Anda di halaman 1dari 93

PENGAWASAN

KESEHATAN
KERJA
TUJUAN PELATIHAN
Peserta dapat menjelaskan
Latar Belakang Pengawasan Keseh. Kerja
Dasar hukum Pengawasan Kesehatan Kerja
Pengertian Kesehatan Kerja
Ruang Lingkup Pengawasan Kes.Kerja
Pelayanan Kes. Kerja (PKK)
Pemeriksaan kesehatan Naker
Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Gizi Kerja
Ergonomi
P3K
Toksikologi
TENAGA
KERJA

KESEHATAN KESELAMATAN

PROSES

BAHAN ALAT
ASSET & LINGKUNGAN
A. PENDAHULUAN
Dari sekian banyak dari syarat-syarat keselamatan
kerja sesuai UU No. 1 tahun 1970 pasal 3 ayat (1), 50%
merupakan syarat-syarat kesehatan kerja
Aturan dan Peraturan yang terkait
Peraturan Perundangan Yang Berkaitan Dengan
Kesehatan Kerja

1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


2. UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
3. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. Kepres R.I No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja
5. PMP No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, Serta Penerangan Dalam
Tempat Kerja
6. Permenakertrans no. Per-01/Men/1979 tentang kewajiban latihan hygiene perusahaan,
kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga paramedis perusahaan
7. Pemenenaker no. 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam
penyelenggaraan keselamatan kerja
8. Permenakertranse no. Per. 01/Men/1981 tentang kewajiban melapor penyakit akibat kerja
9. Permenakertrans No. Per. 03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja
10. Kepmenaker no. 333 tahun 1989 tentang diagnosa dan pelaporan penyakit akibat kerja
11. Surat Edaran Menaker no. SE.01/men/1979 tentang pengadaan kantin dan ruang makan
12. Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE.07/BW/1997 tentang Pengujian Hepatitis B dalam
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
Pengertian Kesehatan Kerja menurut Joint ILO/WHO
Committee tahun 1995
Tujuannya :
Promosi dan pemeliharaan derajat yang setinggi-tingginya
dari kesehatan fisik, mental dan sosial dari pekerja pada semua
pekerjaan;
pencegahan gangguan kesehatan pada pekerja yang
disebabkan oleh kondisi kerja mereka;
perlindungan pekerja dalam pekerjaan mereka dari resiko
akibat faktor-faktor yang mengganggu kesehatan;
penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan
psikologisnya; dan sebagai kesimpulan, penyesuaian
pekerjaan, terhadap manusia dan setiap manusia terhadap
pekerjaannya.
Faktor-faktor yg mempengaruhi
Keselamatan & Kesehatan tenaga kerja

Beban kerja Lingkungan kerja


-Fisik
-Fisik
-Mental -Kimia
-Biologi
- Mekanis
-Elektrik
- Psikiologi
Kapasitas kerja -- dll
- Ketrampilan
- Kesegaran jasmani & rohani
- Status kesehatan/gizi
- usia
- Jenis kelamin
- Ukuran tubuh dll

8
Pengawasan Kesehatan Kerja

  Pengawasan Kesehatan kerja adalah Serangkaian kegiatan


pengawasan dari semua tindakan yang dilakukan oleh pegawai
pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan pelaksanaan
peraturan perundang-undangan atas obyek pengawasan
Kesehatan Kerja.  
Ruang Lingkup Kesehatan Kerja
 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja :
- Sarana
- Tenaga (dr pemeriksa, dr perusahaan dan paramedis )
- Organisasi (pimpinan unit pelayanan kesehatan kerja, pengesahan
penyelenggaraan PKK)
 Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan kerja tenaga kerja (awal, berkala, khusus, purna
bakti
 Pelaksanaan P3K (petugas, kotak dan isi)
 Pelaksanaan Gizi kerja (gizi dan makanan tenaga kerja, kantin dan pengelola)
 Pelaksanaan pemeriksaan syarat-syarat ergonomi
 Pelaksanaan pelaporan (PKK, pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dan PAK)
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
Tujuan
 Memberi bantuan pada tenaga kerja dalam
penyesuaian diri baik fisik maupun mental
 Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan

kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau


lingkungan kerja
 Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental

dan kemampuan fisik tenaga kerja


 Memberikan pengobatan dan perawatan serta

rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita


PELAYANAN KESEHATAN KERJA
 Tata cara penyelenggaraan PKK
Diselenggarakan sendiri oleh pengurus
Mengadakan ikatan dengan dokter atau

pelayanan kesehatan lainnya


Pengurus dari beberapa perusahaan secara

bersama-sama menyelenggarakan suatu


pelayanan kesehatan kerja
Pelayanan kesehatan kerja dapat berupa

Poliklinik di perusahaan, RS perusahaan atau


diluar perusahaan
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
Tenaga, organisasi dan sarana
Dipimpin dan dijalankan oleh dokter pemeriksa kesehatan
kerja
Ada sarana, antara lain :
 ruang tunggu
 ruang periksa
 kamar obat
 ruang pengobatan
 W.C
 Kamar mandi
 Kamar periksa
 Laboratorium klinik
 Laboratorium Hyperkes
 Peralatan Bantu diagnosa yang lain
 Dll.
PEMERIKSAAN KESEHATAN
TENAGA KERJA
Permenaker No.02/Men/1980 tentang “Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja” dalam penyelenggaraan
Keselamatan Kerja → Memuat:
1. Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Awal
2. Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Berkala
3. Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Khusus
PEMERIKSAAN KESEHATAN
TENAGA KERJA
a. Peraturan Perundangan yang terkait :
 UU No. 1 tahun 1970
 Permenakertrans No. 02/Men/1980 ttg Pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja
 Permenakertrans No. 03/Men/1982 ttg pelayanan kesehatan
tenaga kerja
b. Pengertian tentang :
 Pemeriksaan Kesehatan Awal adalah Pemeriksaan kesehatan
yang dilakukan dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima
 Pemeriksaan Kesehatan Berkala (Periodik) adalah Pemeriksaan
kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga Kerja
yang dilakukan oleh dokter
 Pemeriksaan kesehatan Khusus adalah pemeriksaan kesehatan
yang dilakukan dokter secara khusus terhadap Naker tertentu
 Pemeriksaan Kesehatan Purna bakti adalah Pemeriksaan yang
dilakukan oleh dokter pada 3 bulan sebelum memasuki pension
c. Tujuan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja :
1) Pemeriksaan Kesehatan Awal ditujukan agar tenaga kerja yang
diterima berada pada kondisi kesehatan yang setinggi-
tigginya, tidak mengidap penyakit menular dan fit untuk
pekerjaannya sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
bersangkutan dan tenaga kerja lainnya dapat dijamin
2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala (Periodik) dimaksudkan untuk
mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah
berada dalam pekerjaannya serta menilai kemungkinan adanya
pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin sehingga
bisa dikendalikan lewat usaha-usaha pencegahan
3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus dimaksudkan untuk menilai
adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap
tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu
4) Pemeriksaan Kesehatan Purna bakti dimaksudkan untuk
menilai adanya pengaruh-pengaruh terhadap tenaga kerja
sesudah berada dalam pekerjaaannya
 Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan :
1) Untuk mendiagnosa dan memberikan pengobatan
bagi tenaga kerja yang menderita penyakit umum. Di
negara-negara maju hal ini dilakukan oleh asuransi
2) Untuk mengadakan pencegahan dan mendiagnosa
penyakit akibat kerja serta menentukan derajat
kecacatan. Hal ini dilakukan oleh dokter pemeriksa
kesehatan tenaga kerja atau dokter yang mempunyai
keahlian di bidang kesehatan / kedokteran kerja
d. Teknis pemeriksaan kesehatan tenaga kerja:
 Mekanisme Pemeriksaan
 Pemeriksaan kesehatan (Awal, Berkala, Khusus dan Purna bhakti)
dilakukan oleh dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja yang telah
mendapat pengesahan dari Depnaker
 Dokter pemeriksa kesehatan harus membuat laporan kegiatan
pemeriksaannya selama setahun kepada Kandepnaker setempat
 Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Awal harus sesuai dengan
peraturan perundangan
 Data hasil pemeriksaan digunakan sebagai pembanding terhadap
data hasil pemeriksaan periodik untuk mengetahui adanya PAK
 Pemeriksaan Kesehatan meliputi:
1. Anamnese (Interview)
a. Anamnese Umum untuk menanyakan:
 Riwayat Penyakit/ Opname/ Operasi dan kebiasaan (merokok,
minuman keras)
 Riwayat Pekerjaan (pekerjaan apa, di bagian apa, berapa lama dan
apakah pernah diperiksa kesehatannya)
 Kecelakaan yang pernah dialami
 Umur
 Pendidikan
 Keadaan keluarga
b. Anamnese Khusus untuk penyakit-penyakit :
 Allergi
 Epilepsi
 Kelainan Jantung
 Tekanan darah tinggi/rendah
 Tuberkulosis (TBC)
 Diabetes melitus/ Kencing manis
 Asthma, Bronchitis, Pneumonia
 Gangguan Jiwa
 Penyakit Kulit
 Gangguan pendengaran
 Penyakit Pinggang
 Penyakit kelainan pada kaki
 Hernia
 Hepatitis atau penyakit hati lainnya
 Ulkus peptikum / Maag
 Anemia
 Tumor
 Dan lain-lain
2. Pemeriksaan Klinis :
 Pemeriksaan ini sama seperti pemeriksaan klinis biasa tetapi
lebih ditekankan pada pengaruh dari faktor lingkungan
kerja, antara lain:
 Pemeriksaan Mental, meliputi : Tingkat kesadaran, sikap,
tingkah laku, kontak mental, perhatian, inisiatif, intelligensia
dan proses fikir
 Pemeriksaan Fisik Diagnostik sekujur tubuh lewat pemeriksaan
 Inspeksi,
 Palpasi,
 Perkusi dan
 Auskultasi.
Pemeriksaan ini meliputi: TB, BB, Pengukuran TD, Pols,
Pernafasan, Visus, Pendengaran, Perabaan, Reflex, Kesegaran
Jasmani
 Pemeriksaan Laboratorium (Urin, Darah, Feses)
 Pemeriksaan Khusus sesuai jenis pekerjaannya kelak : Röntgen
dada, test allergi, test Spirometri, ECG, test Buta warna dan
lain-lain
 Hasil Pemeriksaan Kesehatan Naker Awal:
a. SEHAT (Artinya tidak ditemukan kelainan dan boleh bekerja
tanpa syarat) :
 Boleh bekerja berat
 Boleh bekerja ringan
 Boleh bekerja di berbagai bagian
b. MENDERITA PENYAKIT/ KELAINAN :
 Boleh bekerja pada kondisi kerja tertentu, seperti; Pekerjaan
ringan saja, kerja di tempat yang tidak berdebu, kerja di
tempat yang tidak ada kontak dengan bahan kimia, dll
 Ditolak untuk bekerja :
 Ditolak Permanen (Tetap)
 Ditolak Sementara menunggu proses pengobatan
 Teknis Pemeriksan Kesehatan Berkala/ Periodik, Khusus dan Purna
Bhakti
 Pemeriksan Kesehatan Berkala/ Periodik, Khusus dan Purna Bhakti menurut
ketentuan Peraturan harus dilaksanakan paling sedikit setahun sekali.
 Pemeriksaan Khusus dilakukan menurut pertimbangan dokter perusahaan
sesuai tingkat bahaya di lingkungan kerja
 Pemeriksaan Kesehatan Purna Bhakti dilakukan 3 bulan sebelum tenaga kerja
memasuki masa pension
 Data-data dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus ini
digunakan untuk menentukan adanya PAK
 Pemeriksaan meliputi:
a. Anamnese :
 Nama
 Umur
 Jenis Kelamin
 Unit Kerja
 Lama kerja
 Gambaran tentang :
 Apa yang dikerjakan
 Faktor-faktor bahaya di lingkungan kerja
 Keluhan yang dideriita
 Kondisi kesehatan yang dirasakan
 Pemeriksaan Klinis :
 Pemeriksaan mental (gangguan mental dan Penyakit Jiwa)
 Pemeriksaan Fisik diagnostik pada dasarnya sama seperti Pemeriksaan
Kesehatan Awal hanya ditambah dengan pemeriksaan khusus
(Laboratorium, Rö dada, Spirometri dan Faal organ khusus
 Hasil Pemeriksaan Kesehatan Berkala, Khusus dan Purna Bhakti :
 SEHAT
 SAKIT :
 Penyakit Umum
 PAK
 Diduga PAK (Perlu dilakukan pemeriksaan khusus lanjutan ke lingkungan kerja,
Laboratorium khusus dan Biological monitoring). Bila ditemukan adanya PAK
perlu diberikan saran-saran
 Pelaksanaan Pemeriksaan
 Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dilakukan oleh dokter pemeriksa
kesehatan tenaga kerja.
 Pemeriksaan kesehatan dilakukan di tempat kerja atau diluar tempat kerja
dengan perusahaan jasa penguji kesehatan kerja yang telah disyahkan
dengan Permenaker No. 04/Men/1995
PENYAKIT AKIBAT KERJA
Kepmenaker No. 333 tahun 1989 tentang “Diagnosa
dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja” → Diagnosa
Penyakit Akibat Kerja dapat ditegakkan sewaktu
melaksanakan
Pemeriksaan kesehatan Naker
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja
Setelah diagnosa tegak harus dilaporkan dalam waktu
2 x 24 jam
a. Peraturan Perundangan yang berkaitan dengan PAK:
 UU No. 1 tahun 1970
 Permenakertrans No. o1/Men/1981
 Kepres No. 22 tahun 1993
b. Pengertian-pengertian:
 Penyakit Akibat Kerja (Occupational Diseases)
adalah Penyakit yang disebabkan oleh Pekerjaan atau
Lingkungan Kerja
 Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Work Related Diseases)
adalah Penyakit yang dicetuskan, dipermudah atau diperberat
oleh pekerjaan. Penyakit ini disebabkan secara tidak langsung
oleh pekerjaan dan biasanya penyebabnya adalah berbagai jenis
atau multifaktorial
5 FAKTOR PENYEBAB PAK
I. GOLONGAN FISIKA
1. Bunyi : → Bising
2. Suhu Tinggi : → dehidrasi dan pengeluaran elektrolit tubuh
yang banyak →
1. Hyperpirexia,
2. Heat Cramp,
3. Heat Exhaustion,
4. Heat Stroke
3. Radiasi Sinar Elektromagnetik :
a. Infra merah → Katarak
b. Ultraviolet → Konjungtivitis
c. Sinar α, β dan γ dan Bahan radioaktif lainnya
4. Tekanan Udara → Penyakit Caison’s
5. Pencahayaan → Tajam penglihatan berkurang
6. Getaran → Penyempitan pembuluh darah (Raynaud‘
disease)
II. GOLONGAN KIMIA
 Perusahaan/ Perindustrian :
 Pupuk, Pestisida, Kertas, Refinery, Pengolahan gas bumi,
obat-obatan banyak menggunakan bahan kimia sebagai
bahan baku atau pembantu
 Penggunaan bahan kimia tadi bisa menyebabkan bahaya
Kebakaran, Peledakan, Iritasi dan Keracunan
 70% PAK adalah disebabkan oleh bahan kimia berbahaya
yang masuk lewat mulut, pernafasan atau kulit
 Bahan Kimia Berbahaya bisa berupa padat, gas, partikel
maupun uap
 Masuknya Bahan kimia tadi bisa menimbulkan gejalanya
secara akut atau kronik
 Keracunan Akut biasanya terjadi akibat masuknya bahan

kimia dalam jumlah besar pada waktu singkat, misalnya :


 Keracunan gas CO

 Keracunan asam Sianida (HCN)

 Keracunan Kronik terjadi karena masuknya bahan kimia tadi

dalam jumlah sedikit tetapi dalam jangka panjang, misalnya :


 Keracunan Benzena

 Keracunan Uap Pb → Leukemia

 Keracunan bahan-bahan Karsinogen → Kanker


III. GOLONGAN BIOLOGI :
 Virus (Hepatitis)
 Bakteri (Tuberkulosis pada petugas medis)
 Parasit (Malaria)
 Cacing
 Jamur
IV. GOLONGAN FISIOLOGI (ERGONOMI)
 Terjadi akibat malposisi sewaktu bekerja (Myalgia, backache
atau cedera punggung)
V. GOLONGAN MENTAL PSIKOLOGI
 Suasana Kerja monoton
 Hubungan kerja yang kurang baik
 Upah tidak sesuai
 Tempat kerja yang terpencil
→ Stress → Perubahan tingkah laku, Tidak bisa menagmbil
keputusan, TD naik → Penyakit lain atau Kecelakaan
d. CARA MENDETEKSI PAK
 Ada 2 cara mendeteksi PAK:
 Monitoring Kesehatan Tenaga Kerja → Melalui Pemeriksaan Kesehatan
yang teratur
 Monitoring Lingkungan Kerja terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan
 Penyebab PAK adalah Lingkungan kerja yang buruk, antara lain:
 Desain dan tata letak ruangan dan barang yang salah
 Lingkungan kerja fisik, kimia dan biologi yang buruk
 Faktor-faktor diatas dari awal harus direncanakan untuk menunjang
tingkat kesehatan dan produktivitas pekerja
 Lingkungan yang aman, selamat dan nayaman adalah syarat penting
untuk tercapainya kondisi kesehatan yang prima bagi pekerja
 Pemantauan lingkungan kerja harus dilakukan secara kuantitatif
dengan peralatan yang sesuai agar diperoleh data yang objektif
GIZI KERJA
GIZI KERJA

Gizi Kerja : penyediaan dan pemberian


masukan zat gizi kepada tenaga kerja
sesuai jenis pekerjaan yang dilakukan
selama berada di tempat kerja demi
mendapatkan tingkat kebutuhan dan
produktivitas kerja yang maksimal.
GIZI KERJA

Spesifikasi/ Klasifikasi Zat Gizi :


Karbohydrat (Hidrat arang)
Lemak
Protein
Vitamin
Mineral
Air
1. Karbohidrat (Hidrat Arang) adalah sebagai zat gizi
sumber utama energi.
Karbohidrat banyak terdapat pada :
 Padi
 Gandum
 Jagung
 Ubi
 Singkong
 Kentang
 Sagu
2. Lemak berguna sebagai sumber energi dan pelarut
vitamin (ADEK). Lemak ada 2 jenis :
a. Lemak Nabati dari tumbuhan
b. Lemak Hewani dan olahannya (Lemak hewan atau ikan,
minyak goreng, Margarin, Keju dan Mentega)
PROTEIN
Protein adalah zat gizi yang berfungsi sebagai
Pembangun tubuh selain itu untuk sumber energi
juga. Protein berasal dari:
Tumbuhan (Nabati)
Binatang (Hewani)
Protein tersusun dari 22 Asam Amino yang
digolongkan menjadi 2, yaitu:
Asam Amino Essensial yaitu asam amino yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh sehingga harus dikonsumsi
sehari-hari
Asam Amino Non-essensial yaitu asam amino yang bisa
dibentuk dalam tubuh sesuai kebutuhan
VITAMIN
Adalah suatu zat yang diperlukan untuk metabolisme
tubuh. Vitamin ada 2 golongan:
 Vitamin yang larut dalam air : Vit. B kompleks dan Vit. C
 Vitamin yang larut dalam lemak (tidak dalam air): Vit. A,D,E, K

MINERAL
Adalah suatu zat yang diperlukan tubuh sebagai zat
pengatur, berasal dari hewan, tumbuhan dan alam:
 Diperlukan dalam jumlah banyak: Ca, P, Mg, Na, K, Cl, S
 Diperlukan sedikit tetapi mutlak ada : Cu, Co, Mn, Zn dan I
 Diperlukan dalam jumlah sedikit sekali : Al, As dan Br

AIR
 Adalah salah satu unsur yang sangat diperlukan tubuh dalam
jumlah besar, sekitar 60% BB manusia adalah air
Kebutuhan Zat Gizi
Kebutuhan gizi seseorang ditentukan oleh:
Ukuran Badan (TB, BB) “Kebutuhan dasar”
Usia (Anak relatif > ; makin tua makin <)
Jenis kelamin (♂ >♀; karena otot ♂ >♀)
Kondisi tubuh (baru sembuh/operasi, Bumil atau Bufas
> kondisi biasa)
Iklim dan kondisi lingkungan (Daerah dingin atau hari
hujan kebutuhan zat gizi >)
Tingkat aktivitas (Berat, Sedang dan Ringan)
Penyelenggaraan makanan di tempat kerja
Penyelenggaraan makan adalah semua proses
dari merencanakan anggaran belanja hingga
makanan dikonsumsi
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Penyelenggaraan makanan
Petugas penyelenggaraan makanan
Sistem pelayanan makanan
Susunan menu dan nilai gizi makanan
Dapur dan ruang makan
Hygiene dan sanitasi
Penyelenggaraan makanan
Penyelenggaraan bisa dilakukan sendiri atau kontrak
dengan perusahaan katering dengan persyaratan minimal:
 Mempunyai dapur
 Mempunyai tenaga gizi
 Mempunyai tenaga pelaksana
 Bertanggung jawab dan mematuhi perjanjian makanan bagi tenaga
kerja
Persyaratan petugas pelaksana :
 Bebas penyakit menular
 Memiliki pengetahuan kebersihan, kesehatan dan cara mengolah
bahan makanan
 Tidak mempunyai kebiasaan buruk (bicara saat menyediakan
makanan, bersin/batuk di depan makanan, mabuk atau
menggaruk tubuh)
 Disiplin kerja baik, seperti pakai topi, celemek dll
Sistem pelayanan menurut cara penyajian:
Kafetaria : Memilih makanan dan membayar dengan
harga murah
Kantinperusahaan : Makanan diberikan perusahaan
dengan cuma-cuma
Dibagikan di tempat kerja
Dibagikan di lapangan tanpa tempat makan khusus
Susunan menu dan nilai gizinya:
Makanan bervariasi
Zat gizi seimbang
Dapat mencukupi kalori dengan porsi yang dapat
dihabiskan
Bahan makanan dari yang biasa dimakan bukan
makanan pantangan karena adat atau agama
Dapur dan Ruang makan yang baik :
 Letak dapur jauh dari ruang makan dan tidak berhubungan
langsung dengan tempat kerja. Fasilitas dapur dan ruang makan
cukup
 Kondisi dapur mudah dibersihkan, cukup penerangan, cukup
ventilasi, tidak menyebarkan bau/panas/uap, lantai tidak licin,
ruangan cukup dan bebas dari serangga dan binatang pengerat

Higiene dan Sanitasi


 Penyelenggaraan makanan di tempat kerja harus memenuhi
higiene dan sanitasi agar terhindar dari pencemaran makanan
yang membahayakan.
 Pencemaran makanan bisa terjadi sewaktu :
 Pembelian
 Penyimpanan
 Pengolahan
 Pembagian
 Penggunaan
ERGONOMI
Ergonomi
Penerapan Ergonomi
Antropometri:
 Antropometri klasik: Pengukuran tubuh manusia dengan
menggunakan patokan titik-titik atau bagian-bagian tertentu
dan badan manusia
 Antropometri dalam ilmu Ergonomi adalah untuk mengukur
Tubuh manusia, Alat dan ruang kerja
Sikap tubuh dalam bekerja:
 Sikap tubuh harus sesuai dengan norma dan ketentuan alat dan
saranana kerja dan serasi dengan karakteristik tenaga kerja yang
menggunakannya
 Agar diupayakan agar semua pekerjaan dilaksanakan dengan
sikap duduk atau berdiri secara bergantian
Sikap Kerja DUDUK
 Buat posisi duduk senyaman mungkin hingga otot-otot yang tidak
sedang digunakan berada pada keadaan relaksasi agar bagian
tubuh tersebut tidak mengalami penekanan yang bisa
mengganggu sirkulasi dan sensibilitas
Tinggi tempat duduk : ukur dari lantai sampai permukaan
atas bagian depan alas duduk.
 Tinggi alas duduk harus sedikit lebih pendek dan panjang lekuk lutut
sampai ke telapak kaki
 Diusulkan : 40 – 48 Cm
 Panjang Alas duduk : diukur dari pertemuan garis proyeksi
permukaan depan sandaran duduk dengan permukaan atas alas
duduk
 Ketentuan : harus lebih pendek dari jarak lekuk lutut sampai garis
punggung
 Diusulkan : 40 cm
Lebar tempat duduk : ukuran garis tengah alas duduk
melintang
 Ketentuan : Harus lebih lebar dari lebar pinggul
 Diusulkan : 40 – 44 cm

Sandaran Pinggang
 Ketentuan : Bagian atas tidak melebihi tepi bawah ujung tulang
belikat dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul
Sandaran tangan
 Ketentuan :
o Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan lebih lebar dari
lebar pinggul dan tidak melebihi lebar bahu
Diusulkan : 42 – 46 cm
o Tinggi sandaran tangan adalah setinggi siku
Diusulkan : 20 cm dari alas duduk
o Panjang sandaran tangan adalah sepanjang lengan bawah
Diusulkan : 21 cm
Sudut alas duduk
 Ketentuan : Alas duduk harus sedemikian rupa hingga
memberikan kemudahan pada pekerja memilih gerakan dan
posisi
 Diusulkan : alas duduk adalah horizontal

 Untuk pekerjaan yang sedikit membungkuk ke depan alas


duduk miring ke belakang 3 – 5 0
Bila keadaan memungkinkan, sediakan tempat duduk
yang ukuran-ukurannya bisa diatur
MEJA KERJA
Tinggi permukaan atas meja kerja
Ketentuan : setinggi siku dan disesuaikan dengan sikap
tubuh pada waktu bekerja
Untuk posisi berdiri :
 Untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi
meja 10 – 20 cm lebih tinggi dari siku
 Untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan penekanan
dengan tangan, tinggi meja 10 – 20 cm lebih rendah dari siku
Untuk posisi duduk :
 Diusulkan tinggi meja 68 – 78 cm diukur dari permukaan daun
meja sampai ke lantai
Tebal daun meja
Ketentuan : Tebal daun meja dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan kebebasan bergerak pada
kaki
Permukaan meja
Ketentuan : Permukaan meja harus rata dan tidak
menyilaukan
Lebar meja
Diukur dari pekerja ke arah depan
Ketentuan : Tidak melebihi jarak jangkauan tangan
Diusulkan : 80 cm
Luas pandangan
Ketentuan :
Daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak
dan diukur dari tinggi mata adalah :
 0 – 30 0 vertikal dan
 0 – 50 0 horizontal

Diusulkan : selama bekerja pada daerah penglihatan


tersebut objek utama diletakkan pada jarak pandang
yang optimal. Tinggi huruf adalah 1/200 dari jarak baca
dalam mm
Peningkatan efisiensi kerja
Untuk mendapatkan efisiensi kerja maksimal bisa
dilakukan dengan :
Pemakaian energi diorganisasi agar pemakaian gerakan
otot-otot sebesar mungkin dan bekerja dengan tingkat
efisiensi yang maksimal dengan keterampilan yang
optimal
Hindarkan pekerjaan otot statis karena cepat
melelahkan dan pemakaian energi lebih boros
Pedoman Bekerja yang baik:
 Hindarkan sikap tubuh membungkuk dan tidak alamiah
 Hindarkan posisi lengan yang terus-menerus ekstensi baik ke
depan ataupun ke samping
 Usahakan bekerja pada posisi duduk atau duduk dan berdiri
bergantia
 Kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah yang
berlawanan
 Bangku dan meja kerja dibuat sesuai pedoman yang berlaku
 Kegiatan mengangkat dan mengangkut dilakukan sesuai
ketentuan
 Sesuaikan ukuran antropometri pekerja dengan alat dan peralatan
 Latihan keterampilan untuk melaksanakan pekerjaan secara efisien
 Penyesuaian antara tenaga kerja manusia dengan mesin dan
peralatan “man-machine system”
 Konsumsi kalori sesuai jenis pekerjaan
 Hindarkan kelelahan
Pengorganisasian Kerja
Pengaturan kerja setiap hari, setiap minggu,
setiap tahun mempunyai pengaruh besar terhadap
kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan tenaga
kerja. Untuk ini perlu diperhatikan :
Menjelaskan dan memastikan bahwa pekerja sudah
tahu tentang pekerjaan sebelum bekerja
Bekerjalah dengan baik:
 Hindarkan pekerjaan dengan stress, kelelahan atau tekanan
berlebihan, pakai peralatan dengan benar dan berikan waktu
yang cukup untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan
 Pengorganisasian pekerjaan bila dilakukan pekerjaan
perseorangan atau berkelompok
 Jam kerja diatur sehingga ada waktu untuk beristirahat
Desain tempat kerja
Aturan dasar mendesain tempat kerja:
 Semua komponen peralatan, alat kontrol dan lainnya harus bisa
digunakan oleh operator yang paling kecil ukuran tubuhnya
 Barang/peralatan yang sering digunakan mudah dijangkau tanpa
memutar atau membungkuk sehingga mungkin diperlukan tempat
kerja yang agak miring atau agak tegak lurus
 Letak komponen perlatan, kontrol, pedal atau lainnya disesuaikan
untuk menghindari penekanan di pergelangan tangan,
leher/tengkuk, perut atau kaki
 Tata letak ruang kerja yang bisa memberikan ruang gerak untuk
tangan kiri operator, tetapi pada pekerjaan rumit harus dilakukan
tangan dominan
 Kontrol didesain agar operator yang paling kecilp atau paling lemah
masih bisa mengoperasikannya
 Pekerjaan manual usahakan dekat dengan titik pusat tubuh
 Tata letak kerja dibuat sedemikian hingga memungkinkan kegiatan
berdiri dan duduk bisa dilakukan operator secara bergantian
 Melibatkan operator mendesain tempat kerjanya
Faktor manusia dalam Ergonomi
Faktor manusia sangat menentukan penerapan
ergonomi
Faktor manusia sebagai sumber daya
Secara fisiologis pembebanan manusia tidak boleh
melebihi 30% tenaga maksimalnya untuk bekerja 8 jam
sehari, sehingga perlu istirahat
Manusia sebagai pengolah informasi/ operator. Mesin-
mesin yang digunakan menggantikan tenaga manusia
tetap memerlukan manusia sebagai operator, maka
yang harus diperhatikan adalah:
 Keterampilan operator
 Munculnya rasa kebosanan
 Faktor yang mempengaruhi hubungan manusia dengan mesin
Pembebanan Kerja Fisik

Ada 2 macam kerja otot:


 Kerja otot statis : yaitu kerja otot yang menetap untuk periode
waktu tertentu, dimana pembuluh darah akan tertekan dan
peredaran darah berkurang hingga kelelahan
 Kerja otot dinamis : yaitu kerja otot yang ritmis dimana
terjadi kontraksi dan relaksasi secara bergantian
Beban fisik yang dibenarkan :
 Tidak lebih dari 30% - 40% dari kemampuan maksimum tenaga
kerja dala 8 jam kerja sehari. Bila beban ditambah maka waktu
kerjanya lebih pendek dan waktu istirahat ditambah
 Beban fisik yang diperkenankan untuk orang Indonesia adalah 40
Kg
 Sulit menentukan kemampuan kerja fisik maksimum, maka untuk
ini dipakai parameter “Denyut nadi” yaitu tidak boleh melampaui
30 – 40 kali dari denyut nadi sebelum bekerja
Syarat mengangkat dan mengangkut beban :
Berat beban diusahakan bertumpu pada otot tungkai
secara kuat dan sedapat mungkin otot tulang belakang
yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan
Kekuatan gerakan badan digunakan untuk mengawali
gerakan
Mengangkat dan mengangkut
Harus diperhatikan untuk mengangkat atau
mengangkut beban harus dapat dicegah kerusakan
tulang belakang
Faktor yang mempengaruhi kegiatan mengangkat dan
mengangkut:
 Beban yang diperkenankan, jarak, intensitas beban, keadaan
medan yang licin, kasar, naik turun
 Keterampilan bekerja
 Peralatan kerja dan keamanan
2 Prinsip kinetik cara mengangkat dan mengangkut:
 Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan otot
tulang belakang tidak dibebani
 Momentum gerakan badan dimanfaatkan untuk mengawali
gerakan
Kelelahan
 Adalah keadaan umum dimana seseorang tidak mampu lagi
melakukan aktivitas
 Ada 2 macam kelelahan:
 Kelelahan Fisiologis (fisik dan kimiawi). Kelelahan ini terjadi karena
ada perubahan fisiologis tubuh
 Kelelahan Psikologis (mental dan fungsional) yang bersifat
 Objektif (akibat perubahan performance)
 Subjektif (akibat perubahan dalam perasaan dan kesadaran)
 Akibat kelelahan : Menurunnya perhatian, perlambatan persepsi,
sukar berfikir, penurunan kemauan dan berkurangnya efisiensi
kegiatan fisik dan mental → Kecelakaan kerja
Pengendalian Lingkungan Kerja (Work place)
Tempat kerja adalah tempat dimana tenaga kerja
menghabiskan waktunya sehari-hari → ditempat ini
tinggi resiko bahaya
Perlu sekali mengendalikan lingkungan kerja untuk
menciptakan lingkungan kerja yang
 Nyaman
 Aman
 Selamat dan
 Serasi

Untuk menciptakan suasana kerja yang ergonomis


PERTOLONGAN PERTAMA PADA
KECELAKAAN (P3K)
PERTOLONGAN PERTAMA PADA
KECELAKAAN (P3K)
a. Peraturan Perundangan yang berkaitan dengan
P3K
1. UU. No. 1 tahun 1970
2. Permenakertrans No. 03/Men/1982
b. Pengertian-pengertian:
a. P3K adalah pertolongan pertama yang dilakukan
kepada korban sebelum dibawa ke tempat rujukan
b. Petrugas P3K adalah petugas yang telah ditunjuk
pengusaha dan mendapat pelatihan dari petugas yang
berwenang
Tujuan P3K
 Memberikan pertolongan darurat
 Dilakukan untuk :
 Menyelamatkan jiwa
 Meringankan penderitaan
 Mencegah memburuknya cedera/ penyakit
 Mempertahankan daya tahan korban
 Mencarikan pertolongan lanjutan

Kondisi fisiologi manusia


 Untuk mengetahui keadaan bahaya (patologis) maka perlu
mengetahui fungsi-fungsi fisiologis manusia, berikut ini:
 Pernafasan
 Denyut nadi
 Tekanan darah
 Kesadaran
 Turgor (elastisitas kulit)
 Refleks
Prinsip dasar tindakan P3K
Prinsip dasar P3K adalah “DR. ABC”
Gangguan korban yang harus segera ditolong:
Gangguan Umum
 Gangguan Pernafasan (sumbat, inhalasi gas beracun,
kelemahan/ kejang otot respirasi)
 Gangguan Kesadaran (benturan di kepala, sengatan matahari,
berada di ruangan yang overload manusia)
 Gangguan peredaran darah (perdarahan, luka bakar, rasa nyeri
hebat, dehidrasi berat, allergi obat/ bahan)
Gangguan Lokal
 Perdarahan karena putus / robek pembuluh darah
 Patah tulang
 Luka bakar panas kering, aliran listrik, asam basa kuat, panas
yang basah, gesekan roda putar
Kebutuhan tindakan P3K :
Petugas
Buku petunjuk
Kotak P3K
Alat pengangkut korban (Stretcher/ tandu)
Isi kotak P3K
Kotak khusus dokter
Transportasi
Peralatan darurat pada pabrik (sumber air memancar
dan tempat cuci)
TOKSIKOLOGI
Pengertian
 TOKSIKOLOGI adalah ilmu yang mempelajari tentang efek racun,
cara mendeteksi serta mempelajari antidotum/ zat penawarnya
 RACUN adalah bahan/senyawa yang dalam jumlah relatif sedikit
dapat menimbulkan gejala-gejala keracunan dan dapat
membahayakan kesehatan jiwa manusia
 TOKSISITAS adalah kemampuan zat menimbulkan kerusakan pada
organisme hidup
 LD-50 (Lethal dose 50) adalah dosis/ kadar (mg/Kg) suatu zat yang
dapat menyebabkan kematian pada 50% binatang percobaan
 LC-50 (Lethal concentrate 50) adalah kadar/konsentrasi (ppm) suatu
zat yang dapat menyebabkan kematian 50% binatang percobaan
setelah terpapar lewat inhalasi zat tersebut dalam waktu tertentu
 Bagian Dalam Sejuta (BDS/ppm) adalah satuan NAB bahan kimia
yaitu 1 bagian volume zat dalam 1 juta volume udara
 NAB adalah Nilai Ambang Batas bahan kimia di udara tempat kerja
 Merupakan pedoman pengendalian untuk tidak mengganggu pekerja
yang bekerja 8 jam/ hari dan 40 jam/ minggu
KLASIFIKASI TOKSISITAS RACUN
Suatu zat sangat beracun adalah bila zat sangat cepat
diabsorbsi tubuh tetapi sangat lambat dimetabolisme
atau diekskresi → menyebabkan kerusakan permanen /
kematian
Ada 3 golongan toksisitas racun :
Toksisitas RENDAH apabila kelainan yang disebabkan
oleh racun reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan
Toksisitas SEDANG apabila kelainan yang disebabkan
oleh racun reversibel atau irreversibel tetapi tidak
mengancam nyawa atau cacat fisik
Toksisitas TINGGI dimana pada kadar rendah dan
pemaparan berulang yang terus-menerus kelainan racun
dapat menyebabkan kematian atau cacat yang serius
Klasifikasi Toksisitas berdasarkan LD 50

TINGKAT TOKSISITAS BESAR DOSIS


(mg/Kg)
Tingkat I (Super toxic) <1
Tingkat II (Extremely toxic) 1–5
Tingkat III (Highly toxic) 5 – 50
Tingkat IV (Moderately toxic) 50 – 500
Tingkat V (Slightly toxic) 500 – 5.000
Tingkat VI (Practical non 5.000 – 15.000
toxic)
Klasifikasi Bahan Beracun menurut sumbernya
Biological toxicant: Racun yang dihasilkan
mahkluk hidup dan memyebabkan efek biologi
pada organ atau sistem organ:
 Serangga
 Ular
 Anjing gila
Bacterial toxicant : Racun yang dihasilkan oleh bakteri
Botanical toxicant : racun yang dihasilkan oleh tumbuhan
Chemical toxicant : Bahan-bahan kimia umum yang
sering menyebabkan Keracunan
 Pestisida
 Gas
 Logam berat
 Pelarut organik
Faktor-faktor yang mempengaruhi Toksisitas

 Sifat Fisika (Physical properties)


 Bentuk bahan kimia gas, uap, debu, fume (debu kecil), asap,
mist/kabut
 Sifat Kimia (Chemical properties)
 Jenis senyawa, Konsentrasi, Berat molekul
 Kelarutan dalam air
 Ammonia, SO2 mudah larut dalam air → mudah merusak saluran
nafas
 Cl, F kelarutannya dalam air sedang → mengiritasi saluran nafas
 Nitrogen oksid, O3 dan Fosgen tidak mudah larut dalam air →
mudah mencapai alveoli
 Lama pemajanan mempengaruhi jumlah bahan kimia yang masuk
tubuh
 Port d’entre (Jalan masuk ke tubuh): Saluran nafas, kulit dan saluran
cerna
 Kerentanan individual, dipengaruhi: usia, seks, ras, status gizi,
kebiasaan merokok atau minuman keras dan status kesehatan
 Dosis racun akan memepengaruhi derajat keracunan
PROSES FISIOLOGIS
a. Penyebaran racun dlm tubuh (cara transpor):
 Gas dan vapour secara fisik larut dalam plasma
 Beberapa gas larut dan terikat dalam Hemoglobin atau Eritrosit
 Transportasi elektrolit dalam bentuk ion di plasma
 Membentuk senyawa kompleks dgn asam organik di plasma
 Hidrolisa dari senyawa toksik membentuk koloid dalam plasma
Setelah racun masuk dalam sirkulasi selanjutnya akan
masuk ke organ tubuh (paru, hati, ginjal, otak/saraf, SSTL
dan SSTB akan terjadi deposit racun disana secara
perlahan (kronik)
Efek racun pada tubuh : iritasi, alergi, ulkus, acne atau
keracunan sistemik
b. Cara kerja racun
 Mempengaruhi kerja Enzim atau hormon
 Enzim atau hormon ada yang membutuhkan co-faktor/
aktivator berupa logam berat atau vitamin. Enzym/Hormon
menjadi non-aktif akibat racun tadi menonaktifkan aktivator
 Masuk dan bereaksi ke dalam sel, sehingga mengganggu
aktivitas dalam sel
 Merusak jaringan sel sehingga melepaskan histamin, serotonin
atau zat sejenis lainnya yang mencetuskan reaksi alergi
c. Fungsi detoksifikasi oleh hati
 Apabila jumlah racun sedikit dan hati mampu
mendetoksifikasi maka tidak terjadi keracunan, tetapi
bila hati tidak mampu maka terjadi keracunan atau
kerusakan hati
 Detoksifikasi racun di hati bisa dengan cara : Oksidasi,
Reduksi, Hidrolisa, reaksi sintesa/konjugasi/metilasi
Pengeluaran racun dari tubuh
Racun yang masuk ke dalam tubuh mungkin
dikeluarkan atau ditimbun
Penimbunan racun di tubuh biasanya di jaringan lemak
Beberapa racun inert dieliminasi dalam bentuk aslinya
dan sebagian dimetabolisme lalu dieliminasi melalui:
 Paru-paru
 Saliva dan kelenjar keringat/ kulit

 Hati lewat saluran empedu lalu masuk ke feses

 Ginjal akhirnya diekskresi lewat air kemih


e. Pengaruh Bahan Kimia di Udara
Merangsang : Kapas, sabun, bubuk, kertas
Toksik : Pb, As, Mn, dll
Fibrosis paru : Debu kwarsa, asbes
Allergi : Tepung sari, kapas, woll, bulu kucing
Pirogen (Menimbulkan demam) : Fume/uap logam Zn
Innert (hanya mengganggu kenyamanan) : Kayu, Aluminium,
kapur, dll
Gas/Uap dapat menyebabkan:
 Perangsangan/ iritasi : NH3, H2S
 Asfixiant (sesak nafas) : Metane, N2, CO2, He dll
 Toxic : Senyawa Organik/ Anorganik
 Merusak jaringan tubuh
 Anestesia : Trichloroethylen
 Merusak organ dalam : CCl4
 Merusak darah : Benzena
 Merusak susunan saraf : Parathion, dsb
6. Monitoring Biologik
 Seseorang yang keracunan bisa diketahui
berdasarkan gejala spesifik dan non-spesifik
 Untuk mengetahui adanya keracunan tubuh
dilakukan pemeriksaan “Biological monitoring”
 Biological monitoring bisa dilakukan secara periodik
dari : Urin, feses, darah, kuku dan rambut
7. Gejala-gejala Keracunan
 Gejala non-spesifik:
 Pusing, mual, muntah, gemetar, lemah badan, pandangan
berkunang-kunang, sulit tidur, nafsu makan berkurang,
sulit berkonsentrasi, dsb
 Gejala spesifik :
 Kulit merah, Kejang, Air liur berlebihan

Anda mungkin juga menyukai