakaian.

Hal ini bertujuan untuk membangun suasana yang diinginkan menjadi

lebih.

89
Untuk pemilihan warna ini di berdasarkan arahan dasar sutradara

tentang arah film ini sebagaimana yang terdapat pada sebelumnya. Untuk

film peneliti memilih konsep warna dasar yaitu; oranye, biru dan

turquoise.

Kemudian mood yang peneliti coba angkat dengan warna ini yaitu

mencoba untuk megangkat rasa kehangatan, kesedihan, kesepian.

Gambar 43. Orange Blue Turquoise. Sumber: Google. 2022

Gambar 44. Moodboard Look Dan Mood. Sumber: Google. 2022

90
c. Mood Board Penokohan Karakter

Tokoh dalam film pendek dengan konsep alter ego terdiri dari tokoh

utama dan tokoh pendukung. Tokoh utama terdiri dari Adhi dan Ayah

Adhi. Sedangkan tokoh pendukungnya terdiri dari Nenek Adhi, Mama

Adhi, Dhani, dan Rani. Untuk tokoh pendukung di film pendek dengan

konsep alter ego karya perupa, belum dimunculkan di laporan penulisan

karya karena tokoh pendukung tersebut belum sekarang muncul di karya

film pendek ini. Berikut ini akan dibahas karakter tokoh utama. Karakter

tokoh utama dalam cerita pilihan peneliti:

1) Adhi

Karakter Adhi adalah anak muda yang bergairah, memiliki

kemauan yang banyak, khususnya dibidang seni. Adhi memiliki watak

penyabar, penyayang, dan Adhi menyukai segala sesuatunya rapih.

Namun Adhi memiliki sesuatu watak seperti yang ditutupi.

Perawakan Adhi memiliki tinggi badan yang sedang tidak terlalu

tinggi, dan tidak juga terlalu pendek, antara 165 cm hingga 175 cm.

Badan Adhi tegap menandakan dia anak yang rajin olahraga.

Gambar 45. Moodboard Karakter Adhi. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

91
2) Ayah Adhi

Ayah adalah seseorang yang pekerja keras, tegas, dan

penyayang. Ayah Adhi tipe orang yang bertanggung jawab, dan selalu

mengedepankan pendidikan Adhi, menganggap bahwa ada hal yang

lebih penting daripada menggambar dan sejenisnya. Namun meskipun

karakter ayah Adhi menyayangi Adhi, tapi Ayah Adhi tidak selalu ada

untuk Adhi dan tidak terlalu mementingkan kemauan Adhi. Perawakan

ayah Adhi tegap seperti Adhi. Tinggi tidak melebihi Adhi.

Gambar 46. Contoh Perawakan Karakter Ayah Adhi, Sumber: Google Image, 2022

d. Moodboard Kostum

Pada tahapan ini peneliti memilih kostum casual style yang dipakai

oleh tokoh “Adhi” dalam film pendek dengan konsep alter ego sesuai

karakter Adhi yang sangat menyukai seni. Casual Style merupakan

pakaian santai tapi tetap mengedepankan keindahan, cocok dipakai setiap

92
harinya. Umumnya casual style cocok dengan rasa nyaman seseorang,

seperti denim jeans, casual t-shirts, dan casual jeans jackets.

Sedangkan untuk tokoh “Ayah Adhi” dalam film pendek dengan

konsep alter ego, peneliti memilih kostum smart casual style agar sesuai

karakter Ayah Adhi yang menganggap bahwa ada hal yang lebih penting

daripada menggambar dan sejenisnya, selalu mengedepankan pendidikan

anaknya bernama Adhi, pekerja keras, dan tegas.

Smart Casual Style merupakan sama sekali tidak seformal business

professional style, tetapi benar-benar bisa mengekspresikan diri

pemakainya. Oleh karena itu, smart casual style dapat benar-benar

mengekspresikan diri tokoh Ayah Adhi yang pekerja keras, dan tegas.

Yang masuk dalam smart casual style seperti chinos, dan shirts.

Tokoh Ayah Adhi menggunakan aksesoris kacamata, menurut

https://www.klikdokter.com/ orang berkacamata punya tingkat kecerdasan

dan profesi yang menjanjikan. Selain itu, menurut https://gaya.tempo.co/,

seseorang yang memakai kacamata terlihat lebih intelektual dan cerdas;

terkesan dewasa; dan cukup misterius.

Semua itu dilakukan peneliti agar film pendek dengan konsep alter

ego dapat menampilkan penggunaan mise en scene yang tepat untuk

karakter tokoh Adhi, dan karakter tokoh Ayah Adhi.

93
(a) (b)

Gambar 47. Moodboard Kostum (a) Casual Style, (b) Smart Casual Style.

Sumber: Google Image, 2022

e. Pemeran Karakter

Setelah penokohan telah ditentukan, tahap selanjutnya adalah

casting. Berikut adalah actor terpilih dalam film ini:

1) Adhi

Gambar 48. Alam Fadhillah. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

94
2) Ayah Adhi

Gambar 49. Septian Erostian. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

3) Rani

Gambar 50. Magdalena Maharani. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

f. Survey Lokasi Dan Recce

Lokasi syuting peneliti lakukan di sebuah rumah daerah Depok.

Alasan pemilihan rumah tersebut menjadi tempat syuting dikarenakan

memiliki ciri khas dengan bangunan tua namun tetap terawat. Sehingga

memberikan kesan sederhana yang mendalam. Depok menjadi tempat

pilihan peneliti untuk syuting dikarenakan banyak lokasi-lokasi yang

sesuai dengan cerita. Sehingga memudahkan untuk mobilisasi kru dan

aktor. Semua itu dilakukan peneliti agar film pendek dengan konsep alter

95
ego dapat menampilkan penggunaan mise en scene yang tepat yaitu lokasi

syuting terkesan sederhana.

Gambar 51. Recce Lokasi Syuting. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

e. Deskripsi Per Episode


1) Episode 1

Gambar 52. Cuplikan Episode 1. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

96
Episode 1 ini bercerita tentang Adhi secara keseluruhan seperti
kesedihan, frustasi dan rasa butuh Adhi disaat yang bersamaan. Guna
memberikan kesan tersebut, peniliti menngawali dari warna pakaian
Adhi yang berwarna gelap dan lusuh sehingga memberikan kesan
sedih yang lebih mendalam. Pakaian Adhi ini menitik beratkan pada
kesan lusuh dan rambut yang terurai tidak rapih.

Gambar 53. Karakter Adhi. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

Kemudian untuk pemilihan lokasi seperti taman, dan jalan


perumahan yang sepi dipilih untuk menunjang kebutuhan episode ini
yang menitik beratkan kepada Adhi sebagai focus utama.

97
2) Episode 2

Gambar 54. Cuplikan Episode 2. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

Episode 2 menceritakan hubungan antara Adhi dan ayahnya,


bagaimanakah perasaan ayah terhadap Adhi dan respon Adhi terhadap
perasaan ayah tersebut. Oleh karena itu peniliti mencoba menampilkan
suasana keharmonisan yang ada.
Pemilihan pakaian bewarna putih serta abu-abu yang Adhi
kenakan untuk memberikan kesan natural dan netral, sehingga
pemeran Adhi dapat memainkan mimik wajahnya dengan leluasa
untuk merespon karakter ayah, yaitu ketika ayah nya selalu melakukan
tekanan terhadaap Adhi.
Penggunaan kacamata pada Adhi tidak hanya untuk
menampilkan kesan bahwa Adhi anak yang pintar dan rajin saja, tetapi
juga untuk memberikan gambaran jelas perbedaan karakter Adhi dan
karakter bili (alter ego Adhi) nantinya.

98
Penggunaan pakaian kemeja berwarna gelap untuk karakter
ayah hanya untuk kebutuhan cerita dimana ayahnya baru pulang dari
kerja shift paginya sebagai dokter. Penggunaan warna hitam sendiri
dipilih untuk memberikan kontras karakter, sehingga penonton dapat
merasakan suasanya yang berbeda.
Kamar dan kasur menjadi pilihan tempat menggambar Adhi
karena ini berguna untuk menggambarkan personal space atau ruang
pribadi dari Adhi, sehingga ketika ayah Adhi masuk dan menegurnya,
seolah-seolah ayah tidak menghargai Adhi.
Ruang makan serta adegan makan malam dipilih untuk
memberikan kesan harmonis yang ada pada satu keluarga, karena
umumnya meja makan dan kegiatan makan malam menjadi tempat
berkumpulnya sebuah keluarga untuk bercengkrama, hal ini sering
ditampilkan diberbagai macam film.

99
3) Episode 3

Gambar 55. Cuplikan Episode 3. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

Episode 3 ini menceritakan keberanian Adhi untuk membuka


studio sebagai personal space nya yang baru dan pertama kalinuya dia
mengenalkan dirinya sebagai alter ego nya bili bukan Adhi kepada
orang lain selain orang yang dia kenal.
Perawakan Adhi pada episode ini digambarkan sebagai wujud
atas rasa sedih dan rasa butuhnya, sehingga peniliti mengangkat
kembali gaya pakaian Adhi pada episode 1 sebagai karakter alter ego
nya Adhi.

100
Lokasi studio ini merupakan pemberian dari dhani yaitu
sahabat Adhi, yang merupakan tempat bekas gudang penyimpanan
keluarganya, sehingga masih menyisakan lemari besar dan meja.
Muncul karakter Rani pada episode ini untuk mencairkan
suasana serta membentuk ruang baru bagi Adhi untuk berinteraksi
dengan berani kepada orang lain khususnya yang menghargai
karyanya. Karakter Rani pada episode ini menggunakan outfit dengan
nuansa warna yang sama agar memberikan kesan ramah dan seirama
dengan karakter alter ego Adhi yakni Bili.
4) Episode 4

Gambar 56. Cuplikan Episode 4. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

101
Gambar 57. Cuplikan Episode 4. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

Episode 4 menceritakan kegiatan adhi bersama dengan rani


yang memberikan nuansa senang dan romantic, sehingga memberikan
warna baru dalam cerita sehingga cerita tidak terasa bosan. Kegiatan
melukis bersama dipilih berguna untuk memberikan suasana yang
harmonis, melukis dipilih karena untuk menggambarkan sifat adhi
pada karakter bili yang suka berbagi ilmu.
Kemudian pada episode 4 juga menceritakan pertemuan
karakter bili yang dengan karakter adhi yang digambarkan dengan adhi
pulang kerumah dengan mengganti baju warna putih, dan kembali
menggunakan kacamatanya, seperti terlihat pada gambar dibawah.

Gambar 58. Cuplikan Episode 4 karakter adhi. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

102
Kembalinya karakter bili kepada adhi memberikan
penggambaran jelas antara karakter adhi dan bili sebagai alter egonya,
karena terdapat perbedaan gaya pakaian, dan kerapihannya.
Episode 4 juga menceritakan bagaimana pertama kalinya ayah
adhi mengetahui kegiatan adhi diluar serta memergokinya yang
kedapatan melukis. Demi menunjang cerita tersebut peniliti memilih
lokasi ruang tamu sebagai lata utama kejadian, karena untuk
memberikan kesan ayah adhi menunggunya serta memberikan kesan
pula bahwa ayah saying kepada adhi.
Selama menunggu diruang tamu tersebut, karakter ayah
menonton acara telivisi untuk mengisi kekosongan akting. Karakter
ayah menggunakan kaos hitam serta menggunakan sarung untuk
memberikan kesan bahwa ayah sudah lama berada dirumah dan sedang
santai

Gambar 59. Cuplikan Episode 4 Karakter ayah. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

103
5) Episode 5

Gambar 60. Cuplikan Episode 5. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

Episode 5 ini melanjutkan pertengkaran karakter ayah dengan


karakter adhi, tidak ada perbedaan seperti yang ada di episode 4. Pada
episode 5 ini karakter ayah dan adhi masih menggunakan outfit yang
sama dan latar tempat yang sama.

6) Episode 6
Pada episode ini menceritakan rasa frustasi adhi serta rasa
kebingungannya terhadap jalan yang ia tempuh untuk
mengembangkan minat dan bakatnya dibidang seni. Untuk menunjang
hal tersebut adegan peniliti ciptakan dengan adhi dalam bentuk
karakter alter egonya menggambar rasa resahnya tersebut kedalam
sebuah lukisan sambal ia merunung kan langkah apa yang harus dia
lakukan.

104
Gambar 61. Cuplikan Episode 6. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022

Penggunaan warna gelap menjadi warna dominan dalam


lukisan adhi untuk menekankan suasana hati yang sedang dialami adhi
yakni frustasi, sedih dan kebingungan, serta aliran gaya dari lukisan
tersebut merupakan ekspresionisme.
Adegan ini juga menjadi jembatan yang jelas antara karakter
adhi dan bili karena menggambarkan secara jelas keresahan yang
dialami oleh adhi tetapi diluapkan dalam bentuk karakter bili, serta
adegan ini memberikan pernyataan bahwa alter ego dilakukan secara
sadar tanpa adanya kehilangan kesadaran seperti kepribadian ganda
atau DID (Dissociative identity disorder).

f. Uji Coba
Pada tahapan ini merupakan tahapan uji coba karya kepada target
dari penciptaan karya ini yaitu pengguna media social dari berbagai latar
pendidikan, uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah karya ini telah

105
berhasil dalam menyampaikan pesan alter ego sebagai solusi dalam
mengembangkan minat dan potensi seseorang.
Teknik yang peniliti gunakan untuk mendapatkan hasil dari uji coba
ini adalah melalui kuisioner dengan setiap responden menonton terlebih
dahulu film pendek Alter ego.
Berikut merupakan hasil dari kuisioner tersebut;

Grafik 3. Hasil Uji Coba. Dokumentasi Pribadi, 2022

106
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Penciptaan karya film pendek merupakan implementasi dari psikologi

seseorang dalam menyalurkan minat dan bakatnya, oleh karena demi

menunjang hal tersebut pada penciptaanya peneliti menggunakan metode

design thinking yang mengedepankan pemahaman atas sebuah permasalahan

sebelum menciptakan rancangan ataupun solusi. Hasil dari penelitian ini

dituangkan dalam sebuah karya film pendek berupa 6 (enam) episode yang

berdurasi 2-4 menit per episode dan diupload di media social sebagai wadah

sosialisasi.

Film pendek dengan konsep alter ego ini, merupakan salah satu wadah

untuk ekspresi peneliti, karena merupakan ungkapan perasaan peneliti akibat

adanya perbedaan pandangan antara seni dengan norma-norma agama yang

dijalani oleh keluarga peneliti. Selain itu peneliti ingin menunjukkan eksistensi

peneliti melalui bidang sinematografi khususnya film sebagai salah satu minat

peneliti.

B. Saran

1. Film yang bagus harus mengedepankan mise en scene dalam

penciptaanya.

2. Persiapan pada saat pra produksi harus lebih matang dan lebih

mendalam guna menciptakan film yang bagus

3. Mau berkerjasama dan berkolaborasi baik dengan tim

107
DAFTAR PUSTAKA

Bergson, H. (1932 dicetak ulang 1977), The Two Sources Of Morality And Religion,
Univesity of Notre Dame Press, Indiana, USA.
Diahloka, C. (2012), “Pengaruh Sinetron Televisi Dan Film Terhadap Perekmbangan
Moral Remaja”. Jurnal Reformasi. II (02). Universitas Tribhuwana Tunggadewi,
Malang.
Ernanda, A. (2014), “Penggunaan Twitter Di Kalangan Remaja (Studi Interaksi Pada
Pemilik Akun Alter ego). Skripsi. Fakultas Ilmu Komunikasi - Universitas Prof.
Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta.
Maylasari, Ika et all. (2018), “Statistik Pemuda Indonesia”, [e-catalog], Badan Pusat
Statistik Indonesia, Jakarta.
Maulidhina, N. (2019). “KONSEP DIRI ALTER EGO DI MEDIA SOSIAL (Studi
Fenomenologi Konsep Diri Pengguna Akun Alter ego Memposting Foto Seksi di
Twitter dalam Menunjukkan Identitasnya yang Berbeda di Kota Bandung)”.
Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Komputer Indonesia, Bandung.
Muliawan, M. (2014), “My Name Is Nina”. Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa dan Desain.
I (01). Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Nasrullah, R. (2018), Media Sosial- Prespektif Komunikatif, BuDAYa, dan
Sosioteknologi, Simbiosa Rekatama Media, Bandung.
Nurhariyadi, D. (2016), “Preferensi Ruang Hobi” dalam Prosiding Temu Ilmiah PLBI.
Perencanaan dan Perancangan Lingkungan Binaan, Program Studi Magister Riset
Arsitektur SAPPK ITB, Bandung.
Prasetya, Arif B. (2019), Analisis Semiiotika Film dan Komunikasi, Intrans Publishing,
Malang.
Pratista, H. (2008), Memahami Film, Homerian Pustaka, Yogyakarta.
Rifai, Muhammad Nur Taufik, Ramadhan Agus Triono.(2014), “Implementasi Teknik
Pengambilan Gambar Pembuatan Video Klip Kidung Reggae Grup Band
Gatholotjo”. Sentra Penilitian Engineering dan Edukasi. VI (06). Surakarta.
Schultz, D, Sydney Ellen Schultz. (2017). Eleventh Edition: Theories of Personality,
Cengage Learning, Boston, Amerika Serikat
Strachey, J., (ed.). (1957). The Ego and The Id. The Standar Edition Of Complete
Psycholigal Works of Sigmund Freud. XIX (19). UPPEN, Pennsylvania, USA.
Wati, Errika DS. (2011). “Komunikasi dan Media Sosial”. Jurnal The Messenger, III (03).
Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Semarang.
Widiani, Lusiani Surya, Wawan Darmawan, Tarunasena Ma’mur. (2018), “Penerapan
Media Film Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengolah
Informasi Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah”. Factum. Jurnal Sejarah dan
Pendidikan Sejarah. VII (07). UPI Bandung.
Yanuar, M Fadli, Sri Wahyuni. (2019), “Penerapan Sinematografi Pada Film Pilar”.
Jurnal FSD. I (01). Universitas Potensi Utama.

108
Sumber Internet:

Istilah Film
https://repository.dinamika.ac.id
Kacamata Membuat Orang Yang Memakainya Terkesan Menurut Psikologi
https://www.klikdokter.com/
Orang Pakai Kacamata Terkesan
https://gaya.tempo.co/
Smart Casual Style, Casual Style
https://luxe.digital/

109
LAMPIRAN

Lampiran1. Lembar Konsultasi Dosen Pembimbing I

110
111
Lampiran 2. Lembar Konsultasi Dosen Pembimbing II

112
113
Lampiran 3. Surat Izin Magang

114
Lampiran 4. Kartu Kehadiran Seminar

115
Lampiran 5. Pertanyaan Wawancara

No Indikator Pertanyaan

1 Dasar ide 1) Diantara cerita 1, 2 dan 3, cerita manakah yang paling

perkembangan rasional ?

sebuah cerita 2) Cerita manakah yang mendekati tema ?

2 Alur Cerita 3) Cerita manakah yang memiliki alur cerita dengan

struktur nratif yang jelas (seperti, tokoh, latar, waktu,

permasalahan, dan sebagainya) ?

3 Alter ego 4) Dari cerita 1, 2 dan 3 cerita manakah yang sesuai

dengan alter ego?

5) Cerita manakah yang mewakili perasaan banyak

orang dalam menghadapi alter ego?

4 Media Sosial 6) Cerita manakah yang dapat di kembangkan menjadi film

pendek mini series dan ditayangkan di beberapa

platform media sosial seperti instagram, facebook dan

youtube?

116
Lampiran 6. Wawancara Dengan Narasumber Psikologi Widha Priambodho S.Psi

117
Lampiran Lembar Kuisioner Narasumber Uji Coba Karya

118
119
Lampiran 7 Naskah terpilih
ALTER EGO

ALTER EGO
FADE IN
Suasana kamar yang sepi dan sunyi, terlihat seorang anak sedang duduk sambil
mengerjakan sesuatu di meja belajarnya. Terlihat kamar tersebut sangat rapih, dan
bersih, sangat mengesankan bahwa anak tersebut merupakan anak yang rajin serta
menyukai hal-hal yang rapih dan teratur.
DEEP TO BLACK

1. INT. KAMAR – DAY 1 MALAM HARI - FLASHBACK


CAST. ADHI, BAPAK

Seorang anak sma, laki laki sedang duduk di meja belajar di sebuah kamar yang hanya di
terangi oleh lampu kamar.
Terdengar suara pintu yang dibuka perlahan. Terlihat seorang pria tua yang masih
berpakaian kerja memasuki ruangan

Ayah Adhi:
“Adhi, ayo dong jangan gambar melulu, (sambal menghampiri anak tersebut) ayo
belajar yang bener, belajar buat ujian masuk universitas. Biar kamu masuk
Jurusan Kedokteran di universitas unggul, dan kamu bisa jadi seperti eyang dan
papa

Ucap ayahnya sambil menyela Adhi yang sedang gambar dengan lembut

Adhi kecil:
“tapi yah..”

Adhi tersela oleh ayahnya yang langsung keluar

Ayah:
“ya sudah tunda dulu, kita makan dulu aja kalo gitu”

Ujar ayah sambil menutup pintu

120
Adhi terdiam dan dia mengambil buku persiapan ujian, sambil menghela napas.
Adhi memandangi buku sangat lama seperti ada sesuatu yang dipikirkannya.

2. OUT-IN. JALAN MENUJU RUMAH ADHI, DAN DALAM RUMAH

CAST ADHI
Kreeek!... kraak!!..
Terdengar suara pagar tertutup, Adhi yang sedang basah kuyup memasuki halaman.
Mba Adhi keluar dari pintu rumah
Ujar mba sambil berteriak

Adhi:
“iya mba…, ayah mana??”

Tanya Adhi

Mba:
“ga tau, tadi sih keluar, tpi gatau kemana”

Jawab mba
Adhi segera masuk melepas baju dan mandi
Setelah mandi, Adhi keluar kamar masih dengan handuk dikepalanya, ia mendapati ada
sebuah ruangan yang biasa ayah nya bermeditasi terbuka. Ruangan tersebut memang
dari dulu tidak boleh dimasuki oleh siapapun kecuali Ayah Adhi.
Namun kali ini ada sesuatu yang tidak biasa, kamar tersebut terbuka. Adhi pun menjadi
penasaran sebenernya apa yang ada diruangan tersebut.
Adhi yang sudah masuk sejak tadi terdiam kaget,dia sangat kaget terhadap isi ruangan
tersebut, ternyata dalam ruangan tersebut terdapat banyak sekali lukisan dan barang
barang perlengkapan untuk melukis.
Ternyata Ayah Adhi merupakan seseorang yang menyukai seni dan memang pernah
menggeluti bidang seni.

3. IN. RUANG MAKAN KELUARGA- DAY 3

121
CAST. ADHI, AYAH DAN MBA
Adhi menghampiri meja makan
Terlihat ayah sedang duduk di meja makan sambil memainkan laptop/hp
Ayah terlihat sibuk
Ayah masih memakai pakaian kerjanya
Ayah:
“mari makan.”
Ayah kemudian menutup laptopnya
Adhi duduk diam menunduk, hanya fokus pada makanannya saja
Suasana di meja makan tersebut sangat hening, semua fokus kepada makan masing-
masing
Suasana canggung menyelimuti ruang makan tersebut
Ayah:
“gimana kuliah kamu dhi”
Tiba tiba ayah bertanya
Adhi:
“great.. aman aman aja”
Ayah:
“inget kamu harus fokus semester ini lulus, janga macem-macem dulu”
Adhi hanya diam saja tak menjawab
Waktu makan berlalu
Adhi kemudian kembali kekamar atas
Dan kemudian kebur dari rumah diam diam

4. IN. GEDUNG TERBENGKALAI- DAY 4

CAST. ADHI, DAN DHANI


Pagi yang cerah, matahari mulai menampakan dirinya, memberikan cahay keseluruh
tempat gelap
Disebuah gedung terbengkalai, terlihat Adhi sudah bangun sejak tadi, dan mungkin dia
belum tidur semalaman

122
Terlihat Adhi sedang melakukan grafiti didinding tersebut
Adhi seperti meluapkan emosinya pada grafiti tersebut
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang lain menghampiri tempat tersebut
Ternyata dhani datang menghampiri sambil membawa sebuah bungkusan besar
Dhani:
“eh dhi.. nih pesanan lu”
Adhi:
“mana-mana”
Dhani meletakan bungkusan tersebut diatas meja
Dhani:
“Lu beneran nih dhi?.. Yakin?”
Adhi hanya mengangguk saja
Tampak dia ingin segera melihat isi bungkusan tersebut
Dhani:
“oke, its all up to you dhi..”
Bungkusan tersebut pun dibuka
Adhi terlihat kaget dan senang
Adhi:
“waah gila dhi keren.. keren nih, akhirnya..
Dhani hanya tersenyum
Adhi masih terpukau dengan barang tersebut
Barang tersebut merupakan papan nama galeri andromeda
Adhi:
“nenek pasti bangga nih bro..”
Ujar Adhi sedikit terharu
Dhani hanya tersenyum

5. OUT/IN. GALERI ANDROMEDA- DAY 4

CAST. ADHI, DAN PELANGGAN CEWEK


Adhi sedang memegang papan nama andromeda

123
Ternyata tadi merupakan flashback galeri tersebut, tentang bagaimana papan nama
tersebut ada
Galeri tersebut tampak masih berantakan dan beberapa barang hancur berserakan
Kring..kring
Terdengar suara pintu terbuka
Adhi memasuki galeri, memperhatikan seluruh ruangan
Mencoba mengambil barang yang masih berserakan dan bisa diselamatkan
Pelanggan Perempuan 1:
“Wuow!.. ada apa ini”
Tiba tiba ada seorang pelanggan perempuan datang
Adhi pun menoleh
Adhi:
“eh mba...maaf kayaknya tutup dulu hari ini”
Adhi menjawab dengan lesu
Perempuan tesebut tampak menghiraukan dan masuk begitu saja
Pelanggan Perempuan 1:
“sini saya bantu mas..”
Adhi:
“eh gausah ka, biar saya aja gpp..”
Adhi mencoba menolak tawaran pelanggan perempuan tersebut
Namun pelanggan itu tetap bersikukuh untuk membantu
Pelanggan perempuan 1:
“gpp mas, kasihan sendirian..”
Adhi:
“eh gausah gpp kak..”
Pelanggan perempuan1:
“hus udah gpp”
Adhi pun tidak bisa menolak
Karena kebetulan dia juga kewalahan
Mereka berdua tampak kompak membersihkan dan merapihkan galeri tersebut

124
Pekerjaan berberes pun selesai tampak mereka sedang istirahat sambil menikmati segelas
air putih
Mereka duduk pelataran galeri
Sambil memegang gelas mereka tampak lega
Pelanggan perempuan tiba tiba menyenggol ke bahu Adhi dan tersenyum
Adhi pun balas senyum
Adhi:
“makasih ya kak…kalo ga ada kaka pasti kewalahan ini”
Adhi menjawab sambil bercanda
rani:
“hus gausah manggil kaka, eh kita belom kenalan loh, nama ku dian”
Adhi:
“eh iya Adhi”
Mereka tertawa kecil sambil saling menatap satu sama lain
Kemudia tatapan tersebut berubah menjadi pandangan tajam satu sama lain
Adhi pun tersipu
Rani :
“oh iya aku pulang dulu..bau mau mandi (sambil tersenyum)”
Adhi:
“eh iya… eehm boleh minta nomor kamu Rani”
Rani:
“Boleh”
Dian menjawab dengan senyum termanis yang pernah Adhi liat
Dian pun pergi meninggalkan Adhi sendiri.

6. OUT. DEPAN GALERI-DAY 5

CAST ADHI
Adhi keluar dari galeri mencoba mengambil udara segar setelah juragan pergi
Tampak Adhi masih terlihat stress dan tertekan
Kemudian kembali kedalam

125
Mengambil kanvas ukuran a2 dan memulai melukis dengan penuh emosi
Dia mencoba meluapkan isi hatinya kepada kanvas tesebut
Terlehat sebuah lukisan abstrak yang indah dengan penuh makna kegusaran yang
mendalam
Setelah meluapkaan emosinya Adhi pergi meninggalkan kanvas dan galeri begitu saja
-Selesai episode 2-

7. IN. KAMAR ADHI-DAY 6

CAST ADHI
Adhi terbangun, kaget jam sudah menunjukan jam 12 siang, dan dia masih menggunakan
baju perginya
Adhi pun kemudian bergegas siap siap untuk pergi, dia mandi secepat kilat dan mengganti
pakaian.
Zrrttz... zzzzrt terdenga suara getaran
Ternyata hp Adhi berbunyi ada yang menelepon

Adhi:
“hadeuh... tunggu2”

Adhi bergegas mengangkat telpon tersebut


Namun sudah tidak sempat terangkat, terlihat terdapat 5 panggilan tidak terjawab dari
seseorang yang bernama Rani
Adhi pun mencoba menelpon kembali..

Rani:
“hi.. masih tidur ya tadi..?”

Ujar suara Rani dari balik teelepon

Adhi:
“ah iya maaf ya baru bangun”

Adhi berlasan

126
Rani:
“kita bisa ketemuan di workshop ga hari ini dhi..?”
Adhi:
“bisa..yaudah aku siap siap dulu ya..”
8. IN. GALLERY - DAY 6
CAST ADHI dan RANI

Adhi dan Rani sdang mlukis brsama dngan posisi kanvas berhadap-hadapan. Mereka
sangat focus dengan apa yang mereka lukis.

Rani
“kamu gambar apa dhi?

Adhi
“Entalah, aku juga gak tau. Ngalir aja.”

Rani
“Maaf ya, aku dating bukannya belanja malah numpang ngelukis di sini.”

Adhi
“Lagian kamu aneh, aku jadi inget pertama kali kamu dateng waktu aku lagi beres-
beres. Terus gak lama, kamu chat aku bilang kalo mau belajar ngelukis.”

Rani
“Aku suka sama lukisanmu, entah kenapa lukisanmu selalu jujur.”

Adhi
“halah”

Lalu mereka berdua tertawa

127
Adhi
“Lagian, mana ada mahasiswa seni rupa malah belajar lukis sama mahasiswa
kedokteran?”

Rani
“Ada, buktinya aku. Toh cari ilmu kan emang dari mana aja. Banyak penulis puisi
yang justru bukan dari jurusan sastra. Pun pelukis dan bidang seni lain kan?

Adhi
“iya, iya”

Adhi berdiri dari kursinya, lalu memandang lukisannya puas. Sebuah lukisan
abstrak dengan banyak coretan yang indah.

Adhi
“selesai juga.”

Rani
“mana coba lihat. Kenapa semua watermark lukisanmu pakai nama Billi?”

Adhi
“Gak tau sih, tapi bagiku Billy adalah sisi lain diriku yang bebas dan lebih hidup.
Gak seperti Adhi.”

Rani
Waaaah, aku gak ngerti sih maksudnya tapi kata aku keren. Oh ya Kenapa kamu
pilih perpaduan warna ini?”

Adhi
“menurut intepretasimu?”

128
Rani
“hmmmm, kayak gundah atau resah gitu kata aku mah.”

Adhi
“Mungkin.”

Rani
“kamu lagi di fase itu?”

Adhi
“hmmmm.”

Rani
“Oh ya Dhi aku ada info nih. Tau gak, UKM lagi ngadain lomba lukis nasional?
Dan hadiah juara satunya sampe 10 juta loh”

Adhi
“Oh ya? Serius?”

Rani
“iyaaa, dan salah satu jurinya Abdullah Kusuma. Kamu tau kan?”

Adhi
“Ya tau lah. Dia pelukis favoritku, udah ikut berbagai ajang internasional. Cara
daftarnya?”

Rani
“ini kukasih poster sama linknya. Kamu harus ikut, gamau tau!”

Adhi membuka pesan dari Rani yang berisi ketentuan dan persyaratan lomba. Lalu
wajahnya agak sedih.

129
Adhi
“Oke deh Ran. Thanks ya Infonya.”

Rani kembali focus menggambar sedangkan Adhi hanya terduduk memandangi


gawainya yang berisi poster lomba. Ia bingung, ia ingin ikut lomba tersebut namun
tidak memiliki uang untuk biaya daftar lomba.

9. IN.RUMAH (RUANG TENGAH) – Day 6

CAST ADHI dan AYAH

Adhi baru saja pulang dari gallery, badannya masih lelah karena seharian beraktifitas.
Di ruang tamu ayahnya sedang bersantai sambil menonton tv dan ngopi.

Ayah
“Dari mana Dhi?”
Adhi menghampiri Ayah, salim

Adhi
“Engg, habis nugas yah. Kerja kelompok.”

Ayah
“Hmmm, tugas apa memang?”

Adhi
“Respiratorius Yah.”

Ayah
“Ayah baru tau tugas kedokteran ada pakai cat air.”

130
Adhi hanya diam, bingung tak mengerti maksud ayahnya.

Ayah
“Itu kuku-kukumu masih kotor. Jangan bilang kalau kamu ...”

Adhi langsung menyembunyikan tangannya.


Adhi
“Enggak Yah. Adhi gak ngelukis”

Ayah
“Adhi jangan bohong kamu!! Ayah sudah pernah bilang kan jangan pernah
berurusan dengan dunia gambar-gambar bocah lagi.”

Adhi
“Enggak Yah, Adhi Cuma.....”

Ayah
“Halah ini pasti karena dulu nenekmu terlalu lembut mendidikmu jadi kamu sampai
seperti ini.”

Adhi
“Ayah! Jangan bawa-bawa nenek dalam urusan ini!”

Ayah
“Lho memang kenyataannya kan? Sini coba Ayah lihat apa isi tas mu.”

Adhi
“Apa hak Ayah periksa barang-barangku.”

Ayah
“Sudah sini!!”

131
Adu tarik-tarikan tas antara Ayah dan Adhi berlangsung sengit sampai tas Adhi
terbuka dan perlengkapan lukis seperti kuas, cat, dll.

Prakk! Ayah menampar Adhi

Ayah
“Sudah Ayah bilang kan, Jadi seniman itu gak ada masa depannya! Kamu hanya
menjudikan nasib! Ayah Cuma mau anak ayah sukses, nurut!”

Adhi
“Apa salahnya memang menjudikan hidup pada hal yang kita suka? Aku gak mau
seperti Ayah yang hidup membohongi diri sendiri!”

Ayah
“Heh! Apa maksud kamu?”

Adhi
“Aku tau Ayah juga sebenarnya suka melukis. Di kamar yang selalu dikunci itu,
waktu itu aku lihat isinya banyak sekali lukisan, dan ada tanda air nama Ayah di
lukisan-lukisan itu. Ayah bahkan menyimpan lukisanku di kamar itu.”

Ayah terduduk seakan tak percaya bahwa rahasianya selama ini terbongkar.
Ayah matanya berkaca-kaca lalu berdiri.
Ayah
“Yasudah begini saja. Buktikan kepada Ayah satu hal yang bisa kamu dapat dari
melukis. Ayah kasih waktu kamu satu bulan. Kalau kamu tidak bisa membuktikan
apa pun, kamu harus janji berhenti melukis, dan bakar semua alat lukismu di depan
Ayah dan focus kuliah.”

Adhi

132
“Kalau aku gak bisa dan masih ingin melukis?”

Ayah
“Silakan keluar dari rumah ini. Ayah sudah berhenti bertanggung jawab atas apapun
yang kamu lakukan di kemudian hari. Silakan pergi dan cari kehidupan ala seniman
yang kamu mau.”

Adhi
“Kalau aku bisa?”

Ayah
“Ayah support passion mu sepenuhnya.”

Adhi
“Oke!”

Adhi lalu masuk kedalam kamarnya sedangkan ayahnya hanya berdiri memandang
jauh entah membayangkan apa.

10. IN GALLERY - BEBERAPA HARI

Adhi mengerjakan lukisannya, dari hari demi hari progressnya terus ia lakukan di Gallery
Andromeda kadang sendiri kadang ditemani Rani. Sampai akhirnya Jadi dan ia
membungkus lukisannya untuk siap dikirimkan ke panitia lomba.

11. OUT. STUDIO – DAY 2


CAST. ADHI DAN SAHABATNYA

Adhi mengunci pintu galeri, kemudian dia pergi dengan motor tuanya ke sebuah tempat

133
Terlihat suasana rooftop pada sebuah bangunan yang tidak dihuni. Namun telah diubah
oleh Adhi dan Dhani menjadi tempat hangout mereka berdua yang sesuai dengan
kemauan mereka masing masing.
Adhi sedang memperbaiki choppernya sambil menggunakan jaket yang bertuliskan
‘Andromeda’.
Dhani sedang terbaring diatas motornya juga merenung
Terdengar sebuah lagu sedang diputar

Dhani:
“Dhi, darimana tadi lu Dhi?”

Tanya Dhani

Adhi;
“dari nenek…”

Jawab Adhi singkat

Dhani:
“oit Dhi, sampai kapan mau begini terus??, sembunyi sembunyi dari orang tua lu…”

Ujar Dhani

Adhi:
“siapa yang sembunyi sih, mereka nya aja yang ga mau peduli sama kemauan gua”

Adhi sambil menggambar di tanki motornya

Dhani:
“boong, kalo bener gitu tunjukin dong, jangan jadi orang lain didepan orang lain, lu
tuh masih takut buat nunjukin, makanya lu sembunyi di balik topeng yang lu
buat sendiri”
Dhani:
“apa sih yang lu takutin bre, lu tuh punya skill lu tuh dewwaa cuy, apa yang lu takutin
breeee…??”

134
Dhani sambil menunjuk hasil-hasil dari keahliannya Adhi
Adhi tiba tiba terhentak dan termenung

Dhani:
“oit! Dhi!.. et iya dah lu bengong mulu dari tadi”

Teriak Dhani memanggil Adhi yang bengong.

Adhi
“hmm”

Adhi kembali tersadar

Dhani:
“et dah bocah, dari tadi gua peratiin lu bengong mulu.. kenapa dah”

Dhani beranjak dari motornya menuju tempat duduk

Adhi:
“gpp, cuman lagih banyak pikiran ae”

Adhi sambil merapihkan barang barangnya


Kemudian suasana menjadi hening, keduanya terdiam dan termenung sambil ditemani
lagu…

Adhi:
“eh tadi ada cewe cakep ke galeri gua”
Dhani
“alah paling mak mak lagih.. haha”

Ujar dhani kepada Adhi bercanda


Mereka bedua tampak bercengkrama hingga matahari terbenam

12. IN. GALLERY- DAY 25

135
CAST ADHI, RANI dan Abdullah Kusuma

ADHI sedang memeriksa barang-barang apa lagi yang perlu dibereskan. Di


depannya ada tumpukan kardus-kardus berisi barang yang hendak di bawa pulang.
Adhi
“Kuas, udah, kanvas-kanvas udah apa lagi ya?

Rani
“Yang baru masuk kanvas-kanvas kosong. Lukisanmu-Lukisanmu belum.

Adhi
“Lukisan ya. Hmmm”

Rani
“Kamu serius mau pension.”

Adhi
“Dibilang pension juga enggak sih. Tapi kayaknya aku gak akan seproduktif
sekarang. Aku akan focus sama kuliahku aja.”

Rani
“Sayang banget padahal. Aku aja suka sama kamu?”

Adhi
“Hah?”

Rani
“Ehmmm, maksudnya sama lukisan-lukisanmu lho. Kan aku udah pernah bilang.”

Tiba-tiba seorang laki-laki masuk ke dalam gallery sambil melihat-lihat lukisan


yang masih terpajang.

136
Adhi
“Maaf pak, Gallerynya udah mau tutup.”

Abdullah
“Lho, ini kan masih pagi?”

Adhi
Iya, memang Pak.”

Abdullah
“Kamu, kamu pemilik gallery ini?”

Adhi
“ betul pak”

Abdullah
“Oalah kamu yang namanya Billy? Perkenalkan saya Abdullah Kusuma.”

Adhi dan Rani


“ABDULLAH KUSUMA?”

Rani
“Bapak, yang seniman itu.”

Abdullah
“Halah seniman apanya, saya Cuma hobi gambar saja.”

Adhi
“Emm, Bapak lagi ada perlu apa ya ?

137
Abdullah
“Saya dapat info dari panitia kalau salah satu peserta lomba kemarin punya gallery
pribadi. Jadi saya minta alamatnya. Sayang banget ya kamu gak menang.”

Adhi
“Ehh, iya pak.”
Jawab Adhi lirih.

Abdullah
“Padahal menurut saya lukisanmu tuh bagus lho. Punya gaya yang unik dan beda.
Saya sangat suka itu. Namun kemarin sayangnya apa yang kamu gambar memang
kurang sesuai dari tema dan beberapa penilaian. Yah, namanya lomba seni, entah
puisi, cerpen, gambar semua subjektif tho.”

Adhi
“Iyaa makasih pak.”

Abdullah
“Lalu ini kenapa di tutup gini. Mau diberesin? Apa kamu sudah tidak buka gallery
lagi?”

Adhi
“Sebenarnya saya...”

Belum sempat Adhi merampungkan kalimatnya,


“Saya hanya mau menuruti kata ayah saya. Menurutnya jadi seniman itu hanya
menjudikan diri, dan gak menghasilkan. Lagi pula sepertinya saya memang gak
berbakat.”

Preman 2

138
“gausah banyak omong Billy, bayar atau lu mau gua kasih tau ayahlu bahwa
sebenarnya Adhipati Senjaya adalah Billy yang menyewa gallery ini. Biar ayahlu
marah-marah dan mencoretlu dari KK? Hahahaha.”

Abdullah
“Adhipati Senjaya? Kamu anaknya dokter Yudhistira hertanto?”

Adhi
“Bapak kenal ayah saya?”

Abdullah
“Dia itu karib lama saya semasa kuliah, dia sering nongkrong bareng sama anak SR
padahal anak kedokteran. Waah. Yasudah gini saja, karena saya suka dengan
lukisan-lukisanmu, saya bayar hutan sewamu, dan saya biayai kontrak ini
seterusnya. Asal kamu janji terus produktif berkarya.”

Adhi
“Serius pak?”

Abdullah
“Berapa hutangnya?”

Preman 1
“tiga puluh juta lima ratus ribu.”

Abdullah
“Ini kartu nama saya, ada nomornya disitu. Kamu WA saya, kamu kasih rekening
bosmu nanti saya transfer.”

Preman 1 dan 2
“Baik pak, terima kasih, kami permisi dulu.”

139
Adhi
“Makasih banyak pak Abdullah. Tapi, ayah saya justru melaarang saya untuk
melukis lagi.”

Abdullah
“Waduuh, saying sekali kalau bakat seperti kamu tidak dimaksimalkan. Mana
nomor ayahmu. Biar saya telpon, kebetulan saya juga udah hilang kontak. Padahal,
dulu tidur, makan bareng saya.”

Adhi
“Ini pak”

Abdullah mencatat nomornya lalu menelpon.

13. Out Galery-day 25

Abdullah dan ayah Adhi

Abdullah
“Halo Kuple!.”

Ayah
“Haloo? Ini siapa?”

Abdullah
“Ini gua, Beser.”
Ayah
“Beser?? Abdullah Kusuma maksudnya?”

Abdullah
“masa lu udah lupa sama gua Ple.”

140
Ayah
“Ya gak mungkin lupa dong. Sehat?”

Abdulllah
“Ya sehaat dong, begini Ple, anak lu menag ngelukis?”

Ayah
“Dia emang suka gambar, tapi gak gua bolehin. Emang kenapa?”

Abdullah
“Kmarin dia ikut lomba, gua jurinya. Dia kalah, tapi karena gaya lukisnya unik dan
gua suka, gua main ke gallerynya.”

Ayah
“Hah GALLERY? APA APAAN!”

Abdullah
“Heh denger dulu. Gua juga gak tau kalo dia anak lu. Kan terakhir gua tau waktu
dia masih bayi banget. Nah ini gua ijin sama lu ya buat biayain gallerynya dia.
Biaya sewa gua yang tanggung segala macem. Gua mau support dia Ple.”

Ayah
“Maksud lu?”

Abdullah
“Gua akuin dia punya bakat, dan bagus. Gua mau lihat dia sukses Ple. Gak kayak
bapaknya yang nyerah sama hobinya sendiri.”

Ayah

141
“Ahhh sial lu. Kalo lu udah bilang begitu yaudah, berarti dia emang bagus gak
kayak gua. Kapan-kapan main ke rumah Ser. Yaudah gua ada pasien, gua matiin
ya.”
14. IN-OUT SELESAI TERLPONAN DENGAN AYAH ADHI

CAST ADHI, RANI, DHANI DAN PAK ABDULLAH


Adhi
“Gimana Pak?”

Abdullah tak berkata apa-apa hanya mengisyaratkan lewat tangan tanda OKE.

Rani
“Yeeaaaay akhirnya. Terima kasih pak.”

Adhi
“Terima kasih pak

Abdullah Merangkul Adhi

Abdullah
“Ya, ya, yausdah kemasi kembali barang-barangnya. Saya mau lihat-lihat lagi.”

Lalu mereka kembali membongkar barang-barang yang sudah dipacking dengan


suasna senang.musik juga mengalun menambah suasana.

-selesai-

142

Anda mungkin juga menyukai