Anda di halaman 1dari 3

S.

Pg; Sarjana Pengangguran


Oleh:
Zalfa Zahira

Bismillaahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh, Selamat pagi, Salam sejahtera bagi kita


semuanya, Om swastiastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan.

Yang saya hormati, Guru Bahasa Indonesia kita yakni Ayahanda Muhammad Yamin, S.S.,S.Pd.
dan teman teman saya sekalian.

Di pagi yang cerah ini, mari kita panjatkan puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,
karena anugerah dan berkatnyalah kita bisa berkumpul bersama. Perkenalkan, nama saya Zalfa
Zahira, murid kelas XI IPA 7. Terimakasih kepada Ayahanda dan teman-teman sekalian sudah
memberikan saya kehormatan untuk memberikan pidato mengenai pengangguran. Dan ada pun
judul yang saya ambil yakni S.Pg; Sarjana Pengangguran.

Pengangguran atau bisa disebut dengan Tuna Karya ini adalah seseorang yang tidak mempunyai
pekerjaan, sedang mancari pekerjaan, atau sedang mempersiapkan pekerjaan. Umumnya,
pengangguran disebabkan karena jumlah pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan
pekerjaan yang ada.

Biasanya ciri-ciri pengangguran ini tidak memiliki pekerjaan, tidak memiliki penghasilan, mudah
melakukan tindakan kriminal, masih bergantung kepada orang tua, dan mudah putus asa.

Adapun Jenis-Jenis Pengangguran

1. Pengangguran Terbuka
Pengangguran terbuka terjadi saat seseorang tidak memiliki pekerjaan atau tidak sedang
bekerja sama sekali dengan berbagai sebab. Salah satunya adalah tidak tersedianya
lowongan kerja.

Contohnya adalah seorang sarjana pertanian yang menganggur lantaran tidak adanya
lapangan kerja yang sesuai
2. Pengangguran Terselubung
Pengangguran terselubung merupakan seseorang yang terpaksa bekerja di sebuah
pekerjaan yang bukan bidang keahliannya karena tuntutan ekonomi.

Contohnya adalah seorang hukum yang bekerja sebagai pelayan rumah makan lantaran
tidak adanya pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

Sesuai Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa per Februari 2022, tingkat
pengangguran Indonesia tercatat sebesar 5,83 persen dari total penduduk usia kerja sejumlah
208,54 juta orang. Yang mencengangkan, dari 5,83 persen tersebut hampir 14 persen adalah
penduduk lulusan jenjang diploma dan sarjana (S1).

Ini merupakan sebuah ironi. Penduduk yang notabene mengejar pendidikan tinggi untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak justru banyak dari mereka menganggur. 

Alfeus Nehemia, Head of Human Capital dari PT Praweda Ciptakarsa Informatika menerangkan
beberapa alasannya.

1. Keterampilan Tak Sesuai Kebutuhan


Banyak dari pendaftar menawarkan keterampilan yang tidak relevan atau tidak dibutuhkan oleh
perusahaan saat ini.

2. Ekspektasi Penghasilan dan Status Tinggi


Ketika lulus dari perguruan tinggi bergengsi, tak jarang seseorang memiliki ekspektasi tinggi
mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi dengan mudah. Hal ini membuat beberapa lulusan dari
perguruan tinggi bergengsi tersebut terlalu percaya diri dengan melabeli dirinya dengan fresh
grade  tinggi padahal belum tentu ia memiliki kompetensi yang layak.

3. Terbatasnya Penyedia Lapangan Kerja


Terbatasnya lapangan kerja bukan lagi hal baru yang menyebabkan terjadinya banyak
pengangguran. Hal tersebut menyebabkan jumlah pengangguran tak sebanding dengan lapangan
kerja yang ada.
Generasi Muda juga barus bisa memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Dengan menggunakan
Teknologi yang ada, dengan teknologi yg canggih kita bisa mendapatkan penghasilan kita.
Contoh Shopee Affiliate, Seseorang bisa mendapatkan uang dengan memprosmosikan barang
yang kita sukai dan mengajak teman kita atau orang lain untuk membeli suatu produk di market
place yang kita promosikan.

Dengan demikian, kita bisa mendapatkan uang dengan hanya memanfaatkan sosial media.

Oleh karena itu, tantangan generasi muda pasca-pandemi untuk mencari kerja lebih berat. Karena
harus bersaing dengan ribuan orang untuk memperebutkan lapangan kerja yang semakin sedikit.

Dari kalimat yang telah terucap dan kita dengarkan bersama-sama, semoga apa yang telah saya
sampaikan menjadi bermanfaat bagi kita sekalian. Sebagai penutup kata dari pidato saya ini, saya
ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai