Anda di halaman 1dari 18

MODUL 3

METODA UMUM PENYUSUNAN

RANSUM TERNAK
Mariana Nenobais dan Emma D. Wie Lawa

PENDAHULUAN

Dalam manajemen usaha pemeliharaan ternak, pakan merupakan faktor utama dan
penting dalam mencapai produk yang diharapkan di samping faktor-faktor lain yang juga
tidak kalah pentingnya dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Performans ternak merupakan
perwujudan interaksi faktor genetis dan faktor lingkungan, yang pada dasarnya produksi
merupakan fungsi daripada konsumsi pakan. Semua jenis ternak, termasuk dalam kategori
maklukh yang tidak dapat membuat makanannya sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Jika
seekor ternak memperoleh makanan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup pokoknya saja,
maka pertambahan bobot tubuh tidak akan meningkat juga tidak menurun tapi produksi
(daging, susu dan telur) yang diharapkan tidak akan terpenuhi. Formulasi ransum dibuat agar
ransum yang diberikan kepada ternak dapat memenuhi kebutuhan akan zat-zat nutrisi sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan konsumsinya, dengan demikian efisiensi penggunaan
pakan yang optimal dan ekonomis akan tercapai. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain, kebutuhan ternak akan zat-zat makanan, komposisi nutrisi bahan
pakan, ketersediaan dan ketersinambungan serta harga bahan pakan.

Macam dan jenis bahan makanan yang dimakan ternak tergantung pada system
pencernaan pada tiap ternak tersebut. Dalam klasifikasi pencernaannya, ternak dibagi atas
ruminansia dan monogastrik. Ruminansia memakan hijauan dan rerumputan sebagai ransum
utamanya dan sebagai tambahan sering diberikan pakan konsentrat untuk melengkapi
kekurangan dari pakan hijauan. Sedangkan untuk ternak monogastrik, pakan utamanya adalah
campuran dari biji-bijian dan sumber pakan hewani yang dipadukan dengan sedikit hijauan
menurut kebutuhan nutrisinya.

Dalam modul ini akan dibahas mengenai ransum dan metoda penyusunannya secara
umum yang biasa dilakukan dalam usaha peternakan. Diharapkan pengetahuan lain yang
berkaitan dengan pengertian dan fisiologi berbagai ternak sudah dikuasai oleh mahasiswa,
sehingga penjelasan pada modul ini lebih tertuju pada bagaimana menyusun ransum yang

64
baik untuk ternak dengan metoda yang ada. Berbagai bacaan yang berkaitan dan mendasar
dalam topic ini perlu diakses agar lebih lengkap pemahaman dan analisis terhadap setiap
bentuk metoda penyusunan ransum yang ditampilkan. Pada akhir modul ini, akan
ditampilkan test formatif tentang isi modul ini lengkap dengan jawabannya. Mahasiswa
diharapkan dapat menguji penguasaannya terhadap isi modul dengan menjawab test tersebut,
kemudian mencocokan jawabannya dengan jawaban yang ada. Penguasaan dianggap berhasil
apabila jawaban yang dibuat cocok lebih dari 80 persen dengan jawaban yang ada dalam
modul.

MATERI KULIAH

1.Pengertian tentang Zat Makanan, Bahan Makanan dan Ransum

Zat makanan adalah, komponen penyusun atau kelompok penyusun bahan pakan.
Umumnya memiliki komposisi kimia yang sama dengan yang dibutuhkan untuk kehidupan
ternak. Protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin adalah zat-zat makanan yang secara
umum telah diketahui. Bahan makanan merupakan bahan yang terdiri dari zat-zat makanan
yang dapat dimakan, dicerna, diserap dan tidak berbahaya bagi kesehatan dan kehidupan
ternak yang memakannya.
Ransum adalah satu atau beberapa jenis bahan makanan yang diberikan kepada ternak
tertentu selama 24 jam atau sehari penuh. Pemberian makanan ini dapat dilakukan satu kali
atau beberapa kali namun dalam kurun waktu 24 jam tersebut. Ransum yang biasa diberikan
pada ternak dikenal dalam kategori ransum sempurna dan ransum sempurna ekonomis.
Ransum sempurna adalah campuran atau kombinasi dari beberapa bahan pakan yang apabila
dikonsumsi secara normal dapat mensuplai zat-zat makanan bagi ternak dalam perbandingan,
jumlah dan bentuk tertentu sehingga bila dikonsumsi ternak fungsi-fungsi fisiologis dalam
tubuhnya dapat berjalan dengan normal. Ransum sempurna ekonomis, pada dasarnya adalah
ransum sempurna dengan pertimbangan ekonomis bagi produksi ternak.

2.Kebutuhan dalam Penyusunan Ransum


2.1 . Kebutuhan utama dalam penyusunan ransum adalah standar pemberian pakan (feeding
standard) bagi ternak yang bersangkutan. Feeding standard memuat tabel tentang
jumlah zat makanan yang harus disediakan dalam ransum ternak pada berbagai tujuan
dan kebutuhan agar terjamin sesuai hasil yang diinginkan. Kebutuhan tersebut dapat

65
digambarkan dalam, 1) jumlah per ternak per hari atau 2) persentase dari semua
campuran bahan pakan (jumlah per kilogram ransum).
2.2. Agar dapat digunakan, feeding standard harus disertakan dan digunakan dengan tabel
komposisi bahan pakan yang menyediakan informasi mengenai komposisi nutrisi dari
bahan pakan yang digunakan dalam penyusunan ransum.

3. Faktor yang perlu Dipertimbangkan dalam Penyusunan Ransum

3.1. Secara Nutrisi :

Zat-zat nutrisi yang diperlukan untuk kebutuhan hidup pokok maupun untuk produksi
yaitu bahan kering, protein, energi, vitamin, mineral dan air, dimana zat nutrisi tersebut
terdapat dalam berbagai jenis bahan pakan dan dapat diformulasikan menjadi ransum yang
seimbang sesuai sesuai kebutuhan ternak.

3.1.1. Bahan Kering

a.Jumlah minimum tertentu dari bahan kering cukup esensial untuk menjamin selera
makan ternak dan untuk meningkatkan fungsi yang sebenarnya dari saluran pencernaan.

b.Ternak mempunyai keterbatasan fisik dan fisiologi tertentu dalam konsumsi bahan
kering sesuai kapasitas saluran pencernaannya.

3.1.2. Protein

a. Semua ternak membutuhkan protein. Jumlah kebutuhannya akan bergantung pada


proses fisiologi dari ternak. Banyak bahan pakan kekurangan akan protein. Tidak ada
zat makanan lain yang dapat menggantikan posisi protein. Kebutuhan asam amino
esensial harus dapat dipenuhi.

b. Kecukupan protein dapat didasarkan pada : total protein, protein dapat dicerna
(digestible protein), dan digestible protein ditambah asam amino kritis tertentu khusus
untuk ternak monogastrik.

3.1.3. Energi

a. Semua ternak membutuhkan energi. Jumlah kebutuhannya bergantung pada proses


fisiologi dari ternak. Kecuali untuk menjaga panas tubuh, ternak membutuhkan energi

66
dalam bentuk energi netto (net energy). Energi ini dapat berasal dari gula, pati, selulosa,
lemak, dan/atau dari protein yang berlebihan.

b. Kecukupan energi dapat didasarkan pada : Energi dapat dicerna (digestible energy),
Total Digestible Nutrient (TDN), Energi metabolis (Metabolizable energy) dan energy
netto (Net energi). Tanpa energi yang cukup pemanfaatan semua zat nutrisi tidak
maksimal.

3.1.4. Kalsium dan Phospor

a. Semua ternak membutuhkan kalsium dan phosphor


b. Jumlah kalsium dan phosphor yang dibutuhkan bergantung pada proses fisiologi
ternak
c. Tidak ada zat makanan lain yang dapat menggantikan peran dari kalsium dan phosphor
d. Kebutuhan dan ketersediaan kalsium dan phosphor biasanya didasarkan pada total
kalsium dan phosphor.
e. Ratio Ca : P yang tepat sangat penting dalam ransum
f. Kelebihan kalsium dapat berbahaya karena dapat mengganggu daya guna zat
makanan lain
g. Kelebihan phosphor juga berbahaya karena membuat zat makanan lain menjadi
tidak tersedia

3.1.5. Vitamin A
a. Semua ternak membutuhkan vitamin A dalam bentuk sebagai precursor vitamin A
atau karoten
b. Jumlah yang dibutuhkan bervariasi, bergantung pada keadaan ternak
c. Vitamin A dapat disediakan sebagai precursor vitamin A atau karoten
d. Kebutuhan dan ketersaediaan vitamin A didasarkan pada total “nilai vitamin A”
(kombinasi vitamin A dan karotern)
e. Karoten terkadang sangat tidak efisien dikonversi menjadi vitamin A, akibatnya
terjadi defisiensi vitamin dalam keberadaan karoten yang cukup.

3.1.6. Mineral Lain


a. Kalsium dan phosphor biasanya merupakan dua mineral yang sering mengalami
suplai kritis. Tidak ada upaya yang dibuat dalam menyeimbangkan penerimaan

67
yang tepat dari mineral ini dengan kebutuhan mineral makro lainnya.
b. Kebutuhan minimum dari mineral jarang (trace mineral) biasanya dipenuhi melalui
penggunaan mineral campuran. Tidak ada upaya yang tepat secara rutin untuk
menyeimbangkan penerimaan sesuai kebutuhan.

3.1.7. Vitamin Lain

Vitamin yang diduga kurang dalam suatu bahan pakan biasanya hanya ditambahkan
kedalam bahan pakan atau ransum dengan tidak melupakan jumlah vitamin yang
terkandung dalam bahan pakan tersebut. Dalam penyusunan ransum, vitamin lain selain
vitamin A jarang diperhitungkan secara mendetail.

3.2. Secara Ekonomis

Harga bahan pakan umumnya tidak selalu sebanding dengan nilai nutrisinya. Sebaiknya
bahan pakan sumber energi dinilai sesuai dengan energi yang dapat disumbangkan
(Rp/unit energy) dan bahan pakan sumber protein dihargai sesuai dengan kadar protein
yang dikandung bahan pakan tersebut (Rp/unit protein). Contohnya sebagai berikut,

Harga/kg Protein/kg Harga/kg protein


(Rp) (Gram) (Rp)
Bungkil kedelai 240 400 600
Bungkil Kelapa 110 160 687,5

Untuk bahan pakan yang berada diantara kedua kelas bahan pakan tersebut (kandungan
protein dan energinya tidak menonjol) maka cara penilaiannya dapat menggunakan
metoda Petersen. Metoda Petersen mempertimbangkan nilai suatu bahan pakan dari segi
kandungan protein dan energi sekaligus bersama-sama. Dengan demikian, cara ini dapat
pula dipakai pada bahan-bahan pakan sumber protein dan sumber energy. Cara Petersen
ini menggunakan “konstanta” untuk setiap bahan pakan. Konstanta tersebut dibuat
dengan mempergunakan “tepung jagung” dan “bungkil kedelai” (44%) sebagai
pembanding, masing-masing sebagai bahan pakan sumber energy dan protein. Energi
diukur dengan menggunakan satuan TDN (Total Digestible Nutrients), sedangkan protein
dengan satuan protein dapat dicerna (DP = digestible Protein). Konstanta untuk tiap
ternak berbeda (lihat Tabel 1).

68
Tabel 1. Konstanta yang Dipergunakan untuk Evaluasi Bahan Pakan bagi Sapi dan
Babi pada Beberapa Bahan Pakan

DP dan TDN untuk Sapi DP dan TDN untuk Babi


Bahan Pakan 44% Jagung 44% Bungkil Jagung
Bungkil Kedelai
Kedelai
Alfalfa (tepung) 0,281 0,467 0,155 0,275
Alfalfa (tepung daun) 0,310 0,478 0,254 0,413
Alfalfa (hay) 0,185 0,459 0,127 0,287
Tepung daging dan tulang 1,211 -0,341 1,049 0,037
(meat and bone meal)
Tepung darah ….. …… 1,641 -0,848
Barley, jerami -0,084 0,568 …… …..
Barley, bijian 0,076 0,852 0,069 0,830
Rumput bermuda (hay) -0,010 0,582 …… ……
Wortel -0,006 0,141 -0,001 0,135
Beet molasses -0,039 0,819 …… ……
Dadih (whey), kering 0,107 0,899 0,198 0,761
Susu sapi (segar) 0,059 0,152 0,058 0,143
Kopra (tepung) 0,371 0,602 0,288 0,656
Jagung, batang (stover) -0,060 0,714 …… .…..
Jagung, silase batang -0,018 0,275 …… …....
Jagung, dedak -0,057 0,926 …… ……
Jagung, minyak -0,433 2,615 -0,434 2,599
Jagung, pati -0,214 1,297 -0,216 1,303
Tepung ikan 1,323 -0,352 1,421 -0,467
Sisa Restauran 0,031 0,258 0,049 0,252
Oat, hay -0,025 0,721 …… ……
Oat, jerami -0,081 0,671 …… ……
Oat, bijian 0,096 0,761 0,115 0,675
Kentang, tepung -0,020 0,938 0,044 0,924
Bulu (tepung) …… …… 1,594 -0,699
Tepung by-produk unggas …… …… 1,144 -0,086
Padi, dedak 0,106 0,657 0,113 0,727
Padi, sekam -0,034 0,160 ……. ……..
Sorghum, bijian -0,026 0,938 -0,019 1,013
Rumput Sudan, hay -0,019 0,698 …… …….
Kacang kedelai, hay 0,130 0,467 ……. …….
Kacang kedelai, bijian 0,823 0,305 0,656 0,534

Sebagai contoh evaluasi bahan pakan menurut metoda Petersen, yang mengasumsikan
bahwa biaya jagung Rp. 3.000.000,- per ton (Rp. 3000/kg) dan 44% harga kedelai, Rp.
5.000.000,- per ton (Rp. 5000/kg). Satu cara untuk menentukan harga per ton bijian
barley, sebagai pakan konsentrat untuk penggemukkan sapi. Perhitungannya sebagai

69
berikut : Menggunakan konstanta untuk sapi dari Tabel 1. Untuk pakan yang akan
dihitung tersebut.
Rp. 3000.000,- (harga jagung per ton) x 0,852 (konstanta jagung utk bijian barley) =
Rp. 2.556.000,-
Rp. 5.000.000,- (harga kedelai per ton) x 0,076 (konstanta kedelai untuk bijian barley) =
Rp. 380.000,-
Total harga yang diperoleh = Rp. 2.556.000,- + Rp. 380.000,- = Rp. 2.936.000,-
Dari perhitungan di atas, tampaknya bahwa harga yang berlaku untuk jagung dan kedelai
bagi bijian barley sebagai pakan konsentrat dalam penggemukkan sapi adalah,
Rp. 2.936.000/ton. Jika pakan ini dibeli dengan harga di bawah harga tersebut, kemudian
dapat dipertimbangkan sebagai pembelian yang baik dibanding dengan jagung dan
kedelai sebagai sumber protein dan energi, akan tetapi hal tersebut tidak akan tepat
apabila mengesampingkan kemungkinan pembelian beberapa pakan lain yang lebih bagus
melalui penetapan dengan evaluasi yang sama.
Untuk menilai harga sesungguhnya dari suatu pakan berdasarkan kadar protein dan
energi tersebut, tentukanlah terlebih dahulu harga dari bahan pakan pembanding tersebut
diatas (jagung dan kedelai)/satuan berat (ton). Harga yang dipakai sebaiknya merupakan
harga sesungguhnya yang dapat mewakili suatu wilayah. Harga-harga tersebut kemudian
dikalikan dengan kedua konstanta dari setiap bahan pakan yang sedang dievaluasi. Kedua
hasil perkalian tersebut ditambahkan dan hasilnya menggambarkan harga sesungguhnya
(Rp) dari bahan pakan tersebut ditinjau dari segi ekonomi dan gisi.
Dalam beberapa kondisi, konstanta tersebut bernilai negative. Konstanta yang
negative terhadap jagung terjadi bila bahan pakan mengandung terlampau tinggi protein
dapat dicerna, bila dibanding dengan TDN. Hal ini terjadi karena kenaikan harga jagung
pada kondisi harga kedelai tetap, cenderung akan merendahkan setiap unit protein dapat
dicerna dan menaikkan harga setiap unit TDN. Dengan demikian, bahan pakan yang
mengandung protein dapat dicerna terlampau tinggi dibanding dengan kadar TDN
nilainya secara keseluruhan terhadap jagung lebih rendah dari pada yang sebenarnya,
karena penurunannya lebih banyak oleh protein dapat dicerna dibanding dengan
kenaikkannya, akibat TDN yang terlampau sedikit. Demikian pula dengan konstanta yang
negative terhadap kedelai, senantiasa disebabkan karena terlampau rendahnya
perbandingan antara protein dapat dicerna dibanding TDN bukan protein.
Perlu diperhatikan bahwa dalam menilai suatu bahan pakan dengan sistem ini
hendaknya penilaian TDN tidak selalu dianggap sama nilai energinya untuk berbagai
70
fungsi fisiologis dari tubuh. Nilai energy TDN hijauan mendekati nilai energy penguat
untuk keperluan hidup pokok, tetapi untuk keperluan pertambahan berat badan, nilai
energy hijauan jauh lebih rendah dibanding dengan nilai energy bahan pakan penguat.
Oleh karena itu dalam menggunakan metoda ini sebaiknya untuk membandingkan bahan-
bahan pakan yang sejenis atau sekelas (hijauan dengan hijauan dan penguat dengan
penguat).

4. Petunjuk Umum Pernyusunan Ransum Ternak

Langkah pertama dalam penyusunan ransum untuk ternak adalah menentukan jumlah
zat makanan kritis/utama yang dibutuhkan oleh ternak. Zat makanan utama yang dibutuhkan
adalah bahan kering, protein, energi, kalsium, phosphor dan karoten (vitamin A). Pada ternak
babi perlu dipertimbangkan keseimbangan asam amino esensial sama seperti beberapa
vitamin lain. Selain untuk vitamin A, vitamin lain yang defisien bagi ternak babi adalah,
niasin, riboflavin, asam pantotenat, dan vitamib B12, D, dan E.
Langkah kedua dalam penyusunan ransum adalah memformulasi kombinasi bahan
pakan yang sesuai dengan zat makanan kritis sesuai jumlah yang dibutuhkan.
A. Berbagai pendekatan dan tekhnik dapat digunakan dalam mencapai jumlah dari setiap
bahan pakan yang digunakan dalam penyusunan ransum.
A1. Sumber bahan pakan yang lebih murah dari setiap zat makanan kritis harus
ditentukan melalui diskusi terlebih dahulu jika biaya untuk produksi telah ditetapkan.
A2. Jika penghitung tersedia dan teliti, sangat diinginkan dalam proses penyusunan
ransum, penggunaan formula matematika dan persamaan tertentu perlu
direkomendasikan.
A3. Jika penghitung tidak tersedia dan/atau jika tidak dibutuhkan, penggunaan
pedoman pemberian dalam kaitan dengan pendekatan trial dan error dapat digunakan
untuk tujuan tersebut.
B. Jumlah tiap zat makanan kritis yang disuplai oleh tiap bahan pakan yang digunakan
dapat dihitung melalui penggunaan gambaran yang tersedia dari tabel komposisi
bahan pakan yang ada.
C. Kebutuhan akan selalu dipenuhi di dalam keterbatasan yang dapat diterima melalui
formulasi ransum.

71
C1. Suatu zat gisi dapat diterima apabila tidak lebih dari 3% di bawah kebutuhan
minimum yang diharuskan dalam keterbatasan penyediaannya, walaupun hal itu
selalu lebih baik setidaknya memenuhi kebutuhan praktis untuk dilakukan.
C2. Energi yang disediakan juga tidak harus melebihi kebutuhan yaitu tidak lebih dari
5% karena ternak sangat terbatas dalam kapasitas pemanfaatan energinya.
C3. Kebutuhan protein yang melebihi sekitar 5-10% dari yang dibutuhkan terkadang
sangat baik pada pakan dengan kandungan protein di bawah normal, khususnya jika
protein pakan tidak terlalu mahal.
C4. Pemberian protein dalam jumlah besar melebihi kebutuhan secara normal tidak
berbahaya bagi ternak tetapi biasanya menyebabkan pembiayaan ransum lebih tinggi
dari biasanya.
C5. Kelebihan kalsium dan phosphor terkadang sulit untuk dihindari, penggunaan
pakan mineral sepantasnya tidak digunakan dan ratio Ca : P harus dipertahankan
antara 1 : 1 dan 2 : 1.
C6. Kelebihan besar dari karoten sering tidak praktis menghindarinya, tidak secara
normal mengganggu kesehatan ternak, dan biasanya tersedia sebagai bagian dari
ransum yang disusun
C7. Dalam penyusunan ransum yang rutin untuk ternak, ransum tidak selalu dievaluasi
kandungan vitaminnya, selain vitamin A. Jika vitamin lain ditambahkan dalam
ransum, biasanya dalam jumlah minimum kebutuhan per hari.
C8. Kebutuhan bahan kering apabila dipaparkan harus diinterprestasi dalam kaitan
dengan maksud penggunaannya.. Dengan pakan yang diberikan penuh, biasanya
menggambarkan kapasitas konsumsi bahan kering maksimum pada sebagian ternak,
tidak melebihi sekitar 3%.
Pada prinsinya ada beberapa metode memformulasikan ransum ternak yaitu : Pearson
square, Satuan berat, Persamaan aljabar atau matematis, Trial and error dan Metoda
komputerisasi.

A.Metoda Pearson Square :


Metoda ini digunakan untuk mendapatkan kandungan satu zat nutrisi saja misalnya protein
atau energi yang dibutuhkan dari dua jenis bahan pakan atau lebih dalam suatu campuran
ransum.

72
1.Untuk 2 Macam Bahan Pakan. Apabila kita ingin membuat suatu ransum kombinasi dari
jagung (PK 8,8%) dan bungkil kedelai (PK 40%) agar mendapatkan kandungan protein
kasar ransum sebesar 16%, dapat dilakukan dengan jalan :

Jagung : 8,8 24 24/31,2 x 100% = 76,92%

16

Bungkil : 40,0 7,7 / 7,7/ 31,2 x 100% =


23,08%
Jumlah 31,2 100,00 %
a) Buatlah suatu segi empat
b) Letakkan (misalnya) jagung di sebelah kiri atas segi empat tersebut dan angka 16
ditengah-tengah garis horizontal segi empat tersebut
c) Kurangi kadar protein jagung yang dikehendaki (16%) dengan kadar protein
jagung (8,8%) yang hasilnya diletakkan di sudut sebelah kanan bawah (arah
diagonal) dari segi empat. Angka ini menunjukkan bagian bungkil kedelai dalam
kombinasi jagung dan bungkil kedelai.
d) Kurangi angka kadar protein bungkil kedelai (40%) dengan kadar protein yang
dikehendaki (16%) hasilnya diletakkan di sudut kanan atas dari segi empat. Angka
tersebut menunjukkan bagian jagung dalam kombinasi jagung dan bungkil
kedelai.
e) Angka persentase dapat diperoleh dari angka “bagian” yang telah didapat dengan
jalan membagi masing-masing angka “bagian” tersebut dengan jumlah “angka
bagian” dikalikan dengan 100.

2. Dengan Tiga Macam Bahan Pakan. Contoh, susunlah suatu kombinasi bahan pakan
yang terdiri dari: jagung (PK 8,8%), Sorghum (PK 11,7%) dan bungkil kedelai (PK 40%)
untuk mendapatkan kandungan protein kasar ransum 14%.

73
2 jagung
9,77 26,0 26,0 / 30,23
1sorgum x 100 = 86,01 %

14,0

Bungkil : 40,0 4,23 4,23 / 30,23


x 100 % = 13,99 %
Jumlah 30,23 Jumlah = 100,00 %
1. Buat segi empat tersebut
2. Letakkan angka 14 di tengah-tengah (garis potong diagonal).
3. Bagilah ketiga bahan pakan tersebut menjadi 2 kelompok. Sebaiknya jagung
dan sorghum dijadikan 1 kelompok dan bungkil kedelai merupakan kelompok
lain tersendiri. Kelompok pertama (jagung/sorghum) harus harus dicampur
terlebih dahulu menurut beberapa pertimbangan oleh peternak, misalnya
2 bagian jagung + 1 bagian sorghum. Dari campuran bahan pakan sumber
energi tersebut (sebagai misal) dikehendaki campuran jagung : sorghum =
2 : 1. Protein rata-rata dari campuran tersebut adalah :
Jagung = 2 x 8,8 = 17,6
Sorghum = 1 x 11,7 = 11,7 +
29,3/3 = 9,77%
4. Letakkan kelompok jagung : sorghum di sudut kiri atas dari segi empat dengan
angka 9,77 dan bungkil kedelai di sudut kiri bawah dengan angka 40.
5. Angka prosentase dapat diperoleh dari angka “bagian” yang telah didapat
dengan jalan membagi masing-masing angka “bagian” tersebut dengan jumlah
“angka bagian” dikalikan dengan 100.

3. Penggunaan lain dari Metoda Pearson Square :


Selain penggunaan metoda ini untuk beberapa macam bahan pakan yang disusun
menjadi ransum, metoda ini juga dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan bahan pakan
dari bahan pakan lainnya.
Contoh, seorang peternak ingin menyusun suatu ransum dengan kadar protein 14%. Karena
satu dan lain hal, peternak tersebut harus menggunakan 20% sorghum dan 3% campuran

74
mineral dan vitamin. Peternak tersebut ingin mengetahui berapa persen jagung, berapa persen
bungkiln kedelai yang harus dipakainya dalam ransum untuk memenuhi kadar 14% protein.
Penyelesaiannya sebagai berikut :
Setiap 100 kg ransum, didapatkan 20 kg sorghum yang mengandung 2,34 kg PK (11,7% x
20 kg). Campuran vitamin dan mineral dianggap tidak mengandung protein. Oleh sebab itu
dari 14 kg protein kasar (14% x 100 kg ransum) 2,34 kg PK telah disuplai oleh sorghum dan
sisanya (14 – 2,34 = 11,66 kg) harus diperoleh dari kombinasi antara jagung dan bungkil
kedelai yang harus merupakan 77% (100 – (20 + 3%) dari ransum.
Untuk mencari bagian/persen jagung dan bagian/persen bungkil kedelai dalam campuran
77% tersebut terlebih dahulu harus diketahui persen protein kasar yang harus disuplai oleh 77
kg campuran (jagung + bungkil kedelai) untuk memperoleh 11,6 kg PK/100 kg ransum.
Untuk itu perhitungannya adalah sebagai berikut :
11,6/77 x 100 = 15,14%
Angka/hasil tersebut (15,14%) merupakan angka yang harus disimpan di tengah-tengah segi
empat, kemudian diikuti oleh jagung di sudut kiri atas dan bungkil kedelai di sudut kiri
bawah. Selanjutnya, kerjakanlah seperti biasa untuk mendapatkan bagian/persen bungkil
kedelai dalam campuran. Hasilnya terlihat bahwa dari 77 kg tersebut harus terdiri dari 30,66
bagian jagung dan 6,34 bagian bungkil kedelai, sedangkan banyaknya jagung dan bungkil
kedelai dapat dihitung sebagai berikut :

Jagung : 8,8 30,66

15,14

Bungkil : 45,8 6,34


Jumlah 37,00
Jagung : 30,66 = X
37,0 77,0 dimana X = 63,80 kg

Bungkil : 6, 34 = X
37,0 77,0 dimana X = 13,19 kg

75
Akhirnya dapat diperoleh bahwa ransum yang dimaksud oleh peternak adalah ransum
yang terdiri dari 20% sorghum, 3% campuran vitamin, 63,81% jagung dan 13,19% bungkil
kedelai. Pengujian untuk mengetahui kebenaran komposisi tersebut dapat dilakukan
perhitungan sebagai berikut :
Sorghum 20 x 0,11 = 2,2 kg
Campuran vitamin, 3 x 0 = 0 kg
Jagung, 63,81 x 0,088 = 5,62 kg
Bungkil kedelai, 13,19 x 0,458 = 6,04 kg
100 kg 13,86 kg protein/100 kg ransum
atau 14% protein kasar

B. Metoda Berdasarkan Satuan Berat (Weighed Method) :


Metoda ini adalah metoda menghitung dengan jalan coba dan coba lagi berdasarkan
satuan berat (misalnya : kilogram). Untuk memudahkan perhitungan, biasanya dipakai
jumlah 100 kg (atau satuan berat lainnya), yakni banyaknya ransum yang akan disusun
pada saat itu. Dengan demikian konversi persentase/bagian menjadi satuan berat dan
sebaliknya diharapkan menjadi mudah. Contoh, susunlah suatu ransum yang mengandung
protein kasar sebanyak 12% yang terdiri dari hijauan leguminosa, rumput (hay) dan
jagung. Susunan ransum dibuat seperti dalam Tabel 3 berikut :

Tabel 2. Susunan Ransum dengan Kandungan Protein Kasar 12%


Bahan Makanan Banyaknya (kg) Protein Kasar (%) Protein Kasar
(kg)
Leguminosa 50 16 8,00
Rumput 25 8 2,00
Jagung 25 8 2,00
Jumlah 100 12,00
Ransum tersebut mengandung 12,00 kg protein kasar atau 12,00/100 x 100%

C.Metoda Aljabar atau Matematis :


Metoda perhitungan penyusunan ransum secara matematisdisebut juga equation method
ini biasanya digunakan untuk membuat formulasi ransum bagi ternak non-ruminansia.
Contoh perhitungan dari metoda ini sebagai berikut :

76
1.Penyusunan dengan 2 macam bahan pakan. Contoh, seorang peternak ingin
mendapatkan kadar protein kasar 12% dari bahan pakan penguat yang terdiri dari jagung
(PK 8 %) dan salah satu sumber protein (PK 35%).
Penyelesaiannya sebagai berikut :
Misalkan banyaknya jagung = X
Misalkan banyaknya sumber protein = Y
X + Y = 100
0,08 X + 0,35 Y = 12
8 X + 35 Y = 1200
8X + 8 Y = 800 -
27 Y = 400  Y = 400/27 = 14,8
8 X + (8 x 14,8) = 800  X = 85,2 +
100
Atau X = 100 – Y = 100 – 14,8 = 85,2.
Hasil perhitungan ini menggambarkan bahwa untuk mendapatkan kadar protein sebanyak
12%, diperlukan 14,8 bagian sumber protein (kadar protein : 35%) dan 85,2 bagian jagung
(kadar protein : 8%).

2. Penyusunan dengan 3 macam bahan pakan atau lebih. Penyelesaiannya serupa dengan
metoda Pearson Square, yaitu diawali dengan memisah/membagi bahan-bahan pakan
tersebut menjadi 2 kelompok.
Contoh : susunlah ransum yang mengandung 14 persen protein kasar yang terdiri dari
sorghum (PK 11,7%), jagung (PK 8,8%) dan bungkil kedelai (PK 40%)  lihat contoh
pada metoda Pearson Square. (Perbandingan jagung : sorghum = 2 : 1 (PK rata-rata =
9,77%).
Penyelesaiannya sebagai berikut :
Umpamakan X = banyak (kg) jagung dan sorghum/100 kg ransum
Y = banyak (kg) bungkil kedelai/100 kg ransum
X + Y = 100 kg campuran
0,0977 X + 0,4000 Y = 14,00 (kg protein/100 kg campuran
0,0977 X + 0,0977 Y = 9,77 -
0,3023 Y = 4,23
Y = 4,23/0,3023 = 13,99% bungkil kedelai.
X = 100 - 13,99 = 86,01% (campuran jagung : sorghum = 2 : 1).
77
D.Metode “Trial and Error”
Metoda penyusunan ransum dengan cara ini pada dasarnya adalah sama dengan dengan
metoda berdasarkan satuan berat yang yaitu dengan memodifikasi formulasi ransum yang
telah ada melalui cara mengganti (mengsubtitusi) satu atau lebih dari komponen bahan
pakan penyusun ransum yang telah ada dengan bahan pakan yang ada dimiliki peternak.
Bahan pakan yang diganti harus sekelas atau sejenis dengan bahan yang menggantinya.
Nilai gisinya juga harus sama. Cara ini biasanya digunakan apabila pada suatu saat
beberapa komponen bahan pakan biasa digunakan dalam penyusunan ransum tidak
tersedia di pasar. Selain itu juga sebagai upaya uji coba pemanfaatan bahan pakan
inconvensional dalam ransum.
Contoh : cobalah buat suatu formulasi ransum yang terdiri dari beberapa bahan pakan
yang tersedia, kemudian periksalah hasilnya apakah sudah memenuhi kebutuhan yang
harus dipenuhi dalam ransum tersebut. Jika belum memenuhi kebutuhan, berarti satu atau
lebih bahan pakan harus diganti atau jumlahnya diubah.
Seekor Sapi dara membutuhkan suatu formulasi konsentrat dengan kandungan energi
(TDN) 64%, PK 16% dari bahan pakan yang tersedia sbb:
Bahan Pakan BK (%) Energi/TDN (%) PK (%)
Dedak padi 89.2 70.3 15.4
Bungkil kelapa 91.9 78.9 20.5
Bungkil kcng tanah 90.9 80.4 39.1
Tepung gaplek 86.1 88.1 2.6
Formulasi yang dicobakan :
Dedak padi : 63.0 kg atau 63%
Bungkil kelapa : 21.5 kg atau 21.5%
Bungkil kcng tanah : 11.0 kg atau 11%
Tepung gaplek : 5.0 kg atau 5.0%
Mineral : 2% (1% garam, 0.5% kapur, 0.5% tepung tulang)
Periksa kandungan energix :
Dedak padi : 63 x 0.892 x 0.703 kg = 39.506 kg
Bungkil kelapa : 21 x 0.919 x 0.789 kg = 15.227 kg
Bungkil kcng tanah : 11 x 0.909 x 0.804 kg = 6.578 kg
Tepung gaplek : 5 x 0.861 x 0.881 kg = 3.793 kg
Mineral : 2x0 ----------------
65.104 kg (65.1%)
78
Periksa kandungan PK :
Dedak padi : 63 x 0.892 x 0.154 kg = 8.654 kg
Bungkil kelapa : 21 x 0.919 x 0.205 kg = 3.956 kg
Bungkil kcng tanah : 11 x 0.909 x 0.391 kg = 3.199 kg
Tepung gaplek : 5 x 0.861 x 0.026 kg = 0.112 kg
Mineral : 2x0 --------------
15.92 g (16.0%)

E.Metoda Komputerisasi (Least-Cost-Ration) –

Program penyusunan ransum ini pada umumnya merupakan metode penganalisaan secara
ekonomi di negara-negara maju, namun dapat digunakan juga dalam memformulasikan
ransum yang lebih murah tapi memenuhi kebutuhan gizi ternak (least cost diet/least cost
ration). Dalam menyusun ransum tidak selalu menggunakan 2 atau 3 macam bahan pakan
saja, terkadang lebih dari 3 bahan pakan harus digunakan. Misalkan tersedia ± 30 jenis
bahan pakan, selanjutnya akan dipilih 8 - 9 jenis bahan pakan yang memenuhi syarat
kualitas & harga. Pada taraf demikian tidak dapat lagi menghitung/menyusun ransum
tanpa menggunakan alat penolong. Alat penolong yang dimaksud adalah computer.
Beberapa kebutuhan dasar yang diperlukan dalam penyusunan ransum dengan computer
adalah, fasilitas computer, personal yang terlatih dalam menggunakan computer (Skill),
informasi mengenai kebutuhan nutrisi ternak, informasi mengenai ketersediaan bahan
pakan, informasi mengenai komposisi bahan pakan, dan informasi mengenai harga dari
pakan yang ada dan akan digunakan dalam penyusunan ransum. Dalam modul ini, tidak
dibahas lebih lanjut tentang program ini karena saat ini penggunaan komputer sudah
cukup memasyarakat dengan berbagai programnya.

PENUTUP

1. RANGKUMAN
Ransum adalah makanan yang diberikan kepada ternak tertentu selama 24 jam atau sehari
penuh. Pemberian makanan ini dapat dilakukan satu kali atau beberapa kali namun dalam
kurun waktu 24 jam tersebut. Ransum yang biasa diberikan pada ternak dikenal dalam
kategori ransum sempurna dan ransum sempurna ekonomis. Kebutuhan utama dalam
penyusunan ransum adalah standar pemberian pakan (feeding standard) bagi ternak

79
bersangkutan. Agar dapat digunakan, feeding standar harus disertakan dan digunakan
dengan tabel komposisi bahan pakan yang menyediakan informasi mengenai komposisi
nutrisi dari bahan pakan yang digunakan dalam penyusunan ransum. Faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam penyusunan ransum secara nutrisi adalah, bahan kering, protein,
energy, kalsium dan phosphor, vitamin A, mineral dan vitamin lain. Secara ekonomi dapat
menggunakan metoda Petersen, yang mempertimbangkan nilai suatu bahan pakan dari
segi kandungan protein dan energy sekaligus bersama-sama. Langkah pertama dalam
penyusunan ransum untuk ternak adalah menentukan jumlah zat makanan kritis/utama
yang dibutuhkan oleh ternak. Langkah kedua dalam penyusunan ransum adalah
memformulasi kombinasi bahan pakan yang sesuai dengan zat makanan kritis sesuai
jumlah yang dibutuhkan. Beberapa cara untuk memformulasi ransum ternak adalah
cara/metoda Pearson square, berdasarkan satuan berat, trial dan error, persamaan aljabar
atau matematis dan metoda komputerisasi.

2.TEST FORMATIF
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan tepat !
1. Apa yang dimaksud dengan :
a. Ransum
b. Ransum sempurna
c. Ransum sempurna ekonomis
2. Apa saja yang dibutuhkan dalam penyusunan ransum ?
3. Sebutka factor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan ransum ternak secara
nutrisi !
4. Sebutkan langkahj penyusunan ransum ternak !
5. Sebutkan macam metoda penyusunan ransum !

JAWABAN TEST FORMATIF


1. a. Ransum adalah makanan yang diberikan kepada ternak tertentu selama 24 jam atau
sehari penuh.
b. Ransum sempurna adalah campuran atau kombinasi dari beberapa bahan pakan
yang apabila dikonsumsi secara normal dapat mensuplai zat-zat makanan bagi
ternak dalam perbandingan, jumlah dan bentuk tertentu sehingga bila dikonsumsi
ternak fungsi-fungsi fisiologis dalam tubuhnya dapat berjalan dengan normal.

80
c. Ransum sempurna ekonomis, pada dasarnya adalah ransum sempurna dengan
pertimbangan ekonomis bagi produksi ternak.
2. Kebutuhan utama dalam penyusunan ransum adalah standar pemberian pakan
(feeding standard) bagi ternak bersangkutan. Agar dapat digunakan, feeding standar
harus disertakan dan digunakan dengan tabel komposisi bahan pakan yang
menyediakan informasi mengenai komposisi nutrisi dari bahan pakan yang digunakan
dalam penyusunan ransum. Kebutuhan utama dalam penyusunan ransum adalah
standar pemberian pakan (feeding standard) bagi ternak bersangkutan. Agar dapat
digunakan, feeding standard harus disertakan dan digunakan dengan tabel komposisi
bahan pakan yang menyediakan informasi mengenai komposisi nutrisi dari bahan
pakan yang digunakan dalam penyusunan ransum.
3. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan ransum secara nutrisi adalah,
bahan kering, protein, energy, kalsium dan phosphor, vitamin A, mineral dan vitamin
lain
4. Langkah pertama dalam penyusunan ransum untuk ternak adalah menentukan jumlah
zat makanan kritis/utama yang dibutuhkan oleh ternak. Langkah kedua dalam
penyusunan ransum adalah memformulasi kombinasi bahan pakan yang sesuai
dengan zat makanan kritis sesuai jumlah yang dibutuhkan
5. Beberapa cara untuk memformulasi ransum ternak adalah cara/metoda Pearson
square, berdasarkan satuanbeart, trial dan error, persamaan aljabar atau matematis
dan metoda komputerisasi

DAFTAR PUSTAKA

Cullison, A.E. 1978. Feeds and Feeding. Prentice Hall of India. Private Limited. New
Delhi-110001. India

Kearl, L.C. 1982. Nutrient Requirements of Ruminants in Developing Countries.


International Feedstuffs Institute, Utah Agricultural Experiment Station, Utah
State University, Logan, Utah. U.S.A.

National Academic Press. 1985. Nutrient Requirements of Sheep. Sixth Revised


Edition.Washington D.C. U.S.A.

Rasyaf, M. 1990. Metode Kuantitatip. Industri Ransum Ternak. Program Linear.


Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Siregar, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.

81

Anda mungkin juga menyukai