Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL OBSERVASI DAN PENGUMPULAN DATA

TEATER MUSIKAL RIMA RAGA REMPAH

Gambaran Umum.

1. Ternate Awal
Dalam catatan dan informasi, pada mulanya di pulau Ternate hanya terdapat empat
perkampungan yang terdiri dari kampung Tobona, Heku, Tubo dan Tabanga, yang disebut
dengan Gamlamo Raha (4 perkampungan besar). Masing-masing komunitas/Klan memiliki
penguasa/ pimpinan yang disebut Momole, adapun para keempat penguasa (Momole
Ngaruha) tersebut terdiri dari :
1. Momole Gam (Kampung) Tobona di pimpin oleh Kimalaha Tomaito
2. Momole Gam (Kampung) Heku di pimpin oleh Kimalaha Marsaoly
3. Momole Gam (Kampung) Tubo di pimpin oleh Kimalaha Tomagola
4. Momole Gam (Kampung) Tabanga di pimpin oleh Kimalaha Tomaidi
Pada masa-masa awal Ternate dipimpin oleh para momole. Setelah membentuk kerajaan
jabatan pimpinan dipegang seorang raja yang disebut kolano. Pembentukan Kerajaan Ternate
diprakasa/gagasan dari Momole Tobona (Momole Guna Tomaito) untuk membentuk
konstitusi satu kerajaan, maka pada waktu itu keempat Momole Ngaruha mengadakan
musyawarah untuk membentuk konstitusi kerajaan yang dikenal dengan nama Musyawarah
Tobona. Momole Tobona yang bernama “GUNA” dengan hasil kesepakatan musyawarah
maka, Kaicil Cico Baguna diangkat sebagai Raja Pertama di Kerajaan Ternate. Setelah
diangkatnya Kaicil Cico Baguna menjadi Raja/Kolano Ternate, beliau melaksanakan titah
dari Momole GUNA yang harus dipatuhi yaitu : “LA NO UCI TARA TOMA SAMPALA LA
NO ATE..… LA NO UCI TARA LA NO ATE..... UCI TARA LA NO ATE…..” yang artinya
adalah Turunlah dan Himpunlah seluruh kekuatan dan kekuasaan. Perintah inilah yang
menjadi cikal bakal nama TERNATE. Kerajaan Ternate pada saat itu bertahta di wilayah
Sampala (saat ini Kelurahan Kastela-KotaTernate), dan Sampala merupakan ibukota
Kerajaan Ternate yang pertama.
Kaicil Cico Baguna dikenal memiliki kecerdasan dalam mengatur politik dan ekonomi
Kerajaan Ternate. Nama lain beliau adalah “Bab Masyhur Malamo” yang artinya Raja yang
memiliki Pintu Kemasyhuran yang Besar. Dari kepemimpinan beliaulah, Ternate dikenal di
berbagai belahan dunia dan Ternate merupakan salahsatu wilayah jalur perdagangan rempah
dunia yang paling diincar oleh berbagai bangsa di dunia saat itu. Dari raja pertama yaitu
Kaicil Cico Baguna, kemasyhuran Ternate ini berlanjut dan sampai yang paling gemilang dan
spektakuler adalah pada masa Sultan Babullah.

2. Ternate Masa Rempah dan Kedatangan Bangsa Eropa


Perjalanan Ternate sebagai penghasil rempah, sudah terlihat sejak masa Cico berkuasa
(Raja/Kolano pertama Ternate) sampai masa Sultan Babullah, kewibawaan dan kejayaan
Sultan Babullah ini juga diceritakan seorang utusan inggris yaitu Sir Freancis Drake yang
dating di Ternate pada tanggal 03 November 1579,beliau sangat terkesan dengan kharismatik
Sultan Babullah. Di masa inilah Ternate mengalami puncak kejayaannya dengan membuka
diri sebagai bandar utama perdagangan di wilayah timur. Para pedagang dari mancanegara
dan kawasan lain di Nusantara kemudian mulai berdatangan ke tanah Ternate, seperti
pedagang-pedagang Roma, Persia, Cina, Arab, dan Gujarat, hingga Jawa, Makassar dll, yang
semuanya itu melakukan praktek dagang di negeri ini.

3. Peradaban Seni, Budaya dan Politik di Ternate


Ternate telah memiliki peradaban budaya dan seni serta politik yang sangat tinggi sejak
masa lalu, hal ini dapat dilihat dari perdaban benda seperti Mahkota Raja yang dihiasi dengan
berbagai batu mulia dan juga peradaban seni tari seperti tarian mago dan tarian tarian lainnya.
Semnetara itu unutk peradaban politik dapat kita lihat dari sistem tata negara yang diterapkan
dimasa momole yakni negara federasi empat momole (Momole Tomaito. Momole Marsaoly.
Momole Tomagola dan Momole Tomaidi) yang dikepalai/dipimpin oleh Momole Guna
Tomaito yang bertempat di Tobona,
Jejak sejarah dan budaya tersebut, masih terpelihara dalam kehidupan sehari hari oleh
masyarakat, dan menjadi kekayaan budaya sandang, pangan dan Papan, yang perlu dijaga dan
dilestarikan sebagai potensi masa depan bangsa serta menjadi daya tarik wisata, yang akan
meningkatkan kreativitas dan ekonomi masyarakat sekaligus membangun ketahanan ekonomi
yang perlu diintegrasikan dalam sebuah ruang apresiasi, yang mampu mengangkat potensi
lokal secara global.
Teater Musikal adalah salah satu ruang yang merepresentasikan kekuatan budaya Moloku
Kie Raha yang disimbolkan dengan tiga suku kata, yakni Rima -Raga - Rempah sebagai
makna dalam nada, gerak, dan kekayaan alam.
3.1. Musik dan Tarian Tradisional
Musik tradisional telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat
Ternate. Tak hanya saat ini saja, namun sejak lama musik telah hidup dari masa ke masa.

3.2. Musik dan Tarian “MAGO”


Adalah irama musik dan tarian paling tua yang sudah jarang diketahui oleh orang.
Muusik Mago yaitu irama musik karya warisan leluhur Para Momole/Klan Bangsawan
Ternate yang memiliki nilai-nilai spiritual yang bernuansa Mistis. Irama ini biasa dimainkann
dalam momentum penting dan khusus bangsawan Ternate.
Selain itu musik Mago adalah irama musik yang menjadi pijakan dengan perkembangannya
melahirkan beberapa jenis musik diantaranya musik Salai, Toloano, Moro Se Saluma dan
Dendang Mago.
Dengan iringan musik Rababu, tifa, gong dan ucapan Bobeto, para penari pria
memasuki arena tari, mantra dengan bahasa asli Ternate. Mereka membawa sebuah wadah
yang mengeluarkan asap berbau kemenyan. Tak lama kemudian penari perempuan turun ke
dalam arena. Langkah mereka perlahan seolah terikat pada bumi. Seikat daun palem (woka)
kering tergenggam erat di tangan mereka bak tameng pelindung.
Tarian Mago ini ditarikan oleh tujuh orang penari perempuan, yaitu enam penari keturunan
bangsawan dan satu penari yang merupakan putri dari Momole Guna Tomaito ( Ibunya Cico
).
Kostum atau busana yang dipakai pada tarian Mago seperti halnya busana bangsawan,
aksesoris khusus untuk 1 orang penari yang merupakan putri dari Momole Guna Tomaito
menggunakan mahkota. Tarian Mago menggunakan beberapa property yang terdiri dari Altar
atau Meja,yang di atasnya Mangkuk Putih, Tempat Pinang yang didalamnya terdiri dari
Pinang, Sirih, Srikaya, Daun Woka, Mayang Pinang, Kemenyan, Hito ( tempat dupa ), Lenso(
kain persegi 4 ) yang diatasnya diletakkan Gambir ( manuru ) dan Tempat Pinang.yang
kesemuanya memiliki arti ikatan dan hubungan keharmonisan antara manusia dengan alam
sebagai mahluk Tuhan.

3.3 Musik dan Tarian Legu Bangsa


Tarian Legu Sahu sebelumnya bernama Legu Bangsa, saat ini dikenal dengan Legu Sahu
karna tarian ini dilestarikan oleh masyarakat Suku Sahu, Halmahera Barat hingga saat
sekarang. Tarian ini berjenis tarian klasik yang awalnya hanya ada di kalangan bangsawan
Kerajaan Ternate. Ditampilkan hanya pada saat upacara atau moment penjemputan tamu
bangsawan, pertemuan raja-raja, hingga acara pernikahan pangeran.
Tarian ini yang awalnya hanya di tampilkan di kawasan keraton kerajaan ternate, namun
sekarang sudah dilestarikan oleh masyarakat Suku Sahu Halmahera Barat, yang juga
merupakan bagian dari ternate namun hingga saat ini hanya ditampilkan di Rumah adat
Sasadu pada momen hari perayaan sukuran oleh suku sahu sering di sebut Orom Sasadu atau
Makan Adat..
Dilihat dari unsur koreografinya, tarian Legu Sahu di tarikan oleh penari laki-laki dan
perempuan. Untuk gerak yang sangat ciri khas pada penari yaitu gerakan kaki yang ber-sisi.
Tidak banyak motif gerak yang dilakukan ( berulang-ulang ). Untuk kostum dan property
yang digunakan mempunyai ciri khas warna hitam, merah, dan kuning. Pada penari laki-laki
menggunakan jubah , payung, lenso, mahkota. Penari perempuan menggunakan baju kurung
berwarna hitam, selendang kuning yang disilangkan, dan aksesoris di kepala berupa bulu-bulu
yang dipasangkan di sampung kanan dan kiri.
Unsur pendukung lainnya yaitu iringan musik pada tarian ini menggunakan tifa panjang yang
disebut didawang, alat musik ini hanya ada di rumah Sasadu. Kemudian Gong, Kulintang, dan
Tifa. Untuk lirik pada laguan tarian ini berupa pesan leluhur raja, nasihat dan rasa syukur.

3.4 Kabata Masriq


Arti dari kata Kabata adalah pujian, sedangkan masrik adalah timur. Maka, Kabata Masrik
adalah puji-pujian dari timur. Pujian tersebut ditujukan kepada leluhur manusia ( Nabiyullah
Adam , Siti Hawa dst ) dan kepada Para Leluhur momole ternate. Kabata Masrik di lantunkan
dalam ritual segala situasi baik dalam keadaan suka maupun duka. Seperti perayaan ataupun
bila mendapat musibah. Kabata masrik merupakan puji-pujian yang tersusun dari pujian
kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarga sebagai kekasih Allah SWT,. Maka, Kabata
Masrik merupakan perwujudan dari Shalawat.
Dahulu masyarakat Ternate sering melantunkan dan tau apa itu kabata Kabata Masrik, namun
sekarang dengan seiring berjalannya waktu sudah jarang. Dapat dilihat dari bahasa yang ada
di lantunan Kabata Masrik yang merupakan campuran bahasa arab dan bahasa ternate. Namun
kabata Masrik ini masih sering dilakukan dan dilestarikan oleh Masyarakat Halmahera
Tengah dan Halmahera Timur dan tetap menggunakan bahasa Arab ternate, karena mereka
juga dulunya merupakan bagian dari wilayah ternate
4. Penutup

Demikian Laporan Hasil Observasi dalam rangka pelaksanaan Teater Musikal Rima Raga
Rempah
Kerangka Kegiatan Riset
- Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah dalam rangka pengumpulan data dari berbagai sumber yang memiliki
pengetahuan tentang Sejarah Ternate, Seni Musik Tradisional, Seni Tari, Adat Istiadat serta
Ritual. Penelitian dilakukan dengan cara Observasi dan wawancara nara sumber.
Pnelitian / pengumpulan data ini dialkukan di 3 Wialayah yakni Kota Ternate, Kabupaten
Halmahera Barat, serta Kabupaten Halmahera Timur.

- Rumusan Masalah
Ternate yang kaya akan budaya kini nyaris punah hal ini dapat di lihat pada setiap momentum
acara kebudayaan masyarakat kota Ternate, dimana para orang tua atau tetuah lebih berperan
sementara anak muda atau generasi masa kini tak lagi terlihat pada momentum acara budaya.
Salah satu faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang adalah;
kurangnya generasi penerus yang memiliki minat untuk belajar dan mewarisi kebudayaannya
sendiri. Unuk itu perlu upaya pelestarian budaya dengan cara Revitalisasi dan di kembangkan
dengan menyesuaikan di era kekinian sehingga kebudayaan dimaksud dapat di terima di
kalangan generasi muda sebagai pewarisnya.

- Tujuan Penelitian
Tujuan Penilitian adalah dalam rangka pengumpulan data guna sebagai bahan atau materi
teater musikal RIMA RAGA REMPAH.

- Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan September s/d Oktober 2022

- Tempat
Kota Ternate, Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Timur
- Nara Sumber dan Materi Wawancara
1. Helmi Husni (Pemerhati Budaya ) : Sejarah Ternate Awal

2. Hasan Ali (Seniman Musik Tradisional ) : Seni dan Alat Musik Tradisional

3. Udin Saban (Seniman Musik Tradisional ) : Seni dan Alat Musik Tradisional

4. Sadan Husain (Seniman Musik Tradisional ) : Seni dan Alat Musik Tradisional
Ternate, Oktober 2022
Tim Obsevasi :

1. Lutfi Ali, SP

2. Yusuf Iskandar Alam, SE

3. Winda Oktaviani, SPd.M.Pd

4. Ratno Kamah
Lampiran
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai