NIM : 21.3745 Mata Kuliah : Studi Perdamaian Dosen : Pdt Dr. Maruasas Nainggolan
Konflik Negara dan Solusinya menurut buku Kepemimpinan dalam Jemaat Multikultural (Merangkul Keragaman)
KONFLIK VANUATU SERANG RI DI PBB
Republik Vanuatu 'menyerang' Indonesia mengenai persoalan Hak Asasi Manusia di
Papua di sidang PBB ke-76. Ini bukan pertama kalinya negeri kecil di timur Australia itu melakukan hal yang sama ke RI. Perwakilan Vanuatu selalu menyampaikan pesan itu pada forum internasional Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Hal ini sudah disampaikan sejak 2016 lalu. Pada 2016 lalu, Vanuatu bersama dengan negara kepulauan pasifik lainnya mengkritik catatan HAM Indonesia di Papua dan Papua Barat. Dalam sidang majelis PBB pihak Vanuatu mendesak RI supaya memberikan kebebasan Papua untuk menentikan nasib mereka. Waktu itu pidato pihak Vanuatu langsung mendapat respon keras dari delegasi Indonesia, yakni Nara Masista Rakhmatia, pejabat di misi tetap Indonesia untuk PBB. Dia menyatakan kritik itu bermotif politik dan dirancang untuk mengalihkan perhatian dari masalah negara mereka sendiri. "Vanuatu mencoba membuat dunia terkesan dengan apa yang di sebut kepedulian terhadap HAM, tapi kenyataanya versi HAM mereka dipelintir dan tidak menyebut tindakan teror yang tidak manusiawi dan keji yang dilakukan kelompok separtasi bersenjata," jelasnya dalam hak jawab. Bahkan menurut Sindy, Vanuatu membantu mengadvokasi Gerakan separatisme dengan kedok keprihatinan terhadap hak asasi manusia. Vanuatu juga terus berulang kali mencoba mempertanyakan status papua sebagai bagian dari Indonesia. Menurut Sindy ini melanggar tujuan dan prinsisp piagam PBB dan bertentangan dengan Deklarasi Prinsip Hukum Internasional Tentang Hubungan Persahabatan dan Kerjasama antar negara. "Kami tidak bisa membiarkan pelanggaran terjadi berulang kali terhadap piagam PBB ini berlanjut di forum," katanya. Solusi Konflik menurut buku Kepemimpinan dalam Multikultural. Praktek kesaksian misi gereja ini menekankan tugas- tugas untuk memulai, memelihara, dan membangun jemaat dan juga kehidupan sosisal baru dan, mengatur kembali kehidupan jemaat untuk mengakomodasi dua atau lebih kelompok budaya atau bahasa dalam jemaat yang sama. Pendekatan ini dilakukan dengan beberapa pendekatan, Allah Meruntuhkan Permusuhan Saya menemukan hal yang menarik dalam pendahuluan tema di atas. Penulis menawarkan sebuah ide untuk merangkul perdamaian dengan istilah “teologi pelukan”. Teologi ini menggambarkan kerangka kerja untuk memediasi konflik antar kelompok etnis dan agama. Dia mengamati bahwa tindakan merangkul selalu melibatkan dua gerakan di pihak dua orang atau kelompok untuk menciptakan "ruang dalam diri saya untuk orang lain" dan gerakan menutup untuk mengkomunikasikan bahwa saya tidak ingin menjadi sesuatu tanpa kehadiran yang lain. Merangkul orang lain menunjukkan bahwa kita tidak dapat "hidup secara otentik tanpa menyambut orang lain, jenis kelamin orang lain, atau budaya lain ke dalam struktur diri kita sendiri. Keanekaragaman yang kita takuti telah memberdayakan untuk menghadapi kebenaran Tuhan di dunia. Tuhan menyatukan manusia melalui pemeliharaanNya. Tuhan mengasihi orang jahat dan orang baik, juga mengasihi semua orang dalam ras, etnik, suku, agama serta status sosial yang berbeda. Tuhan meruntuhkan tembok pemisah serta tembok permusuhan. Meskipun kita dilahirkan dalam keluarga duniawi yang beragam, kehidupan kita bersama telah menuntun untuk menegaskan bahwa kita dipanggil untuk menjadi satu keluarga melalui kehidupan yang dianugerahkan oleh Tuhan. Mateus 5:43-48 Melihat Orang Asing Sebagai Tetangga Sebagai umat Kristiani, panggilan untuk bertumbuh dan bertanggungjawab untuk bertetangga. Orang asing adalah seseorang yang tidak kita kenal, yang belum pernah di lihat, pendatang baru atau sering disebut asing. Tanggapan yang paling umum terhadap orang asing adalah rasa ingin tahu hingga rasa takut. Banyak yang mengatakan bahwa orang asing adalah agen penderitaan, rasa sakit, dan kematian. Mengenali Orang Asing sebagai Agen Tuhan. Orang asing dari perspektif alkitabiah mungkin agen dari berkat atau tantangan Tuhan. Dalam Matius 25 penulis Injil mengidentifikasikan Kristus sebagai orang asing yang dijumpai dalam keadaan lapar, telanjang, dipenjarakan. Dalam setiap kejadian, orang asing membawa berkah yang pada awalnya tidak dipahami, namun ketika diterima, membawa harapan dan perubahan pada pengalaman manusiawi. Pandangan alkitabiah tentang orang asing menekankan pelukan Tuhan atas semua bangsa. Merangkul Orang Asing. Pertama, fokus pada penyambutan orang asing sebagai pelayanan keramahtamahan. Kedua, mengumpulkan orang asing dalam persekutuan jemaat melalui ritual untuk saling menerima. Ketiga, kumpulan orang asing merayakan interaksi solidaritas dan keragaman. Menyambut Orang Asing Saling ketergantungan dari pemimpin hitam dan putih, jemaat diatur dengan sangat hati-hati karena ingin menampilkan citra kepada pendatang baru untuk mencegah diri jatuh kembali pada pola bergaul terutama dengan orang-orang dari jenis mereka sendiri. - Mengidentifikasi tanda-tanda permusuhan. - Mengubah permusuhan menjadi keramahtamahan - Menyambut Orang Asing. Saling ketergantungan dari pemimpin hitam dan putih, jemaat diatur dengan sangat hati-hati karena ingin menampilkan citra kepada pendatang baru untuk mencegah diri jatuh kembali pada pola bergaul terutama dengan orang-orang dari jenis mereka sendiri. Mereka yang paling disambut adalah mereka yang terpinggirkan, tertindas, dan mencari yang belum mengakui Yesus sebagai Mesias. Para pencari spiritual, tanpa memandang rasa tau agama dipersilahkan.