Anda di halaman 1dari 8

ANALISA ARTIKEL PENELITIAN

SEDIAAN EMULSI
“FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN EMULSI MINYAK IKAN
LEMURU (Sardinella lemuru)”

Disusun Oleh :
Yulia Triyani 2004015001
Agnes Nabela 2004015007
Kutrotun Nada 2004015043
Fania Dilla 2004015052
Balqista Azzahra 2004015107
Dian Nivari 2004015144
Sausan Putri Asih P 2004015188

Kelompok 4
Kelas 4C

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2022
Nama Zat Aktif Minyak ikan lemuru
Dosis 8-30 ml sehari
Alasan Pemilihan Zat Ikan lemuru mengandung omega-3 tertinggi ketiga diantara ikan laut lainnya
setelah mackerel dan salmon. Kandungan asam lemak yang cukup tinggi pada
ikan lemuru menjadikan minyak ikan lemuru mudah mengalami oksidasi dan
pembusukan, baik karena aktivitas mikrobiologis maupun autolisis. Hal ini
merupakan salah satu hambatan masyarakat dalam mengonsumsinya. Salah satu
cara untuk mengatasinya adalah dengan memformulasikan minyak ikan lemuru
menjadi sediaan emulsi.
Cara Pembuatan Ekstrak -

Nama Eksipien Sifat Fisika Sifat Kimia Konsentrasi Khasiat


Gliserin - Cairan jernih seperti sirup, - Kadar air tidak 30% Stabilisator dan
tidak berwarna, rasa manis, lebih dari 5,0% kosolven
hanya boleh berbau khas - Kadar sulfat
lemah higroskopik, larutan 0,002%
netral terhadap lakmus - Kadar abu sulfat
- Kelarutan dapat bercampur 0,01%
dengan air dan dengan etanol; - Kadar logam berat
tidak larut dalam kloroform, 5 mg/g
dalam eter, dalam minyak
lemak, dan dalam minyak
menguap
- Bobot jenis tidak kurang dari
1,249
- Kerapatan 1.2656 g/cm3 pada
15°C, 1.2636 g/cm3 pada
20°C; 1.2620 g/cm3 pada 25°C
Gom arab - Bentuk serbuk putih - pH 4,5-5,0 10-20% Emulgator
kekuningan, tidak berbau dan - Bilangan asam 2,5
memiliki rasa yang hambar - Kadar air 8-13%
- Kelarutan : larut hampir pada 25°C
sempurna dalam 2 bagian
bobot air, tetapi sangat lambat,
meninggalkan sisa bagian
tanaman dalam jumlah yang
sangat sedikit, praktis tidak
larut dalam etanol dan dalam
eter
- Berat jenis 1.35–1.49
- Viskositas 100 cP
Xanthan gum - Serbuk halus berwarna putih, - pH 6,0-8,0 1% Meningkatkan
tidak berbau, mengalir bebas - Tidak beracun viskositas emulsi
- Titik beku 0°C
- Titik lebur 270°C
- BJ 1,6 pada 25°C
- Viskositas 1200-1600 cPs
- Indeks bias 1,333
BHT - Bentuk kristal putih atau kuning - pH stabilitas : - 0,01-1% Antioksidan
muda dan berbau seperti fenol - reaktif dengan
- Tidak larut dalam air, mudah unsur oksidasi
larut dalam aseton
- Titik lebur 70°C
Sakarin - Bentuk kristal putih tidak - pH 2,0 0,02–0,5% Pemanis/
berbau - Kadar air 0,1% Sweetening agent
- Kelarutan : mudah larut
dengan ammonia encer,
larutan alkali hidroksida, atau
larutan alkali karbonat
- Kerapatan 0,7-1,0 g/cm3
- Titik leleh 226-230°C
- Titik didih 127°C
Essence jeruk - Cairan kuning dengan bau - Pemanasan dapat 1-5% Corrigen odoris
khas dan rasa yag lembut dan menyebabkan
beraroma senyawa
- Mudah larut dalam alkohol teroksigenasi
90%
Na. Benzoat - Bentuk granul atau serbuk - pH 2,8 0,02-0,5% Antimikroba atau
hablur, putih. Tidak berbau - Kadar air tidak pengawet
atau praktis tidak berbau, stabil lebih dari 1,5%
di udara
- Kelarutan : mudah larut dalam
air, agak sukar larut dalam
etanol dan lebih mudah larut
dalam etanol 90%
- Titik didih 249,2°C
- Titik nyala 121-131°C
- Titik leleh 122°C
Aquadest - Cairan jernih tidak berbau, - pH 6,8-7 - Pelarut
tidak berasa
- Titik didih 100°C - Merupakan produk
- Tekanan uap 2,3 kPa stabil
- Tidak beracun
- Tidak dapat
terbakar

Cara pembuatan sediaan :


1. Bahan-bahan ditimbang sesuai dengan berat masing-masing
2. Gom arab sebagai emulgator ditambahkan dengan sejumlah aquadest didalam beaker glass
lalu diaduk menggunakan mixer dengan selama 15 menit.
3. Minyak ikan lemuru didalam beaker glass ditambahkan BHT dan dihomogenkan
menggunakan homogenizer dengan kecepatan 30 rpm selama 1 menit.
4. Selanjutnya minyak sedikit demi sedikit ditambahkan ke dalam fase air dan diaduk
menggunakan mixer selama 15 menit hingga terbentuk korpus emulsi.
5. Xanthan gum dikembangkan menggunakan aquadest dan gliserin sampai mengental lalu
dimasukkan ke dalam korpus emulsi dan dihomogenkan dengan kecepatan 50 rpm selama
5 menit.
6. Natrium benzoat ditambahkan kedalam emulsi dan diaduk menggunakan mixer.
7. Pada akhirnya, ditambahkan sakarin dan essence secukupnya sambil diaduk hingga
didapatkan rasa dan warna yang sesuai

Evaluasi Sediaan Emulsi


1. Uji Organoleptis
Uji organoleptis dilakukan terhadap sediaan emulsi minyak ikan lemuru secara visual yang
meliputi warna, bau, rasa, dan homogenitas. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui
perubahan yang mungkin terjadi pada sediaan emulsi setelah dilakukan penyimpanan
Pada suhu 25°C
Pengamatan
Formula Bau Warna Rasa Homogenitas
(hari ke-)
Khas Putih kekuningan Manis sedikit rasa Homogen
0
minyak
Khas Putih kekuningan Manis sedikit rasa Homogen
7
F1 minyak
14 Khas+ Kuning pucat Lebih terasa minyak Pemisahan fase
21 Khas++ Kuning pucat Lebih terasa minyak Pemisahan fase
30 Khas++ Kuning pucat Lebih terasa minyak Pemisahan fase
Khas Putih kekuningan Manis sedikit rasa Homogen
0
minyak
F2
Khas Putih kekuningan Manis sedikit rasa Homogen
7
minyak
Khas Putih kekuningan Manis sedikit rasa Homogen
14
minyak
21 Khas+ Kuning pucat Lebih terasa minyak Pemisahan fase
30 Khas++ Kuning pucat Lebih terasa minyak Pemisahan fase
Khas Putih kekuningan Manis sedikit rasa Homogen
0
minyak
Khas Putih kekuningan Manis sedikit rasa Homogen
7
minyak
F3 Khas Putih kekuningan Manis sedikit rasa Homogen
14
minyak
Khas Putih kekuningan Manis sedikit rasa Homogen
21
minyak
30 Khas+ Kuning pucat Lebih terasa minyak Pemisahan fase

Pada suhu 40°C


Pengamatan
Formula Bau Warna Rasa Homogenitas
(hari ke-)
Khas Putih kekuningan Manis sedikit rasa Homogen
0
minyak
Khas Putih kekuningan Manis sedikit rasa Homogen
7
F1 minyak
14 Khas+ Kuning pucat Lebih terasa minyak Pemisahan fase
21 Khas++ Kuning pucat Lebih terasa minyak Pemisahan fase
30 Khas++ Kuning pucat Lebih terasa minyak Pemisahan fase
Khas Putih kekuningan Manis sedikit rasa Homogen
0
minyak
Khas Putih kekuningan Manis sedikit rasa Homogen
7
F2 minyak
14 Khas+ Kuning pucat Lebih terasa minyak Pemisahan fase
21 Khas++ Kuning pucat Lebih terasa minyak Pemisahan fase
30 Khas++ Kuning pucat Lebih terasa minyak Pemisahan fase
Khas Putih kekuningan Manis sedikit rasa Homogen
0
minyak
Khas Putih kekuningan Manis sedikit rasa Homogen
7
minyak
F3
Khas Putih kekuningan Manis sedikit rasa Homogen
14
minyak
21 Khas+ Kuning pucat Lebih terasa minyak Pemisahan fase
30 Khas++ Kuning pucat Lebih terasa minyak Pemisahan fase
Ketidakstabilan yang terjadi pada tiap formula mempengaruhi bau dan warna selama masa
penyimpanan baik pada suhu 25°C dan 40°C. Minyak ikan lemuru memiliki bau minyak yang cukup
khas dan berwarna kuning pekat. Akibat dari ketidakstabilan ini bau minyak menjadi lebih tajam
serta perubahan warna menjadi lebih kuning dari sebelumnya. Berdasarkan hasil pengamatan
organoleptis, diketahui bahwa selama masa penyimpanan pada suhu 25°C dan 40°C, terjadi
perubahan bau dan warna ketika sediaan tidak homogen. Hasil pengamatan homogenitas pada suhu
kamar 25°C dan 40°C menunjukkan bahwa ketiga formula sediaan emulsi minyak ikan lemuru
mengalami pemisahan selama 30 hari penyimpanan. Pemisahan yang lebih cepat terjadi pada suhu
40°C juga dapat dikarenakan pengaruh suhu.

2. Uji Tipe Emulsi


Uji tipe sediaan emulsi selama masa penyimpanan pada suhu 25°C dan suhu 40°C dilakukan
dengan metode pewarnaan. Metode pewarnaan dipilih karena mudah dan memberikan hasil
yang jelas secara visual. Pada metode pewarnaan dengan methylene blue, terlihat warna biru
menyebar ke seluruh bagian krim yang dioleskan pada kaca arloji sehingga dapat
disimpulkan bahwa tipe sediaan emulsi adalah minyak dalam air.
Pada suhu 25°C
Tipe Emulsi
Hari Ke-
F1 F2 F3
0 M/A M/A M/A
7 M/A M/A M/A
14 - M/A M/A
21 - - M/A
30 - - -

Pada suhu 40°C


Tipe Emulsi
Hari Ke-
F1 F2 F3
0 M/A M/A M/A
7 M/A M/A M/A
14 - - M/A
21 - - -
30 - - -

3. Uji pH
Prosedur Hasil
Pengukuran pH dilakukan dengan Pada suhu 25°C, diperoleh pH yang
menggunakan pH meter. Elektroda berkisar 4,8-4,94 dan pada suhu 40°C
sebelumnya telah dikalibrasi. Kemudian diperoleh pH yang berkisar 4,83-4,94.
elektroda dicelupkan ke dalam sediaan, pH
yang muncul diamati dan dicatat. Kriteria
nilai pH emulsi adalah pH oral (5,5-7,5).

4. Uji Viskositas
Prosedur :
Pengukuran viskositas sediaan dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield.
Viskometer yang digunakan adalah Viskometer Brookfiled DV-E dengan spindle nomor 2.
Hasil :

Hasil pengukuran menujukkan viskositas emulsi F1 lebih rendah dibandingkan dengan F3.
Diantara ketiga formula, F3 dengan konsentrasi minyak sebesar 15% bersifat paling kental.
Perbedaan kekentalan berhubungan dengan meningkatnya jumlah droplet yang terbentuk,
semakin banyak jumlah minyak yang ditambahkan maka semakin banyak jumlah droplet
yang terbentuk. Emulsi pada F3 memiliki viskositas yang tinggi dan kestabilan yang paling
lama meskipun konsentrasi minyak pada F3 lebih banyak dibandingkan F1 dan F2.

5. Uji Ukuran Globul


Prosedur :
Diameter globul emulsi diukur menggunakan instrument Particle Size Analyzer. Kriteria
ukuran globul sediaan emulsi berada pada rentang 0,1-100 μm
Hasil :
Formula Diameter globul (m)
F1 1,41
F2 1,45
F3 1,55
Berdasarkan hasil pengukuran globul, ukuran globul yang terbentuk pada emulsi tiap formula
masih masuk kedalam kriteria yaitu 0,1-100 μm. Ukuran globul emulsi paling kecil
ditunjukkan pada emulsi F1 dan ukuran globul yang paling besar ditunjukkan oleh F3

Anda mungkin juga menyukai