Anda di halaman 1dari 16

Laboratorium Mineralogi Petrologi

Jurusan Teknik Lingkungan


Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

ACARA 2

BATUAN BEKU ASAM

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Magma
Magma merupakan cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk
secara alamiah bersifat mobile. Magma memiliki suhu antara 900ºC-1200ºC
atau lebih dan berasal dari kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi
bagian atas (Suharwanto,2023). Dari magma dengan kondisi tertentu
selanjutnya mengalami diferensiasai magmatik.
Berdasarkan komposisinya, magma terbagi menjadi dua jenis yaitu
magma mafik dan magma silika. Magma mafik memiliki kandungn
magnesium yang tinggi, kadungn silika yang rendah, dan tidak keluar secara
eksposif. Magma silika memiliki kandungan silika. Magma silika keluar
melalui ledakan besar yang meledakkan puncak gunung.
Diferensiasi magmatik meliputi semua proses yang mengubah magma
dari keadaan awal yang homogen dalam skala besar menjadi keadaan massa
batuan beku dengan komposisi yang bervariasi. Diferensiasi magma meliputi:
a. Fragsinasi merupakan pemisahan kristal dari larutan magma, karena proses
kristalisasi berjalan tidak seimbang atau kristal-kristal pada waktu
pendinginan tidak dapat mengikuti perkembangan, komposisi larutan
magma yang baru ini terjadi karena adanya perubahan temperatur dan
tekanan yang menyolok dan secara tiba-tiba.
b. Crystal settling atau gravitational settling adalah pengendapan kristal oleh
gravitasi dari kristal-kristal berat yang akan memperkaya magma pada
bagian dasar waduk. Disini mineral silikat berat akan terletak dibawah
mineral silikat ringan.
c. Liquid immisibility adalah larutan magma yang mempunyai suhuhrendah
akan pedah menjadi larutan yang masing-masing akan membeku dan
membentuk bahan yang heterogen
d. Crystal floating adalah pengembangan kristal ringan dari sodium dan
potassium yang memperkaya magma pada bagian atas waduk magma.

ARIL BAYU AJI / 114220046 / PLUG 1 II - 1


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

e. Vesiculation adalah proses dimana magma yang mengandung CO2, SO2,


S2, Cl2, dan H2Ompada saat naik ke permukaan membentuk gelembung gas
dan membawa komponen violatil sodium (Na) dan potassium (K).
f. Diffusion yaitu bercampurnya batuan-batuan dinding dengan magma di
dalam waduk magma secara lateral
2.1.2 Jenis-Jenis Gunung Api
Bentuk dan struktur gunung api dibagi menjadi dua kelornpok
besar, yaitu gunung api rnonogenesis dan gunung api poligenesis. Gunung api
rnonogenesis adalah gunung api yang terbentuk oleh satu erupsi atau satu fase
erupsi saja, sehingga waktu hidupnya relatif pendek dan ukurannya relatif
kecil. Gunung api rnonogenesis bentuk dan strukturnya lebih sederhana dan
lebih kecil dibanding dengan gunung api poligenesis, terdiri atas kubah/aliran
lava, kerucut sinder, dan rnaar yang dapat rnembentuk titik-titik erupsi segaris
dan disebut erupsi linier. Gunung api poligenesis adalah gunung api yang
terbentuk oleh banyak atau berulangkali erupsi, dan fase erupsi satu dengan
lainnya dipisahkan oleh waktu istirahat panjang dan sering rnelibatkan
berbagai jenis rnagrna.Terrnasuk gunung api poligenesis adalah gunung api
kornposit, gunung api jarnak, kompleks gunung api, gunung api kaldera, dan
gunung api perisai. Gunung api kornposit dan gunung api jarnak biasanya
terdapat di daerah penunjarnan kerak burni. Gunung api kaldera terdiri atas
kaldera letusan, kaldera arnblesan, dan kaldera longsoran (Bronto, 2013).
2.1.3 Batuan Beku
Batuan beku merupakan batuan dari hasil kristalisasi dari larutan
magma yang mendingin. Magma yang membeku di bawah permukaan bumi
akan menghasilkan batuan intrusi, sedangkan magma yang membeku di
permukaan bumi menghasilkan batuan ekstrusif (Groove, 2000, dalam
Hartono).
Batuan beku dibuat sesuai dengan lingkungan geologisnya dan kondisi
tekanan yang berbeda pada saat mengalami kristalisasi. Batuan beku dibagi
menjadi :

ARIL BAYU AJI / 114220046 / PLUG 1 II - 2


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

a. Plutonik
Pengkristalan perlahan di kedalaman, dibawa oleh tekanan yang besar
memungkinkan pelepasan gas magmatik. Mengkristal di permukaan pada
tekanan atmosfer, mengalami pendinginan dalam waktu yang sangat
singkat dan karena itu berbutir halus bahkan berkilau (Pelleant, 1992).
b. Vulkanik
Terdiri dari semua mineral yang dikeluarkan ke permukaan bumi baik
di daratan maupun di bawah permukaan laut. Batuan atau material ini
mendingin dengan cepat, ada yang bersifat encer atau kental dan panas,
ini bisa di sebut lava (Suharwanto, 2023)
2.1.4 Jenis Batuan Beku
Batuan beku sendiri memiliki berbagai jenis yang dibedakan
berdasarkan beberapa aspek yang meliputi :
a. Berdasarkan proses terbentuknya
a) Plutonik
Batuan yang terbentuk ketika magma mendingin dan terkristalisasi
perlahan di dalam kerak bumi. Ciri batuannya memiliki tekstur sangat
kasar. Contohnya adalah granit
b) Vulkanik (lelehan)
Batuan yang membeku dan terbentuk pada saat magma keluar ke
permukaan bumi sebagai lava. Ciri batuannya adalah memiliki tekstur
yang sangat halus. Contohnya adalah basalt (Zuhdi, 2019)
c) Batuan beku hypabisal
Batuan beku yang terbentuk dengan kedalaman menengah-dangkal
(intrusi). Ciri batuannya memiliki tekstur kasar-halus
b. Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan mineral mafik yaitu :
a) Leucocratic rock, kandungan mineral mafik < 30%
b) Mesocratic rock, kandungan mineral mafik 30% - 60%
c) Melanocratic rock, kandungan mineral mafik 60% - 90%
d) Hypermalanic rock, kandungan mineral mafik > 90%

ARIL BAYU AJI / 114220046 / PLUG 1 II - 3


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

c. Berdasarkan kandungan kimianya yaitu kandungan SiO2-nya batuan beku


diklasifikasikan menjadi empat yaitu :
a) Batuan beku asam (acid), kandungan SiO2 > 65%, contohnya Granit,
Ryolit
b) Batuan beku menengan (intermediet), kandungan SiO2 52% - 65%,
contohnya Diorit, Andesit.
c) Batuan beku basa (basic), kandungan SiO2 45% - 52%, contohnya
Gabbro, Basalt
d) Batuan beku ultra basa (ultra basic), kandungan SiO2 < 45%
2.1.5 Struktur Batuan Beku
Struktur batuan beku merupakan bentuk batuan beku dalam skala besar.
Suatu bentuk struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya.
Macam-macam struktur batuan beku yaitu :

Gambar 2.1 Struktur Batuan Beku Masif


(Sumber : Muzani, 2017)

a. Masif, apabila tidak menunjukan adanya sifat aliran atau jejak gas,
atau tidak menunjukan adanya fragmen batuan lain yang tertanam
dalam tubuhnya.

Gambar 2.2 Struktur Batuan Beku Lava Bantal


(Sumber : Muzani, 2017)

ARIL BAYU AJI / 114220046 / PLUG 1 II - 4


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

b. Pillow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan


pada batuan ekstrusi tertentu, yang dicirikan oleh masa berbentuk
bantal. Khas pada vulkanik bawah laut.

Gambar 2.3 Struktur Batuan Beku Joint


(Sumber : Muzani, 2017)

c. Joint atau kekar, struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang


tertanam secara tegak lurus arah aliran.

Gambar 2.4 Struktur Batuan Veskuler


(Sumber : Muzani, 2017)
d. Vesikuler, struktur batuan beku ekstrusi yang ditandai dengan adanya
lubang-lubang akibat pelepasan gas selama pendinginan.

Gambar 2.5 Struktur Batuan Skoria


(Sumber : Muzani, 2017)

ARIL BAYU AJI / 114220046 / PLUG 1 II - 5


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

e. Scoria, struktur batuan yang layaknya seperti vesikuler tetapi tidak


meunjukkan atahnya yang teratur.

Gambar 2.6 Struktur Batuan Beku Amygdaloidal


(Sumber : Muzani, 2017)
f. Amygdaloidal, dimana lubang-lubang keluarnya gas terisi oleh
mineral sekunder

Gambar 2.7 Struktur Batuan Beku Xenolith


(Sumber : Muzani, 2017)
g. Xenolith, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan
yang masuk atau tertanam ke dalam batuan beku.

Gambar 2.8 Struktur Batuan Autobreccia


(Sumber : Muzani 2017)
h. Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-
fragmen dari lava itu sendiri.

ARIL BAYU AJI / 114220046 / PLUG 1 II - 6


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

2.1.6 Tekstur Batuan Beku


Tekstur dalam batuan beku dapat diterangkan sebagai hubungan antara
massa kristal d engan massa gelas yang membentuk masa yang merata dari
batuan. Selama pembentukan tekstur tergantung pada kece[atan dan orde
kristalisasi. Dimana keduanya sangan tergantung pada temperatur, komposisi
kandungan gas, viskositas magma, dan tekanan (Suharwanto, 2023).
Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting,
yaitu :
a. Kristalinitas merupakan derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada
waktu terbentukknya batuan tersebut. Hal ini digunakan untuk
menunjukkan berapa banyak kristal yang berbentuk dan yang tidak
berbentuk. Kristalinitas jug mencerminkan kecepatan pembekuan magma.
Apa bila magma pembekuannya lama maka kristalnya kasar. Sedangkan
jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya halus
b. Granularitas merupakan besar butir (ukuran) pada batuan beku. Umumnya
dikenal dengan dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu fanerik
(fanerokristalin) dan afanitik. Keduanya dapat dibedakan dengan mata
telanjang.
2.1.7 Relasi Batuan Beku
Berdasarkan keseragaman antar butirnya :
1. Equigranular atau Granular, yaitu Ukuran butir penyusun batuannya
hamoir sama atau seragam. Apabila mineral mempunyai ukuran butir
yang relative seragam, terdiri dari :
a. Undimorf (automorf), sebagian besar kristalnya dibatasi oleh
bidang kristal
b. Hypidimorf (hypautomorf), sebagian besar kristalnya berbentuk
euhedral dan subhedral
c. Allotriomorf (xenomorf), sebagian besar kristal penyusunnya
berbentuk anhedral.
2. Inequigranular, ukuran butir penyusun batuannya tidak sama, apabila
mineral mempunyai ukuran butir tidak sama, terdiri dari :

ARIL BAYU AJI / 114220046 / PLUG 1 II - 7


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

a. Porfiritik adalah tekstur batuan beku yang mana kristal besar


tertanam dan masa dasar yang lebih halus.
b. Vitroferik adalah apabila fenokris tertanam dalam masa dasar
berupa gelas
c. Tekstur khusus adalah suatu tekstur yang menunjukan hubungan
antara bentuk dan butir.
2.1.8 Batuan Beku Asam
Batuan beku asam merupakan batuan beku yang mengandun silika lebih
dari 66%. Contohnya adalah granit dan riolit. Batuan asam tersusun dari
mineral primer yaitu kuarsa, ortoklas, muskovit, dan plagioklas. Maka untuk
mengkasifikasikan batuan bersifat asam dapat melalui tabel determinasi
batuan yang dikutip dari W. T. Huang. Berdasarkan genesanya, batuan beku
asam terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Batuan Beku Asam Plutonik
Batuan beku asam plutonik terbentuk ketika magma yang meleleh
kemudian mendingin di bawah permukaan bumi. Hal itu disebabkan oleh
pergerakan tektonik lempeng yang saling bergerak dan bertumbukkan satu
dengan yang lainnya. Magma terperangkap di bawah permukaan bumi di dasar
lempeng, lalu magma tersebut akan mendingin dengan sangat lambat. Maka
dari itu batuan yang terbentuk pada batuan plutonik memiliki kristal yang
hampir sempurna. Yang termasuk contoh batuan beku asam plutonik adalah
granit, adamelite dan granodiorite. Batuan ini umumnya memiliki Indeks
warna lebih kurang 10% (batuan felsic).
b. Batuan Beku Asam Vulkanik
Umumnya lava yang bersifat silisic (asam) dan banyak dike derajat
kristalisasinya sangat buruk, dan tipikal teksturnya berbutir halus sampai
glassy. Batuan beku asam vulkanik memiliki kandungan silika yang tinggi
(>65%) namun terbentuk pada temperatur yang rendah di permukaan bumi.
Karena pendinginan yang cepat maka tekstur batuannya cenderung berbutir
halus (Nurmasita, 2012).

ARIL BAYU AJI / 114220046 / PLUG 1 II - 8


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

2.1.9 Pergerakan Lempeng

Gambar 2.9 Pergerakan Lempeng


(Sumber : Noor, 2012)

Tektonik lempeng erat kaitannya dengan lapisan litosfer pada bumi


yang menjadi lapisan paling atas dari bumi. Lempeng tektonik adalah
bagian paling atas dari bumi dengan fenomena yang muncul akibat proses
pergerakan dan mempengaruhi tinggi rendah dri bumi tersebut. Lempeng
tektonik dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
1. Gerak Divergen : zona dengan lempeng yang mengalami
pergerakan saling menjauh
2. Gerak Konvergen : zona penghancuran yang membuat lempeng
di permukaan bumi saling mendekat satu sama lain.
3. Gerak Transform : tidak terdapat litosfer yang dihancurkan dan
tidak terdapat litosfer baru.
Gerak relatif dari lempeng sesuai dengan proses pembalikan medan
magnet bumi yang membuktikan adanya perubahan di daerah Mid Oceanic
Ridge. Untuk menentukan jalur dari lempeng tektonik adalah dengan
mengamati distribusi dari gempa-gempa dangkal yang terjadi. Sumber dari
gempa bumi ada batas lempeng-lempeng tektonik serta sesar-sesar yang
masih aktif (Syafitri dkk, 2018).

ARIL BAYU AJI / 114220046 / PLUG 1 II - 9


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

2.1.10 Mid Ocean Ridge

Gambar 2.10 Mid Ocean Ridge


(Sumber : Noor, 2012)

Mid ocean ridge merupakan rangkaian gunungapi dan aliran lava


dasar laut yang terbentuk pada batas lempeng divergen. Gunungapi
biasanya juga terbentuk pada pemekaran benua. Pada batas lempeng
konvergen, litosfer samudera yang padat masuk ke dalam astenosfer.
Lempeng membawa air, lumpur, dan batuan pada lantai samudera.
Lempeng masuk ke dalam mantel dan menjadi panas. Panas
memindahkan air naik ke astenosfer yang panas di bawah lempeng
berlawanan. Air melelehkan batuan astenosfer membentuk magma dalam
jumlah besar pada zona subduksi. Magma naik ke litosfer, beberapa yang
keras masuk ke litosfer dan beberap tererupsi ke permukaan bumi
(Alatas, 2022).

ARIL BAYU AJI / 114220046 / PLUG 1 II - 10


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

2.2 Pembahasan
2.2.1 Batu Granit

Gambar 2.2.11 Gambar Batu Granit


(Koleksi Pribadi, 2023)

Batu granit yang diamati memiliki dimensi dengan panjang 8 cm, lebar
4 cm, dan tinggi 5 cm. Granit memiliki warna cokelat keabuan dan tergolong
ke dalam jenis batuan plutonik. Granit memiliki struktur batuan masif, yaitu
batuan pejal tanpa retakan maupun lubang-lubang gas. Tekstur granuralitas
dari batu granit adalah fanerik. Tekstur kristalisasi dari batuan granit adalah
holokristalin, yaitu massa batuan seluruhnya tersusun oleh kristal. Granit
memiliki butir subhedral (cenderung tidak sempurna) dan relasinya
inequigranular, yaitu mineralnya mempunyai ukuran butir yang tidak sama.
Komposisi mineral batuan granit berupa ortoklas (35%), plagioklas (30%),
kuarsa (20%), dan biotit (15%). Granit tidak beraksi ketika dilakukan
pengujian dengan tetes HCl.
Batuan granit merupakan batuan yang terjadi dari proses pembekuan
magma berkomposisi asam dan terbentuk jauh di dalam kulit bumi sehingga
disebut sebagai batuan dalam atau batuan plutonik. Terbentuknya kira-kira 3
km - 4 km di bawah permukaan bumi, bahkan sampai pada jarak 15 km – 5 km
di dalam bumi dan terbentuk pada suhu 1200°C - 800°C. Karena membekunya
jauh di dalam kulit bumi, bentuk dan ukuran mineral pembentuknya besar-
besar dan mudah dibedakan antara mineral satu dengan lainnya. Ketampakan
demikian dikenal dengan istilah holokristalin (banyak kristal)
(Sukandarrumidi, 2009).

ARIL BAYU AJI / 114220046 / PLUG 1 II - 11


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

Dalam bidang industri, pemanfaatan batuan granit banyak dipakai


untuk pembuatan keramik (G. Bayrak, 2013). Granit dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bangunan dan gedung, lantai, batu hias, ornamen dinding,
pembuatan meja, dan sisa potongan granit dapat dicetak bersama semen putih
untuk membuat teraso. Persebaran batuan granit di Indonesia adalah di Jambi
tepatnya di Kabupaten Sarko dan Kabupaten Bungolebu, di Riau tepatnya di
Kabupaten Kempar dan Kabupaten Indagiri Hulu, dan Yogyakarta
(Sukandarrumidi, 2009).
2.2.2 Batu Riolit

Gambar 2.2.11 Gambar Batu Riolit


(Koleksi Pribadi, 2023)

Batuan riolit yang diamati memiliki panjang 5 cm, lebar 3 cm,


dan tinggi 3,5 cm dan berwarna coklat. Batuan ini tergolong ke dalam jenis
batuan vulkanik. Batuan ini memiliki struktur schoria dan derajat kristalisasi
berupa hipokristalin. Batuan yang diamati memiliki granularitas yang
tergolong afanitik. Bentuk butirnya anhedral dengan relasi berupa
equigranular. Komposisi mineral batuan yang diamati memiliki kemungkinan
berupa mineral ortoklas (50%), plagioklas (20%), kuarsa (20%), dan massa
gelas (10%).
Riolit merupakan batuan jenis vulkanik, yaitu batuan yang terbentuk di
permukaan bumi. Riolit terbentuk sangat cepat dari aliran lava di permukaan
bumi. Riolit adalah batuan lelehan dari granit, berbutir halus, bertekstur
holokristalin hingga hipokristalin. Mempunyai komposisi mineral yang sama
dengan granit. Riolit terbentuk sebagai batuan gang dan batuan leleran dalam
bentuk retas, sill, dan aliran. Batuan beku ini seperti granit kaya akan kuarsa

ARIL BAYU AJI / 114220046 / PLUG 1 II - 12


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

dan feldspar alkali (Pellant, 1992). Pembentukan batuan beku riolit juga dapat
terjadi dari proses asimilasi magma. Asimilasi magma adalah proses
meleburnya batuan samping (migling) akibat naiknya magma ke arah
permukaan dan proses ini dapat menyebabkan magma yang tadinya bersifat
basa berubah menjadi asam karena komposisi batuan sampingnya lebih bersifat
asam (Noor, 2013).
Dalam pemanfaatannya, batuan riolit digunakan sebagai bahan
bangunan. Batu ini digunakan sebagai pendamping konstruksi bangunan dan
juga sebagai pelengkap ketika membangun sebuah gedung seperti halnya batu
granit yang banyak digunakan untuk memperindah tampilan suatu bangunan
karena batu granit dan riolit ini mirip.
2.2.3 Granodiorit

Gambar 2.2.11 Gambar Batu Granodiorit


(Koleksi Pribadi, 2023)

Batuan granodiorit yang diamati memiliki dimensi dengan panjang 6


cm, lebar 5 cm, dan tinggi 5 cm. Batuan granodiorit memiliki warna putih
keabuan. Batuan ini merupakan jenis batuan plutonik dan mempunyai struktur
struktur batuan masif, yaitu batuan pejal tanpa retakan maupun lubang-lubang
gas. Tekstur kristalisasi dari batuan granodiorit adalah holokristalin, yaitu
massa batuan seluruhnya tersusun oleh kristal. Tekstur granularitas dari batuan
granodiorit adalah fanerik, yaitu ukuran butir kristalnya relatif sedang-besar
(dapat dilihat dengan mata telanjang). Granodiorit memiliki butir subhedral
(cenderung tidak sempurna) dan relasinya inequigranular, yaitu mineralnya
mempunyai ukuran butir yang tidak sama. Komposisi mineral dalam batuan

ARIL BAYU AJI / 114220046 / PLUG 1 II - 13


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

granodiorit berupa plagioklas (50%), piroksen (20%), kuarsa (15%), dan


ortoklas (15%).
Granodiorit merupakan batuan transisi dari granit dan diorit. Bentuk
fisik dan kandungan mineral pada granodiorit hampir sama dengan mineral
yang ada dalam granit. Granodiorit juga terbentuk dari proses pembekuan
magma yang bersifat asam dan terletak jauh di dalam kulit bumi. Terbentuknya
batuan granit diperkirakan 3 km – 4 km di bawah permukaan bumi. Granodiorit
terbentuk pada suhu 800°C-1.200°C. Mineral pada granodiorit terbentuk di
dalam kerak bumi sehingga pendinginan magma terjadi secara lambat, dari
pembekuan lambat tersebut atom-atom mineral penyusun batuan granodiorit
tersebut memiliki waktu yang lama untuk saling berikatan dan membentuk
masa kristal, bentuk dan ukuran mineral pembentuknya pun besar-besar dan
mudah dibedakan antara mineral satu dengan lainnya (Sukandarrumidi, 2009).
Granodiorit yang merupakan hasil dari leburan granit memiliki potensi
pemanfaatan yang hampir sama dengan granit. Batuan granodiorit juga banyak
dimanfaatkan untuk keramik, ornamen dinding, dan sisa potongan batuan
granodiorit pun juga dapat dicetak bersama semen putih untuk membuat teraso,
sama seperti granit. Persebaran batuan granodiorit di Indonesia adalah di
Sumatera Utara tepatnya di Tapanuli Tengah, Kotanopan, Tarutung, Tapanuli
Utara, di daerah Pekalongan, Banten, Banyumas, dan Sulawesi Selatan
(Sukandarrumidi, 2009).
2.2.4 Batu Dasit

Gambar 2.2.11 Gambar Batu Dasit


(Koleksi Pribadi, 2023)

ARIL BAYU AJI / 114220046 / PLUG 1 II - 14


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

Batuan dasit yang diamati memiliki dimensi dengan panjang 6,5 cm,
lebar 5 cm, dan tinggi 6 cm. Batuan ini memiliki warna yang cerah, yaitu abu-
abu putih. Warna yang cerah ini disebabkan karena batuan dasit merupakan
batuan asam/felsik yang banyak mempunyai kandungan SiO2. Batuan dasit
termasuk dalam batuan vulkanik dan mempunyai struktur masif, yaitu batuan
pejal tanpa retakan maupun lubang-lubang gas. Tekstur kristalisasi dari batuan
dasit adalah hipokristalin, yaitu massa batuan tersusun oleh massa kristal dan
massa gelas. Tekstur granularitasnya berupa fanerik, yaitu ukuran butir
kristalnya relatif sedang-besar. Butir dari batuan dasit ini termasuk dalam
subhedral (cenderung tidak sempurna) dan relasinya inequigranular, yaitu
mineralnya mempunyai ukuran butir yang tidak sama. Komposisi mineral dasit
terdiri atas plagioklas (30%), ortoklas (20%), kuarsa (30%), dan massa gelas
(20%). Dasit tidak bereaksi dengan HCl.
Dasit dapat terbentuk pada dike dan kubah-kubah kecil intrusi magma
(massa kristal didapatkan). Proses pembentukannya biasanya pada suhu
900°C-1.200°C. Batuan dasit juga juga sering dijumpai berasosiasi dengan
daerah-daerah terlokalisir di dalam atau pada tepi lempeng (Mottana, 1998).
Dasit termasuk batuan beku berjenis ekstrusif. Komposisi mineral dasit
didominasi oleh plagioklas dan kuarsa dengan sedikit ortoklas, biotit,
hornblenda, dan piroksen. Dasit termasuk dalam batuan beku asam, sehingga
berwarna cerah hingga abu-abu (Pellant, 1992).
Dasit dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan rumah dan gedung,
pembuatan jalan dan jembatan, sebagai batu hias, dan bahan baku aksesoris
rumah. Penyebaran batuan ini di Indonesia adalah di daerah Jambi, Riau,
Bengkuku, Lampung, Gorontalo, dan Kebumen (Sukandarrumidi, 2009).

ARIL BAYU AJI / 114220046 / PLUG 1 II - 15


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

2.3 Kesimpulan
Batuan beku asam adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma
yang terdiri dari mineral-mineral yang bersifat asam. Batuan beku dasit,
granit, riolit, dan granodiorit merupakan jenis batuan beku asam. Empat
batuan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Batuan dasit adalah
batuan jenis vulkanik, mempunyai warna putih abu-abu, struktur masif,
kristalisasi hipokristalin, granularitas fanerik, butir subhedral, dan
inequigranular. Batuan granit adalah batuan jenis plutonik, mempunyai warna
abu-abu, struktur masif, kristalisasi holokristalin, granularitas fanerik, butir
subhedral, dan inequigranular. Mineral yang mendominasi batuan granit
adalah ortoklas. Batuan granit terbentuk dari proses pembekuan magma yang
berkomposisi asam. Batuan granodiorit adalah batuan jenis plutonik,
mempunyai struktur masif, mempunyai warna abu-abu kecokelatan,
kristalisasi holokristalin, granularitas fanerik, butir subhedral, dan
equigranular. Batuan riolit adalah batuan jenis vulkanik, struktur skoria,
mempunyai coklat muda, kristalisasi hipokristalin, granularitas afanitik, butir
anhedral dan equigranular.

ARIL BAYU AJI / 114220046 / PLUG 1 II - 16

Anda mungkin juga menyukai