Dr. dr. Brian Sri Prahastuti, MPH, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden
Yang saya hormati Ketua Umum DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi),
Narasumber dalam Webinar Hari Gizi Nasional ke-63, serta para peserta Webinar
yang berbahagia.
Kita mempunyai visi bahwa 100 tahun setelah merdeka yaitu pada 2045, Bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat, adil dan makmur. Visi tersebut akan
dicapai dengan 4 pilar pembangunan Indonesia, diantaranya adalah menuju manusia
Indonesia yang unggul, berbudaya, serta menguasai IPTEK (melalui Percepatan
pendidikan rakyat Indonesia secara merata, Peningkatan peran kebudayaan dalam
pembangunan, Peningkatan sumbangan IPTEK dalam pembangunan, Peningkatan
derajat kesehatan dan kualitas hidup rakyat, Reformasi ketenagakerjaan). Impian
Indonesia pada 2045 juga untuk menuju negara pendapatan tinggi dan menjadi
salah satu PDB terbesar di dunia (23.199 USD per kapita). Indonesia bercita-cita
untuk keluar dari middle income country trap pada 2036 sehingga setidaknya 223
juta dari proyeksi penduduk Indonesia pada 2045 berada pada kelas pendapatan
menengah dan 96 juta berada pada kelas pendapatan lainnya.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi stunting Indonesia
pada tahun 2022 adalah 21,6%, atau turun 2,8% dari capaian 2021 sebesar 24,4%.
Angka stunting masih dibawah target RPJMN Tahun 2022 (18,4%). Sehingga untuk
mencapai target 14% pada 2024, penurunan stunting pada 2023 diharapkan pada
rentangan 3,8%. Perlu akselerasi dan kolaborasi lintas sektor untuk percepatan
pencapaian target. Dalam analisis KSP, terdapat 4 (empat) akar masalah strategis
belum tercapainya target stunting sebesar 3% per tahun:
Pada level teknikal/taktis juga masih terdapat sejumlah masalah seperti belum
maksimalnya edukasi dan sulitnya akses terhadap pangan bergizi yang disebabkan
karena:
Kurang masifnya kampanye komunikasi untuk kesadaran dan perubahan
perilaku dalam pegasuhan responsif, termasuk promosi isi piringku dan
perilaku makan,
Tidak optimalnya edukasi masa kehamilan, konseling keberhasilan
menyusui dan pemberian MP ASI kepada keluarga ketika dilakukan
kunjungan rumah, kegiatan posyandu, kelas ibu hamil dan kelas
pengasuhan,
Kurangnya dukungan suami, keluarga, warga dan masyarakat (termasuk
tokoh masyarakat) sebagai support system pencegahan stunting.
KSP mengkaji adanya fakta juga bahwa tidak semua keluarga (terutama yang berisiko
stunting dan yang miskin ekstrim) dapat mengakses sumber pangan lokal yang
bervariasi, bergizi tinggi, aman dikonsumsi dan harga terjangkau. Diketahui bahwa,
penyebab mendasar kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada balita serta kurang
energi kronis maupun anemia pada ibu hamil karena status kesejahteran keluarga
(ekonomi keluarga), tingkat pendidikan ibu dan budaya pola pangan yang tidak
mendukung.
Dan untuk itu, Presiden memberikan arahan di tahun 2023 untuk edukasi pada
masa pra-nikah, pra-hamil, dan saat hamil, untuk mengatasi masalah stunting
di daerah melalui konsumsi protein telur dan ikan.
Sebagai penutup saya ingin menyampaikan, mari kita rapatkan barisan, perkuat
sinergi dan kolaborasi, dan yakin bahwa target prevalensi stunting 14% dapat kita
capai pada 2024 nanti. Kampanye penggunaan pangan lokal yang berkualitas dan
mudah diakses serta berprotein tinggi menjadi salah satu narasi yang perlu terus kita
gaungkan bersama.
Bapak dan ibu peserta webinar pagi in, terimakasih atas perhatiannya. Akhirul kalam
saya ucapkan wassalamu’alaikum, salam sejahtera, om santi santi om, rahayu rahayu
rahayu. Salam Sehat dan Salam Pancasila.