Anda di halaman 1dari 3

Nama : Yunus B Sigalingging

Nim : 20.01.1926

Kelas : IC/Teologia

Mata Kuliah : Pak Anak Remaja

Dosen Pengampu : Pdt. Dr. Rohny Pasu Sinaga

TUHAN DALAM PERSFEKTIF ANAK-ANAK

I. PENDAHULUAN
Pandangan dalam masa Kanak-kanak sangat jauh berbeda dengan pandangan
orang remaja, berbeda pula pandangan remaja terhadap pandangan orang dewasa,
untuk itu perlu kita ketahui bagaimana Tuhan di dalam pandangan anak anak
untuk itu di dalam topik saya yang berjudul “Tuhan dalam Perfektif Anak-Anak”
akan membahas bagaimana Tuhan di dalam kehidupan anak-anak dan apa yang
mereka ketahui tentang Tuhan menurut persfektif anak- anak.
Tujuan penulis disini adalah untuk mengetahui siapa Tuhan yang mereka
pandang itu, apakah Tuhan yang ada di dalam persfektif anak- anak sama dengan
Tuhan yang kita pandang, dan perlu juga kita ketahui dimana letak perbedaan
pandangan anak-anak dengan pandangan orang dewasa.

II. ISI
Dalam mempelajari setiap jiwa dari anak-anak tentu bukanlah hal yang sangat
mudah, kita harus mengetahui dahulu cara pendekatan yang baik kepada anak agar
mereka tidak merasa risih saat kita mendekatinya. Dari pengalaman yang saya
dapat, ada satu hal yang sangat perlu ketika melakukan pendekatan terhadap
anak yaitu adalah bersikap atau berlaku seperti anak-anak. Memang hal yang
sangat lucu dan dianggap mustahil ketika seorang dewasa berlaku seperti anak-
anak dan tidak banyak orang dewasa yang mampu berlaku atau bersifat seperti
anak-anak. Tetapi perlu kita ketahui mengenal anak-anak adalah hal yang sangat
menyenangkan, dan sangat penting ketika kita sudah menjadi orang tua nanti dan
memang bersifat seperti anak anak adalah kewajiban terhadap orangtua, supaya si
anak nantinya merasakan bagaimana kasih sayang dari pada orangtua.
Bersifat seperti anak-anak adalah langkah yang tepat untuk melakukan
pendekatan terhadap anak-anak. Dari hal itu kita bisa mengetahui apa yang
menjadi kesenangan anak-anak, dalam bermain dengan anak-anak kita tidak boleh
memenangkan diri kita sendiri, contohnya dalam bermain gambaran ketika kita
mengetahui si anak itu sudah kalah dalam permainan, kita harus tetap mengaku
kalah meski yang kalah adalah mereka tetapi kita harus mengakui bahwa yang
menang adalah mereka, dengan demikian mereka tidak merasa risih atau merasa
bosan saat kita bermain dengan anak-anak dan permainan yang kita mainkan
berlangsung dengan bertahan lama sampai mereka sendiri yang meminta untuk
berhenti. Setalah pendekatan yang sudah kita lakukan, maka kita boleh mengambil
langkah untuk bertanya kepada mereka, tetapi dalam bertanya kita tidak boleh
terlalu serius, dalam bertanya kepada anak-anak ingat kita tidak boleh
memenangkan diri kita, meski jawaban dari pertanyaan kita tidak sesuai dengan
yang kita harapkan tetapi kita harus mengakui bahwa jawaban mereka itu benar.
Adapun pertanyaan yang saya tanyakan kepada anak-anak yang saya teliti itu
adalah sebagai berikut:
1. Siapakah Tuhan itu?
Jawaban mereka tentang siapakah Tuhan itu mereka menjawab Tuhan
Yesus, saya bertanya kepada mereka dengan ekspresi serius tetapi
sebelumnya saya membuat lelucon kepada mereka.
2. Siapakah Tuhan Yesus itu?

Ketika saya bertanya kepada mereka siapa kah Tuhan Yesus itu kepada
mereka lalu mereka menjawab Tuhan Yesus itu adalah orang yang mati di
kayu salib.

3. Mengapa Yesus mati di kayu salib?


Ketika saya menanyakan pertanyaan ini, mereka mulai bingung dan
berpikir, karena mereka bingung jadi saya ambil alih dan mengajari
mereka Tuhan Yesus mati dikayu salib hanya karena dosamu, saya bilang
demikian kepada mereka, untuk lebih mengingatkan mereka maka saya
bertanya dua kali dengan pertanyaan yang sama sehingga mereka bisa
menjawab.
4. Kamu tau ngga Tuhan itu ada dimana?
Jawaban mereka ketika saya menanyakan hal ini, mereka menjawab
saya tidak tau dimana Tuhan kata mamak dihati dan kata Bapak di Surga.
5. Kamu tahu Tuhan itu darimana?

Mereka mengatakan bahwa mereka mendengar Tuhan itu dari


Bapak dan Mamak dan ada juga dari nenek dan orang orang terdekat
dengan mereka. Kata Mereka karena mereka sering melihat orang terdejat
mereka itu berdoa.

6. Apa yang sudah Tuhan berikan samamu?


sudah Tuhan berikan ke kami adek, itu yang dikasih Tuhan sama
kami.
7. Kamu pernah Melihat Tuhan?
Kami pernah melihat Tuhan di buku dan Foto.

Dalam artikel ini, setelah saya meneliti dan mengajukan beberapa


pertanyaan kepada anak-anak, maka boleh kita mengetahui bahwa
pandangan anak-anak terhadap Tuhan hanya sekedar belum mengenal
bagaimana Tuhan itu sesungguhnya mereka hanya mengetahui nama
Tuhan saja atau bisa diktakan labil dalam hal memandang Tuhan dan
anak-anak masih belum mengenal siapa Tuhan yang sebenarnya, itu
sebabnya ketika orang bertanya” pernahkah kamu melihat Tuhan? “
mereka menjawab pernah di dalam Foto, ini berarti mereka masih kurang
paham apa dan bagaimana Tuhan itu. Jadi sangat berbeda sekali
pandangan anak-anak tentang Tuhan dengan pandangan orang dewasa, itu
sebabnya anak-anak sangat membutuhkan pelajaran tentang Tuhan yaitu
pada sekolah Minggu, supaya ketika anak-anak itu bertumbuh ia sudah
bisa mengenal siapa Tuhan yang mereka yakini.

III. PENUTUP
Dalam artikel ini kita mengetahui bahwa sesungguhnya anak-anak itu
memandang Tuhan hanya sekedar nama Tuhan saja, dan mereka belum mengerti
tentang Tuhan mereka hanya mengikuti perkataan dari orang tua saja, dan mereka
belum mengenal apa dan siapa Tuhan yang sesungguhnya, itu sebabnya jika
pernyataan mereka jauh berbeda dengan orang dewasa atau orang tua kita harus
menerima dan mengajari mereka sehingga pada akhirnya mereka mengetahui
siapa Tuhan yang mereka yakini dan yang mereka sembah itu. sangat jauh
berbeda dengan pandangan kita orang dewasa, nanti pada tahap selanjutnya
mereka akan mengerti ketika mereka sudah dewasa bahwa siapa Tuhan kah Tuhan
itu yang sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai