0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan2 halaman
Dokumen ini membahas arti dan makna dari membaca "Bismillah" sebelum melakukan suatu aktivitas. Bismillah merupakan ucapan sederhana yang mengandung makna luas yaitu mengingat Allah dan berharap pada rahmat-Nya. Membaca Bismillah sebelum makan misalnya berarti bersyukur atas nikmat makanan dari Allah dan menyadari hanya dengan izin-Nya segala sesuatu dapat terlaksana. Bismillah h
Dokumen ini membahas arti dan makna dari membaca "Bismillah" sebelum melakukan suatu aktivitas. Bismillah merupakan ucapan sederhana yang mengandung makna luas yaitu mengingat Allah dan berharap pada rahmat-Nya. Membaca Bismillah sebelum makan misalnya berarti bersyukur atas nikmat makanan dari Allah dan menyadari hanya dengan izin-Nya segala sesuatu dapat terlaksana. Bismillah h
Dokumen ini membahas arti dan makna dari membaca "Bismillah" sebelum melakukan suatu aktivitas. Bismillah merupakan ucapan sederhana yang mengandung makna luas yaitu mengingat Allah dan berharap pada rahmat-Nya. Membaca Bismillah sebelum makan misalnya berarti bersyukur atas nikmat makanan dari Allah dan menyadari hanya dengan izin-Nya segala sesuatu dapat terlaksana. Bismillah h
Bismillāhirrahmānirrahīm, demikianlah bacaan yang diajarkan kepada kita oleh
Nabi s.a.w. kalau kita hendak mengerjakan suatu pekerjaan yang baik. Bismillāh (demikian orang kita menyingkatkannya) atau basmalah (singkatan dalam bahasa Arab) adalah sebuah ajaran tawhīd dan simbol kerendahan hati serta cerminan dari keikhlasan orang mukmin dalam melakukan pengabdian atau beraktivitas. Bismillāh adalah sebuah ucapan yang sederhana namun mengandung makna dan implikasi yang sangat luas. Bismillāhirrahmānirrahīm, artinya: “Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” Kalau kita membaca Bismillāh ketika mau makan, misalnya, maka dapat di parafrase maksudnya sebagai berikut: “Aku makan makanan ini dengan menyebut nama Allah (mengingat Allah) yang Maha Pengasih, yang telah memberi aku (dan semoga selalu memberi aku) kemudahan dan berkah dari makanan ini; lagi Maha Penyayang, yang dengan kasih sayangnya aku telah dapat menikmati karunia-Nya yang sangat luas dan banyak.” Ini adalah parafrase yang sederhana. Akan tetapi yang dimaksudkan di sini adalah gambaran tentang sebuah kesadaran batin yang mendalam dari seorang hamba mukmin yang membaca bismillāh, di mana ia selalu menghadirkan hati dengan penuh tawādu’ disertai rajā’ (harap) dan syukur kepada Allah yang Maha Kuasa; ia juga menyadari bahwa hanya dengan izin Allahlah segala sesuatu itu akan terlaksana. Jadi ketika seseorang telah memulai pekerjaannya dengan Bismillah, maka insya Allah selamatlah ia dari kufur (tidak berterima kasih) dan fasad (kerusakan); lebih dari itu, ia juga akan mendapatkan berkah dan ridha dari Allah. Bismillāh harus menjadi sebuah kesadaran, bukan sekedar gerakan lidah dan bibir tanpa ada sentuhan hati. Bismillāh hanya akan memberikan kekuatan kepada orang mukmin sejati: orang yang sungguh-sungguh bersedia melihat kebenaran firman-firman Allah dan kebaikan-kebaikan yang terkandung di dalamnya dengan mata hatinya yang terbuka, orang yang tanpa ragu menerima kebenaran dan kebaikan dengan hati yang tunduk dan pasrah, orang yang berkata jujur, tanpa basa-basa, dan sanggup menyayangi antara sesama walaupun dalam kesulitan, orang yang hidup penuh cinta, tanpa arogansi di hadapan sesama dan selalu mendahulukan maaf dalam pergaulan, orang yang masih bisa menangis dalam kekhusyu’an batinnya karena sadar akan betapa lembut cinta Tuhan dan betapa sering ia lalai dan berbuat kekeliruan. Membaca bismillāh berarti menyebut nama Allah. Ada yang bertanya: “Mengapa menyebut nama Allah, tidak menyebut Allah saja? Apakah Allah itu sebuah nama atau zat?” Sebagian filosof dan teolog Muslim telah berdebat panjang lebar dan mengarang buku yang tebal untuk membahas masalah ini, tetapi menurut saja amat kurang manfaatnya. Dalam Qur’an Allah berulang kali menyuruh orang mukmin menyebut nama-Nya, misalnya dalam (Q.S. al-Insan [76]: 25), Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. Dari segi bahasa, menyebut nama Allah adalah sama dengan menyebut Allah. Kata zikr dalam bahasa Arab (dapat diartikan dengan “sebut” atau “ingat” dalam bahasa Indonesia) adalah lawan dari kata nasy atau nisyān dalam bahasa Arab, yang artinya lupa. Ketika seseorang menyebut sebuah nama atau nama seseorang, maka hal itu menunjukkan ia ingat padanya, terlepas dari perdebatan apakah nama tersebut menyatu atau terpisah dari pribadi orangnya. Dalam beberapa ayat Qur’an Allah memerintahkan menyebut atau mengingat Allah, bukan mengingat atau menyebut nama Allah, misalnya: Hai orang-orang yang beriman, sebutlah Allah dengan sebutan yang sebanyak-banyaknya, dalam Q.S. al-Ahzab [33]: 41. Dalam konteks bahasa Indonesia, kita sering menggunakan kata “mengingat” dan “menyebut” dengan penempatan yang agak berbeda. Kita mengatakan “menyebut nama seseorang,” dan “mengingat seseorang.” Tetapi dalam bahasa Arab agak sedikit berbeda kata untuk itu hanya satu: zikr. Karena itu penulis tafsir al-Manār, mengatakan bahwa zikrullāh (menyebut Allah) dan zikru-smihī (menyebut nama-Nya) adalah sama. Hakikat yang paling penting untuk diingat dan diamalkan adalah, bahwa kita harus selalu menghadirkan Allah pada lisan, pikiran dan hati kita. Membaca Bismillāh adalah sebuah upaya awal dan sangat mendasar dalam rangka membangun peradaban yang lebih besar dan luas di atas fondasi iman dan tauhid. Ada pepatah Arab menyebutkan: man ahabba syai’a, faaktsara zikrah, (barang siapa mencintai sesuatu [seseorang] maka ia akan memperbanyak menyebutnya).