Anda di halaman 1dari 24

konseptualisasi

metode penelitian
kuantitatif
bahan belajar-1
metode penelitian kuantitatif

#plsfipunm
pengertian dan urgensi
penelitian

P
enelitian adalah suatu proses mengumpulkan dan
menganalisis informasi untuk meningkatkan
pemahaman tentang suatu topik atau isu (Creswell,
2012). Mengumpulkan dan menganalisis informasi seperti
pada definisi ini, memberikan penegasan bahwa penelitian
bukan hanya kegiatan mengumpulkan informasi tentang
sesuatu atau beberapa hal, bukan juga kegiatan yang hanya
mengkoleksi data dan informasi dari berbagai sumber
tanpa melakukan interpretasi data, dan bukan juga
kegiatan mencari informasi secara acak, melainkan
penelitian secara mendasar memiliki karakteristik
mengumpulkan, menganalisis, dan menerjemahkan
informasi atau data secara sistematis untuk menambah
pemahaman dan untuk dikomunikasikan dengan komunitas
(dipublikasikan)

Mengacu pada uraian di atas, dapat dirumuskan bahwa


penelitian melibatkan sejumlah langkah yang disebut
sebagai metode ilmiah atau prosedur atau langkah
sistimatis keilmuan. Langkah sistimatis dari metode ilmiah
ini disebut dengan metodologi penelitian, yang terdiri
terdiri atas: pengajuan masalah; penyusunan kerangka pikir
(logical construct); pengajuan hipotesis (jawaban rasional
terhadap masalah); pengujian hipotesis secara empirik;
melakukan pembahasan; dan penarikan kesimpulan. Tiga
langkah yang pertama merupakah metode, sedangkan tiga
langkah selanjutnya bersifat teknis. Sebab itu, pelaksanaan
penelitian menyangkut dua hal yaitu metode dan hal teknis
penelitian. Namun demikian, secara empiris keduanya
melarut di dalamnya.

Penelitian sebagai operasionalisasi metode ilmiah dalam


kegiatan keilmuan, memiliki arti penting karena tiga alasan
yaitu penelitian menambah pengetahuan; penelitian
memperbaiki praktik; dan penelitian menginformasikan
perdebatan kebijakan (Creswell, 2012).

Penelitian menambah pengetahuan. Artinya, penelitian


memberikan kontribusi pada informasi yang sudah ada
tentang topik/isu, sehingga hasil penelitian membantu
menjawab pertanyaan, dan dengan mengakumulasikan
hasil-hasil penelitian membantu mendapatkan pemahaman
yang lebih spesifik tentang berbagai masalah. Misalnya,
pada suatu laporan penelitian mungkin menambahkan
kajian yang belum pernah dilaksanakan dan dengan
demikian mengisi kekosongan dalam pengetahuan yang
sudah ada; penelitian juga dapat menyediakan hasil-hasil
penelitian tambahan untuk menginformasi dan
mendiskonfirmasi hasil studi sebelumnya. Hasil ini dapat
menambahkan pada kepustakaan tentang praktik-praktik
yang efektif atau mengemukakan praktik-praktik yang lebih
baik yang mungkin dapat dicoba; penelitian juga dapat
memberikan informasi tentang orang dan tempat yang
belum pernah diteliti sebelumnya.

Contoh: Seseorang meneliti bagaimana orang dewasa


belajar keterampilan sosial. Jika peneliti meneliti
bagaimana orang dewasa mengembangkan berbagai
keterampilan sosial dan penelitian yang sudah ada belum
menelaah topik ini, maka penelitian ini akan mengisi celah
dalam pengetahuan; Jika penelitian mengeksplorasi
bagaimana orang dewasa menggunakan keterampilan
sosialnya mereka selama perjalanan pulang dari kantor,
penelitian ini mungkina mereplikasi penelitian sebelumnya
tetapi akan menguji hasil-hasilnya dengan partisipan baru
di tempat penelitian yang berbeda; Jika penelitian
menelaah bagaimana orang dewasa menggunakan
keterampilan sosial selama rapat, bukan di kantor tetapi
selama perjalanan pulang dari kantor, penelitian tersebut
akan memberi kontribusi pada pengetahuan dengan
memperluas pemahaman tentang topik tersebut; Jika
penelitian menelaah orang dewasa berjenis kelamin
perempuan dalam perjalanan pulang dari kantor, penelitian
ini akan menambahkan suara perempuan yang jarang
didengar dalam penelitian; Jika penelitian memiliki
implikasi pada bagaimana cara mengajarkan keterampilan
sosial kepada orang dewasa, maka penelitian ini memiliki
nilai praktis.

Penelitian memperbaiki praktik. Artinya, penelitian dapat


menyarankan atau menawarkan ide baru kepada praktisi
untuk dipertimbangkan ketika melaksanakan pekerjaannya.
Dari membaca penelitian, praktisi belajar tentang praktik
baru yang telah dicoba dalam ranah atau situasi lain;
penelitian juga membantu praktisi untuk mengevaluasi
pendekatan yang mereka harapkan cocok untuk berbagai
individu dalam berbagai ranah. Singkatnya, penelitian
membantu praktisi menjadi praktisi yang lebih baik.

Penelitian menginformasikan perdebatan kebijakan.


Artinya, penelitian mampu menyediakan informasi bagi
para pembuat kebijakan ketika mereka memperdebatkan
berbagai topik. Ketika pembuat kebijakan membaca hasil
penelitian tentang berbagai masalah, mereka diberi
informasi tentang perdebatan dan posisi yang harus
diambil; sementara, bagi individu, penelitian menawarkan
hasil yang dapat membantu menimbang berbagai
perspektif.
Pengertian dan Jenis
Metode Penelitian

M
etode penelitian dalam berbagai literatur
diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu (Sugiyono, 2015). Berdasarkan pada definisi ini,
diidentifikasi empat hal yakni: cara ilmiah, data, tujuan, dan
kegunaan. Agar lebih jelas, keempatnya diuraikan sebagai
berikut:

Cara ilmiah. Ini mengandung arti bahwa pelaksanaan


penelitian harus mengacu pada 3 ciri keilmuan yaitu
rasional (masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran
manusia); empiris (dapat diamati panca indera manusia,
sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahuinya);
dan sistematis (menggunakan langkah-langkah tertentu
yang bersifat logis).

Data. Ini menjelaskan makna bahwa data yang diperoleh


dalam penelitian harus data empiris atau teramati dengan
kriteria-kriteria tertentu seperti valid (menunjukkan derajat
ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada
obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti);
reliabel (menunjukkan derajat konsistensi dalam interval
waktu tertentu); dan obyektif (menunjukkan kesesuaian
dengan pandangan banyak orang). Kaitannya dengan tiga
istilah ini, perlu diketahui bahwa data yang reliabel belum
tentu valid, demikian halnya dengan data yang obyektif
juga belum tentu valid. Tetapi, data yang valid sudah pasti
reliabel dan obyektif. Sebab itu, untuk memperoleh data
yang langsung valid sering sulit didapatkan, sehingga
sebelum peneliti mengetahui validitas data yang sudah
dikumpulkan, terlebih dahulu harus melakukan uji
reliabilitas dan obyektivitas. Ini sesuai dengan asumsi
bahwa data yang reliabel dan obyektif memiliki
kecenderungan untuk valid. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan data yang valid, reliabel, dan obyektif
khususnya dalam penelitian kuantitatif, maka instrumen
pengumpulan data harus valid dan reliabel, pengumpulan
data dilakukan dengan cara yang benar pada sampel yang
representatif (mewakili populasi). Sedangkan dalam
penelitian kualitatif, peneliti harus dapat menjadi human
instrument yang baik, mengumpulkan data secara
triangulasi dari berbagai sumber data yang tepat dan
melakukan pengujian keabsahan data. Sementara dalam
penelitian kombinasi, maka dilakukan dengan
menggabungkan cara yang dilakukan dalam penelitian
kuantitatif dan kualitatif.

Tujuan. Ini mengisyaratkan bahwa pelaksanaan penelitian


merupakan kegiatan yang sadar tujuan (dilaksanakan untuk
mencapai satu tujuan). Secara umum penelitian memiliki
tiga macam tujuan, yakni: (1) tujuan yang bersifat
penemuan berarti hasil penelitian belum pernah ada
sebelumnya/betul-betul baru. Misalnya penelitian yang
menemukan cara yang paling efektif untuk memutus rantai
penyebaran virus corona; (2) tujuan yang bersifat
pembuktian berarti hasil penelitian membuktikan adanya
keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan
tertentu. Misalnya membuktikan bahwa penggunaan
kalung eucalyptus (kayu putih) dapat menangkal virus
corona; dan (3) tujuan yang bersifat pengembangan yang
berarti hasil penelitian memperdalam dan memperluas
pengetahuan, tindakan dan produk yang telah ada.
Misalnya mengembangkan metode yang efektif dalam
menyembuhkan pasien yang terpapar vorus corona.

Kegunaan. Ini mengandung pemahaman bahwa manusia


dapat menggunakan hasil-hasil kegiatan penelitian. Secara
umum data yang diperoleh dari penelitian dapat digunakan
untuk memahami (memperjelas suatu masalah atau
informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya menjadi
tahu); memecahkan (meminimalkan atau menghilangkan
masalah); dan mengantisipasi masalah (mengupayakan
agar masalah tidak terjadi).

Dalam bidang penelitian, dikenal dua istilah yang seringkali


menjadi suatu perdebatan yang tidak pernah habis. Istilah
tersebut adalah kuantitatif dan kualitatif. Perdebatan
tersebut salah satunya adalah banyak orang yang sering
mempermasalahkan kadar keilmiahan penelitian kualitatif,
terutama yang awam tentang penelitian tersebut, sehingga
seringkali dinyatakan bahwa penelitian kuantitatif lebih
terukur dan ilmiah dibandingkan penelitian kualitatif.
Perdebatan demikian ini sesungguhnya hal yang biasa
dalam konteks ilmu pengetahuan, terutama karena asumsi
yang mendasari antara penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif memang berbeda bahkan saling bertolak
belakang. Namun demikian, perbedaan asumsi dasar
tersebut tidak seharusnya menjadi rasionalisasi yang
memposisikan keduanya pada satu kontinum yang saling
bertentangan, melainkan tetap menjadi satu kontinum atau
rangkaian satu kesatuan metode ilmiah, sehingga keduanya
dapat didekatkan sebagaimana saat ini telah muncul istilah
penelitian campuran atau mix methods atau penelitian
kuantilatif. Hubungannya dengan itu, penelitian kuantitatif
dan penelitian kualitatif hanyalah mengeluarkan output
akhir penelitian yang berbeda saja. Sebab itu, suatu
penelitian (metode dan tekniknya) hanya akan lebih
kuantitatif ketimbang kualitatif atau sebaliknya.

Berdasarkan itu, secara umum metode penelitian dapat


dikelompokkan menjadi tiga yaitu kuantitatif, kualitatif, dan
kuantilatif (penelitian campuran). Agar lebih jelas, berikut
pengelompokkannya disertai dengan rancangan
penelitiannya yang lazim dalam bidang pendidikan
(Creswell, 2012; Creswell 2014; dan Sugiyono, 2015).

Berdasarkan itu, secara umum metode penelitian dapat


dikelompokkan menjadi tiga dengan ragam rancangan
yang lazim digunakan dalam bidang pendidikan yaitu
metode penelitian kuantitatif terdiri atas rancangan survei,
korelasional, dan eksperimental; metode penelitian
kualitatif terdiri atas rancangan grounded theory,
etnografi, naratif, study kasus, dan phenomenology; serta
metode penelitian kuantilatif/kombinasi terdiri atas
rancangan sekuensial/berurutan, dan concurrent/
campuran. (Creswell, 2012; Creswell 2014; dan Sugiyono,
2015)
Pengertian dan Asumsi
Dasar Penelitian Kuantitatif

S
ebagai suatu kontinum atau rangkaian satu kesatuan
metode ilmiah, penelitian kuantitatif dapat diartikan
sebagai ‘penelitian yang menguji teori-teori tertentu
dengan cara meneliti dan mengukur variabel menggunakan
instrumen penelitian yang menghasilkan data numerik
sehingga dapat dianalisis melalui prosedur statistik.’ Agar
lebih mudah dalam mengidentifikasnya, berikut dijelaskan
asumsi yang melandasi penelitian kuantitatif terhadap
sebuah fenomena serta proses penelitian secara
keseluruhan. Asumsi dimaksud adalah ontologi,
epistemologi, dan aksiologi

Cara ilmiah. Ini mengandung arti bahwa pelaksanaan


penelitian harus mengacu pada 3 ciri keilmuan yaitu
rasional (masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran
manusia); empiris (dapat diamati panca indera manusia,
sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahuinya);
dan sistematis (menggunakan langkah-langkah tertentu
yang bersifat logis).

Ontologi. Seperti dikemukakan Gruber (1993), ontologi


adalah representasi pengetahuan formal dengan
seperangkat konsep dalam suatu gejala dan hubungan
antara konsep-konsep yang ada dalam gejala tersebut.
Kaitannya dengan penelitian, ontologi berhubungan
dengan hakikat dasar gejala atau penjelasan terhadap sifat
dari suatu gejala. Dalam ilmu sosial, gejala yang dimaksud
adalah gejala sosial yang dilihat sebagai sesuatu yang
nyata. Hubungannya dengan itu, peneliti pada penelitian
kuantitatif selalu ‘melihat bahwa gejala sosial adalah gejala
yang nyata’. Sehingga sesuatu yang sukar untuk dilihat
dengan mata kepala, tidak dapat disebut sebagai gejala
sosial. Misalnya, seseorang yang kehilangan uang karena
isu tuyul, tidak dapat disebut sebagai gejala sosial karena
sukar dilihat dengan mata kepala. Namun demikian, jika
nanti ditemukan suatu alat yang dapat melihat langsung
tuyul dan banyak orang yang dapat menyaksikan
keberadaan tuyul sedang mengambil uang, maka itu dapat
dianggap sebagai gejala yang dianggap nyata.

Epistemologi. Secara teoretis, epistemologi merupakan


studi tentang pengetahuan dan pembenaran. Kaitannya
dengan penelitian, epistemologi berhubungan dengan
hakikat ilmu pengetahuan dan jika dihubungkan dengan
ontologi, maka pengetahuan yang dimaksud terkait dengan
gejala yang nyata. Misalnya, kita menggunakan pelangi
sebagai gejala, maka kita dapat menggambarkan mengapa
terjadi pelangi, apa saja warna pelangi, kapan pelangi akan
muncul, dan bentuknya seperti apa. Pelangi adalah sesuatu
yang dapat dipelajari. Contoh lain, ketika kita bertemu
dengan kemacetan di jalan, pertanyaan yang sama dapat
diajukan, mengapa terjadi kemacetan, siapa saja yang
mengalami kemacetan, pada jam berapa kemacetan itu
akan muncul, di lokasi mana terjadi kemacetan, dan apa
akibat dari kemacetan. Sehingga, secara epistemologis
peneliti dapat membuat tipologi-tipologi yang dapat
membedakan satu gejala dengan gejala yang lain.
Aksiologi. Aksiologi merupakan ilmu tentang nilai.
Kaitannya dengan penelitian aksiologi berhubungan
dengan penjelasan bahwa penelitian kuantitatif dilakukan
dengan tujuan menjelaskan sebuah gejala dan menemukan
sebuah hukum yang universal. Dalam mencari penjelasan
mengapa sebuah peristiwa terjadi, dapat menggunakan
pola-pola yang sudah ada, jika pola yang sudah ada tidak
dapat dipakai menjelaskan kejadian yang ada, dicari pola
yang lebih universal sehingga dapat digunakan untuk
menerangkan kejadian tersebut.

Secara ringkas, penelitian kuantitatif dengan tiga asumsi


dasar seperti diuraikan sebelumnya, melihat sebuah gejala
sosial yang secara ontologi harus merupakan sesuatu yang
nyata, secara epistemologi, sesuatu yang nyata tersebut
dapat dipelajari, dilihat, dan bahkan dirasakan (ditangkap
pancaindera), dan secara aksiologis, dapat ditemukan
hukum universalnya serta dicari penjelasannya.
Ciri Khusus Penelitian
Kuantitatif

P
enelitian kuantitatif memiliki ciri khusus yang
membedakannya dengan penelitian lainnya. Ciri
dimaksud seperti dijelaskan Creswell (2012) adalah:
Pertama, peneliti mendeskripsikan permasalahan penelitian
melalui deskripsi tren atau kebutuhan akan penjelasan
tentang hubungan di antara beberapa variabel.
Mendeskripsikan suatu tren berarti permasalahan
penelitian kuantitatif dijawab dengan menetapkan
kecenderungan respon secara keseluruhan dari individu
dan mencatat bagaimana kecenderungan tersebut
bervariasi di antara orang-orang. Contoh: seorang peneliti
berusaha mempelajari bagaimana para mahasiswa
mendeskripsikan sikap mereka terhadap organisasi
kemahasiswaan. Hasil penelitian ini dapat memberikan
informasi tentang bagaimana populasi yang besar tersebut
melihat masalah dan keanekaragaman pandangan mereka.
Deskripsi tren seperti contoh di atas, menjelaskan bahwa
penelitian kuantitatif tidak harus selalu lebih dari satu
variabel. Namun demikian, sebagian dari permasalahan
penelitian terkadang memang mengharuskan peneliti untuk
menjelaskan bagaimana suatu variabel memengaruhi
variabel lainnya, maka deskripsi permasalahan penelitian
tidak dapat melalui deskripsi tren melainkan harus melalui
deskripsi kebutuhan akan penjelasan tentang hubungan di
antara beberapa variabel. Sebagai contoh: seorang peneliti
berusaha mengetahui mengapa mahasiswa tertentu tidak
tertarik mengikuti lembaga kemahasiswaan, terhadap ini
variabel gender dan sikap terhadap kualitas kampus dapat
memengaruhi ketertarikan individu mengikuti organisasi
kemahasiswaan.

Kedua, peneliti memberikan peran utama untuk


kepustakaan dengan mengemukakan pertanyaan penelitian
untuk menjustifikasi permasalahan penelitian serta
menciptakan kebutuhan akan arah penelitian (pernyataan
maksud dan pertanyaan atau hipotesisi penelitian).
Memberikan peran utama kepustakaan berarti peneliti
melakukan tinjauan kepustakaan substansial di awal
penelitian, karenanya kepustakaan pada penelitian
kuantitatif memiliki dua peran utama yaitu: (1)
menjustifikasi permasalahan penelitian; dan (2)
menyatakan maksud potensial dan pertanyaan penelitian
untuk penelitian yang dimaksud.
Menjustifikasi permasalahan penelitian berarti peneliti
menggunakan kepustakaan untuk mendokumentasikan
pentingnya masalah yang ditelaah dala penelitian. Sebab
itu, peneliti kuantitatif harus melakukan kepustakaan untuk
menemukan penelitian-penelitian yang mengidentifikasi
bahwa permasalahaan tersebut penting untuk ditelaah, dan
setelah itu mengutip kepustakaan ini di bagian
pendahuluan. Sedangkan peran kepustakaan dalam
menyatakan maksud potensial dan pertanyaan penelitian,
artinya peneliti mengidentifikasi variabel kunci, hubungan,
dan tren dalam kepustakaan. Hasil identifikasi kepustakaan
digunakan sebagai petunjuk/pemberi arah bagi maksud,
pertanyaan, atau hipotesis penelitian.

Ketiga, peneliti membuat pernyataan maksud, pertanyaan


penelitian, dan hipotesis yang spesifik, sempit, dapat
diukur dan dapat diobservasi. Pada penelitian kuantitatif,
peneliti merumuskan pertanyaan penelitian yang spesifik
dan sempit untuk mendapatkan data yang dapat diukur
dan dapat diobservasi tentang variabel. Ini penting karena,
peneliti kuantitatif hanya mengidentifikasi beberapa
variabel saja untuk diteliti dari sekian banyak variabel.

Keempat, peneliti mengumpulkan data numerik dari


sejumlah besar orang dengan menggunakan berbagai
instrumen dengan pertanyaan dan respons/jawaban yang
telah ditetapkan sebelumnya. Pada penelitian kuantitatif,
pengumpulan data penelitian untuk mengukur variabel
dilakukan dengan menggunakan instrumen yang
pertanyaan dan pilihan jawabannya telah ditetapkan atau
dikembangkan sebelum penelitian dilaksanakan. Data yang
dikumpulkan haruslah data numerik atau data yang dapat
dikuantifikasi.

Kelima, peneliti menganalisis tren, membandingkan


kelompok, atau menghubungkan variabel dengan
menggunakan analisis statistik dan menginterpretasi hasil
dengan membandingkan mereka dengan prediksi
sebelumnya dan penelitian terdahulu. Pada penelitian
kuantitatif, peneliti menganalisis data pengukuran variabel
menggunakan prosedur matematika yang disebut statistik.
Analisis ini terdiri atas menguraikan data menjadi bagian-
bagian untuk menjawab pertanyaan penelitian. Prosedur
statistik seperti membandingkan kelompok atau
menghubungkan skor untuk individu memberikan
informasi untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis
penelitian. Terhadap hasil analisis tersebut, peneliti
melakukan interpretasi hasil dengan mempertimbangkan
prediksi awal dan penelitian terdahulu. Interpretasi ini
adalah penjelasan tentang mengapa hasilnya seperti itu,
dan seringkali peneliti menjelaskan bagaimana hasilnya itu
mendukung atau menyanggah prediksi yang diperkirakan
dalam penelitian.
Proses Penelitian
Kuantitatif

P
enelitian apapun pendekatannya, selalu diawali atau
bermula dari masalah. Bahkan dalam sudut
pandang penelitian, menetapkan masalah dalam
penelitian penting karena merupakan persiapan untuk
seluruh penelitian. Khusus pada penelitian kuantitatif,
masalah harus sudah jelas dan ditunjukkan dengan data
yang valid.

Bagi peneliti kuantitatif, setelah masalah penelitian


teridentifikasi, selanjutnya masalah tersebut dirumuskan.
Rumusan masalah pada umumnya dinyatakan dalam
kalimat pertanyaan. Berdasarkan rumusan masalah
tersebut, peneliti menggunakan berbagai teori (lebih baik
lagi jika didukung oleh penelitian yang relevan) untuk
memperjelas masalah dan menjawabnya. Terhadap ini,
peneliti harus membaca referensi teoretis yang relevan
dengan masalah, termasuk membaca penemuan penelitian
sebelumnya yang relevan. Jawaban terhadap rumusan
masalah yang baru menggunakan teori tetapi belum ada
pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu
dinamakan hipotesis.

Hipotesis tersebut selanjutnya akan dibuktikan


kebenarannya secara empiris di lapangan. Untuk itu
peneliti menetapkan populasi sebagai tempat pengujian
dan sekaligus menyiapkan instrumen penelitiannya. Bila
populasi terlalu luas dan ada keterbatasan dari peneliti
baik dari segi tenaga, biaya dan waktu maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.
Bila peneliti bermaksud membuat generalisasi, maka
sampel yang diambil harus representatif dengan tingkat
kesalahan tertentu. Instrumen yang akan digunakan untuk
pengumpulan data harus valid dan reliabel. Untuk itu
sebelum instrumen digunakan maka harus diuji validitas
dan reliabilitasnya.

Setelah instrumen teruji validitas dan reliabilitasnya, maka


dapat digunakan untuk mengukur variabel yang telah
ditetapkan untuk diteliti. Instrumen untuk pengumpulan
data dapat berbentuk test dan nontest. Untuk instrumen
yang berbentuk nontest, dapat digunakan sebagai
kuesioner, pedoman observasi dan wawancara. Dengan
demikian teknik pengumpulan data selain berupa test
dalam penelitian ini dapat berupa kuesioner, observasi dan
wawancara.
Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis
diarahkan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis
yang akan diajukan. Dalam penelitian kuantitatif, analisi
data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan
dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif.
Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan
statistik non parametris. Peneliti menggunakan statistik
bila penelitian dilakukan pada sampel yang diambil secara
random.

Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan


pembahasan. Penyajian data dapat menggunakan tabel,
tabel distribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, pie
chart (diagram lingkaran dan pictogram). Pembahasan
terhadap hasil penelitian merupakan penjelasan yang
rasional dan mendalam serta interpretasi terhadap data-
data yang telah disajikan.

Setelah hasil penelitian diberikan pembahasan, maka


selanjutnya dapat disimpulkan. Kesimpulan berisi jawaban
singkat terhadap setiap rumusan masalah berdasarkan
data yang telah terkumpul. Jadi, kalaupun rumusan
masalah ada lima, maka kesimpulannya juga ada lima.
Karena peneliti melakukan penelitian bertujuan untuk
memecahkan masalah, maka peneliti berkewajiban untuk
memberikan saran-saran. Melalui saran-saran tersebut
diharapkan masalah dapat dipecahkan. Saran yang
diberikan harus berdasarkan kesimpulan hasil penelitian.
Jadi, jangan membuat saran berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan.
Secara skematis, proses penelitian kuantitatif
divisualisasikan sebagai berikut: (modifikasi Sugiyono, 2015)

Mengacu pada alur proses di atas, seorang peneliti


kuantitatif harus melakukan tahap demi tahap. Peneliti
tidak bisa melakukan analisis data bila tahap pengumpulan
data belum selesai dilakukan (hal yang dimungkinkan
dalam penelitian kualitatif ). Tahapan tersebut, dapat
dikelompokkan menjadi 5, yaitu: (1) membuat rancangan
penelitian; (2) membuat instrumen penelitian; (3)
mengumpulkan data; (4) mengolah dan menganalisis data;
dan (5) membuat laporan.
1. Membuat Rancangan Penelitian
Pada tahapan pertama ini, ada empat komponen yang
harus dipenuhi oleh peneliti, empat komponen ini juga
harus diselesaikan secara runtut, yakni:
-Latar belakang permasalahan, yakni penjelasan
mengapa peristiwa/hal tersebut menarik atau penting
untuk diteliti. Pada bagian akhir dari komponen ini,
peneliti harus membuat pertanyaan penelitian (rumusan
masalah). Tidak ada ketentuan tentang banyaknya
jumlah pertanyaan penelitian. Semuanya tergantung dari
kebutuhan penelitian. Yang paling penting adalah
pertanyaan tersebut lebih fokus;
-Teori yang digunakan, hal ini menekankan pada teori
yang sudah baku dan universal. Pola yang digunakan
dalam penelitian kuantitatif adalah pola deduksi, artinya
selalu ada teori yang digunakan untuk mengkaji masalah
yang diteliti.
-Hipotesis peneitian, yakni jawaban sementara atas
permasalahan yang akan diteliti. Hipotesis ini harus
muncul dari pembahasan terhadap teori yang
digunakan. Sebab itu, peneliti tidak akan bisa membuat
hipotesis bila pengkajian teori belum dilakukan.
-Menentukan populasi dan sampel, yakni menentukan
siapa yang akan diteliti. Penentuan ini hanya dapat
dilakukan jika rumusan masalah telah selesai dan
pembahasan teori telah ada.

2. Membuat Instrumen Penelitian


Setelah tahapan pertama selesai, peneliti akan membuat
instrumen penelitian. Instrumen dalam penelitian
kuantitatif umumnya disebut kuesioner. Kuesioner adalah
sebuah daftar pertanyaan yang sudah baku dengan pola
jawaban yang sudah baku pula. Orang yang diberi
kuesioner disebut dengan responden. Responden hanya
dibolehkan menjawab sesuai dengan jawaban yang sudah
ada. Penyusunan pertanyaan didasarkan pada proses
operasionalisasi konsep yang diambil dari teori yang ada.
Jawaban yang ada pun didasarkan pada proses
operasionalisasi konsep.

3. Mengumpulkan Data
Setelah pembuatan instrumen selelsai, barulah peneliti
melangkah ke tahap berikutnya, yaitu mengumpulkan data
di lapangan. Data yang dikumpulkan di lapangan diperoleh
dengan menyebarkan kuesioner kepada sejumlah
responden. Jawaban responden terhadap pertanyaan yang
ada di kuesioner itulah yang merupakan data penelitian.

4. Mengolah Data
Setelah proses pengumpulan data selesai, data dapat
diolah dan dianalisis. tahap analisis data ini bida dilakukan
bila tahap pengumpulan data selesai.

5. Membuat Laporan Penelitian


Proses ini tentu saja tidak bisa dilakukan bila data belum
diolah dan dianalisis. Dalam laporan ini, akan ditunjukkan
apakah hipotesis yang sudah dibuat terbukti
keberlakuannya atau tidak. Bila tidak terbukti, kita perlu
mencari teori baru yang bisa digunakan untuk menjelaskan
hal yang sedang diteliti.
Referensi

Creswell, John W. (2012). Educational research: planning,


conducting, and evaluating quantitative and qualitative research.
4th ed. Boylston Street, Boston, MA: Pearson Education,
Inc.

____________ (2014). Research Design, Pendekatan Kualitatif,


Kuantitatif, dan Mixed. Edisi Ketiga. Terjemahan: Ahmad
Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Guber, Thomas R. (1993). ‘A Translation Approach to


Portabel Ontology Specifications’ dalam Knowledge
Acquisition 5(2): 199-220.

Sugiyono (2015). Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan


Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai