Anda di halaman 1dari 7

Lengkara Kasih

Oleh Chelline Candra

Roti menangis, teringat tragedi yang menimpa dirinya semalam. Sakit dan sedih
hatinya teringat kekejaman sekelompok orang yang memaksa mereka untuk berpisah. Kala
itu, Roti dan Nasi sedang menikmati waktu Bersama. Tiba-tiba, suara ledakan dari arah pintu
mansion mengejutkan mereka.

“Ada apa ini? ” kaget si Nasi.

“Tenang sayang, aku akan memeriksa.” ucap Roti untuk menenangkan Nasi.

Tak lama kemudian, masuklah sekumpulan orang tak diundang. “Hentikanlah


hubungan gelap kalian berdua! Kalian akan menjadi aib keluarga dan dikecam oleh
masyarakat,” seru seorang manusia yang tampaknya berasal dari Kubu Roti. Orang lain ikut
menyerukan hal yang sama. “Benar, cepatlah kalian berpisah sebelum kami bakar tempat
ini!” seru orang lain. Namun, Roti dan Nasi tak menanggapi, diam terpatung kebingungan.
Situasi kian memanas hingga mereka juga mulai melakukan vandalisme dan penjarahan.

Perabotan dicuri, dicabut satu per satu untuk dijadikan kayu bakar di musim dingin.
Lampu – lampu gantung dihancurkan, pecahannya menghiasi lantai marbel putih gading.
Tirai dan karpet tak lupa dijarah oleh mereka. Mereka diculik, dicuci, dipotong, dan dijahit
menjadi suatu hal yang tak akan terpikirkan oleh mereka. Benar, mereka disulap menjadi
pakaian. Mereka lebih memilih pakaian itu dibandingkan pakaian usangnya berbahan
karung kentang.

Tak puas berbuat demikian, mereka mulai mendekati Roti dan Nasi. Jarak antara
mereka kian memendek. Rasa takut mulai menyelimuti Nasi. Ia memeluk Roti, wajah
menunjukkan rasa ngeri dan kebingungan akan situasi yang menimpa mereka.

“Penjagaan di mansion ini sungguh ketat, ditambah lagi para pelayan dibayar untuk
tetap tutup mulut. Lantas mengapa dan bagaimana ini terjadi? Apa yang harus kita lakukan?
” panik si Nasi.

“ Jangan panik sayang, aku akan melindungimu! Setelah ini berakhir, aku akan
menyelidiki masalah ini.” ucap Roti dengan lantang.
Namun, apa yang dapat dilakukan oleh seorang diri melawan sekelompok orang
dilengkapi persenjataan lengkap. Roti dengan mudah dikalahkan. Ia telah gagal melindungi
Nasi. Kekasihnya dibawa lari oleh mereka, entah apa yang terjadi padanya.

Hati Roti semakin hancur mengingat tragedi semalam. Setelah tragedi itu, waktu
berjalan kian lambat baginya, serasa sepuluh tahun tak bertemu. Penyesalan dan rasa
bersalah datang pada hati Roti. Badannya kian meringkuk layaknya bola. Andai saja aku
tidak mengajak Nasi berlibur di sini, semuanya tidak akan terjadi.” sesal Roti. Pelayan Roti
tidak tahan melihat kondisi menyedihkan Roti. Rasa jijik namun iba memaksa pelayan itu
menceramahinya.

“Hai tuanku Roti, kemanakah engkau yang kukenal? Dulunya kau gagah pemberani,
lihatlah dirimu sekarang. Sungguh tak kuasa hati ini melihat wajah rupawan anda, terlihat
murung menangisi seseorang yang bahkan kau tak ketahui kabarnya,” ucap pelayan itu.

“Apa maksudmu?” tanya Roti menahan isak tangis.

“Sesungguhnya, engkau telah berubah. Tuanku yang hamba kenal tidak akan
berdiam diri, meratapi nasib sendirian. Ia akan berjuang hingga titik darah penghabisan
untuk dapatkan apa yang ia dambakan.” sorak sang pelayan.

“Kau benar, terimakasih atas semangatnya, hai kau pelayan yang tak aku ingat
wajahnya!” teriak semangat Roti sembari berlari keluar kamar.

Maka, dimulailah pencarian mencari Nasi. Segala cara ia lakukan, mulai dari mencari
orang hilang, menyebarkan poster, hingga mengerahkan anjing pelacak. Tak lupa ia
berkelana hingga negeri tirai bambu. Pencarian Nasi berlanjut hingga mencapai Gurun Gobi.
Sambil menikmati keindahan Gurun Gobi, ia mengenang kisah cinta antara Nasi dan Roti.

Roti bertemu dengan belahan hatinya dari pesta perkumpulan makanan seluruh
dunia. Awalnya, hati berbunga-bunga, muncul niatan untuk meminang sang pujaan hati.
Namun, teringat suatu fakta membuat Roti gugup dan resah. Kubu Roti dan Kubu Nasi
memiliki hubungan yang selayaknya kucing dan anjing. Ini menggangu pikirannya hingga ia
memilih untuk pendam perasaannya dalam-dalam. Nasi juga merasakan hal yang sama.
Berbulan-bulan mereka habiskan dalam dilema. Namun, perasaan cinta mengalahkan akal
dan pikiran. Akhirnya mereka memutuskan menjalin hubungan rahasia.
Roti sampai di sebuah penginapan terletak di antara dua oasis. Duduklah Roti sambil
memesan makanan dan kamar. Sembari menunggu, Roti termenung. Rasa bersalah atas
hilangnya Nasi mulai menghampiri pikiran Roti. Sapaan pemilik penginapan menyadarkan
Roti dari pikiran gelapnya. Ia merasa khawatir dengan wajah depresi Roti, maka ia bertanya
kepada Roti.

“Hai Roti, ada apa gerangan? Mengapa kau duduk di sini sendirian dengan wajah
murung?” tanya si pemilik penginapan.

“Aku dalam perjalanan mencari kekasihku. Sejak ku mulai perjalanan ini tak kunjung
kutemukan. Apa yang harus aku lakukan?” keluh kesah Roti.

Pemilik penginapan merasa iba kepada Roti, maka ia mulai berbincang menemani
Roti. Keesokan hari, Roti berpamitan kepada pemilik penginapan. Tak disangka pemilik
penginapan itu memberinya suatu saran.

“Jalanlah ke arah barat dan temukan wahah yang dapat memberi minum seribu
unta. Ceburlah dan tunggu saja keajaiban terjadi. ” ucapan pemilik penginapan dengan
serius.

Mungkin saja Roti sudah gila karena tak kunjung temukan Nasi, ia sungguh mengikuti
saran pemilik penginapan. Dengan unta sewaan dari penginapan, Roti mulai perjalanannya
ke arah Barat. Seribu langkah berlalu, sepuluh ribu langkah ia lalui. Hingga seratus ribu
langkah, jangankan wahah yang cukup untuk seribu unta minum, satu wahah pun tak
kunjung ditemukan.

Hari telah berakhir, malam datang menyelimuti langit. Roti memutuskan untuk
bermalam di tengah gurun pasir tanpa tenda. Sungguh kewarasannya telah buyar, apalagi
hanya ada dia dan seekor unta di malam sunyi ini. Ia tatap bintang-bintang di langit. “
Sungguh banyak, berkilau bersinar terang dan indah” guman si Roti yang itu. Tanpa sadar,
terbayang wajah Nasi terukir pada bintang-bintang di langit. Dengan perasaan rindu, ia
tertidur.

Roti tersadar di sebuah kamar mewah. Heran diiringi perasaan canggung, ia turun
dari kasur dan mulai menjelajahi kamar merah itu. Kamar itu dihiasi berbagai barang warna
merah khas kebudayaan Tiongkok. Perabotan, sprei, kosmetik, gaun, lilin, sekeranjang buah
dengan pita, bunga, semuanya berwarna merah. Namun anehnya, kamar ini tidak memiliki
jendela, memberikan kesan seorang wanita yang dipaksa nikah oleh keluarganya. “Seperti
kamar seorang perempuan korban nikah paksa saja.” ucap Roti. Puas dengan petualangan
kecilnya, Roti tertidur kembali.

Ia terbangun oleh Nasi yang menangis di samping kasurnya. Tanpa basa-basi, Nasi
bercerita sambil terisak. Setelah mereka berpisah, Nasi dibawa pulang ke rumah keluarga
besarnya. Nasi akan dinikahkan dengan keluarga Mie. Keluarga besar tidak setuju dengan
hubungan Nasi dan Roti karena nenek moyang mereka adalah musuh bebuyutan dari
dahulu. Roti terdiam dan berpikir sejenak.

" Kasih, bersediakah kau nikah lari denganku?" tanya Roti dengan nada memelas.

" Tentu saja, tapi bagaimana cara kita melarikan diri dari sini? tanya Nasi skeptis.

“Aku punya rencana,” jawab Roti.

“Rencana apa? Penjaga rumah ini sangat keras kepala. Apalagi aku sudah
bertunangan dengan Mie, pasti akan semakin sulit. Satu minggu dari sekarang, penjagaan
rumah akan diperketat agar aku tak melarikan diri. Bagaimana kita bisa lari?” tanya Nasi
dengan nada frustasi.

"Dengarkan aku, mulai hari ini kau cari denah rumah dan jadwal patroli rumah.
Sementara itu aku akan buat alat yang dapat membantu kita melarikan diri. Tolong kau
bantu aku kumpulkan bahan-bahannya." ucap Roti dengan suara yang tegas dan penuh
harapan.

Singkat cerita, mereka menjalankan rencana mereka dan berhasil keluar dari rumah
keluarga Nasi. Roti pernah bertanya bagaimana cara dia bisa berada di kamar merah, namun
Nasi tak pernah menjawab. Dirasa tak penting, ia lupakan hal itu. Ia melamar Nasi dan hidup
bahagia di sebuah istana tersembunyi jauh dari perhatian orang luar. Akan tetapi,
kedamaian itu tidak berlangsung lama, kelahiran anak dari hubungan terlarang mereka
menjadi awal mula segala bencana. Abnormalitas anak ini sulit dideskripsikan dengan kata-
kata. Kata pengasuhnya, dia seperti sebuah kutukan dari dewa kuliner kepada manusia.
Tidak ada makanan yang dapat menandingi keanehan anak itu, dilihat dari aspek rasa,
penampilan, maupun sejarah.
Kabar ini mulai tersebar dari mulut pelayan istana hingga menuju masyarakat luas.
Kedamaian keluarga Roti dan Nasi kembali terancam. Kubu Roti dan Kubu Nasi tidak dapat
menahan diri. Mereka mulai membuat kericuhan dan onar di mana-mana. Tak butuh waktu
lama, perang pecah.

Kubu Nasi datang ke negara-negara di Benua Eropa. Ladang dan lumbung gandum
dibakar. Tak lupa, pabrik tepung dihancurkan dan terjarah hasilnya. Rakyat Eropa mulai
kesulitan pangan terutama dari kalangan bawah. Orang-orang Eropa mulai gundah, ikutlah
mereka merencanakan serangan balasan. Alih-alih membangun kembali sektor pertanian,
mereka fokus menggali belerang di pertambangan. Belerang ini akan mereka buat jadi
bubuk mesiu. Bubuk bubuk mesiu ini kemudian dirakit menjadi bom.

Raja A mulai mengirim pasukannya ke benua Asia. Setiap pedesaan yang mereka lalui
dibakar. Sawah mereka pun juga diledakan. Tak ingin ketinggalan, Raja B dan raja C ikut
mengirim pasukan. Segara masakan kuliner dimusnahkan hingga bangsa-bangsa nyaris
kehilangan identitas bangsa. Rakyat di benua Asia ikut merasakan penderitaan kekurangan
pangan.

Kekurangan pangan memunculkan masalah baru. Kemiskinan, kelaparan massal,


kriminalitas, perdagangan ilegal semakin merajalela. Perselisihan dan intoleran menjadi
tontonan sehari-hari. Perang antar manusia dipelopori oleh para elit sering terjadi. Di mata
mereka, ini adanya kesempatan untuk menjajah, berkuasa atas wilayah baru. Beberapa
bulan dilalui dengan perang, hingga terbentuk aliansi Eropa dan aliansi Asia. Perang besar
antar benua tak dapat dihindari. Banyak korban tak bersalah berjatuhan dari kedua pihak.

Selama kehancuran ini terjadi, apakah yang diperbuat Nasi dan Roti? Peristiwa ini
terjadi terlalu cepat untuk dipahami oleh mereka. Mereka bingung harus berbuat apa,
mereka tahu sebenarnya berpisah. Di satu sisi mereka tak ingin berpisah. Namun, di sisi lain
mereka juga menyesal kepada nyawa yang berjatuhan akibat keegoisan mereka. Mulailah
mereka memeras otak mencari jalan damai yang dapat membahagiakan semua pihak. Tidak
ada jalan dapat ditempuh untuk menghentikan peperangan selain berpisah. Perpisahan
mereka adalah satu dari berbagai kompensasi yang akan diberikan kepada masyarakat yang
dirugikan.
Malam hari datang, berkumpulah pasangan malang itu untuk mengucapkan salam
perpisahan. Nasi ungkapkan harapannya untuk mengasuh anak mereka. Roti setuju atas
permintaan Nasi. Ia yakin bahwa anak mereka akan bahagia bersama Nasi. Namun tak
disangka, anak itu telah lari ke dalam hutan rimba dan tak pernah terlihat lagi. Perpisahan
keluarga ini sungguh memilukan. Tetapi, bagi dunia ini adalah berita gembira penuh
sukacita. Kerajaan-kerajaan mengikrakan perjanjian damai. Angka kelaparan dan kemiskinan
berkurang. Festival dan makanan menghiasi jalanan dengan tawa suka cita anak-anak.
Secara perlahan namun pasti, dunia kembali damai.

Roti dan Nasi membangun panti asuhan dan rumah sakit atas nama mereka masing-
masing. Kegiatan mereka berpusat pada restorasi dan peningkatan kualitas hidup orang-
orang yang berdampak akibat perang, terutama petani serealia dan anak-anak yatim piatu.
Bakti sosial mereka pada masyarakat kian berbuah hasil hingga dosa mereka dahulu kian
memudar dalam memory orang-orang.

Sepuluh tahun berlalu, Nasi berkunjung ke sebuah kota untuk kegiatan bakti
sosialnya. Dari melihat jalan utama dari jendela penginapan, Nasi menyaksikan seorang anak
kecil, merengek orangtuanya segera melihat parade. Nasi mulai mempertanyakan eksistensi
diri dan keegoisan orang-orang. Jika saja mereka tak seegois itu, keluarga Nasi mungkin ada
di jalanan itu, tertawa dan menonton parade juga. “ Tapi tak apalah…” gumam Nasi. Ia tak
akan menyesali keputusannya, tidak juga keputusan anaknya. Tindakan mereka telah
menyelamatkan banyak nyawa. Pengorbanan ini memang tidak dapat dihindari.

Silih tahun berganti, dunia ikut berubah. Kini cara pikir serta toleransi manusia
meningkat. Abnormalitas makanan kian diterima hingga hidup berdampingan pada
kehidupan sehari-hari. Ambil contoh saja Manggo Sticky Rice, makanan perpaduan antara
ketan dan manga. Yang sudah dikenal kalangan luas, Pineapple Pizza yakni pizza dengan
toping buah nanas. Banyak orang yang tidak menyukainya tetapi makanan ini tetap eksis.
Dari kalangan masyarakat ada mie campur Nasi. Belakangan ini, warganet juga digemparkan
oleh keberadaan eskrim nasi padang buatan Sister Kol.

Luka atas perang dunia kian memudar, terlihat semangat membuka lembaran baru.
Pengorbanan Nasi dan Roti kan terus dikenang dunia. Namun, kedamaian ini adalah
temporer. Kubu Nasi dan Kubu Roti hanya tertidur di kandang masing-masing, mengamati
dari balik layar, siap untuk menyerang dan membawa rasa sakit kepada siapa saja membuat
mereka marah. Termasuk Nasi dan Roti yang harusnya mereka hormati. Mereka bekerja di
balik layar, memastikan tak ada lagi Nasi dan Roti kedua. Persatuan antara Nasi dan Roti
tidak akan pernah terjadi selama mereka ada.

-TAMAT-

Tema:

Cerita ini bertemakan percintaan yang berakhir memilukan.

Amanat:

Keegoisan seseorang dapat mengakibatkan bencana bagi semua orang. Setiap keputusan
harus dipertimbangkan konsekuensinya. Intoleransi dan rasa kebencian akan merugikan
semua orang. Adapun pengorbanan diperlukan untuk mencapai suatu tujuan.

Anda mungkin juga menyukai