Anda di halaman 1dari 3

1.

Tarif pajak

a. Pajak progresif adalah tarif pajak yang akan semakin naik sebanding dengan
naiknya dasar pengenaan pajak. Contoh pajak progresif, yaitu pajak
penghasilan (PPh). Contoh pajak progresif pph 21, yaitu kamu memiliki
Penghasilan Kena Pajak (PKP) setahun lebih dari Rp 50 juta, berlaku tarif
pajak progresif pph. Bukan hanya dipotong dengan tarif PPh di lapisan PPh
terendah, tetapi juga kena lapisan lainnya.

(UU) Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(PDRD

Pajak progresif untuk kepemilikan kedua dan seterusnya, dibedakan menjadi


tiga, yaitu

 Kepemilikan kendaraan roda kurang dari empat

 Kepemilikan kendaraan roda empat

 Kepemilikan kendaraan roda lebih dari empat.

Sementara peraturan pajak progresif pph, yakni UU Pajak Penghasilan yang


sudah diubah menjadi UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan Nomor 7
Tahun 2021.

Tarif pajak progresif kendaraan bermotor diatur dalam Pasal 6:

 Tarif pajak kepemilikan kendaraan bermotor pertama, terendah


sebesar 1% dan tertinggi 2%

 Tarif pajak kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya,


ditetapkan pajak progresif paling rendah 2% dan sebesar 10% paling
tinggi. Berlaku untuk tarif pajak progresif mobil dan tarif pajak progresif
motor.

Untuk tarif pajak progresif pph 21 pada UU HPP dibagi lima lapisan tarif.
Lapisan tarif PPh terendah sebesar 5% bagi penerima PKP setahun sampai
dengan Rp 60 juta. Dan lapisan tertinggi kena 35% untuk penerima PKP di
atas Rp 5 miliar.

 PKP sampai dengan Rp 60 juta = 5%

 PKP di atas Rp 60 juta – Rp 250 juta = 15%


 PKP di atas Rp 250 juta – Rp 500 juta = 25%

 PKP di atas Rp 500 juta – Rp 5 miliar = 30%

 PKP di atas Rp 5 miliar = 35%.

b. Tarif pajak proporsional merupakan jenis tarif pajak yang memiliki nilai
besaran persentase tetap dan tidak terpengaruh dengan perubahan nilai
dasar pengenaan pajak. Jadi dapat disimpulkan apabila semakin besar
jumlah objek pajak yang dibayarkan, maka persentase tarif pengenaan
pajaknya akan tetap sama. Pajak Pertambahan Nilai atau 10% dan PBB 0.5%
persen nilainya akan tetap sama walaupun objek pajaknya berbeda
c. Tarif Regresif ini merupakan nominal tarif pajaknya akan tetap sama dengan tidak
memperhatikan dasar pengenaan pajaknya. Sederhananya tarif pajak akan selalu tetap
sama dengan peraturan yang sudah diberlakukan. Misal Bea Meterai dengan
nomoninal Rp. 6000 dan Rp. 10.000

2. Rp1.136,66 triliun
Kementerian keuangan sendiri telah mencatat, sampai akhir November 2018 lalu, realisasi
penerimaan negara yang berasal dari pajak mencapai 79,82% dari target APBN 2018 atau
sebesar Rp1.136,66 triliun. Angka tersebut disinyalir tumbuh sebesar 15,35% dari penerimaan
pajak pada periode yang sama pada tahun sebelumnya.
6. Transportasi dan Pergudangan Ditjen Pajak mencatat, sektor transportasi dan
pergudangan menyumbang Rp 24,54 triliun pada semester I-2019. Realisasi ini tumbuh
hingga 23,1 persen, padahal pada periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan pajak sektor
ini hanya tumbuh 10,7 persen. Menurut Robert, salah satu pendorong sektor ini yakni
melonjaknya penggunaan gudang. Sehingga pembaharuan pajak oleh pengguna gudang
meningkat.
5. Pertambangan Sektor ini menyumbang Rp 33,43 triliun pada semester I-2019. Sayangnya
realisasi ini anjlok 14 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh
hingga 80,3 persen. Faktor utama yang menyebabkan kontraksi penerimaan pajak dari
sektor pertambangan yakni penurunan sembarangan di pasar global. Lihat Foto Ilustrasi
tambang(TOTO SIHONO)
4. Konstruksi dan real estate Pada semester I-2019, sektor ini menyumbang Rp 36,47 triliun
pajak kapada negara, atau tumbuh 3,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Meski begitu, pertumbuhan penerimaan pajak sektor ini mengalami perlambatan. Sebab
pada semester I-2019, pertumbuhan penerimaan pajaknya mencapai 11,5 persen.
3. Jasa Keuangan Di nomor ketiga penyumbang pajak terbesar semester I-2019 ditempati
oleh sektor jasa keuangan. Ditjen Pajak mencatat sumbangan Rp 83,56 triliun. Penerimaan
pajak dari sektor ini tumbuh 8,8 persen, lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun
lalu yang hanya tumbuh 4,8 persen.
2. Perdagangan Sementara itu di tempat kedua ada sektor perdagangan. Sektor ini
menyumbang Rp 114,37 triliun pada semester I-2019. Pertumbuhannya hanya 2,5 persen,
lebih kecil dari semester I-2018 yang tumbuh 27,6 persen. Melambatnya pertumbuhanya
pihak sekitar ini dipengaruhi oleh pembayaran restitusi yang tumbuh 41,3 persen dan
anjloknya PPN impor 6,7 persen.
1. Industri Pengolahan Sektor ini menjadi sektor penyumbang pajak terbesar pada semester
I-2019 sebesar Rp 160,62 triliun. Namun realisasi ini turun 2,6 persen dibandingkan periode
yang sama tahun lalu. Pada semester I-2019, realisasi penerimaan pajak sektor pengolahan
mampu tumbuh 13 persen. Anjloknya penerimaan pajak dari sektor pengolahan disebabkan
oleh tingginya restitusi yang tumbuh 30,8 persen dan moderasi aktivitas impor yang
menekan PPN hingga minus 6,2 persen.

3. Singapuramengandalkan sektor industri dan jasa sebagai kegiatan


ekonomi utama serta sumber penghasilannya. Sumber daya manusia di
Singapura termasuk unggul serta memiliki keterampilan.
Amerika : produsen batu bara terbesar ke 2. Cadangan bati bara 237 m ton.
Minya bumi 29.23 m barrel
Korea ; pajak dan pariwisata

Anda mungkin juga menyukai