Anda di halaman 1dari 14

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No.

3, Oktober 2017

PERKEMBANGAN INDUSTRI MARMER D DESA BESOLE


KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 1990-1998

JANUARYTA ILMA AZIZAH


Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
E-Mail : jeeazizah@gmail.com

Agus Trilaksana
Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK
Di Desa Besole banyak terdapat perbukitan yang mengandung berbagai macam mineral
antara lain batu marmer. Dari sinilah sumber dari batu marmer di dapat, inilah salah satu sumber
daya alam yang sangat potensial untuk dapat dimanfaatkan. Dari sinilah masyarakat Desa Besole
mencoba memulai peruntungan lain selain bergantung pada pertanian yang kadang hasil
pertaniannya tidak dapat diandalkan. Desa Besole yang merupakan penghasil batu marmer
menarik masyarakatnya untuk melakukan bisnis lain selain pertanian yaitu mengolah batu marmer
menjadi berbagai olahan produk. Keinginan untuk mendapatkan suatu kesejahteraan dalam
kehidupan itulah yang membuat beberapa masyarakat Desa Besole akhirnya mengubah mata
pencaharian yang awalnya menjadi petani berubah menjadi masyarakat yang menekuni industri
rumahan. Dari tahun ke tahun pengusaha industri marmer di Desa Besole senantiasa mengalami
kenaikan jumlah pengerajin. Keberadaan industri marmer sangat mempengaruhi perekonomian
masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat yang ada di Desa
Besole Kabupaten Tulungagung bermata pencaharian sebagai pengrajin batu marmer, baik itu
menjadi pemilik industri marmer maupun menjadi pekerja di industri marmer tersebut.
Penelitian ini membahas, 1) potensi industri marmer di Desa Besole Kabupaten
Tulungagung, 2) perkembangan industri marmer di Desa Besole Kabupaten Tulungagung tahun
1990-1998, 3) kontribusi industri marmer terhadap perekonomian masyarakat Desa Besole
Kabupaten Tulungagung tahun 1990-1998. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian
sejarah, langkah awal yaitu heuristik, dengan mengumpulkan sumber-sumber terkait tentang
industri marmer di Desa Besole, sumber primer didapat dari dokumentasi, wawancara dari
narasumber. Sedangkan sumber sekunder didapatkan dari buku-buku dan jurnal yang terkait
tentang industri marmer. Kritik sumber dilakukan untuk memilah sumber baik primer maupun
sekunder yang terkait dengan industri marmer di Desa Besole. Interpretasi sumber digunakan
untuk membandingkan sumber satu dengan sumber lain sehingga diperoleh fakta sejarah mengenai
industri marmer di Desa Besole. Tahap akhir adalah historiografi, pada tahap ini serangkaian fakta
yang telah ditafsirkan akan disajikan secara tertulis menjadi ceritera sejarah.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Desa Besole merupakan penghasil kerajinan
marmer dan onix terbesar, dengan hasil produksi sebanyak 24.151 unit per bulan. Marmer, onyx
dan batu fosil, deposit marmer berada di Desa Besole Kecamatan Besuki, Desa Ngentrong dan
Desa Gamping Kecamatan Campurdarat, serta Desa Sukorejo Kecamatan Bandung, dengan
jumlah cadangan ± 4.322.500 m³. Usaha industri kerajinan batu marmer sudah sejak lama ditekuni
oleh masyarakat Desa Besole Kecamatan Besuki Kabupatenn Tulungagung. Masyarakat Desa
Besole memperkirakan bahwa usaha membuat kerajinan marmer di desa tersebut sudah ada sejak
tahun 1960-an. Munculnya industri di suatu daerah tentunya akan menimbulkan banyak dampak
bagi kehidupan masyarakat setempat. Seperti halnya yang terjadi di Desa Besole setelah banyak
berdiri industri marmer telah membawa banyak pengaruh untuk kehidupan sosial masyarakat
sekitar. Perubahan tersebut merupakan mengarah pada perubahan yang lebih maju dalam beberapa
hal serta kesejahteraan kehidupan masyarakat Desa Besole.

Kata Kunci : Industri, Marmer, Desa Besole

501
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

ABSTRACT
In Besole village, there are many hills containing various minerals such as marble
stones. From these places, source of marble stones are founded and becomes a very potential
natural resource which can be utilized. From these places, people of Besole village tray to make
an alternative business beside agriculture business which sometimes the harvest can’t be relied
on. Besole village as producer of marble stones drives its people to conduct another business
beside agriculture that is to process the marble stones to be several products. The will to obtain
wealth in life drives some people of Besole village finally alter their work as a farmer to a
craftsman. Year by year, the craftsman of marble stones increase in amount. The existence of
marble industries highly influence economics of the people. This is proven that most people in
Besole village work as craftsman of marble stone either as an owner or a worker in marble stone
industries.
This research addresses 1) the potential of marble industry in Besole village, regency of
Tulungagung; 2) the growth of marble industry in Besole village, regency of Tulungagung in 1990
till 1998; 3) the contribution of marble industry to economics of people of Besole village, regency
of Tulungagung in 1990 till 1998. This research uses historical research method. The first step is
heuristic by collecting relevant sources in terms of marble industry in Besole village. Primary
sources was obtained from documentations and interviews with informants. Meanwhile, the
secondary sources was obtained from relevant books and journals concerning marble industry.
Critique of sources was conducted to select both primary and secondary sources which have
relation with marble industry in Besole village. Interpretation of sources was conducted to
compare one source and another source in order to obtain historical facts about marble industry
in Besole village. The last step is historiography which becomes written results as reconstruction
of history.
Result of this research explains that Besole village constitutes the biggest marble and
onyx arts with 24,151 production unit a month. Marble, onyx and fossil stones exist in Besole
village, district of Besuki, Ngentrong village and Gamping village, district of Campurdarat, and
Sukorejo village, district of Bandung with ± 4,322,500 m 3 in reseve. Marble industry has long
been processed by people of Besole village, district of Besuki, residence of Tulungagung. People of
Besole village have processed this industry since 1960s. The emergence of an industry in a specific
place, of course, will raise many effects to local people’s life. Like in other places, in Besole
village the marble industry has influenced social life of the people. These changes are directing to
positive and progressive changes in several things and the wealth of the people as well.

Keywords: industry, marble, Besole Village

PENDAHULUAN desapun kemudian mencoba menekuni


Kabupaten Tulungagung yang kerajinan marmer secara lebih serius lagi
didominasi oleh struktur batuan yang beraneka sehingga muncul banyak industri rumahan
ragam membuat daerah ini kaya akan potensi yang bekerja dalam bidang kerajinan marmer.
bahan galian gol C (batu gamping, marmer dan Marmer adalah salah satu dari kekayaan
fosfat). Batu marmer sendiri merupakan salah alam Indonesia yang banyak diminati oleh
satu hasil bumi unggulan yang terkenal dari masyarakat dalam dan luar negeri. Marmer
Desa Besole, Kabupaten Tulungagung. Di Desa sendiri berasal dari batu gamping atau
Besole banyak terdapat perbukitan yang dolomite1. Marmer atau batu pualam
mengandung berbagai macam mineral antara
lain batu marmer. Dari sinilah sumber dari batu
1
marmer di dapat, inilah salah satu sumber daya Dolomite adalah mineral yang berasal
alam yang sangat potensial untuk dapat dari alam yang mengandung unsur hara
dimanfaatkan, mirip seperti halnya ladang Magnesium (Mg) dan Kalsium (Ca) berbentuk
minyak, marmer mendatangkan sumber tepung denganrumus kimia CaMg. Mineral
kehidupan bagi masyarakat sekitar. Warga yang disebut dolomite merupakan mineral yang
digunakanuntuk menghasilkan kalium sulfat
yang digunakan dalam pembuatan bahan
bangunan dan kain fireproofing.

502
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

merupakan batuan hasil proses metamorfosa antik. Marmer sendiri dalam pengerjaannya
atau malihan dari batu gamping. Batuan ini tidak hanya dapat dibuat menjadi ubin saja
berbentuk kompak, padat, tanpa pelapisan, namun para pengerajin sudah membuat banyak
menunjukkan adanya proses rekristalisasi, dan varian barang-barang yang terbuat dari olahan
banyak mengandung mineral kalsit. Adapun marmer. Mulai dari yang umum seperti ubin
mineral tambahannya berupa kuarsa, talk, dan meja para pengerajin juga mulai
klorit, amphibol, pirit, piroksen, hematit, dan mengembangkan kemampuannya dalam
grafit.2 Batu marmer umumnya akan berwarna mengolah marmer menjadi sebuah produk yang
putih pekat/kekuningan dengan serat saraf yang unik dan tidak pasaran. Misalnya pembuatan
terbentuk secara alami, seperti halnya saraf patung-patung hewan, perabot rumah tangga,
yang ada pada batang pohon, sarat ini batu nisan, vendel, dll.
memberikan ciri khas dari batu marmer, dan Marmer menjadi kerajinan unggulan
memberikan kesan keaslian dan Kabupaten Tulungagung, potensi tersebut layak
alamiah.Keberadaan batu marmer Tulungagung untuk dikenalkan dan dikembangkan agar
juga menjadi ikon Kota Tulungagung. dikenal luas oleh masyarakat baik masyarakat
Memasuki awal tahun 1990-an industri setempat maupun masyarakat luar. Dengan
marmer mengalami perkembangan yang cukup begitu akan menimbulkan daya saing antar
pesat. Proses produksinya sudah mulai pemilik industri marmer. Pemilik industri
menggunakan peralatan yang lebih maju dan saling beradu/berlomba dalam menciptkan
hasil produksinya selain untuk memenuhi kerajinan yang unik dan berkualitas yang
kebutuhan masyarakat Kabupaten Tulungagung berbeda dengan pengrajin lainnya. Dengan
sendiri, juga dipasarkan keluar daerah misalnya kualitas yang semakin bagus membuat
Surabaya, Semarang, Jogja, Bali, Jakarta dan kerajianan marmer yang ada di Desa Besole
masih banyak lainnya.3 Dalam konteks mikro Kabupaten Tulungagung ini menjadi produk
dan organisasi, industri adalah sekelompok kerajinan yang banyak diminati oleh
perusahaan yang menghasilkan produk/jasa masyarakat lokal dan internasional. Sehingga
yang relative sejenis, atau mempunyai sifat industri marmer dapat berkembang dengan
saling mengganti yang erat4. Industri marmer pesat. Saat ini belum pernah ada penelitian
sendiri masih tergolong sebagai industri kecil. yang meneliti tentang perjalanan industri
Hal itu dapat dilihat dari jumlah pekerja serta marmer dari waktu ke waktu, maka dari itu
penggunaan tehnologi yang masih sederhana. penulis tertarik untuk melakukan penelitian
Industri kecil sangat penting karena merupakan dengan judul “Perkembangan Industri Marmer
bagian dari keseluruhan industri nasional yang Di Desa Besole Kabupaten Tulungagung
tidak hanya sebagai suatu usaha pemerataan Tahun 1990-1998”.
pembangunan, akan tetapi sebagai suatu yang
telah mendapatkan tempat dalam struktur METODE
sosial.5 Pada penelitian mengenai
Batu marmer memiliki keunikan “Perkembangan Industri Marmer Di Desa
tersendiri apabila digunakan untuk membuat Besole Kabupaten Tulungagng Tahun 1990-
perabot. Warnanya yang kekuning-kuningan, 1998” ini, peneliti menggunakan metode
krem atau bergaris-garis seperti akar pohon. sejarah yang terdiri dari empat tahap yaitu
Dengan begitu akan memunculkan kesan heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.
bahwa batu tersebut sangat alami dan belum Tahap pertama dalam metode sejarah
tersentuh oleh teknologi sehingga kelihatan adalah tahap heuristik. Pada tahap ini, peneliti
mencari dan mengumpulkan sumber sebanyak-
banyaknya. Sumber primer ditelusuri di
2
Hartono. 2007. Geografi: Jelajah Bumi lembaga-lembaga dan instansi yang terkait
dan Alam Semesta. Bandung : Citra Raya. Hlm, dengan tema penulisan skripsi seperti diatas.
43, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, di kantor
3
Wawancara dengan Bapak Reza. 13 Desa Besole diperoleh data tentang monografi
Maret 2017 desa dan data pemilik usaha marmer. Di Badan
4
Rahel Widiawati Kimbal. 2015. Modal Pusat Statistik kabupaten Tulungagung
Sosial dan Ekonomi Industri Kecil: Sebuah diperoleh data Kabupaten Tulungagung dan
Studi Kualitatif. Yogyakarta : Deepublish. peta Kabupaten Tulungagung. Selain itu
Hlm, 38, penulis juga melakukan proses wawancara
5
Ibid. Hlm, 40,

503
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

dengan narasumber (pemilik industri marmer). ketinggian 0 - ≥1000 meter di atas permukaan
Sumber sekunder menggunakan buku dan laut.
jurnal ilmiah tentang industri marmer. Secara umum potensi yang dimiliki oleh
Tahapan yang ke-dua adalah kritik Kabupaten Tulungagung masih bergantung
sumber, kritik sumber dilakukan dengan dua pada Sumber Daya Alam. Dalam hal ini sektor
pengujian, yaitu kritrik ekstern dan kritik pertanian merupakan sektor utama dalam
intern. Dalam penelitian ini penulis perekonomian Kabupaten Tulungagung dengan
menggunakan pengujian dengan kritik intern hasil produksi berupa tanaman pangan seperti
dalam mendapatkan keaslian sumber. Kritik padi dan jagung. Sedangkan pada sektor
intern dapat diketahui dengan pasti mana yang perkebunan Kabupaten Tulungagung
merupakan sumber turunan. Penulis dapat diantaranya pinus, teh, tembakau dan masih
memilih data-data yang sesuai dengan banyak lainnya. Areal hutan terdiri dari 2 jenis
kajiannya. Penulis melakukan kritik dan hutan yaitu hutan produksi kayu dan hutan
membandingkan sumber-sumber berupa artikel lindung. Pada sektor pertambangan, bahan-
atau karya ilmiah dan pustaka yang mempunyai bahan galian yang diekploitasi di Kabupaten
kajian yang sesuai dengan kecocokan antar Tulungagung diantaranya batu kapur, tanah
sumber. Setiap sumber diperiksa telah cukup liat, dan batu marmer.
memenuhi syarat sebagai sumber atau belum. 2. Gambaran Umum Desa Besole
Isi buku setelah dibandingkan dengan sumber- Dengan luas wilayah 557.097 Ha secara
sumber dan data-data yang lain mempunyai topografi, Desa Besole terletak pada ketinggian
validitas yang dapat dipercaya. 110m di atas permukaan laut (dpl) berada
Tahapan yang ke-tiga yaitu intepretasi, sekitar 5 kilometer dari Ibukota Kecamatan.
pada tahap interpretasi, penulis melakukan Secara keseluruhan Desa Besole memiliki
penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah untuk iklim tropis yang memiliki curah hujan rata-
menetapkan saling berhubungan antar fakta rata 4.50mm/tahun dan suhu rata-rata 35°C.
sejarah. Sehingga gabungan dari berbagai fakta Secara umum potensi yang dimiliki
yang telah ditemukan dapat mempermudah Desa Besole sangat bergantung pada sumber
dalam merekonstruksi sejarah. daya alam. Meskipun di Desa Besole terkenal
Tahapan terakhir yaitu historiografi, dengan penambangan marmer dan juga
pada tahap ini serangkaian fakta yang telah kerajinan marmernya, namun pertanian tetap
ditafsirkan akan disajikan secara tertulis menjadi sektor utama dalam perekonomian
sebagai kisah atau ceritera sejarah Dalam masyarakat. Hal itu terbukti bahwa di Desa
penelitian ini secara garis besar bercerita Besole memiliki lahan pertanian yang cukup
tentang perkembangan Industri Marmer di luas. Dengan luas wilayah sebesar 577.097 Ha.
Desa Besole Kabupaten Tulungagung Tahun Kondisi tanah yang kurang subur untuk
1990-1998. daerah pertanian tersebut akhirnya dapat
mendorong masyarakat untuk menekuni bidang
PEMBAHASAN lain selaian pertanian. Setelah sebelumnya pada
A. Diskripsi Desa Besole tahun 1961 telah dibuka sebuah industri yang
1. Gambaran Umum Kabupaten bekerja dalam sektor penambangan batu
Tulungagung marmer. Sejak dahulu memang Desa Besole
Dengan luas wilayah 1.055,65 Km² merupakan daerah penambangan batu marmer
secara topografi, Tulungagung terletak pada yang dilakukan oleh kolonial Belanda.
ketinggian 85m di atas permukaan laut (dpl). Desa Besole merupakan penghasil
Bagian barat laut merupakan daerah kerajinan marmer dan onix terbesar, dengan
pegunungan yang meupakan pegunungan hasil produksi sebanyak 24.151 unit per bulan. 6
Wilis-Liman. Dibagian tengah memiliki Marmer, Onyx dan Batu Fosil, deposit marmer
dataran rendah. Sedangkan disebelah selatan berada di Desa Besole Kecamatan Besuki,
adalah daerah pegunungan yang merupakan Desa Ngentrong dan Desa Gamping
rangkaian dari pegunungan kidul.Berdasarkan Kecamatan Campurdarat, serta Desa Sukorejo
karakteristik fisik Kabupaten Tulungagung Kecamatan Bandung, jumlah cadangan ±
yang memiliki luas wilayah 1.055,65 Km² 4.322.500 m³. Kabupaten Tulungagung yang
(115.050 Ha) atau sekitar 2,2% dari seluuh
wilayah Provinsi Jawa Timur dengan
6
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Tulungagung

504
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

didominasi oleh struktur batuan yang beraneka d. Pemuatan dan pengangkatan blok mamer
ragam membuat daerah ini kaya akan potensi yang terlebih dahulu diperkecil sesuai
bahan galian gol C (batu gamping, marmer dan dengan ukuran blok yang ditentukan
fosfat) membuat daerah ini berkembang Marmer yang mempunyai visualisasi
menjadi sentra industri kerajinan marner dan indah ini sering digunakan untuk berbagai
onix. keperluan manusia. Fungsi yang paling sering
Di Desa Besole merupakan sentra dari diambil manusia dari batu marmer adalah
pengerajin marmer, karena hampir sebagian menjadikannya sebagai bahan penghias rumah.
besar masyarakat Desa Besole merupakan Struktur batuan marmer yang indah dengan
pengrajin marmer baik itu sebagai pemilik pola- pola tertentu dan juga percampuran
industri maupun menjadi pekerja. Oleh sebab berbagai warna ini tampak cocok sekali apabila
itu di Desa Besole ini memiliki pengerajin batu maremer dijadikan bahan penghias rumah.
marmer lebih banyak dibandingkan di desa lain Penghias rumah dari bahan batu marmer ini
di Kecamatan Besuki. Dalam proses dilakukan dengan menjadikan marmer ini
pengerajianan marmer ini lebih banyak sebagai bahan utama konstruksi bangunan
menggunakan tenaga kerja laki-laki karena paling luar di rumah kita.misalnya, bagian
dalam pengerjaan marmer ini dibutuhkan lantai, tangga, veneer atau dinding. Batu
tenaga yang kuat sebab berhubungan dengan marmer ini dipilih sebagai bahan pembuat
penambangan batu marmer, pengangkatan, furniture karena mempunyai sifat yang lunak.
pemotongan dan pembuatan menjadi sebuah Batu marmer merupakan jenis batu alam yang
ornamen yang indah dan unik. Desa Besole yang dapat tembus cahaya, inilah yang
merupakan desa penghasil marmer terbesar membuatnya mempunyai sifat lunak. Selain itu
dengan kelas pemasaran yang sudah mendunia, batuan marmer juga mempunyai manfaat tinggi
ini menunjukkan bahwa Desa Besole patut untuk menyerap cat. Batu marmer juga
untuk disebut sebagai sentra penghasil mempunyai teksutur yang lembut sehingga
kerajinan marmer. mudah di pahat.
2. Potensi Marmer di Desa Besole
B. INDUSTRI MARMER DI DESA Marmer merupakan bahan galian yang
BESOLE TAHUN 1990-1998 terbentuk dari batu gamping ataupun dolomite
1. Batuan Marmer yang telah mengalami metamorfosa. Proses
Batu marmer merupakan salah satu metamorfosa berlangsung sebagai akibat
bahan galian industri yang diperoleh dari alam adanya tekanan dan temperatur yang tinggi
yang bermetamorfosis. Batuan ini adalah pada batu gamping tersebut sehingga terjadi
sedimentasi dari bebatuan yang terbentuk oleh rekristalisasi. Proses ini manghasilkan marmer
peninggalan inorganik yang biasanya berasal dengan warna dan tekstur yang menarik
dari proses presipitasi air laut. Batuan jenisini sehingga dalam bahan bangunan marmer
sebagian besar terdiri atas kalsit (kalsium banyak digunakan sebagai batu hias. Batu
karbonat). Marmer telah bernilai tinggi sejak marmer selain mempunyai keindahan juga
masa lampau karena memiliki warna-warni memiliki kuat tekan yang lebih besar dari pada
yang istimewa serta penampilan yang elegan. batu gamping. Kuat tekan marmer berkisar
Batuan ini secara alamiah terbentuk ketika antara 1200kg/cm² - 3000kg/cm². Keberadaan
bebatuan terekspos pada tekanan oleh marmer di Kabupaten Tulungagung secara
tumbuhan kristal dan panas tinggi dari inti visual tampak jelas di permukaan, hal ini
bumi. dikarenakan tipisnya lapisan tanah penutup
Cara penambangan dapat dilakukan sehingga tersingkap dibeberapa bagian dari
dengan alat sederhana atau dengan gergaji yang bukit marmer tersebut.
diawali dengan pembuatan lubang. Metode Kabupaten Tulungagung sebagai
penambangan dengan sistem kuari berjenjang penghasil marmer tidaklah terbentuk dalam 1
akan mencegah kerusakan. Tahap dari atau 2 tahun, melainkan sudah ada sejak zaman
penambangan sebagai berikut : Belanda. Nama Tulungagung sebagai daerah
a. Pembersihan lokasi penghasil marmer telah semakin membuat citra
b. Pembongkaran blok marmer dari batuan daerah itu semakin berkembang, tidak hanya di
induknya daerah sekitar Jawa Timur, tetapi juga ke
c. Pembuatan blok marmer beberapa negara.

505
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Di Indonesia sendiri marmer jenis onix industri batu marmer ini memberikan banyak
lebih digemari karena memiliki lebih banyak konstribusi bagi masyarakat desa Besole.
detail ukiran. Berbeda dengan di luar negeri Pada masa kolonial Belanda pengerjaan
marmer minimais tanpa hiasan lebih banyak marmer masih terbatas pada penggalian dan
digemari. Hingga saat ini Kabupaten pemotongan sampai berbentuk balok-balok
Tulungagung menjadi pemasok batu marmer sehingga nantinya akan memudahkan untuk
yang dikenal dalam dan luar negeri. Dengan proses pengangkutan. Namun marmer yang
memanfaatkan potensi daerah yang kaya akan dapat diangkut hanya sedikit karena pada
hasil marmernya, kini Kabupaten Tulungagung waktu itu akses jalan dari tempat penambangan
dikenal luas sebagai daerah penghasil kerajinan menuju daerah pemasaran masih sangat sulit.
marmer terbaik. Hingga pada masa setelah kemerdekaan yaitu
3. Latar Belakang Munculnya Industri tahun 1961 pabrik marmer untuk pertama
Marmer di Desa Besole kalinya mulai dioprasikan oleh bangsa
Wilayah Kabupaten Tulungagung Indonesia.8 Pada awal produksi PT. Industri
memiliki pegunungan yang merupakan Marmer Indonesia Tulungagung masih
rangkaian dari pegunungan kidul. Pegunungan menggunakan alat-alat sederhana warisan dari
tersebut mengandung gamping yang dapat Kolonial Belanda.
dibuat menjadi batu marmer. Pada tahun 1800- Tahun 1990-an, industri kerajinan batu
an Pemerintah Hindia-Belanda mengadakan marmer mulai berkembang dengan pesatnya.
penambangan marmer di Distrik Wadjak. Terlihat dengan banyak diantara warga
Wadjak adalah sebuah distrik yang dibentuk masyarakat mulai menekuni usaha membuat
pada tahun 1861 di bawah pemerintahan Bupati kerajinan batu marmer sebagai mata
Ngrowo R.M.T. Soemodiningrat. 7 Setelah pencaharian. Kerajinan batu marmer di desa
masa penelitian 30 tahun tersebut tidak Besole mulai dipasarkan ke luar daerah.
mendapatkan hasil akhirnya proses Masyarakat mulai mencari daerah pasaran
penambangan batu marmer dipindah ke daerah masing-masing guna memasarkan kerajinan
Selatan dan dijadikan tempat produksi marmer batu marmer mereka. Kerajinan batu marmer
hingga kini yaitu di Desa Besole Kecamatan telah menjadi komoditi perdagangan lokal dan
Besuki. Penambangan batu marmer di Desa regional (antar pulau) di Indonesia. Pada saat
Besole merupakan pemanfaatan terhadap itu kerajinan batu marmer yang
sumber daya alam yang tersedia. diperdagangkan adalah kerajinan batu marmer
Usaha membuat kerajinan batu marmer berupa perabotan rumah tangga dan bahan
sudah sejak lama dilakukan oleh masyarakat di bangunan. Disamping itu kerajinan batu
desa Besole. Masyarakat Besole marmer juga banyak digunakan untuk interior
memperkirakan bahwa usaha tersebut sudah rumah agar terlihat lebih mewah dan glamour.
ada sejak tahun 1960-an. Menurut para Produksi kerajinan batu marmer
pengerajin batu marmer kegiatan membuat menunjukkan kecenderungan meningkat.Tahun
kerajinan batu marmer ini adalah warisan dari 1990-1995, industri kerajinan batu marmer ini
nenek moyang yang diturunkan secara turun- meningkat pesat atau berada dipuncak
temurun dari satu generasi ke generasi kejayaannya ketika pemasaran produk batu
berikutnya di Desa Besole Kecamatan Besuki marmer di Desa Besole ini sudah sangat
Kabupaten Tulungagung hanya meneruskan menghasilkan keuntungan yang besar. Ditandai
dari orang tuanya, yang sudah menekuni dengan makin banyaknya industri kerajinan
industri tersebut. Kerajinan batu marmer batu marer di Desa Besole ini. Industri
tersebut ditekuni sampai sekarang. Dalam kerajinan batu marmer ini selain sudah
perkembangannya ternyata kerajinan batu membanjiri pasar regional di Indonesia
marmer memberikan peluang pasar yang sangat kerajinan batu marmer juga sudah mulai
luas. Pada tahun 1990-an, kerajinan batu menembus pasar internasional. Pemasaran di
marmer mulai berkembang pesat. Keberadaan luar negeri antara lain : Jepang, Jerman, Cina,
dan masih banyak lainnya. Desa Besole
menjadi sentra industri kerajinan batu marmer
yang cukup potensial.
7
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
2006. Seri Mengenal Aset Daerah Industri &
Kerajinan Marmer. Tulungagung : Dinas
8
Pariwisata dan Kebudayaan. Hlm 38 Ibid. Hlm 43

506
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

4. Produksi Marmer di Desa Besole waktu istirahat sekali yaitu pada pukul 12.00
Keberhasilan dalam memproduksi sampai 13.00 waktu setempat.
kerajinan marmer ditentukan oleh faktor-faktor d. Proses Produksi marmer
yang bersifat teknis maupun non teknis. Dalam Produksi kerajinan marmer
faktor teknis, selain mutu kerajinan marmer menunjukkan kecenderungan yang meningkat.
yang baik, proses pengolahan yang baik juga Setiap produksi di suatu industri mempunyai
sangat menentukan keberhasilan dalam tahap dalam pengerjaan suatu produk, begitu
berproduksi. Dalam memproduksi kerajinan pula pada industri marmer di Desa Besole ini.
marmer untuk mencapai keberhasilan maka ada Secara garis besar proses produksi industri
beberapa faktor yaitu : marmer di Desa Besole dapat didiskripsikan
a. Modal melalui bagan produksi sebagai berikut :
Pemilikan modal merupakan syarat Bagan 1
utama dalam mendirikan suatu usaha atau Proses Produksi Industri Marmer
industri. Modal ini bisa berbentuk uang dan
tenaga (keahlian). Dalam hal permodalan ini, Penambangan
pengusaha industri marmer di Desa Besole
(1)
secara keseluruhan didapat dari modal pribadi,
pinjaman koperasi, bank, dan kerjasama
dengan pihak-pihak terkait.
b. Bahan Baku Blok pemotongan (Block cutting)
Dalam menunjang kelancaran pada (2)
industri marmer, maka ketersediaan bahan
baku yaitu berupa batu marmer secara kontinue
dalam jumlah yang tepat. Setiap pengusaha
Cross cutting
kerajinan marmer yang memiliki izin
penambangan dapat menambang batu marmer (3)
di gunung marmer. Lain halnya dengan
pengusaha kerajinan marmer yang tidak
memiliki izin penambangan mereka harus Calibrating
membeli bahan baku batu marmer. Harga batu (4)
marmer per 1m³ 3,5 juta rupiah untuk marmer
yang memiliki kualitas bagus (KW1) dan 2 juta
rupiah untuk jenis marmer (KW2). Dempul
c. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang terdapat pada industri (5)
marmer yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga
kerja tidak tetap. Tenaga kerja tetap dalam
industri marmer ini adalah pekerja yang Polishing
memang terus bekerja di tempat itu setiap (6)
harinya. Sedangkan pekerja tidak tetap ini
biasanya bekerja jika ada pesanan kerajinan
marmer yang berlimpah dan dirasa
membutuhkan pekerja tambahan. Disaat itulah Cross Cutting Size
pemilik usaha mencari tenaga kerja tambahan (7)
untuk menyelesaikan pesanan produk tersebut
agar selesai tepat waktu. 1) Penambangan
Biaya tenaga kerja dapat dilihat dari skill Penambangan ini dilakukan dalam skala
yang dimiliki oleh tenaga kerja itu sendiri. besar. Pada tahap ini batu dieksplorasi dalam
Tenaga kerja bantu yang sifatnya tidak tetap bongkahan-bongkahan besar dan juga
mereka akan diberi upah 75.000/hari. bongkahan-bongkahan kecil yang biasanya
Sedangkan tenaga kerja yang tetap mereka disesuaikan dengan tujuan pembuatan
diberi upah sebesar 100.000/hari untuk tiap- bongkahan tersebut.
tiap pekerja. Jam kerja mereka adalah mulai 2) Block pemotongan (Block cutting) untuk
pukul 08.00 sampai 16.00 waktu setempat. memotong block marmer menjadi slab.
Dengan waktu kerja 8 jam para pekerja diberi

507
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

3) Cross cutting yaitu lembaran slab besar ini ukuran besar dan memerlukan pengerjaan yang
kemudian dipotong pada bagian ujungnya rumit akan dibandrol harga hingga puluhan juta
agar rata. rupiah. Dengan kisaran harga produk yang
4) Calibrating, Slab dipotong dan diratakan seperti itu para pengusaha marmer rata-rata
pada salah satu permukaannya sesuai memiliki omset kotor sekitar 25.000.0000 -
ukuran yang diinginkan. 75.000.000 per bulannya.
5) Dempul untuk meratakan (menutup) Dalam pembuatan produk marmer yang
permukaan yang masih mempunyai pori- memiliki ukuran kecil seperti gantungan kunci,
pori atau bahkan lubang-lubang kecil agar vandel, piala, hiasan telur dll pengusaha
pori-pori atau lubang-lubang tersebut dapat industri menggunakan bahan dari batu marmer
tertutup dengan sempurna dan tampak yang diperoleh dari sisa-sisa produksi marmer
alami. Bahan yang digunakan untuk yang besar. Para pengusaha marmer berusaha
mendempul marmer tersebut adalah lem sedemikian rupa agar limbah dari marmer itu
resin dan mel.9 tetap bisa dimanfaatkan dan memiliki nilai
6) Polishing untuk melicinkan permukaan ekonomi. Sedangkan produk marmer yang
setelah slab didempul berukuran besar, pengusaha marmer
7) Cross cutting size adalah pemotongan menggunakan batu marmer yang masih bagus
marmer sesuai dengan ukuran yang dan utuh.
diinginkan 6. Pemasara Produk
5. Macam-Macam Produksi Industri Setelah melakukan proses produksi dan
Marmer Di Desa Besole menghasilkan berbagai produk, kegiatan
Pada awal penambangan produk yang selanjutnya yang dilakukan oleh setiap
dihasilkan dari batu marmer hanya berupa ubin perusahaan ialah pemasaran. Pemasaran adalah
marmer dan dinding marmer. Hal tersebut suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-
dikarenakan alat yang digunakan dalam kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
pengolahan produk marmer tersebut masih jauh merencanakan, menentukan harga,
dari kata modern. Alat yang digunakan masih mempromosikan dan mendistribusikan barang
tradisional dan seadanya saja. Tidak hanya atau jasa yang memuaskan kebutuhan baik
terkendala oleh alat namun juga terkendala kepada pembeli yang ada maupun pembeli
oleh tenaga ahli yang masih kurang dalam yang potensial.10 Tujuan dari kegiatan
kemampuan mengukir batuan marmer menjadi pemasaran ialah memasarkan produk ke
kerajinan lain selain ubin marmer dan dinding pasaran untuk dikonsumsi oleh konsumen
marmer. sehingga kelangsungan dan kelancaran
Seiring dengan berkembangnya jaman perusahaan dalam melakukan kegiatannya
dan semakin majunya teknologi dalam dunia dapat terus berlangsung.
bisnis, dengan itu pula industri marmer yang Perdagangan marmer telah memiliki
ada di Desa Besole juga mengalami kemajuan prospek yang cukup bagus dalam dunia
dalam memproduksi produk-produknya. Para perdagangan. Pemasaran marmer tak hanya di
pemilik usaha terus mengadakan inovasi- dalam negeri namun juga di luar negeri.
inovasi dalam pembaruan produk agar marmer Berkembangnya perdagangan diiringi dengan
tetap memiliki peluang besar di pasaran. pesatnya arus informasi dan media
Dewasa ini para pengusaha marmer banyak perdagangan. Perdagangan tidak hanya
memproduksi perabotan rumah tangga sebagai dilakukan dengan cara konvensional, namun
inovasi terbaru untuk tetap eksis di pasaran. peranan perangkat teknologi informasi semakin
Banyaknya varian produk yang di dominan dan menjadi media utama dalam
produksi tersebut memiliki harga jual yang mendukung perdagangan.
berbeda-beda. Mulai dari produk yang paling Pemasaran industri marmer yang
kecil yaitu gantungan kunci yang memiliki dilakukan oleh pengusaha marmer di Desa
harga Rp. 5000,- hingga produk yang berharga Besole pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu
jual tinggi seperti patung dengan harga jual pasar lokal dan pasar internasional.
jutaan rupiah. Bahkan untuk patung yang

9
Mel adalah limbah marmer yang
10
berbentuk lumpur lalu dikeringkan dan giling William J. Stanton. 2001. Prinsip
hingga berbentuk seperti tepung yang lembut. Pemasaran. Jakarta : Erlangga. Hlm 5

508
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

a. Pasar lokal tahun 1998, terdapat 23 unit pengrajin batu


Berdasarkan data yang berasal dari hasil marmer. Tak hanya di Desa Besole yang
wawancara, produk marmer masyarakat desa memiliki industri batu marmer, namun
Besole dipasarkan di berbagai wilayah di dibeberapa daerah juga menekuni industri
Indonesia umumnya dan di Tulungagung marmer. Hal tersebut yang membuat
khususnya. Produk tersebut dijual secara grosir persaingan semakin ketat, contohnya adalah
dan eceran kepada konsumen. Secara umum desa yang tak jauh dari Desa Besole sendiri
konsumen produk marmer desa Besole ini yaitu Desa Gamping yang juga memiliki
meliputi: industri kerajinan batu marmer hampir setara
1) Masyarakat banyaknya dengan yang ada di desa Besole.
Pengusaha marmer desa Besole juga Banyaknya pesaing yang dihadapi maka
melayani pembelian secara langsung dalam industri harus berusaha menjaga mutu
bentuk eceran kepada masyarakat umum. Hal produksinya dan tetap mempertahankan
itu terbukti bahwa beberapa pengusaha marmer produknya dari pesaing, sehingga daerah
telah mempunyai showroom sendiri untuk pemasarannya akan dapat bertambah luas
menaruh hasil produksi marmer. Para bahkan sampai sekarang mengalami
konsumen dapat langsung memilih produk peningkatan.
yang akan dibeli maupun memesannya terlebih Perkembangan industri marmer semakin
dahulu. meningkat di Desa Besole, hal ini dikarenakan
2) Agen prospek pengembangan bisnis komoditas masih
Para pemilik agen akan membeli tetap prospektif, karena konsumsi (permintaan)
marmer secara grosir pada para pengusaha terhadap produk berbahan utama batu marmer
marmer di desa Besole. Selanjutnya marmer cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun.
tersebut akan dijual di toko-toko mereka. Para Banyak terdapat faktor-faktor yang
agen juga tidak hanya menjual marmer tersebut menyebabkan usaha industri marmer di desa
di tokonya, tak jarang mereka mengirimnya Besole dapat berkembang menjadi industri
untuk langsung dijual lagi ke luar kota bahkan rumah diantaranya adalah sebagai berikut:
ke luar negeri. a. Melestarikan warisan budaya
b. Pasar internasional Kegiatan membuat kerajinan batu
Produk marmer desa Besole tidak hanya marmermerupakan warisan budaya dari orang
diminati masyarakat lokal, melainkan juga tua yang telah dibangun bagi masyarakat Desa
masyarakat asing. Para pengusaha marmer juga Besole sejak lama. Masyarakat Desa Besole
memasarkan produknya hingga ke luar negeri. merasa perlu untuk melestarikan produksi
Kualitas batu marmer yang bagus dan unik kerajinan batu marmer tersebut karena sudah
membuat produk-produk yang terbuat dari batu turun temurun. Industri marmer juga telah
marmer memiliki daya tarik yang luar biasa menjadi citra khas masyarakat Desa Besole.
bagi pasar internasional. Keberhasilan para b. Keinginan meningkatkan kesejahteraan
pengusaha dalam mengelola produksinya Ketika sektor pertanian sebagai mata
membuatnya dapat melakukan persaingan pencaharian pokok dirasa kurang cukup untuk
dengan pasar internasional. Berdasarkan data memenuhi kebutuhan hidup yang semakin
dari dinas perindustrian dan perdagangan banyak dan meningkat, maka sebagia
kabupaten Tulungaung pada tahun 1996 produk masyarakat berusaha mencari alternatif lain
marmer mulai merambah pasar internasional. yang bisa mencukupi kebutuhan mereka.
Diantara Negara tujuannya adalah sebagai Alternatif pekerjaan tersebut adalah industri
berikut Taiwan, Jepang, Malaysia, Australia, marmer. Mereka bekerja sebagai empunya
Amerika, dll usaha dan juga sebagai buruh di indutri marmer
7. Perkembangan Industri Marmer di tersebut. Semakin lama mereka merasakan
Desa Besole Tahun 1990-1998 bahwa industri marmer dapat meningkatkan
Usaha industri kerajinan batu marmer kesejahteraan hidup mereka.
sudah sejak lama ditekuni oleh masyarakat c. Peningkatan permintaan pasar
Desa Besole Kecamatan Besuki Kabupatenn Dengan bertambahnya industri kerajinan
Tulungagung. Masyarakat Desa Besole marmer di Desa Besole, maka dari itu dapat
memperkirakan bahwa usaha membuat disimpulkan bahwa permintaan produk
kerajinan marmer di desa tersebut sudah ada dipasaran juga semakin meningkat.
sejak tahun 1960-an. Di Desa Besole pada

509
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

d. Tersedianya bahan baku yang berkualitas marmer sendiri merupakan potensi ekonomi
Penghasil batu marmer tidak hanya ada yang sangat bagus dan memberikan banyak
di daerah Tulungagung namun juga terdapat kontribusi dalam pembangunan ekonomi
didaerah lain namun di daerah Tulungagung ini daerah kabupaten Tulungagung. Pada
memiliki kualitas batu yang lebih bagus dan kenyataannya industri mamer juga tidak bisa
lebih padat dibandingkan dengan daerah lain di berjalan mulus, ada beberapa kendala yang
Indonesia mengharuskan beberapa pengusaha marmer
Produksi marmer di Desa Besole terus mengalami gulung tikar. Keadaan tersebut
melakukan inovasi-inovasi terbaru terkait yang menuntut pemerintah kabupaten
dengan jenis barang yang diproduksi. Pada Tulungagung untuk melakukan pemberdayaan.
awal munculnya industri marmer barang yang Dalam upaya memberdayakan industri
diproduksi hanya berupa ubin dan dinding kecil dan kerajinan, termasuk juga industri
marmer. Hal itu disebabkan karena terbatasnya menengah Pemerintah Kabupaten
kemampuan yang dimiliki oleh pengerajin dan Tulungagung menyusun kebijakan-kebijakan
peralatan yang digunakan untuk membuat guna menunjang kegiatan pemberdayaan
produk marmer. Seiring dengan tersebut. Akan tetapi kebijakan-kebijakan
berkembangnya jaman yang dibarengi dengan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten
kemajuan teknologi produksi marmer mulai Tulungagung ini lebih bersifat umum (untuk
mengalami kemajuan. Para pemilik industri seluruh jenis industri), sehingga akan
marmer mulai memproduksi barang-barang mengakibatkan kurang cocoknya kebijakan
lain selain ubin dan dinding. Mereka tersebut diterapkan pada sektor indutri tertentu.
memproduksi barang-barang perabotan rumah Pada dasarnya setiap industri itu memiliki
tangga dan hiasan rumah lainnya. Barang yang karakter dan permasalahan yang berbeda-
diproduksi cenderung lebih rumit dibandingkan beda, sehingga hal itu membutuhkan
dengan barang yang diproduksi sebelumnya penanganan yang berbeda-beda pula.
sehingga dalam pengerjaannya harus dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
teliti. Para pekerja juga diharapkan mempunyai Kabupaten Tulungagung telah memberikan
kemampuan dalam mengerjakan barang-barang bantuan kepada para pengrajin marmer
tersebut karena produk harus dibuat sesuai meliputi:
dengan bentuk yang akan diproduksi. Dalam 1. Pembinaan Sumber Daya Manusia
hal ini pembuatan patung termasuk dalam dengan mengadakan pelatihan dan
proses pembuatan yang rumit karena harus peningkatan kemampuan, keahlian dan
memahat batu marmer. keterampilan para pengrajin marmer.
8. Peran Pemerintah dalam 2. Pemasaran dan promosi produk dengan
Pengembangan Industri Marmer di mengadakan pameran-pameran yang
Desa Besole berskala nasional ataupun internasional.
Kabupuaten Tulungagung sendiri Pameran yang sering diadakan adalah
memiliki potensi industri yang bagus untuk bazar potensi yang dimiliki setiap desa di
skala kecil dan menengah. Beberapa industri Kabupaten Tulungagung yang
telah berdiri di Tulungagung yaitu industri diselenggarakan di Alun-Alun
logam, tektil, kimia dan hasil hutan yang Tulungagung.
dikembangkan secara tradisional maupun yang 3. Pelatihan dalam hal manajemen usaha
sudah modern. Perkembangan industri-industri yang baik dengan cara mengajari para
ini cukup signifikan dari tahun ke tahun pemilik usaha untuk mengatur manajemen
melalui pembinaan dari dinas teknis yang dengan perhitungan yang matang, baik itu
terkait. Pembinaan yang dilakukan diantaranya dalam memanej keuangan ataupun
yaitu meningkatkan kualitas sumber daya produksi.
manusia (SDM) pengusaha dan pelaku industri, 4. Bantuan dalam memberikan alat seperti
pelatihan ketrampilan dan manajemen usaha, gergaji batu dan lain-lain.
bantuan sarana prasarana dan peralatan
produksi, desain produk, serta pemasaran,
kemitraan dan promosi.
Kabupaten Tulungagung memiliki
banyak usaha kecil dan menengah yang
bergerak pada sektor industri marmer. Industri

510
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

C. KONTRIBUSI INDUSTRI MARMER sangat cukup. Dengan begitu mereka tidak mau
DI DESA BESOLE TERHADAP menambah bebannya dengan menyekolahkan
KONDISI SOSIAL EKONOMI anaknya pada pendidikan yang lebih tinggi.
MASYARAKAT SEKITAR Masyarakat desa Besole berpendapat sekolah
1. Kontribusi Industri Marmer di Desa hanya membuang-buang waktu dan biaya.
Besole terhadap Kehidupan Sosial Meningkatnya kesadaran akan
Masyarakat Sekitarnya pendidikan di desa Besole tersebut
Begitu pula munculnya industri di suatu dilatarbelakangi oleh meningkatnya
daerah tentunya akan menimbulkan banyak kesejahteraan masyarakat yang awalnya hanya
dampak bagi kehidupan masyarakat setempat. menekuni profesi sebagai petani kini beralih ke
Seperti halnya yang terjadi di Desa Besole industri marmer. Kini keinginan para orangtua
setelah banyak berdiri industri marmer telah yang ingin menyekolahkan anaknya ke jenjang
membawa banyak pengaruh untuk kehidupan lebih tinggi sudah dapat diwujudkan. Selain
sosial masyarakat sekitar. Pengaruh yang faktor tersebut seiring dengan perkembangan
tampak nyata adanya industri marmer yaitu zaman masyarakat di desa Besole semakin
munculnya golongan baru dalam masyarakat sadar bahwa kebutuhan akan pendidikan
Besole. Golongan tersebut adalah golongan tersebut merupakan kebutuhan yang penting
pengusaha dan golongan buruh industri. untuk bekal anak-anak mereka dalam
Manusia memiliki kebutuhan hidup mempersiapkan masa depannya kelak. Tak
yang semakin meningkat menyebabkan jarang juga pengerajin marmer yang
manusia mencoba untuk melakukan perubahan menyekolahkan anak-anaknya ke perguruan
dalam meningkatkan taraf hidupnya menjadi tinggi diluar daerah Tulungagung.
lebih baik. Perubahan paling sederhana tampak Masyarakat Desa Besole yang sudah
pada alih fungsi lahan pertanian menjadi menjadi masyarakat industri tidak pernah
kawasan industri dan kawasan perumahan yang meninggalkan budayanya, seperti penggunaan
berdampak pada perpindahan profesi bahasa. Bahasa yang dipakai masyarakat Desa
masyarakat yang awalnya bekerja sebagai Besole ialah bahasa Jawa. Unggah-ungguh
petani beralih ke profesi lain seperti menjadi basa atau tingkat-tingkat bahasa di Desa Besole
pengusaha dan buruh industri. kiranya masih terpelihara, dalam hubungan
Adanya indutri marmer di Desa Besole antara anggota masyarakat. Masyarakat Desa
sedikit banyak telah membawa perubahan bagi Besole umumnya mengenal dua tingkatan
kehidupan masyarakat Besole. Perubahan bahasa yaitu basa ngoko dan basa krama.
tersebut merupakan mengarah pada perubahan Pada masyarakat Desa Besole masih
yang lebih maju dalam beberapa hal. memegang teguh budaya musyawarah dan
Perubahan yang terlihat nyata dapat terlihat gotong royong. Dalam pengambilan suatu
pada semakin membaiknya sarana transportasi. keputusan untuk kepentingan umum
Akses jalan menuju kawasan industri marmer masyarakat tetap mengandalkan sistem
di desa Besole semakin baik dan mudah. Selain musyawarah mufakat dalam menentukan
itu perubahan lain yang terlihat yaitu pada keputusan. Selain itu meskipun masyarakat
semakin meningkatnya kesejahteraan keluarga. sudah banyak yang beralih ke masyarakat
Perkembangan industri marmer di Desa industri sistem gotong royong tetap menjadi
Besole sebagai sistem mata pencaharian pilihan dalam melakukan pembangunan
masyarakat, telah memberikan energi positif fasilitas umum di Desa Besole bahkan hingga
bagi kehidupan sosial pada masyarakat Besole. sekarang
Hal tersebut dapat dilihat pada bidang 2. Kontribusi Industri Marmer di Desa
pendidikan. Sebelum industri marmer meluas Besole terhadap Kehidupan Ekonomi
menjadi mata pencaharian masyarakat setempat Masyarakat Sekitarnya
para orang tua enggan menyekolahkan anak- Berdiri dan berkembangnya industri
anaknya kejenjang pendidikan yang lebih marmer yang ada di Desa Besole sedikit
tinggi. Rata-rata orang tua masih berpikir banyak telah memberikan dampak
tradisional yaitu menganggap sekolah tidak perekonomian pada masyarakat sekitar.
begitu penting hal itu bukan tanpa alasan Dampak yang tampak nyata dengan
karena para orangtua merasa beban hidupnya berkembangnya industri marmer di Desa
sudah sangat berat. Bagi mereka bisa Besole yaitu bertambahnya lapangan pekerjaan
memenuhi kebutuhan sehari-hari saja itu sudah untuk masyarakat yaitu sebagai buruh di

511
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

pabrik-pabrik industri marmer yang banyak masyarakat menajdi lebih baik dan juga lebih
menyerap tenaga kerja khususnya para lelaki. maju. Kondisi tersebut dapat dilihat dari taraf
Kehadiran industri marmer di Desa hidup masyrakat yang meningkat, gaya hidup
Besole, memberikan angin segar warga dan perubahan sosial. Sebagian masyarakat
masyarakat untuk meningkatkan penghasilan menggantungkan hidupnya pada industri
yang selama ini hanya diapat dari sektor marmer baik sebagai pengusaha maupun
pertanian. Namun demikian meskipun banyak sebagai tenaga kerjanya. Selain itu banyak juga
masyarakat yang menjadi buruh di industri penduduk yang membuka usaha lain diluar
marmer tak banyak dari mereka yang berniat industri marmer seperti membuka bengkel dan
meninggalkan pekerjaan yang telah mereka lain-lain.
tekuni jauh sebelum berkembangnya industri 2. Tingkat kemakmuran
marmer di desa Besole, mereka juga tetap Aktifitas ekonomi yang dilakukan oleh
menekuni pekerjaan sebagai petani yang manusia merupakan usaha untuk mencapai
selama ini telah memberikan mereka pangan. kemakmuran. Kemakmuran dalam ilmu
Bagi masyarakat yang tidak memiliki modal ekonomi adalah suatu keadaan yang
dapat menjadi buruh. Menjadi buruh pada menunjukkan suatu keseimbangan antara
industri marmer lebih menguntungkan bila kebutuhan hidup dengan alat pemuas
dibandingkan menjadi buruh tani. kebutuhan. 11 Manusia dikatakan makmur jika
Industri marmer di Desa Besole segala macam kebutuhan hidup dapat dipenuhi
membawa perubahan dalam kehidupan secara pantas. Kebutuhan disini mencakup
ekonomi masyarakat. Dengan adanya kebutuhan batin dan kebutuhan lahir. Hidup
perubahan ekonomi yang makin baik, makmur merupakan keinginan setiap manusia.
menyebabkan masyarakat mempunyai Untuk mencapai kemakmuran manusia harus
perhatian terhadap pendidikan anak-anaknya melakukan kerja keras. Industri juga
karena industri marmer mermbutuhkan tenaga memberikan dampak pada meningkatnya
trampil dan berkat ketrampilan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat
mendapatkan hasil yang lebih baik. Dalam dengan memanfaatkan sumber daya alam dan
pemenuhan hidup yang bersifat primer atau atau hasil budidaya dengan memperhatikan
pokok, seperti pangan, sandang, dan keseimbangan dan kelestarian lingkungan
perumahan serta pendidikan bagi anak-anaknya hidup.
dirasakan sudah mengalami peningkatan yang
lebih baik, dengan mengandalkan pendapatan PENUTUP
yang diperoleh dari pekerjaannya sebagai Desa Besole merupakan penghasil
pengrajin marmer tersebut. Umumnya kerajinan marmer dan onix terbesar, dengan
masyarakat Besole dapat memenuhi kebutuhan hasil produksi sebanyak 24.151 unit per bulan.
primernya. Dapat dikatakan peningkatan taraf Marmer, Onyx dan batu Fosil, deposit marmer
hidup mereka semakin membaik, setelah berada di Desa Besole Kecamatan Besuki,
bekerja sebagai pengrajin marmer Desa Ngentrong dan Desa Gamping
dibandingkan apabila mereka bekerja sebagai Kecamatan Campurdarat, serta Desa Sukorejo
petani. Kecamatan Bandung, jumlah cadangan ±
Kehadiran industri pengerajinan batu 4.322.500 m³. Usaha membuat kerajinan batu
marmer di Desa Besole Kecamatan Besuki, marmer sudah sejak lama dilakukan oleh
ternyata telah membawa perubahan dalam masyarakat di desa Besole. Masyarakat Besole
kehidupan masyarakat setempat. Perubahan- memperkirakan bahwa usaha tersebut sudah
perubahan ini dapat dilihat pada uraian ada sejak tahun 1960-an. Menurut para
dibawah ini : pengerajin batu marmer kegiatan membuat
1. Peningkatan pendapatan masyarakat kerajinan batu marmer ini adalah warisan dari
Industri pengerajin batu marmer di Desa nenek moyang yang diturunkan secara turun-
Besole menimbulkan pengaruh dalam temurun dari satu generasi ke generasi
kehidupan masyarakat. Terbukanya lapangan berikutnya.
pekerjaan menyebabkan meningkatnya
pendapatan masyarakat sehingga dapat
memajukan taraf hidup masyarakat.
11
Keberadaan industri marmer di Desa Besole Kaslan A Tahir. 1992. Ekonomi
sedikit banyak telah merubah perekonomian Selayang Pandang. Bandung : Sumur
Bandung. Hlm 14

512
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Seiring dengan berkembangnya zaman BPS Kabupaten Tulungagung. Tulungagung


dan semakin majunya teknologi dalam dunia dalam Angka Tahun 1996
bisnis, dengan itu pula industri marmer yang BPS Kabupaten Tulungagung. Tulungagung
ada di Desa Besole juga mengalami kemajuan dalam Angka Tahun 1998
dalam memproduksi produk-produknya. Para Depdikbud. 1996. Kamus Besar Bahasa
pemilik usaha terus mengadakan inovasi- Indonesia. Jakarta : Depdikbud
inovasi dalam pembaruan produk agar marmer Dinas Priwisata dan Kebudayaan. 2006.
tetap memiliki peluang besar di pasaran. Dalam Industri & Kerajinan Marmer.
upaya memberdayakan industri kecil dan Tulungagung : Dinas Pariwisata dan
kerajinan, termasuk juga industri menengah Kebudayaan
Pemerintah Kabupaten Tulungagung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. 2006. Seri
menyusun kebijakan-kebijakan guna Mengenal Aset Daerah Industri &
menunjang kegiatan pemberdayaan tersebut. Kerajinan Marmer. Tulungagung :
Munculnya industri di suatu daerah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
tentunya akan menimbulkan banyak dampak Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia.
bagi kehidupan masyarakat setempat. Seperti Jakarta : Erlangga
halnya yang terjadi di Desa Besole setelah Galba, Sindu. 1989. Perubahan Kehidupan
banyak berdiri industri marmer telah membawa Masyarakat Akibat Pertumbuhan
banyak pengaruh untuk kehidupan sosial Industri di Daerah Jambi. Jakarta :
masyarakat sekitar. Pengaruh yang tampak Depdikbud
nyata adanya industri marmer yaitu munculnya Gottschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah
golongan baru dalam masyarakat Besole. Terjemahan Nugroho Notosusanto.
Golongan tersebut adalah golongan pengusaha Jakarta : UI Press
dan golongan buruh industri. Industri marmer Hartono. 2007. Geografi: Jelajah Bumi dan
di Desa Besole, membawa perubahan dalam Alam Semesta. Bandung : Citra Raya
kehidupan ekonomi masyarakat. Dengan Irianto, Jusuf. 1996. Industri Kecil dalam
adanya perubahan ekonomi yang makin baik, Perspektif pembinaan dan
menyebabkan masyarakat mempunyai Pengembangan.Surabaya : Airlangga
perhatian terhadap pendidikan anak-anaknya University Press
karena industri marmer mermbutuhkan tenaga Kasdi, Aminuddin. 2005. Memahami Sejarah.
trampil dan berkat ketrampilan untuk Surabaya : Unesa University Press
mendapatkan hasil yang lebih baik. Dalam Kimbal, Rahel Widiawati. 2015. Modal Sosial
pemenuhan hidup yang bersifat primer atau dan Ekonomi Industri Kecil: Sebuah
pokok, seperti pangan, sandang, dan Studi Kualitatif. Yogyakarta :
perumahan serta pendidikan bagi anak-anaknya Deepublish.
dirasakan sudah mengalami peningkatan yang Kuncoro, Mudrajad. 2012. Perencanaan
lebih baik, dengan mengandalkan pendapatan Daerah: Bagaimana Membangun
yang diperoleh dari pekerjaannya sebagai Ekonomi Lokal, Kota, dan Kawasan.
pengrajin marmer tersebut. Jakarta Selatan : Penerbit Salemba
Empat
Daftar Pustaka Loekman, S. 1993. Aspek – Aspek Finansial
Anggota IKAPI. 2007. Membina Kompetensi Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta :
Ekonomi. Bandung : Grafindo Media PT. Pusaka
Pratama Maryatmo& Susilo, S. 1996. Kumpulan
Atmosudirdjo, Prabudi. 1997. Sejarah Ekonomi Tulisan Dari Masalah Usaha Kecil.
Indonesia Dari Segi Sosiologi. Jakarta : Yogyakarta : Universitas Atma Jaya
Pradnya Paramita Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung
Batkunde, Arnold. 2012. Upacara Fangnea Nomor 11 tahun 2010 tentang
Masyarakat Tanimbar. Ambon : Dian Pengelolaan Pertambangan Mineral dan
Anugerah Terang Abadi Batubara
Booth, Anne & Mc Cowley. 1982. Ekonomi Profil Desa dan Kelurahan Desa Besole Tahun
Orde Baru. Jakarta : LP3ES 1998
Burger, D. H. 1970. Sejarah Ekonomi Simanjuntak, B.A., Hasmah Hasyim, dkk.
Sosiologis Indonesia Jilid I. Jakarta : 1979. Sistem Gotong Royong dalam
Pradjapramita Masyarakat Pedesaan Daerah Sumatera

513
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Utara. Medan : Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan
Sinungan, Muchdarsyah. 2008. Produktivitas
Apa dan Bagaimana. Jakarta : Bumi
Aksara
Sjaifudin, Hetifah. 1994. Dimensi Strategis
Pengembangan Usaha Kecil
(Subkontrak pada Industri Garmen
Batik). Bandung : Akatiga
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: Raja Gravindo
Persada
Soemardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi.
1964. Setangkai Bunga Sosiologi.
Jakarta : Yayasan Badan Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Subandi. 2012. Sistem Ekonomi Indonesia.
Bandung : Alfabeta
Suparno, Paul. 1997. Teori Perkembangan
Kognitif Jean Piaget. Jakarta : Kanisius
Stanton, William J. 2001. Prinsip Pemasaran.
Jakarta : Erlangga
Teguh, Muhamad. 2010. Ekonomi Industri.
Jakarta : Rajawali Pers
Zen, Mestika. 2008. Metode Penelitian
Pendidikan. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia
Jurnal
Jurnal Administrasi Publik, Vol. 3, No. 5, Hal
775-781, oleh Anggun Yasniasari, Irwan Noor
dan Wima Yudo Prasetyo yang berjudul
Strategi Perindustrian dan Perdagangan
dalam Mengembangkan Industri Kreatif Sektor
Kerajinan Batu Marmer untuk Meningkatkan
Daya Saing Daerah
Internet
http://ilmugeografi.com/geologi/batuan-
marmer. Diakses 16 April 2017.
http://www.academia.edu/5063238. Diakses 2
April 2017

514

Anda mungkin juga menyukai