Anda di halaman 1dari 9

Analisis Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Umum Daerah Cahaya

Bangsa

Arini Cahaya Kusuma Wardani1*, Bunga2, Eka Silvia Noor Rahmi3 , Fachri Rizky4,
Ni Luh Putu Syifa Ayu Carolina5, Nur Afni Afifah6, Rahmat Riyan Saputra7, Siti
Lathipah8, Sri Rahayu9.
1,2,3,4,5,6,7,8,9
Ilmu Keperawatan/Fakultas Sains dan Teknologi/Universitas Cahaya Bangsa

*Email : Osiimaandriani@gmail.com

Abstract (English, Times New Roman Font 11, center, italic)

Introduction: patient satisfaction is an "outcome" of health services. About improving the


quality of health services. Objective: to find out how satisfied patients are in the midst of the
Covid19 outbreak being treated. Methods: This research uses quantitative research, with a
cross-sectional study approach that aims to determine the relationship between the two
variables, namely the independent variable of service quality and the dependent variable of
patient satisfaction which is carried out simultaneously. Results: showed that reliability,
assurance, physical evidence, empathy, and responsiveness resulted in a p-value = 0.000 this
means that there is a relationship between all variables with patient satisfaction. Conclusion:
that there is a relationship between reliability, assurance, physical evidence, empathy, and
responsiveness with patient satisfaction. Improving the quality of service is very necessary for
expertise according to their respective scientific fields for all health service providers.

Keyword: keyword 1, keyword 2, keyword 3 (Times New Roman 11, italic)

Abstrak (Bahasa Indonesia Times New Roman Font 11, senter)

Pendahuluan: kepuasan pasien merupakan “outcome” layanan kesehatan. Tentang


peningkatan mutu layanan kesehatan. Tujuan: mengetahui bagaimana kepuasan pasien tengah
wabah Covid19 yang dirawat. Metode: penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif,
dengan pendekatan cross sectional study yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kedua
variabel yaitu variabel independen kualitas pelayanan dan variabel dependen kepuasan pasien
yang dilakukan secara bersamaan. Hasil: menunjukan bahwa kehandalan, jaminan, bukti fisik,
empati dan tanggap menghasilan nilai p=0,000 hal ini berarti ada hubungan antara semua
variabel dengan kepuasan pasien. Kesimpulan: bahwa ada hubungan antara kehandalan,
jaminan, bukti fisik, empati dan tanggap dengan kepuasan pasien. Peningkatan mutu/kualitas
pelayanan sangat diperlukan untuk keahlian sesuai bidang keilmuan masing-masing pada
seluruh tenaga pemberi pelayanan kesehatan

Kata kunci: kata kunci 1, kata kunci 2, kata kunci 3 (Kata kunci terdiri dari minimal 3 kata
yang diurutkan berdasarkan abjad, antar kata kunci dihubungkan dengan koma, Times New
Roman Font 11)
PENDAHULUAN  dengan negara terendah adalah Afrika
Selataan dan Rusia (kurang dari 3%)
Kepuasan pasien merupakan dan negara lain India (37%), Meksiko
keluaran “outcome” layanan kesehatan (41%) dan Ghana 48%. Data
tentang peningkatan mutu layanan kemnenkes RI tahun 2018 Sekitar 60%
kesehatan. Kepuasan pasien diartikan Rumah Sakit di Indonesia belum
sebagai suatu tingkat perasaan pasien memenuhi kebutuhan pelayanan yang
yang timbul sebagai akibat dari kinerja efisien dan belum menerapkan standar
layanan kesehatan yang diperolehnya pelayanan yang mampu diterima dan
setelah pasien membandingkan dengan dijangkau oleh setiap masyarakat.
apa yang diharapkannya. Untuk Dirjen Bina Pelayanan Medik 2010,
menetukuan mutu dan kualitas mengatakan masih dalam tahap
pelayanan Rumah Sakit berperan pemenuhan kebutuhan pelayanan yang
penting dalam pemenuhan indikator memadai untuk seluruh masyarakat.
evaluasi kualitas pelayanan. Hasil Direktur Jenderal Bina Pelayanan
penelitian menunjukan bahwa terdapat Medik Kementerian Kesehatan,
hubungan antara mutu pelayanan mengatakan kurang lebih 30% hingga
dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap di 60% dari 1.000 lebih rumah sakit yang
RSUD Haji Kota Makassar belum memadai dalam peningkatan
(Darmawansyah & Arifin, 2011)(Siti kualitas pelayanan atau belum
2018). menerapkan standar minimal pelayanan.
Hasil penelitian menunjukkan Direktur Jenderal Bina
bahwa ada hubungan antara kualitas Pelayanan Medik Kementerian
pelayanan dengan kepuasan pasien Kesehatan mengatakan hal serubah
terhadap pelayanan di RSIA Srikandi telah di perbaharui oleh pemerintah
Ibi Jember (Sudibyo, 2014). Hasil melalui upaya peningkatan mutu
penelitian (Alshamsan et al., 2010) pelayanan pada setiap pemerintah kota
menunjukkan bahwa 90% masyarakat di atau pemrintah dareh kab kata sehingga
lima negara berkembang di dunia melalui hasil pemerdaya di dapatkan
menerima perawatan saat dibutuhkan data bahwa 40% - 70% dari 1.000
atau kualitas pelayanan yang efisein Rumah sakit di upayakan untuk efektif
sehingga ketercapaian derajat kesehatan dan efisien dalam peningktan kualitas
yang baik ditandai dengan seluruh pelayanan , -benar terpenuhi dalam
masyarakat menerima pelayanan pengembangan mutu pelayanan
kesehatan sesuai dengan masalah tersebut,masih banyak rumah
kesehatan yang diderita. Tetapi, di sakit,terkhususnya pada rumah sakit
Negara China paling sedikit masyarakat pada daerah kab kota yang belum benar-
yang mendapat perawatan kesehatan benar efisien dalam peningkatan mutu
saat dibutuhkan. Alasan utama pelayanan, hal tersebut dukung dengan
masyarakat adalah biaya untuk menuju data wilayah kebanyakan rumah sakit
akses sebagai penghalang utama,
yang belum memenuhi standar dalam memanfaatkan pelayanan
pelayanan yang efisien adalah rumah kesehatan pada RSU Cahaya Bangsa
sakit pada daerah kabupaten/kota atau menurun. Hal tersebut dikarenakan
daerah terpencil. Standar minimal itu asumsi masyarakat tentang RSU Cahaya
tak hanya berpatokan pada pelayanan Bangsa yang belum terpenuhi dalam
yang diberikan kepada pasien sesuai menunjang pemenuhan pelayanan
kebutuhan sakit atau masalah kesehatan kesehatan masyarakat. Termasuk mutu
yang di terimah tetapi tapi meliputi pelayanan atau kualitas pelayanan
ketersediaan sarana dan prasarana. Rumah Sakit setempat ataupun
Termasuk, gedung dan peralatan yang ketersediaan Sarana Prasarana yang
dimiliki. Berdasarkan data Dinas belum memadai. Sementara pemerintah
Kesehatan pemerintah Kab Kota Seram setempat telah berusaha untuk
bagian barat Kota Piru, profil dinas meningkatkan mutu pelayanan dan
kesehatan setempat menerangkan bahwa menyediakan akses pelayanan yang
jumlah kunjungan pada Rumah Sakit memadai. Data rekam medik RSUD
Umum Daerah Cahaya Bangsa yang Cahaya Bangsa Januari – Juni 2021
merupakan pusat rujukan untuk daerah minat kunjungan pasien menurun. Pada
Kecamatan pada Kab Seram Bagian setiap bulan data kunjungan rawat inap
Barat yaitu jumlah keseluruhan pasien adalah 70-80 orang. Dibuktikan dengan
berkunjung berjumlah 275 orang hasil survey pertama yang dilakukan
menurut data rekam medik Rumah Sakit oleh penulis pada bulan 12 April –22
Umum Daerah Cahaya Bangsa 275 Juni didapatkan data kunjungan pasien
orang adalah jumlah kunjungan rawat inap 74 – 88 orang. Pemerintah
keseluruhan,tetapi untuk jumlah dinas kesehatan Kab Seram Bagian
kunjungan pasien yang di rawat inap Barat terus terus mengupayakan
pada Rumah Sakit Umum Daerah ketersediaan sarana dan prasarana dan
Cahaya Bangsa adalah 190 orang. Pada mengupayakan mutu pelayanan
Tahun 2019, jumlah kunjungan pasien kesehatan RSUD Cahaya Bangsa yang
keseluruhan 120 orang dengan jumlah memadai untuk minat kunjungan dan
kunjungan rawat inap 79 orang. Data pemanfaatan Rumah sakit oleh
kunjungan tahun 2020, dalam masa masyarakat. Hal tersebut didukung
pandemi Covid19 RSUD Cahaya dengan fasilatas Rumah Sakit yang
Bangsa menyediakan ruang isolasi lengkap dengan ruang perawatan
untuk perawatan pasien dengan dilengkapi dengan SDM yang memadai
Covid19, sebelum akhirnya di rujuk ke sehingga dapat memenuhi cakupan
Rumah Sakit Provinsi. Data rekam kualitas pelayanan ditinjau dari aspek
medik 2020 jumlah kunjungan pasien bukti fisik. Hasil penelitian ini adalah
keseluruhan adalah 120 orang dengan ada pengaruh kualitas pelayanan dengan
jumlah kunjungan rawat inap adalah 79. terhadap pasien terhadap pelayanan di
Dinas Kesehatan Pemerintah RS Siloam Manado (Hosang, 2016).
Seram Bagian Barat menerangkan Asumsi yang muncul dari
bahwa jumlah minat kunjungan pasien masyarakat sebagai pasien yang menilai
ketersediaan sarana dan parasana yang pendidikan. Meningkatkan jejaring dan
belum memadai ditunjang dengan promosi juga akan meningkatkan
kualitas pelayanan yang belum permintaan. Tujuan mengetahui kualitas
sepenuhnya terpenuhi. Walau pelayanan dengan kepuasan pasien
pemerintah setempat melalui dinas ditengah wabah pandemi Covid 19.
kesehatan telah memperdayaan
mengupayakan ketersediaan sarana dan METODE
prasana yang memadai pada Rumah Penelitian ini adalah penelitian
Sakit tersebut namum hal itu belum kuantitatif, dengan pendekatan cross
menunjukan adanya penurunan minat sectional study yang bertujuan untuk
kunjungan pasien dalam pemanfaatan mengetahui hubungan kedua variabel
Rumah sakit. Berdasarkan data awal yaitu variabel independen kualitas
yang diterima oleh peneliti saat pelayanan dan variabel dependen
pengambilan data awal diperoleh data kepuasan pasien yang dilakukan secara
pemanfaatan Rumah Sakit yaitu jumlah bersamaan. Penelitian ini dilakukan di
pasien yang berkunjung untuk Rumah Sakit Umum Daerah Piru Kab
melakukan pengobatan tersebut sangat Seram Bagian Barat Provinsi Maluku
rendah, sementara pemerintah wilayah pada bulan 12 April- 22 Juni 2021.
Kabupaten setempat telah berupaya Populasi; seluruh pasien rawat inap
menyediakan sumber daya Rumah Sakit pada RSUD Cahaya Bangsa dengan
dan sarana parasana yang memadai jumlah 74 orang. Tekhnik penarikan
untuk menjamin pelayanan kesehatan sampel yang dilakukan adalah dengan
yang di lakukan. Disisi lain keadaan menggunakan metode Nonprobability
wabah pandemi Covid-19 bisa menjadi sampling dengan tehnik purposive
salah satu opini masyarakat dalam sampling yaitu dengan cara memilih
pemanfaatan RS. Hal ini tidak terlepas sampel di antara populasi sesuai dengan
juga opini dari masyarakat tentang mutu yang dikehendaki peneliti
dan kualitaas pelayanan pada RS (tujuan/masalah dalam penelitian),
setempat. Bahwa dimensi kualitas sehingga sampel tersebut dapat
pelayanan empati dalam hal kepedulian, mewakili karakteristik populasi yang
perhatian secara individual kepada telah di kenal sebelumnya. Pengolahan
pasien dari para petugas dalam dan Penyajian Data; Data yang
memberikan pelayanan merupakan terkumpul diolah dengan menggunakan
variabel yang paling dominan atau program SPSS (Statistical Package for
paling besar pengaruhnya terhadap the Social Science) for 21. Data
kepuasan pasien. Untuk meningkatkan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
kepuasan pasien berdasarkan hasil dan persentase disertai penjelasan,
penelitian ini maka disarankan kepada selain itu dilakukan dalam bentuk tabel
manajemen, dalam pengembangan analisis. Analisis data; Analisis
kebijakan mutu pelayanannya harus univariat digunakan untuk menjelaskan
diperhatikan perbedaan pasien yang karakteristik masing-masing variabel
disebabkan adanya perbedaan tingkat yang diteliti. Karakteristik yang dilihat
berupa hasil deskriptif melalui hasil Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan
frekuensi dan distribusi dari kedua bahwa dari 94 responden kategori
variabel Jenis kelamin, Pekerjaan, kehandalan yang baik sebanyak 64
Pendidikan,Umur dan kategori kealitas (68,1%) dan 5 (5,2%) yang memiliki
pelayanan serta kepuasan tingkat kehandalan yang tidak baik
pasien.Analisis bivariat digunakan namun merasa puas. Sedangkan yang
Untuk melihat melihat hubungan dan merasa tidak puas degan kehandalan
keterkaitan kedua variabel, dalam hal yang baik sebanyak 9(9,6%) dan
ini yang adalah kriteria kualitas 16(17,0%) yang memiliki kehandalan
pelayanan dengan kepuasan pasien. tidak baik. Hasil analisis dengan
menggunakan chi square diperoleh nilai
HASIL (Times New Roman Font 12, p Value= 0,000 atau nilai p < 0,05
huruf kapital) dengan demikian maka H0 di tolak dan
Ha di terima berarti ada hubungan
Hasil penelitian melaporkan hasil antara kehandalan dalam kualitas
pengolahan data yang dapat dijelaskan pelayanan dengan kepuasan pasien.
baik dalam bentuk tabel maupun Hasil penelitian juga menjelaskan
gambar/ diagram. Penulisan tabel bahwa dari 94 responden yang memiliki
sebagai berikut: jaminan yang baik sebanyak 72
(76,65%) dan yang tidak baik hanya 2
Tabel 1. Karakteristik Responden (2,1%) dengan perasaan yang puas.
(center, bold, times new roman font 11,
Sedangkan untuk pasien yang merasa
spasi tunggal)
tidak puas dengan jaminan yang baik
Karakteristik n Persentase(%)
hanya 8 (8,5%) dan yang mendapatkan
Aaaaa jaminan tidak baik sebanyak 12
Aaaaaa (12,7%). Hasil analisis dengan
Aaaaaaaa menggunakan chi square diperoleh nilai
(times new roman font 10, spasi 1) p Value= 0,000 atau nilai p < 0,05. Hal
ini berarti ada hubungan antara jaminan
Penulisan gambar sebagai berikut:
yang didapatkan pasien dengan
kepuasan pasien.
GAMBAR
Menurut (Etlidawati &
Gambar 1. Penampilan bentuk luka
Handayani, 2017) bahwa mutu
pada kelompok intervensi dan kontrol pelayanan kesehatan mempunyai
(center, bold, times new roman font 11) hubungan yang signifikan dengan
kepuasan pasien peserta jaminan
Tabel dan gambar disertai dengan kesehatan. Masyarakat sebagai
penjelasan pada bagian bawah tabel dan pengguna jasa layanan kesehatan
bawah gambar. mengharapkan pelayanan kesehatan
yang optimal yang diselenggarakan oleh
PEMBAHASAN rumah sakit tentang kinerja tenaga-
tenaga kesehatan dalam memenuhi untuk pasien yang tidak puas dengan
kebutuhan pasien yang diukur dari empati yang baik sebanyak 9 (9,6%)
kepuasan pasien (Alamri, 2015). namun ada 11 (11,7%) dengan empati
Berbeda dengan hasil penelitian yang tidak baik. Hasil analisis dengan
(Alamri, 2015) bahwa terdapat menggunakan chi square diperoleh nilai
hubungan bermakna antara perilaku p Value= 0,000 atau nilai p < 0,05. Hal
caring perawat dengan tingkat kepuasan ini berarti ada hubungan antara empati
pada pasien BPJS. Peningkatan jumlah dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit
pasien di era Jaminan Kesehatan Umum Daerah Piru. Untuk kategori
Nasional di puskesmas harus diikuti tanggap, responden yang memiliki daya
peningkatan pelayanan yang maksimal tanggap yang baik sebanyak 61 (64,9%)
serta ditunjang dengan pengukuran dan hanya 10 (10,6%) yang memiliki
kepuasan pasien terhadap pelayanan tanggap yang tidak baik dalam
yang diberikan agar didapatkan kepuasan yang puas. Sedangkan untuk
masukan untuk program berkelanjutan yang tidak puas dengan tanggap yang
(Nurcahyo & Sumarni, 2015). Kepuasan baik hanya 5 (5,3%) namun 18 (19,1%)
pasien adalah aspek penting dalam yang tidak memiliki daya tanggap yang
mengukur kualitas pelayanan kesehatan baik. Hasil analisis dengan
peserta BPJS (Burhanuddin et al., menggunakan chi square diperoleh nilai
2016). p Value= 0,000 atau nilai p < 0,05
dengan demikian maka H0 di tolak dan
Untuk kategori bukti fisik Ha di terima berarti ada hubungan
menunjukkan bahwa responden yang antara empati dalam kualitas pelayanan
memiliki bukti fisik dalam keadaan baik di tinjau dari semua aspek dengan
sebanyak 61 (64,9%) dan 11 (11,7%) kepuasan.
dengan keadaan yang tidak baik pada
posisi puas. Sedangkan untuk pasien Secara teori, empati adalah
yang merasa tidak puas dengan bukti memberikan perhatian yang tulus
fisik yang baik sebanyak 5 (5,3%), dan kepada pasien yang bersifat individual
yang bukti fisiknya tidak baik sebanyak dalam memahami keinginan pasien,
17 (18,1%). Hasil analisis dengan meliputi kemudahan untuk
menggunakan chi square diperoleh nilai berkonsultasi, kemampuan petugas
p Value= 0,000 atau nilai p < 0,05 untuk berkomunikasi dengan pasien dan
sehingga disimpulkan bahwa ada usaha petugas dalam memberikan
hubungan antara bukti fisik dengan dorongan untuk kesembuhan pasien
kepuasan pasien. Variabel selanjutnya (Nursalam, 2014). Pada pelayanan
adalah empati dari tabel diatas asuhan keperawatan aspek terpenting
menunjukkan bahwa dari 94 responden dalam memberikan kepuasan adalah
yang memiliki empati yang baik aspek afektif yaitu perasaan pasien
sebanyak 74 (78,7%) dan tidak ada bahwa perawat sebagai tenaga
yang memiliki empati yang tidak baik kesehatan mendengarkan dan
dengan keadaan yang puas sedangkan memahami keluhan-keluhan pasien, jika
hal ini tidak dapat diberikan maka akan yang didapatkan oleh tenaga kesehatan
timbul ketidak puasan. Selain itu sikap (dokter, perawat, bidan) pada saat
dan perilaku petugas rumah sakit yang memberikan pelayanan tidak
meliputi petugas kurang komunikatif sepenuhnya menunjukan sikap
dan informatif dengan pasien akan care/simpati kepada pasien. Di sisi lain
dapat menimbulkan ketidakpuasan. kurangnya SDM yang, belum memadai
Menurut (Wira et al., 2014) bawa (dokter) menyebabkan pasien merasa
tingkat kepuasan pasien masih berada kurang cepat dalam mendapatkan
pada kisaran sedang dan memiliki pelayanan dalam penanganan masalah
hubungan yang signifikan dengan kesehatan yang dialami, perawat/bidan
persepsi daya tanggap dan persepsi sendiri di nilai kurang membangun
empati. Bahwa empati merupakan salah komunkasi atau hubungan saling
faktor yang dapat mempengaruhi percaya dengan pasien. Di dukung
kepuasan pasien (Wowor et al., 2019). dengan data yang diperoleh pada saat
Menurut (Walukow et al., 2019) bahwa penelitian dgn menjadikan 94 pasien
terdapat hubungan antara kualitas jasa rawat inap pada RSUD Piru sebagai
pelayanan kesehatan dengan kepuasan responden didapatkan data jumlah
pasien. Bagi semua tenaga kesehatan responden yang, merasa tidak puas, 20
diharapkan untuk dapat memperhatikan (21,3%)–25 (26,6%) responden.
pasien dengan empati yang diberikan Sebaliknya dari 94 responden yang
sehingga dapat memberikan kualitas merasa puas dengan pelayanan yang
pelayanan yang memenuhi kepuasan diterima ditinjau dari 5 kategori kualitas
pasien. Kualitas pelayanan merupakan pelayanan adalah kehandalanan,
upaya pemenuhan kebutuhan yang jaminan, tanggap, empati, dan bukti
diiringi dengan keinginan konsumen fisik) nilai kepuasan pasien berada pada
serta ketepatan cara penyampaiannya 69 (73,4%) - 74 (78,7%) responden.
agar dapat memenuhi harapan dan
kepuasan pelanggan tersebut. Kualitas Menurut (Hastuti & Nasri, 2014)
pelayanan merupakan salah satu hal menerangkan bahwah konsep kepuasan
yang berhubungan dengan kepuasan Servqual (Service Quality) mencakup 5
pelanggan dalam hal ini pasien (Suwuh item yang telah di laukan oleh peneliti
et al., 2018). Menurut (Taekab, 2018) dalam mengukur kepuasan pasien, di
bahwa terdapat hubungan antara mutu antara lain :1 bukti fisik (tangibles)
pelayanan berdasarkan dimensi yang di nilai adalah bagaimana pemberi
empathy (empati) dengan kepuasan jasa pelayanan memenuhi kebutuhan
pasien. sarana prasarana, gedung dan
ketersediaan fasilitas dalam menerima
Berdasarkan hasil penelitian pelayanan) 2. kehandalan (reliability)
menunjukan bahwa suatu pasien merupakan bagaimana cara atau
dikatakan kurang puas dengan jasa kemampuan pemberi jasa pelayanan
pelayanan kesehatan yang diterima di dalam memberi pelayanan yang tepat
tunjukan dengan pelayanan kesehatan sesuai sop standar pelayanan kesehatan
yang dapat menangani masalah-masalah kemungkinan bagi perusahaan untuk
kesehatan yang dialami pasien, 3. mempertimbangkan faktor lain yang
tanggap (responsiveness) adalah dapat memberikan kemudahan dalam
bagaimana kemauan untuk tanggap bidang pelayanan kesehatan. Bahwa
dengan keluhan penerima jasa terdapat hubungan penerapan aspek
pelayanan/pasien atau bagamana cara spiritualitas perawat dengan pemenuhan
pemberi jasa pelayanan memberikan kebutuhan spititualitas terhadap pasien
informasi dan memberikan pelayanan yang dirawat inap (Husaeni & Haris,
yang tepat dan cepat sesuai kebutuhan 2020).
pasien. 4. Jaminan (assurance)
merupakan cara pemberi jasa pelayanan KESIMPULAN
dalam memberi pelayanan yang
menjamin kenyamanan pasien dan Bahwa terdapat hubungan antara
penerima jasa dalam pelayanan daya tanggap, jaminan kesehatan, bukti
kesehatan. 5.empati (empathy) adalah fisik, empati, dan kehandalan pelayanan
bagaimana pemberi jasa pelayanan terhadap kepuasan pada pasien.
memberikan perhatian yang tulus dan Peningkatan mutu/kualitas pelayanan
lebih meningkatkan caring kepada sangat diperlukan untuk keahlian sesuai
penerima jasa pelayanan. Perawat bidang keilmuan masing-masing pada
memegang peranan penting dalam seluruh tenaga pemberi pelayanan.
meningkatkan kualitas pelayanan demi RS/Institusi wajib memberikan
kepuasan pasien (Suprapto, 2018). pelatihan sesuai bidang ilmu untuk
meningkatkan proses pelayanan secara
Hasil penelitian (Jacobis, 2013) medis (dokter, perawat, bidan,) dan
bahwa item yang berpengaruh adalah paramedic (tenaga atministrasi.
kehandalan, daya tanggap, dan empati, Menerapkan prinsip care bagi seluruh
sedangkan jaminan dan sarana fisik pasien dengan senyum sapa dan salam
tidak berpengaruh terhadap kepuasan (3s). Meningkatkan komunikasi
pasien rawat inap. Kompetensi perawat terapiotik dalam bentuk pemberian rasa
perlu ditingkatkan agar dapat nyaman dan membangun hubungan
mengoptimalkan pelaksanaan pelayanan slaing percaya dengan penerima
kesehatan masyarakat melalui pelatihan, jasa/pasien.
pembinaan melalui tim yang
ditugaskan, dan kerjasama dengan rekan DAFTAR PUSTAKA
sejawat serta memberikan dukungan
berupa kebijakan reward dan sanksi Sumber rujukan sedapat mungkin
seperti jenjang karir perawat merupakan pustaka–pustaka terbitan 10
(Suprapto,etal, 2021). Menurut tahun terakhir. Rujukan yang
(Suprapto, 2019) bahwa kepuasan kerja diutamakan adalah sumber-sumber
terbukti memberikan hubungan yang primer berupa laporan penelitian
relatif baik terhadap peningkatan (termasuk skripsi, tesis, disertasi) atau
prestasi kerja, juga tidak menutup artikel-artikel penelitian dalam jurnal
dan/atau majalah ilmiah. Perujukan dan
pengutipan menggunakan APA Buku
Bowden, V. R., & Greenberg, C. S. (2014).
(American Psychological Association) Children and their families: The
6th edition style. Daftar pustaka disusun continuum of nursing care (3rd ed).
dengan tata cara seperti contoh berikut Philadelphia: Lippincott William &
ini dan diurutkan secara alfabetis dan Wilkins.
kronologis: (Times New Roman Font Artikel dalam Majalah:
11, spasi tunggal). Henry, W. A., III. (1990, April 9). Making
the grade in today’s schools. Time,
135, 28-31.

Jurnal Artikel dalam Koran:


Colin, A. A., McEvoy, C., & Castile, R. G. Schultz, S. (2005, December 2008). Calls
(2010). Respiratory morbidity and made to strengthen state energy
lung function in preterm infants of policies. The Country Today, pp. 1A,
32 to 36 weeks’ gestational age. 2A.
Pediatrics, 126(1), 115–128.
doi:10.1542/peds.2009-1381. Tesis/Disertasi
Kusumaningrum, A. (2009). Pengaruh
posisi prone terhadap status
Jika penulis enam atau lebih: oksigenasi bayi yang menggunakan
De Carolis, ,M. P., Pinna, G., Cocca, C., ventilasi mekanik di NICU RSUPN
Rubortone, S. A., Romagnoli, C., Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Bersani, I., . . . De Carolis, S. Tesis, Universitas Indonesia,
(2016). The transition from intra to Depok. Diakses dari digilib.ui.ac.id.
extra-uterine life in late preterm
infant: A single-center study. Italian Bila tidak dipublikasikan:
Journal of Pediatrics, 42. Considine, M. (1986). Australian insurance
doi:http://dx.doi.org/10.1186/s13052 politics in the 1970s: Two case
-016-0293-0. studies. (Unpublished doctoral
dissertation). University of
Jurnal tanpa doi (doi tidak tersedia) Melbourne, Melbourne, Australia.
Bahman-Bijari, B., Malekiyan, A., Niknafs,
P., & Baneshi, M. (2011). Bubble- Buku Terjemahan:
CPAP vs ventilatory-CPAP in Ganong, W. F. (2008). Fisiologi
preterm infants with respiratory Kedokteran (Ed ke-22). (petrus A.,
distress. Iranian Journal of trans). New York: McGraw Hill
Pediatrics, 21(2), 151-158. Medical. (Original book published
Retrieved from 2005).
https://search.proquest.com/docvie
w/875888897?accountid=17242. Sumber Internet Lainnya
Neonatology Clinical Guidelines. (2017).
Family and developmental care.
Prosiding Confrence Diunduh dari
Schnase, J. L., & Cunnius, E. L. (Eds.). http://www.kemh.health.wa.gov.au/
(1995). Proceedings from CSCL services/nccu/guidelines/documents
’95: The First International /7387.pdf pada tanggal 07 Februari
Conference on Computer Support 2017.
for Collaborative Learning.
Mahwah, NJ: Erlbaum.

Anda mungkin juga menyukai