2015
1
2
Pembimbing I, Pembimbing II
Prof. DR. dr. I Ketut Siki kawiyana, Sp.B, Sp.OT(K) dr. K.G.Mulyadi Ridia, Sp.OT(K.Spine)
Mengetahui
BAB I
3
PENDAHULUAN
memiliki insiden nonunion, delayed union mencapai dua kali lipat dibandingkan
dengan pasien non diabetes. Pasien dengan fraktur harus memiliki status gizi yang
baik terutama kalsium, fosfor, protein, vitamin C dan D yang merupakan faktor
jaringan lunak yang cedera, derajat bone loss, reduksi fraktur, Cedera
metaphyseal), interposisi jaringan lunak pada tempat fraktur, fiksasi fraktur yang
menyebabkan osteoporosis dan peningkatan risiko fraktur sebagai akibat dari efek
penghambatan pada produksi IGF- 1 dan TGF-β. Selain itu faktor sistemik seperti
yang jelas pada penyembuhan fraktur dimana memiliki insiden nonunion, delayed
union yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa merokok ataupun
Tingkat fraktur antara pecandu alkohol hingga empat kali lebih tinggi
alkohol menunjukkan bahwa alkohol memiliki efek toksik pada aktivitas dan
osteoporosis. Dalam studi in vitro yang menyelidiki efek alkohol pada tulang telah
mesenchymal stem cell (MSC), yang merupakan cikal bakal dari adiposit,
merupakan 90 % dari matriks tulang. Selain itu, paparan alkohol menekan marker
osteogenesis pada MSC pada saat pembentukan osteoblas (Wang et al. 2003,
diferensiasi MSC untuk menjadi tulang dan tulang rawan, baik MSC dari tempat
cedera (lokal) maupun dari tempat lain. Penyembuhan fraktur dapat dibagi
tulang rawan primer; (3) pembentukan kalus tulang sekunder; dan (4) bone
Pada penelitian hewan coba pada tikus dimana alkohol diberi secara
yang mengandung osteoblas aktif dan penurunan ketebalan dinding tulang secara
signifikan (Dyer et al., 1998). Pada studi Eksperimental lain yaitu penyembuhan
fraktur tibia pada tikus yang diberi diet cair yang mengandung 7,2 % etanol
menunjukkan bahwa tikus yang diberi diet yang dicampur dengan etanol secara
histologis terjadi penyembuhan fraktur yang tertunda. Selain efek negatif etanol
et al., 2002).
Pada percobaan hewan coba pada tikus yang diberi alkohol jenis etanol
20% dengan cara injeksi intraperitoneal dengan dosis 2 g/kg berat badan perhari
intramedulary wire. Pada hari ke-14 post fraktur didapatkan penurunan volume
fraktur, dan alkohol yang menghambat maturasi tulang rawan (Lauing et al.,
2012).
7
Vitamin C atau Asam askorbat adalah vitamin yang larut dalam air yang
penting untuk pembentukan kolagen, kulit, tendon, ligamen, dan pembuluh darah
serta penyembuhan luka dan pemeliharaan tulang rawan, tulang, dan gigi. Asam
askorbat merupakan antioksidan yang berguna untuk menekan radikal bebas yang
Pada percobaan hewan coba pada tikus dimana diberi vitamin C dengan
cara injeksi intraperitoneal dengan dosis 200 mg/kg berat badan perhari selama 3
hari berturut-turut sebelum dilakukan fraktur dan fiksasi pada tulang tibia dan
minggu kedua dan ketiga kalus pada tikus yang diberi vitamin C lebih tinggi
secara radiologis dan histologis dibandingkan dengan kalus pada tikus tanpa
1. Apakah diameter kalus tulang femur tikus yang terpapar alkohol kemudian
terpapar alkohol?
2. Apakah jumlah sel osteoblas pada femur tikus yang terpapar alkohol
2. Membuktikan jumlah sel osteoblas pada femur tikus yang terpapar alkohol
a. Manfaat akademis
b. Manfaat praktis
9
alkohol.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
menerima sekitar 5-10 % darah dari cardiac output. Tulang berperan dalam
biomaterial viskoelastis yang terdiri dari sel-sel (10%) yang terdapat di dalam
matriks (90 %). Matriks terdiri dari komponen organik dan anorganik (Little et al.,
2011).
jaringan tulang lama dengan jaringan tulang baru untuk beradaptasi terhadap
beban dan tegangan secara mekanik (Lauing et al., 2012). Tulang pada dasarnya
terhadap organ tubuh, tetapi juga sebagai reservoir untuk kalsium, magnesium,
dan fosfat, ion yang penting dalam fisiologi tubuh. Tulang merupakan suatu
komposit yang unik dari sel-sel yang tertanam dalam struktur matriks
et al., 2001).
11
Gambar 2.1. Anatomi tulang panjang. Osteoblas dan osteoklas terdapat pada
permukaan tulang kompak dan tulang kanselus untuk membentuk dan menyerap
sel-sel tulang dan tulang rawan, yang penting ketika cedera terhadap tulang.
Ada dua tipe dasar tulang: lapisan luar tulang korteks yang padat
(compact) berfungsi terutama untuk proteksi, dan lapisan dalam tulang kanselus
(trabecular, spons) yang terdiri dari kompartemen sumsum merah di ujung tulang
permukaan luar dari tulang kortikal dan berisi pembuluh darah yang memberikan
nutrisi untuk tulang, fibroblas, pericytes dan sel-sel progenitor multipoten dengan
12
kapasitas untuk berdiferensiasi menjadi tulang, tulang rawan, lemak, dan otot.
Rongga sumsum dibatasi oleh endosteum, yang juga berisi pembuluh darah,
Tipe tulang dibagi menjadi tulang imatur dan matur. Tulang imatur
dikenal sebagai woven bone. Fibril kolagen yang dibentuk oleh osteoblas
terlihat pada masa janin/embryonic bone, pada penyembuhan patah tulang dan
keadaan patologis pada tulang (tumor atau infeksi dengan tingkat turnover tulang
yang tinggi). Tulang matur yaitu tulang kortikal (kompak) atau tulang kanselus
(trabekular, spon). Tulang kortikal membentuk 80% dari keseluruhan tulang dan
ditandai oleh sistem Haversian atau osteons. Dimana fibril kolagen secara paralel
lakuna yang berkomunikasi satu sama lain dan kanal Haversian melalui
Volkmann berjalan tegak lurus dengan kanal Haversian dan bergabung dengan
tulang). Sel ini diatur dalam bone remodeling units (BRU) atau basic multicellular
sebagian besar terdiri dari kolagen tipe I, selain proteoglikan, glikoprotein, dan
penting untuk mineralisasi matriks dan berfungsi sebagai penanda aktivasi dan
Pada saat terjadi patah tulang, terjadi juga kerusakan pada pembuluh darah
yang terletak pada canaliculi dari sistem haversian, yang menyeberangi tempat
terdapat dalam lakuna kehilangan supalai nutrisinya dan kemudian menjadi mati.
sehingga terjadi pemendekan dari tulang. Pada patah tulang diantara kedua ujung
jaringan tulang seperti sifat-sifat fisik dan mekanik sebelum terjadi patah tulang
dan melibatkan faktor lokal dan sistemik. Proses penyembuhan tulang terjadi
melalui beberapa fase dimana masing-masing fase saling tumpang tindih, fase-
(soft callus dan hard callus) dan 3) fase remodeling (Solomon et al, 2001).
14
sel-sel induk mesenchymal lokal dan jauh ( 3 ) penggantian tulang rawan menjadi
fraktur pada tikus dua kali lebih cepat (Lauing et al., 2012)
yang memerlukan diferensiasi tulang dan tulang rawan dari mesenchymal stem
cell (MSC) dan sel osteoprogenitor. Pada umumnya penyembuhan fraktur melalui
memicu perekrutan dan proliferasi MSC pada tempat fraktur dan pembentukan
dan osteoblas, yang mensintesis tulang rawan dan tulang melalui jaringan kalus
fraktur primer terjadi apabila dilakukan reduksi anatomis pada fragmen patahan
tulang dimana terjadi kontak langsung antar tulang kortikal. Kemudian terjadi
kompresi antar fragmen dan tidak ada gerakan pada permukaan fraktur. Hal ini
dalam beberapa tahap yaitu fase inflamasi/hematoma, fase perbaikan (soft callus
2.3 Alkohol
karena sifat berat molekulnya dan sifat larut dalam air. Alkohol mudah terbakar,
tidak berwarna, dan menyerap air dengan cepat dari udara. Memiliki titik didih
78,5 ° C dan titik bekunya -130 °C. Alkohol umumnya dibentuk dari fermentasi
gula oleh ragi. Wine dan bir umumnya mengandung 2 sampai 20 persen alkohol
(Smith et al., 1970). Beberapa alkohol telah terbukti efektif sebagai antimikroba
Tingkat fraktur antara pecandu alkohol hingga empat kali lebih tinggi
alkohol menunjukkan bahwa alkohol memiliki efek toksik pada aktivitas dan
osteoporosis. Dalam studi in vitro yang menyelidiki efek alkohol pada tulang telah
mesenchymal stem cell (MSC), yang merupakan cikal bakal dari adiposit,
merupakan 90 % dari matriks tulang. Selain itu, paparan alkohol menekan marker
osteogenesis pada MSC pada saat pembentukan osteoblast (Wang et al. 2003,
Pada percobaan hewan coba pada tikus yang diberi alkohol jenis etanol
20% dengan cara injeksi intraperitoneal dengan dosis 2 g/kg berat badan perhari
intramedulary wire. Pada hari ke-14 post fraktur didapatkan penurunan volume
fraktur, dan alkohol yang menghambat maturasi tulang rawan (Lauing et al.,
2012).
18
2.3 Vitamin C
Vitamin C atau Asam askorbat adalah vitamin yang larut dalam air yang
penting untuk pembentukan kolagen, kulit, tendon, ligamen, dan pembuluh darah
serta penyembuhan luka dan pemeliharaan tulang rawan, tulang, dan gigi. Asam
askorbat merupakan antioksidan yang berguna untuk menekan radikal bebas yang
Pada percobaan hewan coba pada tikus dimana diberi vitamin C dengan
cara injeksi intraperitoneal dengan dosis 200 mg/kg berat badan perhari selama 3
hari berturut-turut sebelum dilakukan fraktur dan fiksasi pada tulang tibia dan
minggu kedua dan ketiga kalus pada tikus yang diberi vitamin C lebih tinggi
secara radiologis dan histologist dibandingkan dengan kalus pada tikus tanpa
BAB III
proses yang melibatkan berbagai faktor yaitu disebabkan oleh proses lokal
jaringan lunak yang cedera, derajat bone loss, reduksi fraktur, Cedera
Interposisi jaringan lunak, fiksasi fraktur yang digunakan. Faktor sistemik yaitu
Konsumsi alkohol dengan dosis besar dan waktu yang cukup lama
diferensiasi dari marrow stem cells menjadi sel-sel osteoblas, sehingga jumlah sel-
menjadi terhambat.
Vitamin C atau Asam askorbat adalah vitamin yang larut dalam air yang
penting untuk pembentukan kolagen, kulit, tendon, ligamen, dan pembuluh darah
serta penyembuhan luka dan pemeliharaan tulang rawan, tulang, dan gigi. Asam
askorbat merupakan antioksidan yang berguna untuk menekan radikal bebas yang
mesechymal stem cell untuk berubah menjadi osteoblas. Berdasarkan hal tersebut
FAKTOR FAKTOR
INTERNAL EKSTERNAL
Fraktur Tulang
Jenis tikus Femur Tikus Lingkungan
Umur Nutrisi
Berat Badan Perawatan Luka
Jenis kelamin
Alkohol
Fiksasi
Keterangan :
: Variabel Bebas
: Variabel Tergantung
: Variabel Kendali
terpapar alkohol.
2. Jumlah sel osteoblas pada femur tikus yang terpapar alkohol kemudian
terpapar alkohol.
23
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
Keterangan
P : Populasi
S : Sampel
R : Randomisasi
24
P0 : Kelompok Kontrol
fixasi dilakukan)
wire
berat 200 mg
1. Tikus jantan
2. Usia 3 bulan
2008).
(t-1)( n-1) ≥ 15
26
(4-1)(n-1) ≥ 15
3( n-1) ≥ 15
3n-3 ≥ 15
3n ≥ 18
n≥6
N = Besar sampel
T = Jumlah perlakuan
Dari hasil perhitungan rumus di atas, besar sampel minimal yang diperlukan
out, sampel ditambahkan 10%, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah :
N = n/(1-f)
Dimana :
Maka :
N = 6/(1 – 0,1)
N = 6/0,9
penelitian ini sebanyak 7 ekor hewan coba untuk tiap kelompok atau total 28
mg/kg berat badan sekali sehari selama 3 hari berturut-turut sebelum fraktur
200mg/kg berat badan per kali selama 2 minggu setelah fraktur dan fiksasi
dilakukan.
b. Osteoblast adalah jenis sel pada daerah fraktur dan sedang memproduksi
matriks tulang.
e. Pemberian etanol 20% dengan dosis 2 g/kg berat badan adalah pemberian
etanol 20% dengan cara injeksi intraperitoneal dengan dosis 2 g/kg berat
badan sekali sehari selama 3 hari berturut-turut sebelum fraktur dan fixasi
dilakukan.
28
P0 : Kelompok Kontrol
injeksi intraperitoneal dengan dosis 200 mg/kg berat badan sekali setiap 2
etanol 20% dengan cara injeksi intraperitoneal dengan dosis 2 g/kg berat
badan sekali sehari selama 3 hari berturut-turut sebelum fraktur dan fixasi
dilakukan)
etanol 20% dengan cara injeksi intraperitoneal dengan dosis 2 g/kg berat
badan sekali sehari selama 3 hari berturut-turut sebelum fraktur dan fixasi
dengan dosis 200 mg/kg berat badan sekali setiap 2 hari selama 14 hari
4. Fraktur pada tulang tikus dilakukan pada tulang femur sisi kanan dengan
gergaji tulang dan selanjutnya dilakukan internal fixasi dengan K-wire 1,2
5. Setelah fraktur dan fiksasi dilakukan, luka dijahit lapis demi lapis dan
antibiotika cefotaksim.
7. Penelitian dilakukan pada pagi hari pukul 09.00 WITA, pada hari pertama
penelitian.
diberikan diet normal berupa pelet dan air dua kali sehari.
penelitian.
10. Diet normal tikus adalah pelet. Pelet yang diberikan mengandung protein
(20%), Lemak (5%), Karbohidrat (45%), serat kasar (5%), serta vitamin dan
12. Apabila dalam perjalanan tikus jatuh sakit maka tikus tersebut akan di
13. Pada hari terakhir minggu ke dua setelah frakturisasi dan fiksasi pada
fraktur tulang femur, tikus disuntik sampai mati dengan barbiturat dan femur
1. Pinset
2. Pisau bedah
3. Gunting
4. Obyek glass
5. Mikroskop
6. Kamera
7. Sarung tangan
8. Alat ukur
9. Spuit 1 cc, 3 cc
1. Eter, alkohol 30%, 40%, 50%, 60%,70%, dan 95%, NaCl 0.9%
2. Aquades
3. Formalin
4. Parafin
5. Hematoxylin-Eosin
dosis 200 mg/kg berat badan sekali sehari selama 3 hari berturut-turut
31
seminggu dengan dosis 200mg/kg berat badan per kali selama 2 minggu
dosis 2 ml. Setelah tikus mati, kemudian femur pada kaki sebelah kanan diambil
secara utuh dan jaringam otot serta periosteum dibersihkan dari tulang. tulang
7.4. Spesimen tersebut kemudian ditanam pada parafin blok dipotong dengan
tebal 5-7 micrometer tiap bagian dan dicat dengan Haematoxylin dan eosin,
Sampel Frakturisasi
diadaptasi tulang femur
Dibagi 2 kelompok
Pemeriksaan :
1. Analisis Deskriptif
2. Analisis Normalitas
varian data.
Bolander, M.E. 1992. Regulation of fracture repair by growth factors. Proc Soc
Exp Biol Med. 200: 165-70.
Carincia, F., Pezzettib, F., Spinac, A.M., Palmierib, A., Lainoc, G., De Rosac, A.,
Farinac, E., et al. 2005. Effect of Vitamin C on pre-osteoblast gene
expression. Archives of Oral Biology. Vol. 50, pp.481—496
Dyer, S.A., Buckendahl, P., Sampson, H.W. 1998. Alcohol consumption inhibits
osteoblastic cell proliferation and activity in vivo. Alcohol. Vol.16.
pp.337–341
Elmali, N., Ertem, K., Ozen, S., Inan, M., Baysal, T., Guner, G., Bora, A. 2002.
Fracture healing and bone mass in rats fed on liquid diet containing
ethanol. Alcohol Clin Exp Res. Vol. 26. pp. 509–513
Gokhale, J.A., Boskey, A.L., Robey, P.G. 2001. The Biochemistry of Bone.
Osteoporosis second edition. Vol.4. pp.107-188
Little, N., Rogers, B., Flannery, M. 2011. Bone formation, remodeling and
healing. J SURGERY 29:4 pp. 141-145
Lauing, K.L., Roper, P.M., Nauer, R.K., Callaci, J.J. 2012. Acute Alcohol
Exposure Impairs Fracture Healing And Deregulates β-Catenin Signaling
In The Fracture Callus. Alcohol Clin Exp Res, Vol. 36(12), pp. 2095–2103
Smith, L.H., Salmon, S.E., Schrier, R.W. 1970. The Clinical Pharmacology of
Alcohol. The Western Journal of Medicine. Pp.37-45
Wang, Y., Li, Y., Mao, K., Li, J., Cui, Q., Wang, G.J. 2003. Alcohol-induced
adipogenesis in bone and marrow: a possible mechanism for osteonecrosis.
Clin Orthop Relat Res.410: 213-24