Anda di halaman 1dari 26

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

3.1 Siklus Batuan

Siklus batuan adalah proses yang menggambarkan perubahan dari magma yang
membeku akibat pengaruh cuaca hingga menjadi batuan beku, lalu sedimen, batuan
sedimen dan batuan metamorf dan akhirnya berubah menjadi magma. Mekanisme
siklus batuan yaitu magma mengalami proses siklus pendinginan, terjadi kristalisasi
membentuk batuan beku pada siklus ini, lalu batuan beku mengalami pelapukan
terosi, terangkat dalam bentuk larutan ataupun tidak larut, diendapkan, sedimentasi
membentuk batuan sedimen. Ada pula yang langsung mengalami perubahan menjadi
metamorf saat siklus berlangsung. Selanjutnya, batuan sedimen dapat mengalami
perubahan baik secara kinetik/dynamo, dan hidrotermik akan menjadi metamorf.
Siklus berikutnya batuan metamorf yang mencapai lapisan bumi yang suhunya tinggi
mungkin berubah lagi menjadi magma lewat proses magmatasi.

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

3.4 Batuan Beku


Batuan beku merupakan kumpulan (aggregate) dari bahan yang lebur yang
berasal dari selubung bumi (mantel). Sumber panas yang diperlukan untuk
meleburkan bahan ini berasal dari dalam bumi, dimana temperatur pada umumnya
bertambah dengan 30˚C setiap kilometer kedalaman (geothermal gradien). Bahan
yang lebur ini, atau magma, adalah larutan yang kompleks, terdiri dari silikat dan air,
dan berbagai jenis gas. Magma dapat mencapai permuakaan, dikeluarkan (ekstrusi)
sebagai lava, dan membeku di dalam bumi disebut batuan beku intrusif dan yang
membeku dipermukaan disebut sebagai batuan beku ekstrusif.
Komposisi dari magma tergantung pada komposisi batuan yang dileburkan
pada saat pembentukan magma. Jenis batuan beku yang terbentuk tergantung dari
berbagai faktor diantaranya, komposisi asal dari peleburan magma, kecepatan
pendinginan dan reaksi yang terjadi didalam magma ditempat proses pendinginan
berlangsung. Pada saat magma mengalami pendinginan akan terjadi kristalisasi dari
berbagai mineral utama yang mengikuti suatu urutan atau orde, umumnya dikenal
sebagai Seri Reaksi Bowen.

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

3.4.1 Identifikasi Batuan Beku


Batuan beku diperikan dan dikenal berdasarkan komposisi mineral dan sifat
teksturnya. Komposisi mineral batuan mencerminkan informasi tentang magma
asal batuan tersebut dan posisi tektonik (berhubungan struktur kerak bumi dan
mantel) tempat kejadian magma tersebut. Tekstur akan memberikan gambaran
tentang sejarah atau proses pendinginan dari magma.
Batuan beku terbentuk karena pendinginan dan pembekuan magma. Magma
adalah cairan silikat pijar di dalam bumi bersuhu tinggi (900-1300ºC) terbentuk
secara alamiah dan berasal dari bagian bawah kerak bumi atau bagian atas selubung
bumi. Secara umum batuan beku dibagai menjadi batuan beku plutonik yaitu
batuan beku yang terbentuk di dalam bumi dan batuan beku vulkanik yaitu batuan
beku yang terbentuk di permukaan bumi.
Berdasarkan komposisi mineralnya batuan beku dibagai menjadi :
 Batuan beku asam : > 66% SiO2
 Batuan beku intermediate : 52% - 66% SiO2
 Batuan beku basa : 45% - 52% SiO2
 Batuan beku ultra basa : < 45 % SiO2
Dalam penamaan batuan beku secara megaskopis didasarkan atas pengamatan :
A. Struktur
Struktur batuan beku sebagaian besar hanya dapat dilihat di lapangan
saja, misalnya pillow lava, jointing structure, sheeting joint, dan hanya
beberapa saja yang dapat dilihat dalam sample setangan yaitu :
1. Masif
Tidak menunjukan adanya lubang atau struktur aliran.

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2. Vesikuler
Berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu
pembekuan magma. Arah lubang-lubang itu teratur.
3. Skoria
Berlubang-lubang besar akan tetapi arahnya tidak beraturan.
4. Amigdaloidal
Lubang-lubang gas yang terisi oleh mineral sekunder.
5. Xenolitis
Struktur yang memperlihatkan adanya fragmen batuan lain yang masuk
dalam batuan yang mengintrusiknya.
B. Tekstur
Tekstur adalah kenampakkan dari ukuran, bentuk dan hubungan keteraturan
butiran atau kristal dalam batuan. Didalam pemerian masroskopik, dikenal tekstur-
tekstur yang utama yaitu :
1. Derajat Kristalisasi
a) Holokristalin : apabila batuan terdiri dari masa kristal seluruhnya.
b) Holohialin : apabila batuan terdiri dari masa gelas seluruhnya.
c) Hipokristalin : apabila batuan terdiri dari sebagian masa kristal dan
sebagian masa gelas.
2. Ukuran Butir/Granularitas
a) Fanerik (phaneric), apabila kristal-kristalnya jelas dapat dibedakan
dengan mata biasa.
 Halus : diameter < 1 mm
 Sedang : diameter 1 – 5mm
 Kasar : diameter 5 mm – 3 cm
 Sangat Kasar : diameter > 3 cm

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

b) Afanitik (aphanitic) terdiri dari mineral berbutir (kristal) halus,


berukuran mikroskopik, lebih kecil dari 1 mm, dan tidak dapat diamati
di bawah pengamatan biasa.
c) Porfiritik (Porphyritic) tekstur ini karakteristik pada batuan beku, yang
memperlihatkan adanya butiran (kristal) yang tidak seragam
(inequigranular), dimana butiran yang besar, disebut sebagai fenokris
(phenocryst), berbeda didalam masadasar (groundmass) atau matriks
(matrix) yang lebih halus (dapat berupa kristal halus (afanitik), maupun
fanerik.
d) Vesikuler (Vesicular) tekstur yang ditunjukkan adanya rongga (vesicle)
pada batuan, berbentuk lonjong, oval atau bulat. Rongga-rongga ini
adalah bekas gelembung gas yang terperangkap pada saat pendinginan.
Bila lubang-lubang ini telah diisi mineral disebut amygdaloidal.
e) Gelas (glassy) tekstur yangmenyerupai gelas, tidak mempunyai bentuk
kristal amorph. Beberapa tekstur karakteristik yang masih dapat diamati
secara makroskopik diantaranya adalah : tekstur ofitik (ophytic) atau
tekstur diabasik.

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

3. Kemas/ Bentuk Kristal Bentuk kristal merupakan sifat dari kristal dalam
batuan jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Untuk ini kenampakan
kristal diamati pada pandangan dua dimensi.
a) Euhedral : apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari
bidang kristal
b) Subhedral : apabila sebagian dari batas kristal-kristanya sudah
tidak tampak lagi.
c) Anhedral : apabila mineral sudah tidak mempunyai bentuk bidang
kristal asli.

4. Relasi (Hubungan antar kristal)


Relasi adalah hubungan antara kristal yang satu dengan yang lain dalam
batuan. Secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu:
a) Equigranular : bila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk
batuan berukuran sama besar.
b) Inequigranular : bila ukuran butir kristalnya sebagai batuan tidak sama
besar.

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

3.5 Batuan Sedimen


3.5.1 Kejadian Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi akibat proses litifikasi dari
hancuran batuan lain. Litifikasi batuan adalah proses yang meliputi kompaksi,
autigenik, diagenesa yaitu proses terubahnya material pembentuk batuan yang
bersifat lepas menjadi batuan yang kompak.
 Batuan sedimen klastik. Batuan yang terbentuk dari pengendapan kembali
dari batuan pecahan batuan asal. Batuan asal bisa berasal dari batuan beku,
batuan sedimen dan batuan metamorf.
 Batuan sedimen non-klastik. Batuan yang terbentuk dari hasil reaksi kimia
atau bisa juga dari hasil kegiatan organisme.

3.5.2 Pemerian Batuan Sedimen Klastik


Di dalam pemerian batuan sedimen klastik yang mempunyai ukuran butir
yang relatif kasar dibedakan atas tiga bagian yakni :
A. Struktur
Struktur batuan sedimen tidak banyak dilihat dari contoh-contoh batuan
di laboratorium macam-macam struktur batuan sedimen yang penting antara
lain struktur perlapisan, dimana struktur ini merupakan sifat utama dari
batuan sedimen klastik yang menghasilkan bidang-bidang sejajar sebagai
hasil proses pengendapan.
Beberapa struktur sedimen yang dapat diamati pada satuan antara lain :
1. Perlapisan
Perlapisan adalah bidang kemasan waktu yang dapat ditunjukkan
oleh perbedaan besar butir atau warna dari bahan penyusunannya.

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2. Perlapisan bersusun (graded bedding)


Merupakan susunan perlapisan dari butir yang kasar berangsur menjadi
halus pada satu satuan perlapisan. Struktur ini dapat dipakai sebagai petunjuk
bagian bawah dan bagian atas dari perlapisan tersebut. Umumnya butir yang
kasar merupakan bagian bawah (bottom) dan butiran yang halus merupakan
bagian atas (top).
3. Perlapisan silang-siur (cross bedding)
Merupakan bentuk lapisan yang terpotong pada bagian atasnya oleh
lapisan berikutnya dengan sudut yang berlainan dalam satu satuan perlapisan.
Lapisan ini terutama terdapat pada batupasir.
4. Gelembur gelombang (current ripple)
Bentuk perlapisan bergelombang, seperti berkerut dalam satu lapisan
5. Flute cast
Struktur sedimen berbentuk suling dan terdapat pada dasar suatu
lapisan yang dapat dipakai untuk menentukan arus purba.
6. Load cast
Struktur sedimen yang terbentuk akibat pengaruh beban sedimen
diatasnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya struktur perlapisan adalah:
 Adanya perbedaan warna mineral
 Adanya perbedaan ukuran butir.
 Adanya perbedaan komposisi mineral.
 Adanya perubahan macam batuan.
 Adanya perubahan struktur batuan.
 Adanya perubahan kekompakan.

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

Dalam perlapisan batuan sedimen memiliki beberapa macam perlapisan. Berikut


macam-macam perlapisan :
 Masif
Menunjukkan perlapisan yang tidak ada struktur dalam atau ketebalan
lebih dari120 cm.
 Perlapisan sejajar
Menunjukkan bidang perlapisan saling sejajar.
 Laminasi
Menunjukkan perlapisan sejajar yang ukuran atau ketebalannya lebih
kecil dari 1cm. Terbentuk dari suspensi tanpa energi mekanis.
 Perlapisan pilihan
Bila perlapisan disusun atas butiran yang berubah teratur dari halus ke
kasar pada arah vertikal, terbentuk dari arus pekat.
 Perlapisan silang siur
Perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang berada
di atas atau di bawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk akibat
intensitas arus yang berubah-ubah.
B. Tekstur
Ada tiga hal yang menjadi perhatian dalam pengamatan tekstur dalam batuan
sedimen klastik ini antara lain
1. Besar butir (grain size)
Besar butir adalah ukuran diameter dari fragmen batuan.

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2. Pemilahan ( sorting)
Pemilahan adalah tingkat keseragaman besar butir. Istilah-istilah yang
dipakai adalah “terpilah baik” (butir-butir sama besar), “terpilah sedang” dan
“terpilah buruk”.
3. Kebundaran (roundness)
Kebundaran adalah tingkat kelengkungan dari setiap fragmen/butiran.
Istilah-istilah yang dipakai adalah.
 Membundar baik (well rounded)
 Membundar (rounded)
 Membundar tanggung (sub rounded)
 Menyudut tanggung (sub angular)
 Menyudut (angular)

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

4. Kemas (Fabric)
Kemas adalah sifat hubungan antar butir di dalam suatu masa
dasar atau di antara semennya. Istilah-istilah yang dipakai adalah
“kemas terbuka” digunakan untuk butiran yang tidak saling
bersentuhan, dan “kemas tertutup” untuk butiran yang saling
bersentuhan.

C. Komposisi Mineral
Batuan Sedimen Klastik Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik
dapat dibedakan yaitu :
 Fragmen
Fragmen adalah bagian butir yang ukurannya paling besar dan
dapat berupa pecah-pecahan batuan, mineral dan cangkang–cangkang
fosil atau zat organik lainnya.
 Semen
Semen adalah bahan yang mengikat butiran. Semen terbentuk
pada saat pembentukan batuan, dapat berupa silika, karbonat, oksida
besi atau mineral lempung.
 Matrik
Masa dasar (matrix) adalah masa dimana butiran/fragmen berada
dalam satu kesatuan. Masa dasar terbentuk bersama-sama fragmen
pada saat sedimentasi, dapat berupa bahan semen atau butiran yang
lebih halus.

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

a. Transportasi Sedimen dengan Media Gravitasi


Gravitasi merupakan agen utama yang mengakibatkan transportasi pada
landslides dan massflow. transportasi ini partikel sediment tertransport langsung
oleh pengaruh gravitasi disini material akan bergerak lebih dulu baru kemudian
medianya. Jadi disini partikel bergerak tanpa batuan fluida, partikel sedimen akan
bergerak karena terjadi perubahan energi potensial gravitasi menjadi energi kinetik.

TRANSPORTASI SEDIMEN MEDIA GRAVITASI

Gambar 3.6. Transportasi Sedimen Media Gravitasi

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

b. Transportasi Sedimen dengan Media Udara


Setelah air, udara adalah media transportasi terpenting. Angin berhembus di
atas lahan mengangkat debu dan pasir kemudian membawanya sampai jarak yang
jauh. Kapasitas angin untuk mentransportasikan material dibatasi oleh densitas
rendah dari udara. Perbedaan densitasantara media dan klastik berpengaruh
terhadap keefektifan media dalam menggerakkan sedimen.

TRANSPORTASI SEDIMEN MEDIA UDARA

Gambar 3.7. Transportasi Sedimen Media Udara

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

c. Transportasi Sedimen dengan Media Es


Air dan udara adalah media fluida yang jelas, tapi kita juga dapat
mempertimbangkan es sebagai media fluida karena selama periode yang panjang es
bergerak melintasi permukaan lahan. Pergerakan detritus oleh es penting pada
daerah di dalam dan disekitar tudung es kutub dan daerah pegunungan dengan
gletser semipermanen atau permanen.Volume material yang digerakkan es sangat
besar ketika meluasnya es.

TRANSPORTASI SEDIMEN MEDIA ES

Gambar 3.8. Transportasi Sedimen Media Es

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

d. Transportasi Sedimen dengan Media Sungai


Transportasi partikel di dalam air sejauh ini merupakan mekanisme
transportasi yang paling signifikan. Air mengalir di permukaan lahan didalam
channel dan sebagai aliran permukaan (overland flow). Arus-arus di laut
digerakkan oleh angin, tidal, dan sirkulasi samudra. Aliran- aliran ini mungkin
cukup kuat untuk membawa material kasar di sepanjang dasarnya dan material
yang lebih halus dalam suspensi. Material dapat terbawa di dalam air sejauh ratusan
atau ribuan kilometer sebelum terendapkan sebagai sedimen.

TRANSPORTASI SEDIMEN MEDIA SUNGAI

Gambar 3.9. Transportasi Sedimen Media Sungai

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

HUBUNGAN ANTAR MATRIK

Gambar 3.11. Hubungan Antar Matrik, Semen, dan Butiran

3.5.3 Batuan Sedimen Non-Klastik


A. Batuan Sedimen Organik
Batuan sedimen yang dihasilkan oleh aktifitas organisme yang terdapat
sebagai sisa organisme yang baisanya tetap tinggal ditempatnya contoh dari
batuan sedimen semacam ini adalah batu gamping koral, diatomea dll pada
batuan sedimen organik selalu terlihat struktur-struktur organismenya dengan
jelas walaupun seringkali terdapat rekristalisasi.
B. Batuan Sedimen Kimia
Sebagian dari sedimen semacam ini dihasilkan oleh proses penguapan
contohnya adalah endapan gypsum, garam dan lain-lain. Batuan sedimen
kimiawi biasanya hanya terdiri dari satu macam mineral saja yang jelas
walaupun bersifat berhablur tetapi kilapnya adalah non-metalik.

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

Tekstur non klastik Tekstur dibedakan menjadi dua :


a. Tekstur dari kristal – kristal yang interlocking, yaitu : kristal – kristalnya
saling mengunci satu sama lain.
b. Tekstur Amorf terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal – kristal atau
amorf (non kristalin).
A. Struktur non Klastik
Struktur batuan sedimen non klasik terbentuk dari proses reaksi kimia
ataupun kegiatan organik. Macam – macam struktur yang penting:
 Fossillifercous, struktur yang dicirikan oleh adanya fosil atau komposisi
terdiri dari fosil (sedimen organik).
 Oolitik, struktur dimana fragmen klastik diselubungi oleh mineral non klastik,
bersifat konsentris dengan diameter berukuran lebih kecil dari 2 mm.
 Pisolitik, sama dengan oolitik tetapi ukurannya lebih besar dari 2 mm.
 Konkresi, kenampakkan struktur ini sama dengan struktur oolitik tetapi tidak
menunjukkan adanya sifat konsentris.
 Cone in cone, struktur pada batugamping kristalin yang menunjukkan
pertumbuhan kerucut per kerucut.
 Rioherm, tersusun oleh organisme murni dan bersifat insite
 Piostrome, seperti bioherm tetapi bersifat klastik. Bioherm dan biostrome
merupakan struktur luar yang hanya tampak di lapangan.
 Sepatrin, sejenis konkreksi tetapi mempunyai komposisi lempungan. Ciri
khasnya adanya rekahan–rekahan yang tidak teratur sebagai akibat
penyusutan bahan lempungan tersebut karena proses dehidrasi yang
kemudian celah – celah yang terbentuk, terisi oleh kristal – kristal karbonat
yang kasar.

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

3.6 Batuan Metamorf/Malihan


3.6.1 Kejadian Batuan Metamorfik
Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya,
berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan
tekanan (P), atau pengaruh kedua-duanya yang disebut proses metamorfisme dan
berlangsung di bawah permukaan. Proses metamorfosis meliputi :
 Rekristalisasi.
 Reorientasi.
 Pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.

3.6.2 Jenis Batuan Metamorfik


A. Metamorfisme thermal (kontak), terjadi karena aktiftas intrusi magma, proses
yang berperan adalah panas larutan aktif.
B. Metamorfisme dinamis, terjadi di daerah pergeseran/pergerakan yang dangkal
(misalnya zona patahan), dimana tekanan lebih berperan dari pada panas yang
timbul. Seringkali hanya terbentuk bahan yang sifatnya hancuran,
kadangkadang juga terjadi rekristalisasi.
C. Metamorfisme regional,proses yang berperan adalah kenaikan tekanan dan
temperatur.

3.6.3 Struktur Batuan Metamorf


Struktur pada batuan metamorf yang terpenting adalah “foliasi”, yaitu tekstur
yang memperlihatkan orientasi kesejajaran mineral. Kadang-kadang foliasi
menunjukkan orientasi yang hampir sama dengan perlapisan batuan asal (bila
berasal dari batuan sedimen).

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

a. Slaty Merupakan perlapisan, umumnya terdiri dari mineral yang pipih dan
sangat luas. Mineral-mineral halus dan tidak dapat dilihat secara megaskopis,
contoh batu sabak, batu lempung yang mengalami metamorfose rendah.
b. Phyllitic Perlapisan mineral-mineral yang menerus dan terdiri dari tekstur
lepidoblastik. Struktur pada batuan filit, tingkatnya lebih tinggi dari slate, sudah
ada segregation bedding tetapi tidak sebaik batuan yang berstruktur schistocity.
c. Schistosity Perlapisan mineral-mineral yang menerus dan terdiri dari selang-
seling tekstur lepodoblastik dan granoblastik. Foliasi yang diperlihatkan secara
jelas oleh kepingan-kepingan mika, memberikan belahan yang rata/tidak putus-
putus. Sering juga merupakan perulangan antara mineral-mineral pipih dengan
mineral-mineral yang berbutir.
d. Gneissic Perlapisan dari mineral-mineral yang membentuk jalur terputus-putus,
dan terdiri dari tekstur-tekstur lepidoblastik dan granoblastik.

STRUKTUR BATUAN METAMORF

Gambar 3.12. Struktur Batuan Metamorf

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

a) Hornfelsik Struktur khas pada batuan hornfels dimana butir-butirnya


equidemensional dan tidak menunjukan pengerahan/orientasi.
b) Katalastik Struktur yang terdiri pecahan-pecahan/fragmen-fragmen batuan
maupun mineral. Kelompok mineral atau batuan tersebut tidak menunjukan
arah.
c) Milonitik Sama dengan struktur kataklastik hanya butirnya lebih halus dan
dapat dibelah-belah seperti sxhistose. Struktur milonitik ini dapat dipakai
untuk ciri adanya sesar suatu daerah

3.6.4 Tekstur Batuan Metamorf


Tekstur batuan metamorf ditentukan dari bentuk kristal dan hubungan antar
butiran mineral. Tekstur dalam batuan metamorf digolongkan menjadi:
a. Homeoblastik, terdiri dari satu macam bentuk, yaitu :
 “Lepidoblastik”, mineral-mineral pipih dan sejajar seperti mineral-
mineral biotit, muscovit, dan sebagainya.
 “Nematoblastik”, bentuk menjarum dan sejajar
 “Granoblastik”, berbentuk butirdengan sisi kristal yang bergigi.
b. Heteroblastik, terdiri dari kombinasi tekstur homeoblastik.

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

TEKSTUR BATUAN METAMORF

Gambar 3.13. Tekstur Batuan Metamorf

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

3.6.5 Komposisi Mineral


Dalam mendeskripsikan batuan metamorf secara megaskopis komposisi
mineral batuan ini akan mengalami sedikit kesulitan, sehingga harus dilakukan
pengamatan lebih lanjut di laboratorium dengan menggunakan alat perbesaran
sehingga dapat terlihat kandungan mineral pembentuk batuan metamorf itu.
a. Mineral-mineral yang biasa di batuan metamorf dan batuan beku. Kuarsa,
feldspar, muskovit, biotit, hornblende, piroksen, olivin dan bijih besi.
b. Mineral-mineral yang biasa di batuan metamorf dan batuan sedimen . Kuarsa
muskovit mineral-mineral lempung, kalsit dan dolomit.

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

3.6.7 Zona Barrow


Konsep ini ditentukan pada tahun 1917, ketika Barrow memetakan zona-zona
metamorfisme di bagian Skotlandia zona mineralogi :
a. Zona Klorit : Kuarsa, klorit, muskovit dan albit.
b. Zona Biotit : Kuarsa, muskovit, biotit, klorit dan albit.
c. Zona Garnet : Kuarsa, muskovit, biotit, garnet, Na plagioklas.
d. Zona Staurolit : Kuarsa, muskovit, biotit, garnet, staurolit dan plagioklas.
e. Zona Kyanit : Kuarsa, muskovit, biotit, garnet, kyanit, plagioklas, dan
staurolit.
f. Zona Silimanit : Kuarsa, muskovit, biotit, garnet, silimanit dan plagioklas.

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

3.6.6 Indeks Mineral Batuan Metamorf


Indeks mineral digunakan dalam geologi untuk menentukan derajat
metamorfisme yang dialami oleh batuan. Hal ini bergantung pada komposisi asal
batuan serta tekanan dan tempertur yang dialami oleh protolit (batuan induk).
Reaksi kimia antara mineral dalam keadaan solid menghasilkan jenis-jenis mineral
batuan metamorf. Hal itu mengidentifikasi tekanan atau komperatur yang dipilih
minimum. Protolit harus alami untuk mendapatkan yang menyebabkan mineral
tersebut terbentuk. Semakin tinggi tekanan dan temperatur yang membentuk,
semakin tinggi derajat bahan tersebut.

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

INDEKS MINERL

Gambar 3.14. Indeks Mineral

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

ZONA BARROW

Gambar 3.15. Zona Barrow

Nama : Tanggal ACC:

NIM : Nama Asisten:

Kelompok: TTD Asisten :

Anda mungkin juga menyukai