Anda di halaman 1dari 8

PT.

GAWI MAKMUR KALIMANTAN


SOP/GMK-AGRO/02/16 Hal : 1 Dari 8
(PT.GMK)

XVI. CARA PEMILIHAN PENYIMPANAN DAN PENGGUNAAN PESTISIDA

A. LEMBAR PENGESAHAN
Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh :

Branch Controller Management Representative Direktur


Julianto Harsono Farid Makruf Hadi Setiadarma

PERINGATAN !
Perlindungan Hak Cipta. Tidak sebagianpun dari terbitan ini dapat digandakan,
disimpan, dipindahkan dalam bentuk atau dengan cara apapun;
baik elektronik, photo copy, dicatat atau lainnya;
terutama tanpa izin tertulis dari Wakil Manajemen Perusahaan

PT. GAWI MAKMUR KALIMANTAN

No. Dokumen SOP/GMK-AGRO/02/16


No. Revisi 01
Tanggal Berlaku Dokumen 7 – 06 – 2013
Jumlah Halaman 8

Status Distribusi *) :
 CONTROLLED
 UNCONTROLLED
Penerima Distribusi :
Tanggal Distribusi :
Nomor Distribusi :
*) Beri Tanda () untuk yang sesuai
**) Nama Bagian / No. Urut Distribusi
PT.GAWI MAKMUR KALIMANTAN
SOP/GMK-AGRO/02/16 Hal : 2 Dari 8
(PT.GMK)

XVI. CARA PEMILIHAN PENYIMPANAN DAN PENGGUNAAN PESTISIDA


DAFTAR REVISI
NO NO DOK TGL PERBAIKAN NO. REVISI HALAMAN URAIAN REVISI PARAF

1 SOP/GMK- 7 Juni 2013 01 1 dari 8 Perubahan nama


AGRO/02/16 MR. Perubahan kata
DIKENDALIKAN
menjadi
COTROLLED dan
TIDAK
DIKENDALIKAN
menjadi
UNCONTROLLED
PT.GAWI MAKMUR KALIMANTAN
SOP/GMK-AGRO/02/16 Hal : 3 Dari 8
(PT.GMK)

XVI. CARA PEMILIHAN PENYIMPANAN DAN PENGGUNAAN PESTISIDA


1. PENDAHULUAN
1.1. Pestisida sebagai salah satu sarana pengendalian organisme pengganggu tanaman (hama, penyakit
dan gulma) sangat penting bagi manusia karena merupakan sarana yang dapat digunakan secara
efektif dan efisien untuk mengatasi masalah tersebut. Namun demikian dibalik manfaat tersebut,
pestisida memiliki potensi pengaruh samping yang tidak diinginkan antara lain keracunan pada
manusia dan ternak, terbunuhnya musuh alami organisme pengganggu tanaman dan satwa
lainnya, residu pada hasil tanaman menimbulkan resistensi dan pencemaran lingkungan.
1.2. Bahan aktif pestisida dapat berupa zat kimia, mikroorganisme dan bahan tanaman. Pada umumnya
di negara berkembang digunakan pestisida berbahan aktif senyawa kimia sintetik, karena efek
yang ditimbulkan cepat dan biaya relatif murah.
1.3. Untuk menghindari kecelakaan atau efek samping yang tidak diinginkan maka perlu diketahui
pengelolaan pestisida yang baik dan selalu mengikuti ketentuan yang berlaku dalam hal
penggunaan dan penyimpanan, mengetahui gejala keracunan serta tindakan yang diperlukan
untuk mengatasinya.

2. PENGGOLONGAN PESTISIDA
2.1. Berdasarkan Sasarannya
a) Akarisida : untuk mengendalikan tungau, misalnya Amitraz, Dikofol, dan Tetradifon.
b) Bakterisida : untuk mengendalikan bakteri, misalnya Kasugamisin hidroklorida dan
Streptomisin sulfat
c) Fungisida : untuk mengendalikan jamur pathogen, misalnya Benomil, Heksakonazol,
Mankozeb dan Triadimefon
d) Herbisida : untuk mengendalikan gulma, misalnya Fluroksipir, Glifosat, Paraquat dan
Sulfosat. Adapun Arborisida : untuk mematikan gulma berkayu, misalnya Triklopir
e) Insektisida : untuk mengendalikan hama serangga, misalnya Deltametrin, Sipermetrin dan
Sihalotrin. Adapun Termitisida berguna untuk mengendalikan rayap, misalnya Fipronil,
Klorpirifos dan Karbosulfan.
f) Nematisida : untuk mengendalikan nematode, misalnya Azadirakhtin, Etrofos, Fenamifos
dan Kadusafos.
g) Moluskisida : untuk mengendalikan siput, misalnya Metaldehida, dan Niklosamida.
h) Pisisida : untuk mengendalikan ikan mujair, misalnya Rotenon.
i) Rodentisida : untuk mengendalikan tikus, misalnya Brodifakum, dan Klorofasinon.
2.2. Berdasarkan Cara Kerjanya
a) Racun fisik, misalnya minyak mineral berat
b) Racun protoplasmic, misalnya logam berat
c) Racun penghambat metabolic, misalnya Rotenon, HCN, H2S
d) Racun syaraf, misalnya senyawa fosfat organik, analog DDT
2.3. Berdasarkan Asal dan Sifat Kimianya
a) Pestisida sintetik
 Anorganik : Garam-garam beracun seperti Arsenat, Flouride, dan Asam klorida.
 Organik : Organoklor misalnya Dikofol, Fosfat organik misalnya Glifosat,
Glufosinat dan Sulfosat dan Karbamat misalnya Karbaril dan Karbofuran.
b) Pestisida asal tanaman dan biologi, misalnya Nikotin, Pyrethroid, Rotenon, Bacillus
thuringiensis dan Trichoderma koningii.
PT.GAWI MAKMUR KALIMANTAN
SOP/GMK-AGRO/02/16 Hal : 4 Dari 8
(PT.GMK)

XVI. CARA PEMILIHAN PENYIMPANAN DAN PENGGUNAAN PESTISIDA


3. PETUNJUK KEAMANAN DALAM PENGGUNAAN PESTISIDA
3.1. Pemilihan Pestisida

a) Pemilihan jenis pestisida harus berdasarkan jenis jasad pengganggu yang akan
dikendalikan.
b) Sebelum membeli pestisida bacalah label pada wadah atau pembungkus pestisida,
terutama keterangan mengenai jenis-jenis jasad pengganggu yang dapat dikendalikan, cara
menggunakan, dan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh pestisida itu.
c) Belilah hanya pestisida yang terdaftar dan diizinkan oleh pemerintah (Departeman
Pertanian) dalam kemasan atau pembungkus asli dengan label resmi yang memuat
keterangan lengkap mengenai pestisida tersebut. Pada label resmi yang terdaftar senantiasa
tercantum nomor pendaftaran, nama dan alamat lengkap pemegang pendaftaran/produsen
pestisida yang bersangkutan.
3.2. Penggunaaan Pestisida
a) Sebelum menggunakan pestisida, pekerja harus lebih dahulu makan dan minum
secukupnya dan bacalah label pestisida dengan cermat dan ikutilah semua petunjuknya.
b) Anak-anak, wanita hamil dan pekerja yang kesehatannya kurang baik, tidak diperbolehkan
bekerja untuk pekerjaan yang menggunakan pestisida.
c) Apabila ada luka di kulit, tutuplah luka tersebut dengan baik sebelum bekerja dengan
pestisida. Usahakan bagian luka yang sudah ditutup tersebut tidak bersentuhan dengan
pestisida karena pestisida lebih mudah terserap kedalam tubuh melalui kulit yang terbuka.
d) Pekerja yang bekerja dengan pestisida harus memakai pakaian pelindung khusus yang
menutupi seluruh lengan dan kaki (baju lengan panjang dan celana panjang). Sarung
tangan harus dipakai pada waktu mengencerkan atau mencampur pestisida yang masih
pekat. Pekerja harus memakai sepatu boot, pelindung kepala, dan pelindung muka (kaca
mata, penutup hidung dan mulut) pada waktu menggunakan pestisida.
e) Cara membersihkan nozzle, sebagai berikut :

Gb 1. Cara membersihkan nozzle


f) Pada waktu bekerja jangan makan, minum atau merokok dan jangan mencium pestisida.
Hindarkan pestisida terhirup melalui pernafasan/terkena kulit, mata, mulut atau pakaian.
g) Lakukanlah penakaran, pengeceran atau pencampuran pestisida di tempat terbuka atau
dalam ruang yang mempunyai ventilasi baik.
h) Alat penyemprot harus selalu dalam keadaan baik, bersih dan tidak bocor.
i) Masukkanlah campuran tersebut ke dalam tangki atau alat penyemprotan dengan hati-hati
dan jaga jangan sampai tumpah. Jangan meniup nozzle atau lubang atau selang yang
tersumbat, jangan menggunakan lidi, tetapi gunakanlah sikat atau alat sejenis lainnya.
PT.GAWI MAKMUR KALIMANTAN
SOP/GMK-AGRO/02/16 Hal : 5 Dari 8
(PT.GMK)

XVI. CARA PEMILIHAN PENYIMPANAN DAN PENGGUNAAN PESTISIDA


j) Untuk menghindari bahaya keracunan pestisida pada tanaman, gunakan hanya alat aplikasi
yang bebas dari herbisida atau pestisida lainnya (jika menggunakan alat aplikasi yang telah
digunakan oleh pestisida/herbisida yang berbeda, bersihkan secara benar dengan air).
k) Perhatikanlah masa kadaluarsa pestisida. Masa kadaluarsa dapat dilihat pada labelnya.
l) Apabila pestisida mengenai pakaian, kulit, mata atau bagian tubuh lain, cucilah kulit yang
terkena pestisida dengan air dan bahan pembersih (sabun, dan lain-lain). Apabila pestisida
mengenai mata, cucilah mata yang terkena dengan air bersih selama 15 menit.
m) Setelah selesai bekerja dengan pestisida, mandilah segera dengan sabun.
n) Wadah bekas pestisida yang kosong jangan dipakai untuk menyimpan makanan atau
minuman, dan musnahkan dengan merusak, menguburkannya di tempat yang aman
sekurang-kurangnya 0,5 m dalam.
3.3. Pengendalian Kontaminasi Pestisida
a) Apabila pestisida cair tumpah di lantai atau tanah, bersihkanlah segera, timbunlah
dengan bahan penyerap (pasir, kapur, tanah atau serbuk gergaji) kemudian sapu dan
tempatkan dalam wadah yang kuat untuk dibuang dengan cara yang aman. Setelah bahan
penyerap disapu, lantai dibersihkan dengan air dengan bahan pembersih seperti sabun, dan
deterjen.
b) Apabila pestisida padat (debu, tepung, atau butiran) tumpah di lantai, tambahkan pasir
lembab, sapu secara hati-hati agar tidak berterbangan dan tempatkan dalam wadah untuk
dibuang. lalu bersihkanlah dengan air yang telah dicampur dengan bahan pembersih.
c) Apabila wadah pestisida bocor atau rusak, tempatkan pestisida yang masih tersisa ke
dalam wadah yang telah tersedia, pilihlah wadah yang terbuat dari bahan yang sama
seperti wadah aslinya. Berilah keterangan yang jelas seperti tercantum dalam label
sebelumnya disertai keterangan tambahan berupa waktu dilakukannya pewadahan ulang.
d) Sediakanlah pemadam api dan air, serta bahan pembersih (sabun atau diterjen dan lain-
lain), bahan penyerap pestisida (pasir, kapur, serbuk gergaji atau tanah), sapu, sekop dan
wadah untuk tempat membuang pestisida yang tumpah.
e) Air dan sabun umumnya dapat digunakan untuk membersihkan pestisida yang tumpah.
Pestisida yang memerlukan bahan pembersih lain sebelum menggunakan air & sabun sbb :
 Golongan organoklor (antara lain dikofol endosulfan) memerlukan amoniak dan
soda pencuci atau sabun keras.
 Golongan organofosfat (diazinon, diklorvos, dimetoat, fention, klorpirifos,
monokrotofos) memerlukan natrium hipoklorit dan natrium karbonat.
 Golongan karbamat (fenobukarb/BPMC, karbaril, karbufuran, metomil)
memerlukan karbonat atau sabun keras
3.4. Penyimpanan Pestisida

a) Simpanlah pestisida dalam wadah/pembungkus asli yang tertutup rapat dan tidak bocor.
b) Simpanlah pestisida dalam ruangan kusus / lemari kusus yang dapat dikunci dan tidak
terjangkau anak-anak, hewan piaraan atau ternak serta jauh dari makanan, minuman, atau
sumber api.
c) Penyimpanan pestisida harus terpisah sesuai dengan jenisnya.
d) Simpanlah pestisida di tempat yang mempunyai ventilasi baik, tidak terkena sinar matahari
langsung dan tidak terkena air. Untuk gudang Induk selain ventilasi harus terpasang
exhaust fan.
e) Selama dalam penyimpanan, usahakan wadah pestisida tertutup rapat, karena uap air, zat
asam dalam udara, suhu yang relatif tinggi, sinar matahari dapat merusak pestisida.
PT.GAWI MAKMUR KALIMANTAN
SOP/GMK-AGRO/02/16 Hal : 6 Dari 8
(PT.GMK)

XVI. CARA PEMILIHAN PENYIMPANAN DAN PENGGUNAAN PESTISIDA


f) Sediakanlah pemadam api dan air, serta bahan pembersih (sabun atau diterjen dan lain-
lain), bahan penyerap pestisida (pasir, kapur, serbuk gergaji atau tanah), sapu, sekop dan
wadah untuk tempat membuang pestisida yang tumpah.
g) Periksalah secara teratur kondisi wadah pestisida yang disimpan.
h) Siapkanlah wadah kosong dari berbagai jenis dan ukuran untuk pestisida bocor.

4. TANDA DAN GEJALA KERACUNAN PESTISIDA


4.1. Pestisida golongan organoklor
a) Pestisida organoklor bekerja mempengaruhi sistem syaraf pusat.
b) Tanda dan gejala keracunan : sakit kepala, rasa pusing, mual, muntah-muntah,
mencret, badan lemah, gugup, gemetar, kejang-kejang dan hilang kesadaran.
c) Susu atau telur tidak boleh diberikan.
4.2. Pestisida golongan organofosfat
a) Apabila masuk kedalam tubuh, baik melalui kulit, mulut dan saluran pencernaan
maupun saluran pernafasan, pestisida organofosfat akan berkaitan dengan enzim
kolinesterase dalam darah yang berfungsi mengatur bekerjanya syaraf. Apabila
kolinesterase terikat, maka enzim tersebut tidak dapat melaksanakan tugasnya, akibatnya
syaraf dalam tubuh mengirimkan perintah kepada otot untuk bergerak tanpa dapat
dikendalikan terus-menerus.
b) Selain itu pupil atau celah iris mata dapat menyimpit sehingga penglihatan menjadi
kabur dan mata berair, mulut berbusa atau mengeluarkan banyak air liur, sakit kepala
berupa rasa pusing; berkeringat banyak, detak jantung yang cepat; mual, muntah-muntah,
kejang pada perut, mencret, sukar bernafas, lumpuh dan pingsan.
4.3. Pestisida golongan karbamat
Cara kerja pestisida karbamat sama dengan pestisida organofosfat, yaitu menghambat enzim
kolinesterase. Namun pengaruh pestisida karbamat terhadap kolinesterase hanya berlangsung
singkat karena pestisida karbamat cepat mengurai di dalam tubuh.
4.4. Pestisida senyawa bipiridilium
a) Senyawa bipiridilium dapat membentuk ikatan dan merusak jaringan epitel dari
kulit, kuku, saluran pernafasan dan saluran pencernakan, sedangkan dengan konsentrasi
larutan yang lebih pekat dapat menyebabkan peradangan.
b) Tanda dan gejala keracunan senyawa bipiridilium selalu terlambat diketahui karena
gejala baru timbul setelah 1 – 3 hari. Pada hari pertama terjadi gejala ringan berupa : sakit
perut, mual, muntah dan diare karena terjadi iritasi pada saluran percernakan. Setelah 2 – 3
hari timbul gejala kerusakan ginjal seperti albunuria, proteinuria, haematuria dan
peningkatan kreatinin lever. Setelah 3 – 24 hari baru terlihat gejala kerusakan pada paru-
paru.
c) Pestisida yang termasuk golongan ini antara lain paraquat diklorida.
4.5. Pestisida golongan antikoagulan
a) Pestisida golongan antikoagulan bekerja menjadi penghambat pembekuan darah dan
merusak jaringan pembuluh darah. Hal ini mengakibatkan terjadi pendarahan, terutama di
bagian dalam tubuh.
b) Tanda dan gejala keracunan : rasa nyeri pada punggung, lambung dan usus, muntah-
muntah, pendarahan pada hidung dan gusi, timbul bintik-bintik merah pada kulit, terdapat
darah dalam air seni dan ginjal, timbul lembam pada bagian sekitar lutut, siku dan pantat
dan kerusakan ginjal.
PT.GAWI MAKMUR KALIMANTAN
SOP/GMK-AGRO/02/16 Hal : 7 Dari 8
(PT.GMK)

XVI. CARA PEMILIHAN PENYIMPANAN DAN PENGGUNAAN PESTISIDA


c) Pestisida yang termasuk golongan ini antara lain : brodifakum, difasinon,
kumatetralil, dan kumakrol.

5. PETUNJUK PERTOLONGAN PERTAMA


5.1. Apabila gejala keracunan mulai timbul, betapapun ringannya gejala tersebut, segeralah berhenti
bekerja dengan pestisida dan lakukan pertolongan pertama sesuai dengan petunjuk MSDS.
5.2. Pergilah ke petugas klinik/dokter sebelum menjadi gawat. Dokter harus diberitahu nama dagang
dan bahan aktif dan ditunjukkan label pestisida yang menyebabkan keracunan tersebut.
5.3. Apabila kulit atau rambut dan pakaian terkena pestisida, cucilah segera dengan sabun dan air
yang banyak, dan lepaskan pakaian untuk diganti dengan yang bersih.
5.4. Apabila pestisida mengenai mata, cucilah segera dengan air bersih yang banyak selama 15 menit
secara berkelanjutan, kemudian ditutup dengan kapas steril yang dilengketkan dengan kain
pembalut.
5.5. Apabila debu, bubuk, uap, gas atau butir-butir semprotan pestisida terhisap melalui pernafasan,
bawalah penderita ke tempat terbuka yang berudara segar, longgarkan pakaiannya dan baringkan
dengan dagu yang agak terangkat ke atas supaya dapat bernafas dengan bebas. Jagalah supaya
penderita dalam keadaan tenang dan tidak kedinginan, apabila perlu selimutilah penderita.
Sementara menunggu pertolongan dokter, awasi terus keadaan penderita.
5.6. Apabila pestisida tertelan dalam keadaan sadar, usahakan supaya penderita muntah dengan cara
mencolek bagian belakang tenggorokan dengan jari tangan atau alat lainnya yang bersih dan/atau
dengan memberi minum 1 sendok makan larutan garam dapur yang dilarutkan dalam segelas air
hangat. Ulangi pemuntahan sampai yang dimuntahkan berupa cairan yang jernih. Pada waktu
penderita mulai muntah, usahakan mukanya menghadap ke bawah dan kepalanya agak
direndahkan supaya muntahan tidak masuk kedalam paru-paru. Selanjutnya harus dijaga jangan
sampai muntahan menghalangi pernafasan. Pemuntahan tidak boleh dilakukan apabila :
a) Penderita dalam keadaan kejang-kejang atau tidak sadar.
b) Penderita telah menelan bahan yang mengandung minyak bumi.
c) Penderita telah menelan bahan alkalis/asam kuat yang korosif dengan gejala rasa terbakar
atau nyeri sekali pada mulut dan kerongkongan. Cara pertolongan pertamanya adalah :
Apabila penderita dalam keadaan sadar, berilah penderita minum susu atau putih
telur dalam air, atau hanya air apabila susu atau telur tidak tersedia.
Apabila penderita tidak sadar, usahakan supaya saluran pernafasan tidak tersumbat,
bersihkan hidung dari lendir atau muntahan dan bersihkan mulut dari air liur,
lendir, sisa makanan dan sebagainya serta lepaskan gigi palsu. Jangan memberikan
sesuatu melalui mulut kepada penderita yang tidak sadar.
5.6. Apabila pernafasan penderita berhenti, usahakanlah pernafasan buatan, bersihkan lebih dahulu
mulut dari air liur, lendir, sisa makanan dan sebagainya serta lepaskan gigi palsu.
5.7. Apabila penderita kejang, longgarkan pakaian di sekitar leher, taruh bantal di bawah kepala, dan
berilah ganjal di antara gigi untuk mencegah supaya bibir atau lidah penderita tergigit sendiri.

6. PETUNJUK PERAWATAN MEDIS


6.1. Pestisida golongan organoklor
Cuci lambung dengan memberikan garam isotomis atau larutan natrium bikarbonat 5%. Untuk
mengurangi absorbsi dapat diberikan 30 g norit yang disuspensikan dalam air.
6.2. Pestisida golongan organofosfat
PT.GAWI MAKMUR KALIMANTAN
SOP/GMK-AGRO/02/16 Hal : 8 Dari 8
(PT.GMK)

XVI. CARA PEMILIHAN PENYIMPANAN DAN PENGGUNAAN PESTISIDA


a) Berikan antidote Atropin sulfat intravena (i.v.) atau intramuskuler (i.m.) bila tidak
mungkin dilakukan penyuntikan i.v. adapun dosis yang diberikan untuk orang dewasa dan
anak-anak diatas 12 tahun : 0.4 – 2.0 mg dan untuk anak-anak 0,05 mg/kg berat badan.
Dosis ini diulangi tiap 15 – 30 menit sampai kelihatan gejala atropinisasi/gejala keracunan
ringan dari atropin seperti muka merah, frekuensi detak jantung meningkat (140/menit)
dan pupil melebar.
b) Pralidoxim diberikan setelah atropin, bila diberikan sebelum 36 jam setelah keracunan
akan dapat menanggulangi efek dari pestisida organofosfat ini. Adapun dosis orang
dewasa 1 g/kg berat badan dan anak-anak 20-50 mg/kg berat badan dengan kecepatan
tidak lebih dari setengah dosis total tiap menit. Ulangi lagi setelah 1 jam bila
kelemahan/kelumpuhan otot belum tertanggulangi.
6.3. Pestisida golongan karbamat
Perawatan sama dengan penderita akibat pestisida golongan organofosfat tetapi tidak digunakan
Pralidoxim.
6.4. Pestisida senyawa bipiridilium
Berikan absorben Fuller’s Earth 30% suspensi dalam air melalui saluran pencernaan untuk
mengurangi absorbsi.
6.5. Pestisida golongan antikoagulan
Berikan antidote fitonadion. Dosis untuk dewasa dan anak-anak lebih dari 12 tahun 25 mg intra
muskuler dan dosis untuk anak-anak di bawah 12 tahun 0,6 mg/kg berat badan.
6.6. Untuk perawatan selanjutnya terhadap penderita keracunan harus dibuat catatan sebagai berikut :
a) Tempat kejadian : ………………………….…………..
b) Tanggal kejadian : ………………………….…………..
c) Nama Penderita : ………………………………………
d) Umur Penderita : ………………………….………..…
e) Jenis Kelamin : ………………………………………
f) Keracunan Melalui : mulut, pernafasan atau kulit.
g) Contoh : pestisida, muntahan atau sisa makanan
h) Pertolongan yang sudah dilakukan : ………………………………………

Anda mungkin juga menyukai