Unit: 02
Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik
didalam masyarakat. Sehingga seorang yang memiliki pendidikan yang tinggi akan
dikelompokkan dan dipandang oleh masyarakat dalam kelompok seseorang yang memiliki
strata yang tinggi. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan untuk
mencapai tujuan itu.
Secara epistimologis kata mobilitas sosial berasal dari kata mobilis (bahasa Latin)
yang berarti bergerak dan social (bahasa Inggris) yang berarti masyarakat. Menurut
Soejarno Soekanto menyatakan bahwa mobilitas sosial ialah suatu gerak dalam struktur
sosial yakni pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Jadi, mobilitas
sosial adalah suatu proses pergerakan lapisan atau strata sisuak individu mapun kelompok.
Terdapat 3 hal pokok yang menyangkut mobilitas sosial, yaitu perubahan kelas sosial, baik
ke atas maupun ke bawah, dialami oleh manusia baik sebagai individu maupun kelompok,
dan terjadi dampak sosial atas kelas sosial baru yang diperoleh.
Moral merupakan ajaran, pedomanan, dan pembimbing tingkah laku batin dalam
hidup sebagai landasan untuk bertingkah laku dalam berkehidupan agar menjadi manusia
yang baik atau berakhlak, maka apabila moral tersebut tidak sesuai dengan tatanan
kehidupan maka dinamakan dengan penyimpangan perilaku. Adapun faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya penyimpangan, yaitu faktor subjektif dan objektif. Faktor
subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri, sedangkan faktor objektif
adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan).
Perubahan sosial adalah suatu proses dimana terjadi perubahan sturktur dan fungsi
suatu sistem sosial. Perubahan sosial terjadi akibat penggerak tertentu dalam masyarakat
dan ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan yang lama dan melakukan
revolusi. Adanya faktor komunikasi, meliputi informasi gagasan, ide, keyakinan, hasil
budaya yang disampaikan ke masyarakat. Faktor inovasi, invensi, adaptasi, serta adopsi.
Penyebab terakhir adalah keadaan geografi tempat pengelompokkan manusia berada.
Dampak yang ditimbulkan oleh adanya perubahan sosial adalah unsur kehidupan
yang lama akan ditinggalkan, perubahan dengan suatu bentuk atau unsur yang baru,
majunya teknologi diberbagai bidang kehidupan, indistri akan berkembang maju, dan
terciptanya stabilitas politik. Proses perubahan sosial dapat meliputi proses invensi, difusi,
dan konsekuensi. Invensi adalah proses dimana idebaru diciptakan dan dikembangkan.
Difusi adalah ide-ide baru itu dikomunikasikan kedalam sistem sosial. Konsekuensi adalah
perubahan dalam sistem sosial sebagai akibat inovasi yang diadopsi atau ditolak.
Adapun teori-teori yang terdapat dalam perubahan sosial, yaitu teori evolusi, teori
fungsionalis, teori konflik, dan teori siklus. Teori evolusi perubahan sosial terjadi karena
perubahan pada cara pengorganisasian masyarakat, sistem kerja, pola pemikiran dan
perkembangan sosial. Teori fungsionalis menyatakan bahwa ketidakpuasan masyarakat
terhadap keadaan sosial yang sedang berlaku. Teori konflik menjelaskan perubahan sosial
terbentuk karena adanya ketegangan/konflik dalam masyarakat. Teori siklus menyatakan
bahwa perubahan sosial diibaratkan sebagai roda yang sedang berputar, yaitu perubahan
zaman yang tidak dapat dihindari oleh manusia.
Lembaga pendidikan dianggap sebagai salah satu lembaga sosial yang paling
konservatif dan statis dimasyarakat yang mengikuti dan menanggapi arus perubahan cepat
yang terjadi dimasyarakat. Pendidikan mampu membekali siswa dalam menghadapi segala
tantangan perubahan sosial hidupnya di masa depan serta perlu dilakukan antisispasi yang
menjadi tantangan hidup mereka dimasa depan. Perubahan yang terjadi bersifat cepat atau
lambat, progress atau regress, dan manifest atau latent.
HAM adalah segala hak dasar atau pokok yang melekat pada diri manusia sejak
manusia dilahirkan dan tanpa hak tersebut manusia tidak bisa hidup sebagaimana mestinya.
Negara Indonesia sendiri mengatur setiap bentuk hak asasi manusia dalam undang-undang
nomor 39 tahun 1999 tentang HAM yang mengatur setiap hak hidup, hak berkeluarga,
kebebasan beragama, dan hak lainnya dan juga pemerintah juga berkewajiban serta
bertanggung jawab atas rakyatnya terkait penegakan HAM. Contoh peristiwa pelanggaran
HAM adalah pada peristiwa G30S/PKI, tragedi Tanjung Priok, dan Trisakti: Semanggi I dan
II.
Civil society adalah suatu masyarakat baik secara individual maupun kelompok dalam
negara yang mampu berinteraksi dengan negara secara independent. Masyarakat tersebut
mempunya 4 komponen, yaitu otonomi, akses masyarakat terhadap lembaga negara, arena
publik yang otonom, dan arena publik yang terbuka. Civil society sebagai ruang merupakan
wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasikan dan bercirikan kesukarelaan, dan
kemandirian tinggi terhadap negara. Civil society sebagai proses adalah keadaan masyarakat
yang membuat sebuah perkumpulan untuk bersaing satu sama lain guna mencapai nilai-nilai
yang mereka yakini. Civil society sebagai nilai adalah sistem sosial yang berasaskan pada
prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan
masyarakat.
Multikultural merupakan adanya berbagai macam budaya pada suatu wilayah yang
memiliki latar belakang yang berbeda seperti kelas sosial, ras, etnis, adat-istiadat, gender, dan
agama. Di Indonesia, multikultural dipahami sebgai kebhinekaan yang berarti perbedaan
dalam kebersamaan. Perbedaan ini diikat oleh kesatuann yang mengandung keragaman
budaya yang kemudian dikenal sebagai unity in diversity. Kebhinnekaan, keragaman, atau
pluralitas dalam masyarakat multikultural mempersyaratkan adanya kemerdekaan dan
keadilan. Jadi konsep dari multikulturalisme merupakan suatu konsep yang ingin membawa
masyarakat dalam kerukunan dan perdamaian, tanpa ada konflik dan kekerasan, meski di
dalamnya ada kompleksitas perbedaan.
Pendidikan yang bersifat interkultural akan membangun masyarakat yang inklusif dan
toleran, karena pada dasarnya pendidikan interkultural mempunyai dua peranan pokok, yaitu
melalui pendidikan interkultural seorang tidak malu terhadap latar belakang budayanya.
perlu dikembangkan sikap toleransi terhadap perbedaan-perbedaan ras, agama, dan budaya.
Maka dalam mengembangkan sikap toleransi ini dianjurkan adaya program asimilasi budaya.
Oleh sebab itu, program pendidikan dikembangkan melalui dua hal, yaitu masalah prasangka,
artinya mengadakan penelitian dan praktik untuk mencari akar-akar dari prasangka, baik
prasangka ras maupun prasangka agama dan terakhir mencari cara efektif mengubah tingkah
laku untuk mengatasi prasangka-prasangka tersebut. Pendidikan di dalam pendekatan
interkultular akan membina hubungan baik antar manusia yang demokratis.