Siklus batuan adalah proses yang menggambarkan perubahan dari magma yang
membeku akibat pengaruh cuaca hingga menjadi batuan beku, lalu sedimen, batuan
sedimen dan batuan metamorf dan akhirnya berubah menjadi magma. Mekanisme
siklus batuan yaitu magma mengalami proses siklus pendinginan, terjadi kristalisasi
membentuk batuan beku pada siklus ini, lalu batuan beku mengalami pelapukan
terosi, terangkat dalam bentuk larutan ataupun tidak larut, diendapkan, sedimentasi
membentuk batuan sedimen. Ada pula yang langsung mengalami perubahan menjadi
metamorf saat siklus berlangsung. Selanjutnya, batuan sedimen dapat mengalami
perubahan baik secara kinetik/dynamo, dan hidrotermik akan menjadi metamorf.
Siklus berikutnya batuan metamorf yang mencapai lapisan bumi yang suhunya tinggi
mungkin berubah lagi menjadi magma lewat proses magmatasi.
2. Vesikuler
Berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu
pembekuan magma. Arah lubang-lubang itu teratur.
3. Skoria
Berlubang-lubang besar akan tetapi arahnya tidak beraturan.
4. Amigdaloidal
Lubang-lubang gas yang terisi oleh mineral sekunder.
5. Xenolitis
Struktur yang memperlihatkan adanya fragmen batuan lain yang masuk
dalam batuan yang mengintrusiknya.
B. Tekstur
Tekstur adalah kenampakkan dari ukuran, bentuk dan hubungan keteraturan
butiran atau kristal dalam batuan. Didalam pemerian masroskopik, dikenal tekstur-
tekstur yang utama yaitu :
1. Derajat Kristalisasi
a) Holokristalin : apabila batuan terdiri dari masa kristal seluruhnya.
b) Holohialin : apabila batuan terdiri dari masa gelas seluruhnya.
c) Hipokristalin : apabila batuan terdiri dari sebagian masa kristal dan
sebagian masa gelas.
2. Ukuran Butir/Granularitas
a) Fanerik (phaneric), apabila kristal-kristalnya jelas dapat dibedakan
dengan mata biasa.
Halus : diameter < 1 mm
Sedang : diameter 1 – 5mm
Kasar : diameter 5 mm – 3 cm
Sangat Kasar : diameter > 3 cm
3. Kemas/ Bentuk Kristal Bentuk kristal merupakan sifat dari kristal dalam
batuan jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Untuk ini kenampakan
kristal diamati pada pandangan dua dimensi.
a) Euhedral : apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari
bidang kristal
b) Subhedral : apabila sebagian dari batas kristal-kristanya sudah
tidak tampak lagi.
c) Anhedral : apabila mineral sudah tidak mempunyai bentuk bidang
kristal asli.
2. Pemilahan ( sorting)
Pemilahan adalah tingkat keseragaman besar butir. Istilah-istilah yang
dipakai adalah “terpilah baik” (butir-butir sama besar), “terpilah sedang” dan
“terpilah buruk”.
3. Kebundaran (roundness)
Kebundaran adalah tingkat kelengkungan dari setiap fragmen/butiran.
Istilah-istilah yang dipakai adalah.
Membundar baik (well rounded)
Membundar (rounded)
Membundar tanggung (sub rounded)
Menyudut tanggung (sub angular)
Menyudut (angular)
4. Kemas (Fabric)
Kemas adalah sifat hubungan antar butir di dalam suatu masa
dasar atau di antara semennya. Istilah-istilah yang dipakai adalah
“kemas terbuka” digunakan untuk butiran yang tidak saling
bersentuhan, dan “kemas tertutup” untuk butiran yang saling
bersentuhan.
C. Komposisi Mineral
Batuan Sedimen Klastik Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik
dapat dibedakan yaitu :
Fragmen
Fragmen adalah bagian butir yang ukurannya paling besar dan
dapat berupa pecah-pecahan batuan, mineral dan cangkang–cangkang
fosil atau zat organik lainnya.
Semen
Semen adalah bahan yang mengikat butiran. Semen terbentuk
pada saat pembentukan batuan, dapat berupa silika, karbonat, oksida
besi atau mineral lempung.
Matrik
Masa dasar (matrix) adalah masa dimana butiran/fragmen berada
dalam satu kesatuan. Masa dasar terbentuk bersama-sama fragmen
pada saat sedimentasi, dapat berupa bahan semen atau butiran yang
lebih halus.
a. Slaty Merupakan perlapisan, umumnya terdiri dari mineral yang pipih dan
sangat luas. Mineral-mineral halus dan tidak dapat dilihat secara megaskopis,
contoh batu sabak, batu lempung yang mengalami metamorfose rendah.
b. Phyllitic Perlapisan mineral-mineral yang menerus dan terdiri dari tekstur
lepidoblastik. Struktur pada batuan filit, tingkatnya lebih tinggi dari slate, sudah
ada segregation bedding tetapi tidak sebaik batuan yang berstruktur schistocity.
c. Schistosity Perlapisan mineral-mineral yang menerus dan terdiri dari selang-
seling tekstur lepodoblastik dan granoblastik. Foliasi yang diperlihatkan secara
jelas oleh kepingan-kepingan mika, memberikan belahan yang rata/tidak putus-
putus. Sering juga merupakan perulangan antara mineral-mineral pipih dengan
mineral-mineral yang berbutir.
d. Gneissic Perlapisan dari mineral-mineral yang membentuk jalur terputus-putus,
dan terdiri dari tekstur-tekstur lepidoblastik dan granoblastik.
INDEKS MINERL
ZONA BARROW