Anda di halaman 1dari 11

98

POLITIK PENDIDIKAN TENTANG KEBIJAKAN FULL DAY


SCHOOL

(Analisis Karakter Kebijakan Publik)

Muhammad Chabibi
1
Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik UNAIR Surabaya
email: chabibi.akib@gmail.com

Abstract
Human development planning through government policy is a very important thing and needs to be
considered in order to form a qualified Human Resources. Regulation of the Minister of Education
and Culture No. 23 of 2017 About Full Day School is a program intended for teachers, students,
education personnel and school organizers to prepare learners in the era of globalization through the
restoration of character education in schools. This paper discusses human development planning
through PERMENDIKBUD No. 23 of 2017 by policy actors with the perspective of policy
character (Responsive, Orthodox, Paternalist). With the descriptive analysis method, this paper
concludes that the policy of Full Day School is a policy of orthodox character to override the
participation and public interest in the policy so that the consequences are rejection from different
education observers even contrary to the public interest.

Keywords: Full Day School, Permendikbud No.23 of 2017, Character of Public Policy
Abstraksi
Perencanaan pembangunan manusia melalui kebijakan pemerintah merupakan hal yang sangat
penting dan perlu diperhatikan guna membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2017 Tentang Hari Sekolah
merupakan program yang diperuntukkan bagi guru, murid, tenaga kependidikan dan
penyelenggara sekolah untuk mempersiapkan peserta didik di era globalisasi melalui restorasi
pendidikan karakter di sekolah. Tulisan ini membahas perencanaan pembangunan manusia
melalui PERMENDIKBUD No. 23 Tahun 2017 tersebut oleh aktor kebijakan dengan
perspektif karakter kebijakan (Responsif, Ortodoks, Paternalis). Dengan metode analisis
deskriptif, tulisan ini berkesimpulan bahwa kebijakan tentang Hari Sekolah atau Full Day
School merupakan kebijakan berkarakter ortodoks dengan mengesampingkan partisipasi dan
kepentingan masyarakat dalam kebijakan tersebut sehingga konsekuensinya adalah penolakan
dari pemerhati pendidikan yang berbeda bahkan bertentangan dengan kepentingan masyarakat.

Keywords: Full Day School, Permendikbud No.23 Tahun 2017, Karakter Kebijakan Publik

Nidhomul Haq: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam


ISSN: 2503-1481 Hal: 98-107
99

dilakukan oleh Yani1 bahwa penyelenggaran


1. PENDAHULUAN Full Day School merupakan model
Pada tahun yang lalu, muncul polemik pendidikan non-formal yang bertujuan
dan silang pendapat di antara kalangan membekali siswa-siswi dengan life-skill dan
pemerhati pendidikan nasional setelah meningkatkan prestasi siswa baik dari segi
adanya perencanaan pembangunan manusia kognitif, afektif dan psikomotorik. Artinya,
melalui penerbitan surat Peraturan Menteri dengan impelemntasi program Full Day
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 School siswa diharapkan memiliki sikap yang
Tahun 2017 tentang Hari Sekolah. positif yang dapat menghindarkannya dari
Peraturan ini dikeluarkan oleh Menteri perilaku penyimpangan-penyimpangan
Pendidikan dan Kebudayaan Republik sosial karena seharian berada di lingkungan
Indonesia bertujuan untuk mempersiapkan sekolah. Secara konseptual, Andrianingsih2
peserta didik dalam menghadapi tantangan menyatakan bahwa Full Day School adalah
perkembangan era globalisasi sehingga model alternatif pendidikan atau
perlu penguatan karakter bagi peserta didik pembelajaran karakter di sekolah.
melalui restorasi pendidikan karakter di Sementara pengkajian kebijakan Full Day
sekolah. Dan restorasi pendidikan karakter School dari segi output atau dampaknya
tersebut agar lebih memiliki nilai efektifitas sebagaimana disampaikan oleh Niswah3
dan tepat sasaran maka perlu optimalisasi bahwa kebijakan Full Day School
peran sekolah demi tercapainya tujuan memberikan dampak yang baik bagi anak,
Pendidikan Nasional. yaitu dapat menghasilkan prestasi dan
Peraturan Menteri Pendidikan dan kualitas anak sesuai dengan bidangnya yang
Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2017 diasah ketika mengikuti program Full Day
Tentang Hari Sekolah tersebut School di sekolah.
diperuntukkan bagi sekolah-sekolah seperti Dalam artikel ini, pengkajian lebih
SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan dikhususkan kepada analisis terhadap
SMK/MAK yang diselenggarakan oleh karakter kebijakan pendidikan tersebut di
pemerintah pusat, pemerintah daerah dan mana sebuah kebijakan pendidikan adalah
masyarakat (swasta). Dan ketentuan kebijakan publik yang berkaitan dengan
peraturan tersebut dibebankan kepada guru pelayanan dan keputusan pejabat negara
sebagai pendidik, murid sebagai peserta dalam upaya menyelesaikan masalah
didik dan tenaga kependidikan di mana
1 Ahmad Yani, Implementasi Program Full Day
beban tersebut berupa hari sekolah atau
School Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Dalam
jumlah hari dan jam yang digunakan oleh Perspektif Pendidikan Non-Formal, dalam Prosiding
mereka dalam penyelenggaraan pendidikan Seminar Nasional Repositioning Full Day School,
Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal, (hal. 06-
di sekolah. 16). Malang: UM Press, 2016.
2 Andrianingsih. Full Day School; Model Alternatif
Banyak penelitian yang mengkaji Pembelajaran Karakter di Sekolah, dalam Prosiding
kebijakan Full Day School baik dalam bentuk Seminar Nasional Repositioning Full Day School,
pengkajian secara implementatif, Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal, (hal. 01-
05). Malang: UM Press, 2016.
konseptual maupun output-nya (dampak). 3 Ainun Niswah. Dampak Full Day School Dalam

Pengkajian secara implementatif misalnya Meningkatkan Prestasi Anak di Sekolah, dalam Prosiding
Seminar Nasional Repositioning Full Day School,
Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal, (hal. 23-
27).. Malang: UM Press, 2016.

Muhammad Chabibi
100

pendidikan karakter yang dijumpai di arena pendidikan dapat berfungsi sebagai agent of
publik atau wilayah kolektif4. Dengan change atau agen perubahan sosial5.
demikian, artikel ini memiliki perbedaan
yang jelas dari sudut pandang Menurut Nanang Martono (2016),
pengkajiannya, di mana ia lebih fokus pendidikan sebagai bagian dalam perubahan
kepada analisis terhadap karakter kebijakan sosial pada dasarnya memiliki dua fungsi
Full Day School yang dikeluarkan oleh yang saling bertentangan. Hingga saat ini,
pejabat negara. pendidikan masih berada pada posisi yang
dilematis dalam sebuah struktur sosial. Di
2. SEKOLAH DAN satu sisi, pendidikan berperan melegitimasi
PERMENDIKBUD NO. 23 atau melanggengkan tatanan atau struktur
TAHUN 2017 sosial yang ada atau mempertahankan status
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia quo. Pada sisi yang lain, pendidikan juga
(2008), Sekolah adalah bangunan atau mempunyai tugas untuk melakukan
lembaga untuk belajar dan mengajar serta perubahan sosial dan transformasi menuju
tempat menerima dan memberi pelajaran dunia yang lebih adil. Sisi yang terakhir ini
menurut tingkatannya yang ada. Sedangkan dikarenakan oleh adanya realitas atau
di dalam Permendikbud No. 23 Tahun kondisi masyarakat (struktur sosial) yang
2017 dijelaskan bahwa sekolah adalah selalu berubah.
bentuk kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan Taman Meskipun begitu, pendidikan adalah
Kanak-Kanak/Raudatul Atfal dan sederajat, usaha yang dilakukan dengan penuh
Sekolah Dasar/Madrasah Ibdita’iyah dan keinsyafan yang ditujukan untuk
sederajat, Sekolah Menengah keselamatan dan kebahagiaan manusia.
Pertama/Madrasah Tsanawiyah dan Pendidikan tidak hanya bersifat pelaku
sederajat, Sekolah Menengah pembangunan, namun sering pula ia
Atas/Madrasah Aliyah dan sederajat, dan merupakan perjuangan kehidupan. Dalam
Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah pandangan Ki Hajar Dewantara6,
Aliyah Kejuruan yang diselenggarakan oleh pendidikan berarti memelihara tumbuh
pemerintah pusat, pemerintah daerah dan menuju ke arah kemajuan, dan tidak boleh
masyarakat. melanjutkan keadaan kemarin, menurut
alam kemarin. Pendidikan adalah usaha
Sekolah merupakan salah satu institusi kebudayaan, berasaskan peradaban, yakni
penting bagi kehidupan manusia dalam memajukan hidup agar mempertimbangkan
proses pendidikan. Dan pendidikan adalah derajat kemanusiaan.
upaya manusia dalam memproses dirinya
menjadi manusia yang berkualitas, Dari sini kita dapat mengerti hubungan
berkarakter dan berbudaya yang kuat. sekolah dan pendidikan memiliki posisi
Pendidikan merupakan sebuah proses yang sangat penting dan strategis dalam
transfer ilmu pengetahuan dan dapat pula
dimaknai sebagai proses penanaman nilai 5 Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial:

Perspektif Klasik, Modern, Posmodern dan Poskolonial,


kepada individu. Melalui proses inilah
Jakarta: Rajagrafindo, 2016. Hlm. 266.
6 Ki Hajar Dewantara, Pendidikan Bagian Pertama.
4 Kenneth Newton & Jan W. Van Deth, Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa,
Perbandingan Sistem Politik: Teori dan Fakta. Bandung: 1962.
Nusa Media, 2016. Hlm. 397

Muhammad Chabibi
101
Nidhomul Haq, Vol 3 No 2 Tahun 2018

perencanaan pembangunan bangsa dari Pendidikan dan Kebudayaan memiliki


sektor pembangunan manusianya (SDM) sasaran yang ditujukan kepada guru, murid
demi terciptanya tujuan Nasional dalam dan tenaga kependidikan. Hari Sekolah atau
mencerdaskan kehidupan bangsa serta Full Day School digunakan oleh guru untuk
memajukan peradaban bangsa. Dengan melaksanakan beban kerja guru. Meliputi
tantangan perkembangan zaman di era merencanakan, melaksanakan, menilai hasil
globalisasi sekarang ini, sekolah sebagai pembelajaran atau pembimbingan,
institusi pendidikan berperan dalam membimbing dan melatih peserta didik atau
pembekalan individu dengan keahlian dan murid, dan melaksanakan tugas tambahan
keterampilan khusus agar menjadi manusia yang melekat pada pelaksanaan kegiatan
yang siap, handal dan profesional di masa pokok sesuai dengan beban kerja guru. Hari
mendatang. Di point menimbang dari Sekolah digunakan oleh tenaga
Permendikbud No. 23 Tahun 2017 pun kependidikan untuk melaksanakan tugas
dinyatakan secara eksplisit bahwa peserta dan fungsinya sementara Hari sekolah oleh
didik atau murid dipersiapkan untuk peserta didik atau murid digunakan untuk
menghadapi tantangan perkembangan era melaksanakan kegiatan intrakurikuler,
globalisasi sehinggu perlu penguatan kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
karakter melalui restorasi pendidikan
karakter di sekolah. Dan restorasi Kegiatan intrakurikuler merupakan
pendidikan karakter di sekolah ini dapat kegiatan yang dilaksanakan untuk
terlaksana apabila dikontrol langsung oleh pemenuhan kurikulum sesuai dengan
lembaga pemerintah yang berwenang atau peraturan perundang-undangan. Kegiatan
dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan kokurikuler yaitu kegiatan yang
Kebudayaan demi menertibkan pelaksanaan dilaksanakan untuk penguatan atau
program penguatan karakter (PPK). pendalaman kompetensi dasar atau
indikator pada mata pelajaran/bidang sesuai
Di dalam peraturan tersebut disebutkan dengan kurikulum yang meliputi kegiatan
bahwa hari sekolah dilaksanakan 8 pengayaan mata pelajaran, kegiatan ilmiah,
(delapan) jam dalam satu hari, atau 40 pembimbingan seni dan budaya, atau
(empat puluh) jam selama 5 (lima) hari bentuk kegiatan lain untuk penguatan
dalam satu minggu. Ketentuan 8 jam dalam karakter peserta didik. Sedangkan
sehari atau 40 jam selama 5 hari tersebut kokurikeler merupakan kegiatan di bawah
termasuk waktu istirahat selama 0,5 jam bimbingan dan pengawasan sekolah yang
dalam sehari atau 2,5 jam selama 5 hari bertujuan untuk mengembangkan potensi,
dalam seminggu. Meskipun demikian, bakat, minat dan kemampuan, kepribadian,
sekolah masih diberikan kewenangan untuk kerjasama, dan kemandirian peserta didik
menambah waktu istirahat melebihi dari 0,5 secara optimal untuk mendukung
jam dalam sehari atau 2,5 jam selama 5 hari pencapaian tujuan pendidikan nasional.
tersebut. Misalnya kegiatan krida, karya ilmiah,
latihan olah-bakat atau olah-minat, dan
Hari Sekolah di sini dapat dikatakan keagamaan seperti madrasan diniyah,
juga sebagai program Full Day School yang pesantren kilat, ceramah keagamaan, baca
digagas oleh pemerintah Kementrian tulis al-Qur’an dan kitab suci lainnya.
102

Kegiatan kokurikuler dan atau Full Day School tersebut, mereka tetap
ekstrakurikuler sebagaimana dinyatakan di diberlakukan ketentuan 40 jam dalam
dalam pasal 6 point 1 dan 2 disebutkan seminggu untuk memenuhi beban kerja
bahwa pelaksanaan kegiatan-kegiatan guru bagi guru dan untuk memenuhi beban
tersebut dapat dilaksanakan di dalam belajar murid pada kurikulum dan dapat
sekolah maupun di luar sekolah. Dan melaksanakan kegiatan kokurikuler dan
pelaksanaan tersebut dapat dilaksanakan ekstrakurikuler sebagaimana hal ini
dengan cara kerjasama antar-sekolah, ditetapkan di dalam Permendikbud No. 23
sekolah dengan lembaga keagamaan, Tahun 2017 Pasal 10 ayat 1 dan 2.
maupun sekolah dengan lembaga lain yang
terkait. 3. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
Selain itu, di dalam Permendikbud No. penelitian ini adalah metode deskriptif
23 Tahun 2017 disebutkan demi menunjang kualitatif yang dipusatkan kepada
keberhasilan program pemerintah pengkajian beberapa literatur yang
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan berkaitan dengan permasalahan yang
tentang Hari Sekolah tersebut, pemerintah dibahas seperti Permendikbud No. 23
pusat dan pemerintah daerah sesuai Tahun 2017 dan hasil penelitian tentang
kewenangannya wajib menjamin Full Day School dan peraturan tersebut.
pemenuhan sumber daya pada sekolah dan Literatur-literatur ini dapat dikatakan
akses transportasi yang dianggap belum sebagai data penelitian untuk kemudian
memadai, sehingga penerapan ketentuan dilakukan analisis terhadap karakter bentuk
tentang Hari Sekolah dapat berjalan lancar kebijakan yang dikeluarkan oleh
dan terlaksana dengan baik. Kewajiban pemerintah.
adanya jaminan pemenuhan sumber daya
pada sekolah tersebut juga dibebankan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
kepada masyarakat penyelenggara Pembangunan manusia melalui
pendidikan atau dalam hal ini dapat pendidikan merupakan salah satu cara
dikatakan sebagai sekolah-sekolah yang manusia berusaha untuk membentuk dan
didirikan oleh swasta, yayasan dan lembaga memproduksi manusia-manusia lainya
pendidikan lainnya. Sumber daya tersebut bermutu dan memiliki kualitas hidup yang
meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, lebih baik lagi dari kehidupan manusia
dana, sarana dan prasarana. sebelum-sebelumnya. Upaya ini akan tidak
dapat berhasil apabila tidak ada persiapan
Pemerintah atau dalam hal ini dan perencanaan yang matang demi
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan membangun sumber daya manusia suatu
sesuai kewenangannya menjadi pemantau bangsa. Persiapan dan perencanaan tersebut
dan pengawas yang memberikan evaluasi dapat diwujudkan melalui mekanisme
secara bertahap dan berkala terhadap kebijakan yang dihasilkan oleh para
pemenuhan sumber daya dan ketersediaan pemegang otoritas tertentu.
akses transportasi dalam penerapan Hari
Sekolah atau Full Day School. Dari sini, Dan perencanaan pembangunan
apabila guru atau peserta didik pada sekolah manusia melalui pendidikan memang
tertentu belum dapat melaksanakan sewajarnya menjadi tugas dan wewenang
kebijakan pemerintah tentang Hari Sekolah

Muhammad Chabibi
103
Nidhomul Haq, Vol 3 No 2 Tahun 2018

dari Kementerian Pendidikan dan Karakter Kebijakan Responsif,


Kebudayaan Republik Indonesia, akan Ortodoks dan Paternalis
tetapi perencanaan tersebut haruskah
dipegang kendalinya sepenuhnya oleh pihak Kebijakan responsif merupakan salah
pemerintah saja, ataukah harus melibatkan satu karakter dari cerminan pemerintahan
pemerhati pendidikan dari kalangan yang mengakomodasi dan merespons
masyarakat. Hal ini lah yang menjadi partisipasi dan masukan masyarakat di
persoalan di dalam kajian karakter penentu mana masyarakat di sini sebagai objek
kebijakan untuk menjamin mutu dan kebijakan pada satu sisi dan korban
kualitas yang terdapat pada pembangunan perencanaan pemerintah pada sisi yang lain.
sumber daya manusia melalui pendidikan. Dasar dan orientasi perencanaan dari
kebijakan responsif ini adalah tidak
Kajian karakter kebijakan merupakan mementingkan laju pertumbuhan dan
kajian literatur yang memiliki gambaran perkembangan suatu negara akan tetapi
secara eksplanatif terhadap ketentuan- lebih menitik beratkan kepada unsur
ketentuan publik sebagai produk kebijakan pemerataan kesejahteraan dan keadilan yang
dari aktor pemerintah selaku regulator dapat dirasakan oleh masyarakat dan
negara. Kajian ini memiliki karakter dalam stakeholder yang terlibat. Penataan
penentuan kebijakan lebih mengarah kelembagaannya lebih mengarah kepada
kepada sendi-sendi demokratisasi yang pemberian keluasan dan diversifikasi
diidentikkan dengan adanya partisipasi kelembagaan sehingga lembaga semakin
politik dari para stakeholder terkait. Menurut terspesialisasi untuk menangkap atau
Budi Prasetyo7, studi ini berupaya pada merespons partisipasi masyarakat dan stake
kajian konsep-konsep teoritik yang holder demi pelayanan yang baik. Kebijakan
dipergunakan dalam membahas karakter responsif memberikan dampak yang dapat
kebijakan yang muncul dari kebijakan dirasakan langsung kepada masyarakat
publik yang dibuat, terutama membahas dengan menjadikan mereka lebih
konsep-konsep yang digunakan dalam partisipatif dalam pembangunan dan lebih
penyusunan kebijakan berkarakter yang diberdayakan sebagai masyarakat aktif
berpihak pada demokratisasi kebijakan. Di dengan memiliki kapabilitas yang berbeda-
dalam penyusunan kebijakan tersebut, beda demi pemerataan kesejahteraan dan
dilakukan proses menganalisis pembangunan.
pembentukan, subtansi dan dampak dari
kebijakan-kebijakan tertentu dengan Kebijakan ortodoks merupakan
indikator keterlibatan seluruh stakeholder kebalikan dari apa yang ada pada kebijakan
yang relevan. responsif. Perencanaan pembangunan
dalam ortodoks tidak melibatkan langsung
masyarakat dan tidak mengakomodasi
partisipasi stakeholder yang terkait. Orientasi
kebijakan ortodoks tidak menempatkan
pada kepentingan masyarakat melainkan
7Budi Prasetyo. Kajian Teoritik Karakter Kebijakan
pada capaian-capaian prestasi dari suatu
Publik. Jurnal Politik Indonesia, Vol 1 No. 1, Juli-
September 2012. elite pemerintah saja. Dari sini, penataan
104

kelembagaannya lebih bersifat sentralistis di dirasakan oleh para pemegang otoritas


mana kebijakan hanya diarahkan untuk sebagai aktor kebijakan akan tetapi justru
sesuai pencapaian visi elit politik dan dirasakan oleh masyarakat sebagai korban
penentu kebijakan tanpa adanya dari perencanaan sekaligus objek
memasukkan partisipasi masyarakat di pembangunan. Termasuk
dalamnya. Dampaknya adalah kebijakan- PERMENDIKBUD No. 23 Tahun 2017
kebijakan yang dibuat tidak jarang berbeda tentang Hari Sekolah atau Full Day School –
bahkan bertentangan keinginan dan baik sudah ada yang mengatakan masih
kepentingan masyarakat, sehingga muncul wacana ataupun sudah diterbitkan namun
kesan bahwa kebijakan yang dibuat dengan direvisi oleh PERPRES- kebijakan ini
karakter semacam ini adalah sedikit merupakan perencanaan pembangunan dari
dipaksakan dengan alasan demi tercapainya sektor manusia melalui pendidikan.
visi dan prestasi pemerintah tertentu saja. Perencanaan pembangunan manusia
tersebut hanya berorientasi pada
Kebijakan terakhir adalah kebijakan penjaminan mutu manusia dengan
paternalis di mana ia merupakan karakter penguatan karakter di sekolah-sekolah
kebijakan yang posisinya berada di antara tanpa melihat aspek pembangunan lain dari
responsif dan ortodoks. Dasar dan orientasi sektor kualitas hidup guru, murid dan
paternalis adalah seakan-akan berorientasi penyelenggara pendidikan dari swasta atau
pada kepentingan masyarakat dan yayasan sebagai korban perencanaan atau
pertumbuhan kesejahteraan akan tetapi objek pembangunan. Kualitas hidup guru,
pada faktanya orientasi tersebut hanyalah murid dan penyelenggara pendidikan dari
bayangan semu saja di mana kepentingan swasta atau yayasan memiliki keragamaan
dan pertumbuhan kesejahteraan itu hanya dari derajat kesejateraan. Indikator kualitas
dirasakan oleh kelompok kecil saja. hidup tidak diukur melalui aspek ekonomi
Penataan kelembagaanya terlihat responsif melainkan menekankan pada tingkat
dan partisipatif akan tetapi pada faktanya kesejateraan penduduk atau dalam hal ini
berbeda di mana ia lebih justru mengarah adalah guru, murid dan penyelenggara
kepada ortodoks atau sentralistik. pendidikan swasta atau yayasan.
Sedangkan dampak kebijakan yang
dibuatnya adalah nampak di luar seperti Pemberlakuan kebijakan tentang Full
kebijakan yang menyenangkan dan Day School dengan kewajiban adanya 8 jam
mensejahterakan akan tetapi sebenarnya dalam sehari atau 40 jam dalam seminggu
hanya sekedar formalitas dan seremonial bagi guru, murid dan tenaga kependidikan
saja. dengan diisi kokurikuler dan ekstrakurikuler
-baik sekolah di bawah naungan pemerintah
PERMENDIKBUD No. 23 Tahun 2017 pusat, daerah dan penyelenggara
Tentang Full Day School dalam pendidikan swasta- menjadi cambukan
Perspektif Karakter Kebijakan tersendiri bagi kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan setelah adanya penolakan dari
Perjalanan suatu peraturan pemerintah
beberapa stakeholder yang relevan dan terikat
tidak dapat dianggap hal yang mudah untuk
dengan kebijakan tersebut. Sebut saja
dapat diterima oleh kalangan masyarakat
penolakan terbesar secara bergelombang
dan stake holder terkait. Imbas dan dampak
dari kalangan madrasah, sekolah luar biasa
dari peratuan tersebut mungkin tidak

Muhammad Chabibi
105
Nidhomul Haq, Vol 3 No 2 Tahun 2018

dan sekolah alam yang menolak adanya Permendikbud No. 23 Tahun 2017 tersebut
kewajiban pelaksanaan kokurikuler dan disebutkan dalam pasal 9 ayat 3 bahwa
ekstrakurikuler serta jaminan sumber daya masyarakat penyelenggara pendidikan
sekaligus akses transportasi demi (sekolah-sekolah swasta) wajib menjamin
tercapainya program tersebut. pemenuhan sumber daya pada sekolah yang
meliputi tenaga kependidikan, dana, sarana
Kebijakan Full Day School ini adalah dan prasarana. Kalaulah demikian, maka
salah satu contoh dari kebijakan pemerintah sekolah-sekolah swasta wajib
yang berkarakter ortodoks. Suatu kebijakan mempersiapkan serta menjadi mobilisator
yang tidak berorientasi pada kepentingan bagi terlaksanakanya program full day scholl
masyarakat dan stakeholder dalam tersebut dengan segala kebutuhannya
pendidikan akan tetapi lebih menekankan termasuk sumber daya yang telah
kepada capaian prestasi dan visi pemerintah disebutkan tadi (tendik, dana, dan sarana-
pendidikan dalam penguatan pendidikan prasarana). Selanjutnya sekolah-sekolah ini
karakter di sekolah untuk menghadapi akan bangkrut dan tutup apabila tidak dapat
tantangan zaman di era globalisasi. menyelenggarakan program tersebut
Keterlibatan langsung dan partisipasi dengan pengeluaran yang jauh lebih banyak
masyarakat atau stakeholder dalam dari sebelumnya. Di samping itu,
pendidikan tidak diikutsertakan dalam pendapatan tiap-tiap sekolah swasta sangat
penentuan kebijakan sehingga secara berbeda antara satu dengan yang lainnya
institusional penentuan kebijakan bersifat sehingga secara tidak langsung kebijakan ini
sentralistik dan terkesan memaksakan akan berdampak pada semakin mengecilnya
kehendak demi kepentingan elite politik populasi sekolah-sekolah swasta yang tidak
sebagai aktor kebijakan. seimbang dengan pertumbuhan populasi
peserta didik yang ada di bangsa Indonesia.
Kebijakan 8 jam dalam sehari bagi guru
misalnya, tidak dapat dipukul rata untuk Dalam pandangan Noel F. McGinn (
diberlakukan sama bagi sekolah-sekolah 2008: 277) dikatakan bahwa kebijakan-
baik di pusat, daerah maupun swasta. Kalau kebijakan pendidikan yang diputuskan oleh
alasan utama beban kerja guru agar sama pemangku kepentingan sudah seharusnya
seperti aparatus sipil negara dengan delapan mempromosikan tentang kohesi sosial.
jam sehari atau 40 jam seminggu kecuali Bukan justru membuat kekacauan atau
hari sabtu dan minggu adalah beban kerja bahkan perpecahan kohesi sosial di antara
guru yang tidak dapat disamakan dengan sekolah-sekolah, guru-guru dan para pelaku
beban kerja guru dengan pendapatan dan pendidikan. Hal ini karena tujuan utama
kualitas hidup yang berbeda dari aspek strategi pendidikan nasional adalah untuk
kesejahteraan penduduk. mendukung pembangunan sumber daya
manusia melalui pendidikan.
Bertolak belakang dengan beban kerja
guru yang ada di madrasah-madrasah Kebijakan ini pun dianggap terlalu
swasta dan sekolah alam yang tidak memaksakan di mana dalam proseduralnya
semuanya memiliki beban kerja sama tanpa melibatkan partisipasi masyarakat
dengan guru-guru yang seudah menjadi sebagai penyelenggara pendidikan di
pegawai negeri. Terlebih lagi di dalam
106

daerah-daerah sehingga secara akar rumput dicanangkan oleh aktor politik sebagai
pengaruhnya dirasakan pula oleh murid penentu kebijakan hanya demi mewujudkan
atau peserta didik sebagai korban cita-cita yang ada di visi dan prestasi saja.
perencanaan atau objek pembangunan. Artinya, kebijakan ini termasuk kebijakan
Alasan utama pemerintah dengan berkarakter ortodoks di mana partisipasi
pemberlakukan 8 jam beban belajar bagi masyarakat tidak dilibatkan dalam
murid atau peserta didik ini adalah untuk penyusunan kebijakan Full Day School dan
memperkuat pendidikan karakter sehingga orientasi kepentingannya adalah lebih
dapat menghindarkan anak-anak dari berorientasi pada pencapaian visi dan
kenakalan remaja, kekerasan antar pelajar prestasi dalam penguatan pendidikan
dan penyebaran narkotika. Penguatan karakter saja tanpa melihat kepentingan dan
pendidikan karakter ini bisa diberikan kesejahteraan masyarakat dan stakeholder
program kokurikuler dan ekstrakurikuler yang terkait dengan kebijakan pendidikan
yang diadakan di sekolah maupun di luar tersebut. Dampak dari kebijakan ortodoks
sekolah. Kendati demikian, tidak sedikit ini adalah banyaknya penolakan yang terjadi
para orang tua atau wali murid dari pemerhati pendidikan Nasional dan
menyayangkan anaknya pulang dari sekolah beberapa Organisasi Masyarakat Islam
sudah mengalami penurunan stamina karena dirasa akan menghancurkan
karena terkuras sebelumnya untuk kegiatan- pendidikan tradisional seperti madrasah
kegiatan di sekolah, sehingga pertemuan diniyah, madrasah Qur’an, sekolah alam
dan keakraban hubungan anak dan orang dan bimbingan belajar dari swasta.
tua di rumah secara etico-sosial semakin
berkurang sebagai akibat padatnya kegiatan Pendidikan memiliki dua fungsi sentral
di sekolah. Selain itu, anak-anak tidak mau dalam pembangunan manusia yaitu pertama
mengikuti program mengaji di musholla- ia berfungsi sebagai pembentukan individu
musholla atau di madrasah-madrasah dengan kualitas hidup yang berkarakter dan
diniyah waktu sore hari dikarenakan alasan berbudi luhur sebagai agen perubahan
anak yang sudah terlalu capek dan karena sosial. Kedua ia berfungsi sebagai
alasan lain sudah diajarkan kegiatan pembentukan individu dengan keterampilan
keagamaan di sekolah. Harry Brighouse8 dan keahlian khusus demi menunjang
justru melihat pemberian prinsip-prinsip kehidupan di masa depan. Upaya-upaya
etika-sosial-kultural oleh orang tua dan pembentukan ini dapat dilaksanakan secara
lingkungan dengan maksimal dapat institusional melalui sekolah-sekolah baik
membentuk anak akan menikmati hasil yang diselenggarakan oleh pemerintah
manfaat dari penanaman prinsip tersebut maupun swasta. Agar sekolah-sekolah
untuk kehidupan yang lebih baik. sebagai penyelenggara pendidikan ini dapat
terarahkan pada pendidikan berkelanjutan
Dari penejelasan di atas, dapat kita dan kerkarakter nasional maka perlu
simpulkan bahwa Peraturan Menteri dipantau dan dikawal oleh pemerintah
Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 Tahun sebagai pemegang otoritas pendidikan
2017 tentang Hari Sekolah dibuat dan Nasional.

Pemerintah Pendidikan memiliki


8 Harry Brighouse, On Education. New York:
Routledge, 2006.
kewenangan dan otoritas dalam
perencanaan serta penentuan kebijakan

Muhammad Chabibi
107
Nidhomul Haq, Vol 3 No 2 Tahun 2018

pendidikan untuk diarahkan sesuai mengatur dan melaksanakan pendidikan


kepentingan pendidikan nasional. Karna sesuai amanat tujuan pendidikan Nasional.
kepentingan pendidikan nasional berkaitan
dengan manusia sebagai mahkluk hidup Esensi penting dalam negara demokrasi
yang bersosial dan berakal maka sudah adalah terlaksananya demokratisasi dalam
sepantasnya kepentingan memandang kebijakan dan partisipasi masyarakat.
manusia bukan hanya sebagai obyek Kebijakan memerlukan sebuah
pendidikan akan tetapi subjek pendidikan. perencanaan yang matang dan didiskusikan
Dengan demikian, manusia secara tidak dengan pihak-pihak terkait demi tujuan
langsung pada satu sisi ia sebagai objek dari kesejahteraan bersama di dunia pendidikan.
pendidikan yang dibentuk, ia juga sebagai Demokratisasi kebijakan pembangunan
subjek pendidikan yang membentuk pada bangsa akan mati suri apabila partisipasi
sisi yang lain. kalau lah demikian, maka dan orientasi kepentingan masyarakat
pemerintah sebagai otoritas penuh dalam ditiadakan dan tidak dianggap sebagai stake
penentuan kebijakan sudah sewajarnya holeder yang relevan dalam pembangunan
mengajak dan mengikutsertakan masyarakat manusia melalui pendidikan.
sebagai kumpulan manusia terlibat secara
aktif-partisipatif dalam penyusunan dan
perencanaan pembentukan manusia sesuai
yang diharapkan (proses pendidikan).
Dengan begitu, masyarakat dapat 6. REFERENSI
diberdayakan sekaligus memperdayakan Andrianingsih. Full Day School; Model
manusia lainnya agar menjadi lebih baik Alternatif Pembelajaran Karakter di
dalam program pembangunan manusia. Sekolah, dalam Prosiding Seminar
Nasional Repositioning Full Day School,
5. KESIMPULAN
Pendidikan Formal, Non Formal dan
Perencanaan pembangunan manusia Informal, (hal. 01-05). Malang: UM
melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Press, 2016.
Kebudayaan Nomor. 23 Tahun 2017
Tentang Hari Sekolah atau Full Day School Brighouse, Harry. On Education. New York:
mendapatkan perhatian sendiri bagi Routledge, 2006.
kalangan pemerhati pendidikan nasional di
Departemen Pendidikan Nasional, Pusat
mana kebijakan ini dianggap terlalu tergesa-
Bahasa. Kamus Bahasa Indonesia,
gesa dan tidak tepat sasaran. Kebijakan
Jakarta: Pusat Bahasa, 2008
tersebut dibuat bukan untuk kepentingan
masyarakat dan para penyelenggara Dewantara, Ki Hajar. Pendidikan Bagian
pendidikan atau sekolah sebagai stakeholder Pertama. Yogyakarta: Majelis Luhur
terkait sehingga penolakan dan protes atas Persatuan Taman Siswa, 1962.
kebijakan ini tidak terbendung sebagai
kebijakan yang hanya berorientasi pada Indahri, Yulia. Kebijakan Lima Hari, dalam
pencapaian visi penguatan pendidikan Majalah Info Singkat Kesejahteraan
karakter saja tanpa melihat otonomi daerah Nasional, Vol. IX, No.
dan hak penyelenggara sekolah untuk 13/I/Puslit/Juli/2017
108

Martono, Nanang. Sosiologi Perubahan Sosial:


Perspektif Klasik, Modern, Posmodern
dan Poskolonial, Jakarta:
Rajagrafindo, 2016

McGinn, Noel F. Policy Making for Education


Reform in Developing Countries: Policy
Option and Strategies. (ed.,) William
K. Cummings and James H.
Williams. Maryland: Rowman &
Littlefield Education, 2008.

Newton, Kenneth & Van Deth, Jan W.


Perbandingan Sistem Politik: Teori dan
Fakta. Bandung: Nusa Media, 2016.

Niswah, Ainun. Dampak Full Day School


Dalam Meningkatkan Prestasi Anak di
Sekolah, dalam Prosiding Seminar
Nasional Repositioning Full Day School,
Pendidikan Formal, Non Formal dan
Informal, (hal. 23-27).. Malang: UM
Press, 2016.

Prasetyo. Budi. Kajian Teoritik Karakter


Kebijakan Publik. Jurnal Politik
Indonesia, Vol 1 No. 1, Juli-
September 2012.

Yani, Ahmad. Implementasi Program Full Day


School Terhadap Motivasi Belajar Peserta
Didik Dalam Perspektif Pendidikan
Non-Formal, dalam Prosiding Seminar
Nasional Repositioning Full Day School,
Pendidikan Formal, Non Formal dan
Informal, (hal. 06-16). Malang: UM
Press, 2016.

Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2017
tentang Hari Sekolah

http://politik.rmol.co/read/2017/06/19/2
96237/Kebijakan-Menteri-
Muhadjir-Ditata-Ulang,-Jokowi-
Siapkan-Perpres diakses 24 Juli
2018

Muhammad Chabibi

Anda mungkin juga menyukai