Anda di halaman 1dari 7

Nama: Muhammad Rafdi (190208003)

Unit: 02

Mata Kuliah: Sosiologi Pendidikan

Tugas: Remedial UAS (ringkasan materi kelompok 1-8)

1. Materi kelompok 1 (stratifikasi sosial)

Stratifikasi sosial merupakan sebuah konsep yang menunjukkan adanya perbedaan


atau pengelompokan suatu kelompok sosial (komunitas) secara bertingkat. Pengelompokkan
tersebut berdasarkan strata tinggi, strata sedang, dan strata rendah. Stratifikasi sosial terjadi
melalui dua proses proses yaitu pertama, terjadinya secara otomatis, disebabkan karena
adanya faktor-faktor yang dibawa individu sejak lahir yang berupa Kepandaian, usia, jenis
kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam masyarakat. Kedua,
terjadinya secara sengaja, disebabkan karena pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dari
organisasi-organisasi formal. Stratifikasi sosial terjadi akibat dilatarbelakangi oleh perbedaan
ras dan budaya, pembagian tugas/kerja yang terspesialisasi, kelangkaan sumber daya maupun
kekuasaan. Kriteria yang dominan sebagai dasar pembentukan stratifikasi sosial adalah
ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan dan kewenangan, ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu
pengetahuan.

Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik
didalam masyarakat. Sehingga seorang yang memiliki pendidikan yang tinggi akan
dikelompokkan dan dipandang oleh masyarakat dalam kelompok seseorang yang memiliki
strata yang tinggi. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan untuk
mencapai tujuan itu.

2. Materi kelompok 2 (mobilitas sosial)

Secara epistimologis kata mobilitas sosial berasal dari kata mobilis (bahasa Latin)
yang berarti bergerak dan social (bahasa Inggris) yang berarti masyarakat. Menurut
Soejarno Soekanto menyatakan bahwa mobilitas sosial ialah suatu gerak dalam struktur
sosial yakni pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Jadi, mobilitas
sosial adalah suatu proses pergerakan lapisan atau strata sisuak individu mapun kelompok.
Terdapat 3 hal pokok yang menyangkut mobilitas sosial, yaitu perubahan kelas sosial, baik
ke atas maupun ke bawah, dialami oleh manusia baik sebagai individu maupun kelompok,
dan terjadi dampak sosial atas kelas sosial baru yang diperoleh.

Berdasarkan ruang lingkupnya, mobilitas sosial dikelompokkan menjadi mobilitas


sosial intragenerasi dan mobilitas sosial antar generasi. mobilitas sosial intragenerasi
adalah perpindahan kedudukan sosial seseorang atau anggota masyarakat yang terjadi
dalam satu generasi yang sama. Sedangkan, mobilitas sosial antar generasi adalah
perpindahan kedudukan sosial yang terjadi di antara beberapa generasi dalam satu garis
keturunan. Faktor penyebab terjadinya mobilitas sosial ini meliputi: pertama faktor
strukur, yaitu faktor yang menentukan jumlah refatif dari kedudukan tinggi yang harus
diisi dan kemudahan untuk memperolehnya yang meliputi struktur pekerjaan, ekonomi
ganda, dan penghambat mobilitas itu sendiri. Kedua faktor individu, meliputi perbedaan
kemampuan, orietasi sikap terhadap mobilitas, dan faktor kemujuran.

3. Materi kelompok 3 (moral dan penyimpangan perilaku)

Moral merupakan ajaran, pedomanan, dan pembimbing tingkah laku batin dalam
hidup sebagai landasan untuk bertingkah laku dalam berkehidupan agar menjadi manusia
yang baik atau berakhlak, maka apabila moral tersebut tidak sesuai dengan tatanan
kehidupan maka dinamakan dengan penyimpangan perilaku. Adapun faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya penyimpangan, yaitu faktor subjektif dan objektif. Faktor
subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri, sedangkan faktor objektif
adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan).

Penyimpangan terhadap perilaku banyak terjadi di kalangan remaja. Hal ini


disebabkan karena pelajar usia remaja merupakan masa transisi dari remaja menuju
kedewasaan diamana didalamnya terjadi gejolak-gejolak batin dan luapan ekspresi
kreativitas yang sangat tinggi. Institusi sosial yang berkaitan langsung dengan
perkembangan remaja, yakni keluarga, masyarakat, dan sekolah. Keluarga merupakan
tempat di mana seseorang melakuan yang seharusnya dilakukan. Masyarakat dapat
membantu mengatasi problematika dengan mengadakan penyuluhan mengenai dampak
perilaku penyimpangan sosial. Sekolah mempunyai peran sabagai pembina dan pendidikan
moral di mana pertumbuhan mental, moral, dan sosial serta segala aspek kepribadiaan
dapat berjalan dengan baik.
4. Materi kelompok 4 (perubahan sosial)

Perubahan sosial adalah suatu proses dimana terjadi perubahan sturktur dan fungsi
suatu sistem sosial. Perubahan sosial terjadi akibat penggerak tertentu dalam masyarakat
dan ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan yang lama dan melakukan
revolusi. Adanya faktor komunikasi, meliputi informasi gagasan, ide, keyakinan, hasil
budaya yang disampaikan ke masyarakat. Faktor inovasi, invensi, adaptasi, serta adopsi.
Penyebab terakhir adalah keadaan geografi tempat pengelompokkan manusia berada.

Dampak yang ditimbulkan oleh adanya perubahan sosial adalah unsur kehidupan
yang lama akan ditinggalkan, perubahan dengan suatu bentuk atau unsur yang baru,
majunya teknologi diberbagai bidang kehidupan, indistri akan berkembang maju, dan
terciptanya stabilitas politik. Proses perubahan sosial dapat meliputi proses invensi, difusi,
dan konsekuensi. Invensi adalah proses dimana idebaru diciptakan dan dikembangkan.
Difusi adalah ide-ide baru itu dikomunikasikan kedalam sistem sosial. Konsekuensi adalah
perubahan dalam sistem sosial sebagai akibat inovasi yang diadopsi atau ditolak.

Adapun teori-teori yang terdapat dalam perubahan sosial, yaitu teori evolusi, teori
fungsionalis, teori konflik, dan teori siklus. Teori evolusi perubahan sosial terjadi karena
perubahan pada cara pengorganisasian masyarakat, sistem kerja, pola pemikiran dan
perkembangan sosial. Teori fungsionalis menyatakan bahwa ketidakpuasan masyarakat
terhadap keadaan sosial yang sedang berlaku. Teori konflik menjelaskan perubahan sosial
terbentuk karena adanya ketegangan/konflik dalam masyarakat. Teori siklus menyatakan
bahwa perubahan sosial diibaratkan sebagai roda yang sedang berputar, yaitu perubahan
zaman yang tidak dapat dihindari oleh manusia.

Lembaga pendidikan dianggap sebagai salah satu lembaga sosial yang paling
konservatif dan statis dimasyarakat yang mengikuti dan menanggapi arus perubahan cepat
yang terjadi dimasyarakat. Pendidikan mampu membekali siswa dalam menghadapi segala
tantangan perubahan sosial hidupnya di masa depan serta perlu dilakukan antisispasi yang
menjadi tantangan hidup mereka dimasa depan. Perubahan yang terjadi bersifat cepat atau
lambat, progress atau regress, dan manifest atau latent.

5. Materi kelompok 5 (kesetaraan gender)

Gender dalam sosiologi mengacu kepada sekumpulan ciri-ciri dan karakteristik


khas yang dikaitkan dengan jenis kelamin individu dan diarahkan pada peran sosial atau
identitasnya dalam masyarakat. Lembaga WHO memberikan batasan gender sebagai
“seperangkat peran, perilaku, kegiatan, dan atribut yang dianggap layak bagi laki-laki dan
perempuan, yang dikonstruksi secara sosial dalam suatu masyarakat”. Menurut Mansour
Fakih,terdapat perbedaan konsep jenis kelamin (seks) dan konsep gender. Seks merupakan
hal yang bersifat biologis, pemberian tuhan, tidak dapat diubah, dan perannya bagi laki-
laki sebagai produksi dan bagi perempuan sebaga reproduksi. Sedangkan gender
merupakan suatu yang bersifat kultur, adat istiadat, diajarkan melalui proses sosialisasi,
konstruksi sosial, dapat diubah, dan perannya dapat berupa mendidik anak, menjadi tenaga
profesional, orang tua, dan sebagainya.

Pendidikan sebagai sarana strategis dalam hal mentransformasikan budaya yang


berkembang didalam masyarakat. Pendidikan berfungsi untuk mengubah perilaku kearah
yang lebih baik. Fungsi inilah yang dapat dimanfaatkan untuk mendekonstruksi
pandangan-pandangan yang tidak mendukung semangat kesetaraan dan keadilan gender.
pemahaman gender sangat penting bagi pendidik, yaitu sebagai fasilitator dalam
mentransfer nilai gender kepada peserta didik dan persamaan kesempatan belajar antara
laki-laki dan perempuan.

6. Materi kelompok 6 (pendidikan dan politik)

Kebijakan-kebijakan pendidikan merupakan artikulasi dari hasil keputusan politik


sebagai cermin untuk mengimplementasikan dasar ideologis negara. Konsep demokrasi
merupakan suatu sistem bermasyarakat dan pemerintahan yang memberikan keberadaan
kekuasaan ditangan rakyat dalam penyelenggaran negara maupun pemerintahan.
Demokrasi periode 1945-1959 merupakan demokrasi parlementer yang menekankan
adanya hubungan erat antara lembaga eksekutif dan legislatif. Demokrasi periode 1959-
1965 (periode terpimpin) ditandai dengan menguatnya peran presiden, terbatasnya peran
partai-partai politik, masuknya pengaruh komunis, dan meningkatnya peran ABRI dalam
kehidupan sosial politik. Demokrasi periode 1965-1998 merupakan demokrasi yang
dipratikkan pemerintahan yang berdasarkan asas-asas pancasila. Demokrasi periode 1998-
sekarang merupakan periode demokrasi reformasi ditandai dengan diadakannya pertama kali
pemilu secara langsung yang dan dipilih oleh rakyat secara langsung.

Korupsi merupakan perilaku penyalahgunaan dan penyimpangan jabatan serta


wewenang untuk keperluan peribadi dan kelompok. Korupsi dapat berupa penyuapan,
pemerasan dan nepotisme (lebih berdasarkan keturunan bukan dari kemampuannya).
Penyebab terjadinya korupsi adalah kurangnya gaji dengan kebutuhan yang makin
meningkat, latar belakang kebudayaan, menajemen dan kontrol yang kurang efektif fan
efisien di lembaga pemerintahan.

HAM adalah segala hak dasar atau pokok yang melekat pada diri manusia sejak
manusia dilahirkan dan tanpa hak tersebut manusia tidak bisa hidup sebagaimana mestinya.
Negara Indonesia sendiri mengatur setiap bentuk hak asasi manusia dalam undang-undang
nomor 39 tahun 1999 tentang HAM yang mengatur setiap hak hidup, hak berkeluarga,
kebebasan beragama, dan hak lainnya dan juga pemerintah juga berkewajiban serta
bertanggung jawab atas rakyatnya terkait penegakan HAM. Contoh peristiwa pelanggaran
HAM adalah pada peristiwa G30S/PKI, tragedi Tanjung Priok, dan Trisakti: Semanggi I dan
II.

Civil society adalah suatu masyarakat baik secara individual maupun kelompok dalam
negara yang mampu berinteraksi dengan negara secara independent. Masyarakat tersebut
mempunya 4 komponen, yaitu otonomi, akses masyarakat terhadap lembaga negara, arena
publik yang otonom, dan arena publik yang terbuka. Civil society sebagai ruang merupakan
wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasikan dan bercirikan kesukarelaan, dan
kemandirian tinggi terhadap negara. Civil society sebagai proses adalah keadaan masyarakat
yang membuat sebuah perkumpulan untuk bersaing satu sama lain guna mencapai nilai-nilai
yang mereka yakini. Civil society sebagai nilai adalah sistem sosial yang berasaskan pada
prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan
masyarakat.

Pendidikan dalam konteks demokratis adalah pendidikan yang memberikan


kesempatan yang sama kepada setiap anak untuk mendapatkan pendidikan di sekolah
sesuai dengan kemampuannya. Pendidikan dalam konteks korupsi adalah pendidikan yang
mengembangkan potensi manusia yang berperan dalam membentuk generasi anti korupsi
dan menjauhkan perbuatan korupsi melalui proses pendidikan yang bersifat sistematis
yaitu dengan menanamkan nilai-nilai kejujuran, integritas dan sebagainya secara intensif.
Pendidikan dalam konteks HAM termuat dalam UUD 1945 pasal 28C ayat (1) yang
berbunyi setiap orang berhak mengembangkan diri dan berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan dalam konteks civil
society adalah kegiatan pembelajaran diintegrasikan dengan nilai-nilai yang menjadi pilar
pokok civil society, dan proses pembelajaran didukung pula dengan kemampuan guru
mengaitkan mata pelajaran dengan isu-isu civil society.

7. Materi kelompok 7 (globalisasi)

Globalisasi merupakan suatu integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran


padangan dunia yang melibtak integrasi ekonomi, budaya, kebijakan, teknologi, gerakan
politik, dan teknologi dari seluruh dunia. Pengaruh globalisasi dapat melibatkan beberapa
sektor, diantaranya adalah sektor ekspor, sektor impor, sektor investasi, dan sektor tenaga
kerja. Sektor ekspor merupakan sektor yang berproses sebagai transportasi barang dari suatu
negara ke negara lain. Sektor impor adalah sektor transpotasi tindakan memasukkan barang
atau komoditas dari negara lain kedalam negeri. Sektor investasi adalah sebuah aktivitas
menyimpan atau menempatkan dana pada periode tertentu baik antar warga negara asing
maupun warga negara aslinya dengan harapan penyimpanan tersebut akan menimbulkan
keuntungan. Sektor tenaga kerja merupakan seluruh jumlah penduduk yang siap bekerja dan
dianggap dapat bekerja.

Dampak globalisasi terhadap pedidikan berimbas pada nilai-nilai moral, sosial,


budaya dan kepribadian yang dapat berdampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah
sistem belajar tidak selalu tatap muka, kemudahan akses informasi, meningkatnya kualitas
pendidikan, meningkatnya kualitas tenaga pendidik, kesempatan untuk menempuh
pendidikan diluar negeri, dan mendorong siswa menciptakan karya inovatif. Dampak
negatifnya adalah menurunnya kualitas moral siswa, meningkatnya kesenjangan sosial,
tergerus kebudayaan lokal, komersialisasi pendidikan, dan munculnya tradisi serba instan.

8. Materi kelompok 8 (multikulturalisme)

Multikultural merupakan adanya berbagai macam budaya pada suatu wilayah yang
memiliki latar belakang yang berbeda seperti kelas sosial, ras, etnis, adat-istiadat, gender, dan
agama. Di Indonesia, multikultural dipahami sebgai kebhinekaan yang berarti perbedaan
dalam kebersamaan. Perbedaan ini diikat oleh kesatuann yang mengandung keragaman
budaya yang kemudian dikenal sebagai unity in diversity. Kebhinnekaan, keragaman, atau
pluralitas dalam masyarakat multikultural mempersyaratkan adanya kemerdekaan dan
keadilan. Jadi konsep dari multikulturalisme merupakan suatu konsep yang ingin membawa
masyarakat dalam kerukunan dan perdamaian, tanpa ada konflik dan kekerasan, meski di
dalamnya ada kompleksitas perbedaan.
Pendidikan yang bersifat interkultural akan membangun masyarakat yang inklusif dan
toleran, karena pada dasarnya pendidikan interkultural mempunyai dua peranan pokok, yaitu
melalui pendidikan interkultural seorang tidak malu terhadap latar belakang budayanya.
perlu dikembangkan sikap toleransi terhadap perbedaan-perbedaan ras, agama, dan budaya.
Maka dalam mengembangkan sikap toleransi ini dianjurkan adaya program asimilasi budaya.
Oleh sebab itu, program pendidikan dikembangkan melalui dua hal, yaitu masalah prasangka,
artinya mengadakan penelitian dan praktik untuk mencari akar-akar dari prasangka, baik
prasangka ras maupun prasangka agama dan terakhir mencari cara efektif mengubah tingkah
laku untuk mengatasi prasangka-prasangka tersebut. Pendidikan di dalam pendekatan
interkultular akan membina hubungan baik antar manusia yang demokratis.

Pendidikan multikultural (multicultural education) merupakan respon terhadap


perkembangan keragaman populasi sekolah, pelestarian budaya daerah, dan heterogenitas
latar belakang bahasa dan budaya peserta didik sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi
setiap kelompok yang mencakup seluruh siswa tanpa membedakan kelompok-kelompoknya.
Pendidikan ini menganjurkan agar guru tidak membawa budaya dominan masuk ke dalam
kelas. Seorang guru dituntut untuk mampu menanamkan nilai-nilai inti pendidikan
multikultural seperti demokrasi, humanisme, dan plaralisme yang mencerminkan kehidupan
yang bermoral dan bermartabat. Pendidikan multikultural diharapkan akan melahirkan
manusia-manusia yang siap bergaul, berinteraksi, bekerjasama, saling isi mengisi, saling
harga menghargai, hormat menghormati dengan orang lain meski cara hidup mereka berbeda.

Anda mungkin juga menyukai