Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mikha Damanik

NIM : 21.3739
Mata Kuliah : Studi Perdamaian
Dosen : Pdt Dr. Maruasas Nainggolan

Konflik Negara dan Solusinya menurut buku Kepemimpinan dalam Jemaat


Multikultural
(Merangkul Keragaman)

Infrastruktur Pondasi Indonesia Menuju Negara Maju

Solusi Konflik menurut buku Kepemimpinan dalam Multikultural. Praktek kesaksian


misi gereja ini menekankan tugas- tugas untuk memulai, memelihara, dan membangun
jemaat dan juga kehidupan sosisal baru dan, mengatur kembali kehidupan jemaat untuk
mengakomodasi dua atau lebih kelompok budaya atau bahasa dalam jemaat seperti seperti
artikel yang saya bahas yaitu mengenai Indeks daya saing Indonesia masih berada pada posisi di
tengah terhadap negara-negara lain dimana, pembangunan sumber daya manusia dan selanjutnya
baru masuk ke agenda besar inovasi dan teknologi yang sama. pembangunan infrastruktur
memberikan dampak berganda (multiplier effect) yang mendorong pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Yang dibuttuhkan pendekatan’. Pendekatan ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu:,
 Allah Meruntuhkan Permusuhan
Saya menemukan hal yang menarik dalam pendahuluan tema di atas. Penulis
menawarkan sebuah ide untuk merangkul perdamaian dengan istilah “teologi
pelukan”. Teologi ini menggambarkan kerangka kerja untuk memediasi konflik antar
kelompok etnis dan agama. Dia mengamati bahwa tindakan merangkul selalu
melibatkan dua gerakan di pihak dua orang atau kelompok untuk menciptakan "ruang
dalam diri saya untuk orang lain" dan gerakan menutup untuk mengkomunikasikan
bahwa saya tidak ingin menjadi sesuatu tanpa kehadiran yang lain. Merangkul orang
lain menunjukkan bahwa kita tidak dapat "hidup secara otentik tanpa menyambut
orang lain, jenis kelamin orang lain, atau budaya lain ke dalam struktur diri kita
sendiri.
Keanekaragaman yang kita takuti telah memberdayakan untuk menghadapi kebenaran
Tuhan di dunia. Tuhan menyatukan manusia melalui pemeliharaanNya. Tuhan
mengasihi orang jahat dan orang baik, juga mengasihi semua orang dalam ras, etnik,
suku, agama serta status sosial yang berbeda. Tuhan meruntuhkan tembok pemisah
serta tembok permusuhan. Meskipun kita dilahirkan dalam keluarga duniawi yang
beragam, kehidupan kita bersama telah menuntun untuk menegaskan bahwa kita
dipanggil untuk menjadi satu keluarga melalui kehidupan yang dianugerahkan oleh
Tuhan. Mateus 5:43-48
 Melihat Orang Asing Sebagai Tetangga
Sebagai umat Kristiani, panggilan untuk bertumbuh dan bertanggungjawab untuk
bertetangga. Orang asing adalah seseorang yang tidak kita kenal, yang belum pernah
di lihat, pendatang baru atau sering disebut asing. Tanggapan yang paling umum
terhadap orang asing adalah rasa ingin tahu hingga rasa takut. Banyak yang
mengatakan bahwa orang asing adalah agen penderitaan, rasa sakit, dan kematian.
 Mengenali Orang Asing sebagai Agen Tuhan.
Orang asing dari perspektif alkitabiah mungkin agen dari berkat atau tantangan
Tuhan. Dalam Matius 25 penulis Injil mengidentifikasikan Kristus sebagai orang
asing yang dijumpai dalam keadaan lapar, telanjang, dipenjarakan. Dalam setiap
kejadian, orang asing membawa berkah yang pada awalnya tidak dipahami, namun
ketika diterima, membawa harapan dan perubahan pada pengalaman manusiawi.
Pandangan alkitabiah tentang orang asing menekankan pelukan Tuhan atas semua
bangsa.
 Merangkul Orang Asing.
Pertama, fokus pada penyambutan orang asing sebagai pelayanan keramahtamahan.
Kedua, mengumpulkan orang asing dalam persekutuan jemaat melalui ritual untuk
saling menerima. Ketiga, kumpulan orang asing merayakan interaksi solidaritas dan
keragaman.
 Menyambut Orang Asing
Saling ketergantungan dari pemimpin hitam dan putih, jemaat diatur dengan sangat
hati-hati karena ingin menampilkan citra kepada pendatang baru untuk mencegah diri
jatuh kembali pada pola bergaul terutama dengan orang-orang dari jenis mereka
sendiri.
- Mengidentifikasi tanda-tanda permusuhan.
- Mengubah permusuhan menjadi keramahtamahan
- Menyambut Orang Asing.
Saling ketergantungan dari pemimpin hitam dan putih, jemaat diatur dengan sangat
hati-hati karena ingin menampilkan citra kepada pendatang baru untuk mencegah diri
jatuh kembali pada pola bergaul terutama dengan orang-orang dari jenis mereka
sendiri. Mereka yang paling disambut adalah mereka yang terpinggirkan, tertindas,
dan mencari yang belum mengakui Yesus sebagai Mesias. Para pencari spiritual,
tanpa memandang rasa tau agama dipersilahkan.

Anda mungkin juga menyukai