MODUL Anesthesia Crisis Management
MODUL Anesthesia Crisis Management
KOMPETENSI
ANESTHESIA
CRISIS
MANAGEMENT
EDITOR :
IGN Mahaalit Aribawa
CO EDITOR :
Tjokorda Gde Agung Senapathi
I Made Gede Widnyana
EDITOR :
dr. I Gusti Ngurah Mahaalit Aribawa, Sp.An, KAR, FIPM
Penerbit :
FK UNUD
Distributor Tunggal :
FK UNUD
Kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Essa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa
dengan telah selesainya penyusunan Modul Kompetensi Anesthesia Crisis Management Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana, karena berkat rahmat-Nya segala sesuatu dapat terwujud.
Pada kesempatan ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada segenap Tim Penyusun
Modul Kompetensi Anesthesia Crisis Management Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang
dengan segenap kemampuan telah dapat menyelesaikan buku ini.
Demikian Modul Kompetensi Anesthesia Crisis Management Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana ini disusun dan saran-saran yang bersifat membangun akan sangat kami
harapkan.
MADE WIRYANA
NIP. 19540504 1981031004
Halaman ini sengaja dibiarkan kosong
DAFTAR ISI
Kognitif
1. Mampu menjelaskan penyebab reversible cardiac arrest
2. Mampu menjelaskan algoritma penanganan cardiac arrest Shockable berserta tindakan
defibrilasi
3. Mampu menjelaskan efek kerja, mekanisme, dan patofisiologi defibrilasi
4. Mampu menjelaskan kapan waktu, mekanisme dan dosis shock pada defibrilasi
5. Mampu menjelaskan dosis, dosis maksimum, mula kerja, masa kerja, cara pemberian
masing-masing obat dalam resusitasi
6. Mampu menjelaskan perubahan irama jantung yang terekam dengan AED/EKG
7. Mampu menjelaskan evaluasi berupa pengecekan nadi pada akhir siklus
8. Mampu menjelaskan cara mencegah dan menangani komplikasinya akibat kompresi
luar jantung
1
Psikomotor
1. Mampu menjaga sterilitas dan memakai APD yang tepat untuk mencegah penularan
2. Mampu memakai obat resusitasi dengan cara pemberian yang benar.
3. Mampu memilih dan mempersiapkan jenis obat resusitasi yang akan dipakai dengan
dosis, konsentrasi dan pengenceran, penambahan adjuvan yang sesuai dengan indikasi
dan kebutuhan.
4. Mampu melakukan pijat jantung/kompresi dada secara tepat dengan kompresi
minimal sebanyak 100 kali/menit dengan minimal interupsi.
5. Mampu mencegah dan mengatasi komplikasi yang terjadi akibat pijat jantung yang
tidak adekuat ataupun yang terlampau kuat (fraktur costae, dkk) ataupun ventilasi
yang kurang maksimal
Komunikasi/Hubungan interpersonal
1. Mampu menjelaskan kepada keluarga pasien tentang kemungkinan dan prognosa
yang terjadi
2. Mampu menjelaskan kepada sejawat tentang alur dan siapa yang menguasai jalan
nafas, melakukan kompresi, melakukan defibrilasi, menjadi notulen dan siapa yang
menjadi leader.
3. Mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan sejawat operator dan tenaga medis
yang terkait proses resusitasi, terutama apabila penolong lelah serta evaluasi jumlah
obat yang telah masuk.
4. Mampu membagi tugas sesuai kompetensinya
Profesionalisme
1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien.
2. Mampu menjamin ketersediaan dan sterilitas serta alat pelindung diri yang akan
dipakai dengan yang sesuai dengan indikasi dan kebutuhan.
2
BAB 2
UNSHOCKABLE CARDIAC ARREST
I Ketut Wibawa Nada
Psikomotor
1. Mampu menjaga sterilitas dan memakai APD yang tepat untuk mencegah penularan
2. Mampu memakai obat resusitasi dengan cara pemberian yang benar.
3
3. Mampu memilih dan mempersiapkan jenis obat resusitasi yang akan dipakai dengan
dosis, konsentrasi dan pengenceran, penambahan adjuvan yang sesuai dengan indikasi
dan kebutuhan.
4. Mampu melakukan pijat jantung/kompresi dada secara tepat dengan kompresi
minimal sebanyak 100-120kali/menit dengan minimal interupsi.
5. Mampu mengenali tanda-tanda klinis bila terjadi ROSC dan penanganan pasca ROSC
6. Mampu mengenali perubahan irama jika berubah menjadi Shockable Cardiac arrest
maka segera melakukan algoritma Shockable Cardiac Arrest dan mempersiapkan
defibrilasi.
Komunikasi/Hubungan interpersonal
1. Mampu menjelaskan kepada keluarga pasien tentang kemungkinan dan prognosa
yang terjadi
2. Mampu menjelaskan kepada sejawat tentang alur dan siapa yang menghandle airway,
melakukan kompresi, melakukan defibrilasi, menjadi notulen dan siapa yang menjadi
leader.
3. Mampu berkomunikasi dengan sejawat operator dan tenaga medis yang terkait
perpindahan siapa yang bergantian menolong apabila penolong lelah serta evaluasi
jumlah obat yang telah masuk.
Profesionalisme
1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien.
2. Mampu menjamin ketersediaan dan sterilitas serta alat pelindung diri yang akan
dipakai dengan yang sesuai dengan indikasi dan kebutuhan.
4
BAB 3
BANTUAN HIDUP LANJUT PADA PEDIATRI
Tjahya Aryasa E. M
Kognitif
1. Memiliki kemampuan menjelaskan tentang mekanisme henti jantung pada pasien
anak dengan patofisiologi yang mendasarinya.
2. Mampu menjelaskan etiologi henti jantung yang membuat seorang pasien pediatri
harus mendapatkan pertolongan berupa tindakan bantuan hidup lanjutan.
3. Mampu menjelaskan bahwa sebelum dilakukan bantuan hidup lanjutan, seorang
dokter spesialis anestesi harus mampu melakukan tindakan bantuan hidup dasar
dengan baik dan benar meliputi pengenalan pasien pediatri tidak sadar, tatacara
pemanggilan bantuan (call for help), tatakelola jalan napas, ventilasi jalan napas, dan
kompresi jantung dengan benar menurut American Heart Association (AHA) 2015.
4. Memiliki kemampuan menjelaskan langkah bantuan hidup lanjutan setelah tim medis
reaksi cepat datang dengan alat yang lebih lengkap, meliputi tindakan intubasi,
ventilasi positif, perekaman dan membaca gelombang ekg, mampu membedakan dan
menjelaskan gelombang ekg emergensi yang berupa irama shockable (ventrikel
takikardi dan ventrikel fibrilasi) maupun nonshockable (irama asistol dan PEA), serta
mampu menjelaskan tatakelola terapi defibrilasi bila pasien merupakan indikasi.
5. Mampu menjelaskan obat-obatan emergensi sesuai indikasi yang harus diberikan pada
pasien bila terjadi perubahan irama / aritmia mengancam jiwa.
5
6. Mampu menjelaskan langkah-langkah resusitasi jantung paru pada bantuan hidup
lanjutan pada pasien pediatri.
7. Mampu menjelaskan penyebab henti jantung berulang yang meliputi 6 H dan 4 T.
8. Mampu menjelaskan indikasi dan tatacara penggunaan DC shock untuk terapi
defibrilasi.
9. Mampu menjelaskan tindakan yang harus dilakukan setelah penderita mengalami
keadaan ROSC (Return of Spontan Circulation).
Psikomotor
1. Mampu melakukan cek nadi pada pasien pediatri dengan kegawatdaruratan berupa
henti napas dan henti sirkulasi, dengan batasan: memeriksa pada lokasi pembuluh
arteri besar di arteri carotid dan arteri brachialis, dalam waktu kurang dari 10 detik.
2. Mampu memeriksa kesadaran pasien pediatri dengan menggunakan metode AVPU
(Alert, Verbal, Pain, Unresponsive) dengan memanggil dan menepuk sisi badan
pasien.
3. Mampu membuat keputusan sebelum 10 detik akan status pasien, apakah jatuh dalam
keadaan tidak sadar, yang berarti harus segera mengaktifkan sistem code blue dan
melakukan bantuan hidup dasar, atau tidak perlu aktivasi code blue dengan
pertimbangan keadaan pasien yang mendasarinya.
4. Mampu melakukan pemanggilan bantuan / call for help yang merupakan aktivasi
sistem code blue.
5. Mampu melakukan tindakan pengamanan jalan napas berupa head tilt, chin lift dan
jaw thrust bila dicurigai ada trauma servikal.
6. Mampu melakukan tindakan kompresi jantung, dimana pada bayi / neonatus, yang
berusia kurang dari 12 bulan, kompresi dilakukan dengan dua tangan maupun satu
tangan; kedua tangan memegang dinding dada dan pada bagian depan kedua ibu jari
saling bertemu di bagian tengah sternum untuk melakukan kompresi. Pada balita
dapat dilakukan dengan meletakkan dasar telapak tangan bagian proksimal pada
bagian tengah dada, 2 jari di atas processus xyphoideus, atau 1 jari di bawah linea
yang menghubungkan kedua papilla mammae pasien pediatri. Pada anak yang lebih
besar dilakukan dengan cara seperti pada pasien dewasa.
7. Kompresi dan ventilasi dilakukan dengan perbandingan 30:2, dengan terapi oksigen
100% menggunakan alat yang ada meliputi sungkup / ventilasi dengan balon
6
mengembang sendiri, ataupun dengan tindakan pengamanan jalan napas secara
definitif, yaitu intubasi.
8. Mampu melakukan cek nadi dan irama setiap dua menit atau lima siklus resusitasi
jantung paru.
9. Mampu mempersiapkan dan melakukan tindakan intubasi pada pasien pediatri yang
dilakukan tindakan resusitasi jantung paru pada bantuan hidup lanjut.
10. Mampu mempersiapkan dan melakukan pemberian obat-obatan emergensi sesuai
indikasi, dengan cara melakukan monitoring irama ekg yang ada pada monitor,
terutama adrenalin dengan dosis 10 mikrogram/kgBB secara intravena maapun
intraosseus bila tidak tersedia jalur intravena. Pemberian adrenalin dapat diulang
setiap 3-5 menit selama belum ada respon dan irama ekg masih merupakan irama
shockable dengan klinis tidak ada nadi.
11. Mampu mempersiapkan dan menggunakan DC shock pada irama jantung shockable,
mensett besar kekuatan sebesar 4 Joule/kgBB dengan menggunakan pedal yang sesuai
dengan pasien pediatri.
Hubungan Komunikasi
1. Mampu melakukan komunikasi dengan petugas media penolong dengan cara meminta
bantuan secara tegas dan jelas untuk aktivasi code blue.
2. Mampu mengkoordinasikan tim medis yang ada saat melakukan tindakan resusitasi.
3. Mampu bertindak sebagai leader dalam tim medis agar resusitasi bantuan hidup lanjut
pada pasien pediatri dapat berlangsung secara efektif.
4. Mampu membuat keputusan dan mendelegasikan penugasan pada petugas medis lain
untuk menjamin kerjasama dan irama kerja tim medis reaksi cepat.
5. Mampu memberikan penjelasan secara singkat dan jelas pada orang tua / keluarga
pasien atau orang yang bertanggung jawab / wali pasien tentang kondisi pasien dan
tindakan resusitasi yang dilakukan untuk mendapatkan informed consent dengan tidak
mengabaikan tindakan emergensi yang harus segera dilakukan pada pasien.
Profesionalisme
1. Mampu bekerja sesuai dengan standar prosedur operasional yang berlaku di
lingkungan rumah sakit.
2. Mampu bekerja dengan mengutamakan aspek tanggung jawab, empati, dan kolaborasi
dengan tim bantuan medis baik medis maupun paramedis.
7
3. Mampu melakukan tindakan menghormati hak dan kewajiban pasien serta
menjunjung tinggi pentingnya informed consent dalam setiap tindakan medis yang
dilakukan pada pasien.
8
BAB 4
KEGAWAT DARURATAN ISKEMIA-INFARK MIOKARD INTRA OPERATIF
I Ketut Wibawa Nada
Kognitif:
1. Mampu mengenali faktor resiko terjadinya iskemia-infrak miokard intraoperative
2. Mampu mengenali tanda tanda iskemia-infark miokard intraoperatif
3. Mampu menjelaskan mekanisme terjadinya iskemia miokard dan akibatnya
4. Menguasai farmakologi obat obat darurat dan life saving.
5. Mampu menjelaskan mekanisme kerja dan sifat obat obat darurat dan life saving.
6. Mampu menjelaskan mekanisme kerja jantung.
7. Mampu memberikan penanganan yang tepat pada kejadian infark miokard
intraoperative.
Psikomotor
1. Mampu menjelaskan perubahan fisiologi dan akibat yang terjadi pada iskemia
miokard Dapat mengenali terjadinya iskemia miokard intraoperatif
2. Dapat melakukan tindakan life saving dalam menangani kegawat daruratan iskemia
miokard intra operatif.
3. Mampu menyiapkan obat obat yang diperlukan secara cepat dan tepat
4. Mampu meminimalkan faktor resiko yang memperberat iskemia miokard
intraoperative
5. Mampu melakukan tindakan yang harus dilakukan dalam menangani kegawat
daruratan iskemia miokard intra operatif.
9
Komunikasi/Hubungan interpersonal
1. Mampu bekerjasama dan komunikasi yang baik dengan sejawat terkait dalam
menangani kegawat daruratan iskemia miokard intra operatif.
2. Mampu bekerjasama dan komunikasi yang baik dalam kelompok / tim terkait dalam
menangani kegawat daruratan iskemia miokard intra operatif.
3. Mampu menjelaskan kepada keluarga pasien tentang kegawat daruratan iskemia
miokard intra operatif dan resiko yang terjadi.
Profesionalisme
1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara baik dan benar.
2. Mampu bekerja secara individu atau dalam kelompok secara baik dan benar.
3. Mampu berkomunikasi dengan baik antar rekan sejawat dan keluarga pasien.
10
BAB 5
PERDARAHAN MASIF INTRAOPERATIF
Cynthia Dewi Sinardja
Kognitif
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk:
1. Mampu untuk memanggil bantuan dan menginformasikan masalah yang ada
2. Memahami langkah langkah basic life support dan advance life support
3. Memahami kerjasama tim dan pendelegasian tugas untuk menangani krisis
4. Memahami teknik dan cara mengetahui volume sirkulasi dan memahami teknik untuk
mempertahankan volume sirkulasi.
5. Memahami terapi cairan pada perdarahan masif
6. Mengetahui indikasi dan pilihan transfusi komponen darah
7. Memahami protokol transfuse masif
8. Mengetahui monitoring klinis dan pemeriksaan penunjang untuk memantau perbaikan
pasien
9. Mampu berkomunikasi dengan petugas kamar operasi, paramedis, petugas
laboratorium, bank darah dan ICU untuk penanganan pasien kritis.
10. Mengetahui resiko dan komplikasi lanjutan akibat perdarahan massif dan akibat
terapinya.
Psikomotor
11
5. Mampu mengkondisikan suasana kamar operasi agar dihangatkan, komunikasi
dengan operator, melakukan pemeriksaan penunjang
6. Mampu berkoordinasi dengan petugas kamar operasi, laboratorium dan ICU untuk
penanganan pasien kritis akibat perdaraham massif intraoperative
7. Mampu melakukan terapi komponen darah dan protokol transfusi masif untuk
menghindari terjadinya medical bleeding
Komunikasi/Hubungan interpersonal
1. Mampu berkomunikasi meminta bantuan dan dengan petugas paramedis dan operator
untuk kegawatan akibat perdarahan masif intraoperatif
2. Mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan kepada sejawat operator untuk
menghentikan sumber perdarahan.
3. Mampu berkomunikasi dengan efektif dengan petugas kamar operasi, laboratorium,
bank darah dan ICU untuk kegawatan pasien dengan perdarahan masif intraoperatif
Profesionalisme
1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien, cepat dan tepat.
2. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain maupun tenaga paramedik dan tenaga medis
lain atas dasar menghargai kompetensi masing-masing.
3. Mampu memahami, memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarganya tentang
kondisi pasien sesuai hak pasien
12
BAB 6
PENANGANAN SYOK ANAFILAKTIK
I Wayan Aryabiantara
Psikomotor
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk:
1. Melakukan penanganan syok anafilaktik secara sistematis
2. Melakukan pengamanan jalan nafas pada pasien dengan reaksi anafilaktik.
3. Memasang akses intravena perifer dan sentral.
4. Mampu melakukan post-resuscitation care pada pasien reaksi anafilaktik.
13
Komunikasi dan Hubungan Interpersonal
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk:
1. Mempu menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang kondisi pasien serta
kemungkinan dilakukannya pemeriksaan tambahan atau prosedur invasif bila
diperlukan.
2. Mampu memberikan penjelasan dan melaporkan kondisi pasien kepada sejawat atau
senior serta memberikan usulan pemeriksaan tambahan, terapi, dan upaya optimalisasi
kondisi pasien.
3. Mampu memberikan kepercayaan pada pasien tentang rasa tidak nyaman yang dapat
timbul.
Profesionalisme
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk:
1. Mampu bekerja sesuai prosedur dengan efisien.
2. Memiliki kemampuan mengkoordinasi dan memimpin sebuah tim yang terdiri dan
dokter dan paramedis dalam menangani pasien syok anafilaktik.
3. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain dan paramedis atas dasar menghargai
kompetensi masing-masing.
4. Mampu memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang kondisi medis
dan hak-hak pasien.
14
BAB 7
PENANGANAN REAKSI TRANFUSI HAEMOLITIK
Cynthia Dewi Sinardja
Kognitif
1. Mampu mengidentifikasi Tanda-tanda dari Reaksi transfusi hemolitik
2. Mampu mengidentifikasi Tanda-tanda klinis dari Reaksi transfusi hemolitik pada
pasien yang teranestesi
3. Mengetahui diagnosis banding dari Reaksi transfusi hemolitik
4. Mampu menjelaskan urutan penatalaksanaan dan penanganan Reaksi transfusi
hemolitik
5. Mampu mencegah dan mengatasi komplikasi yang terjadi akibat pemberian transfusi.
6. Mampu menjelaskan faktor-faktor patofisiologi yang terjadi akibat pemberian
transfusi
7. Mampu menjelaskan dosis, dosis maksimum, mula kerja, masa kerja, cara pemberian
masing-masing obat untuk menangani reaksi transfusi hemolitik
Psikomotor
1. Mampu mengenali tanda-tanda klinis dan melakukan pemeriksaan adanya reaksi
reaksi transfusi hemolitik
2. Mampu mengenali tanda-tanda klinis dan melakukan pemeriksaan adanya reaksi
reaksi transfusi hemolitik pada pasien yang teranestesi
3. Mampu melakukan penatalaksanaan dan penanganan reaksi transfusi hemolitik
4. Mampu mencegah dan mengatasi komplikasi yang terjadi pada reaksi transfusi
hemolitik
15
Komunikasi/Hubungan interpersonal
1. Mampu menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang efek yang ditimbulkan
akibat dari adanya reaksi Haemolytic transfusion
2. Mampu delegasikan tugas pada masing-masing personel bila terjadi reaksi
Haemolytic transfusion.
3. Mampu berkomunikasi dengan sejawat operator dan tenaga medis yang terkait bila
timbul efek samping dan gejala reaksi Haemolytic transfusion serta bekerja sama
mengatasi komplikasinya.
Profesionalisme
1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien pada penanganan reaksi
Haemolytic transfusion
2. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain maupun tenaga paramedik dan tenaga medis
lain atas dasar menghargai kompetensi masing-masing.
3. Mampu memahami, memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarganya tentang
kondisi pasien sesuai hak pasien
16
BAB 8
EMBOLI UDARA
Tjahya Aryasa E. M
Psikomotor
1. Mampu mempersiapkan alat-alat dan teknik-teknik pencegahan terjadinya emboli
udara.
2. Mampu identifikasi dan deteksi dini tanda tanda emboli udara
3. Mampu mengerjakan tahapan-tahapan penanganan emboli udara.
4. Mampu mengerjakan tindakan-tindakan dalam usaha menangani emboli udara.
Komunikasi/hubungan interpersonal
1. Mampu berkomunikasi dengan pasien dan keluarga dalam menjelaskan kemungkinan
kejadian emboli udara dan penanganannya
2. Mampu berkomunikasi dengan operator dalam upaya mencegah dan menangani
kejadian emboli udara.
3. Mampu berkomunikasi dengan tim medis dalam menangani kegawatan emboli udara.
17
Profesionalism
1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien
2. Mampu menjadi leader dalam merencanakan, menangani dan berkomunikasi dengan
pasien, tim medis dan operator bedah pada kasus emboli udara.
18
BAB 9
KESULITAN VENTILASI SUNGKUP MUKA
I Wayan Aryabiantara
Psikomotor
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk:
1. Mampu menyatakan kondisi kesulitan ventilasi
2. Mampu mengikuti algoritma kesulitan ventilasi
3. Mampu melakukan sistem pemanggilan bantuan, mengkomunikasikan permasalahan
dan mendelegasikan masalah.
4. Mampu melakukan optimalisasi ventilasi, pemasangan LMA, intubasi pipa trakeal.
5. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi algoritma kesulitan ventilasi sungkup
muka
19
2. Mampu memberikan penjelasan dan melaporkan kondisi pasien kepada sejawat atau
senior serta memberikan usulan pemeriksaan tambahan, terapi, dan upaya optimalisasi
kondisi pasien.
3. Mampu memberikan kepercayaan pada pasien tentang rasa tidak nyaman yang dapat
timbul.
Profesionalisme
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk:
1. Mampu bekerja sesuai prosedur dengan efisien.
2. Memiliki kemampuan mengkoordinasi dan memimpin sebuah tim yang terdiri dan
dokter dan paramedis dalam menangani kesulitan ventilasi sungkup muka.
3. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain dan paramedis atas dasar menghargai
kompetensi masing-masing.
4. Mampu memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang kondisi medis
dan hak-hak pasien.
20
BAB 10
KESULITAN INTUBASI YANG TIDAK TERDUGA
(Unexpected Difficult Intubation)
Tjahya Aryasa E. M
Kognitif
1. Mampu melakukan penilaian jalan nafas.
2. Mampu menjelaskan tatakelola persiapan pasien sebelum dilakukan tindakan intubasi,
yang meliputi observasi klinis pasien dan kemungkinan penyulit yang ada.
3. Mampu menjelaskan penyebab dari kesulitan intubasi yang tidak terduga serta
prosedur yang dapat dilakukan secara sistematis untuk mengatasi kondisi kesulitan
intubasi yang tidak terduga.
4. Memahami algoritma can not intubated can not oxygenated (cico)
5. Mampu menjelaskan alat dan teknik yang digunakan untuk mengatasi keadaan
kesulitan intubasi yang tidak terduga.
Psikomotor
1. Mampu melakukan tindakan preoksigenasi sebelum tindakan induksi
21
2. Mampu melakukan persiapan tindakan intubasi dan antisipasi bila didapat keadaan
kesulitan intubasi yang tidak terduga
3. Mampu mengenali dan melakukan tindakan bila terdapat penyulit berupa tidak bisa
melakukan bag dan mask, yang dilakukan dengan cara: membangunkan pasien jika
memungkinkan, maupun menggunakan LMA sebagai alat penyelamat intubasi.
4. Mampu mengenali dan melakukan tindakan bila terdapat penyulit berupa tidak dapat
diintubasi, dengan cara membangunkan pasien jika memungkinkan, melakukan bag
mask ventilasi, maupun menggunakan LMA sebagai alat penyelamat.
5. Jika langkah-langkah di atas tidak berhasil dilakukan, maka dapat dilakukan respon
emergensi CICO (can not intubated can not oxygenated).
6. Mampu mengkoordinasikan dengan penolong lain untuk selalu mencatat waktu dan
kadar saturasi perifer / SpO2.
7. Mampu melakukan insersi LMA setelah diberikan obat pelumpuh otot dengan
pengawasan jalan napas dan saturasi.
8. Sebagai tindakan terakhir life saving, harus mampu melakukan cricotiroidotomi
Hubungan Komunikasi
1. Mampu melakukan komunikasi dan koordinasi dengan petugas tim medis lain untuk
mempersiapkan alat dan obat yang berguna saat tindakan.
2. Melakukan koordinasi dengan petugas pencatat waktu dan saturasi perifer agar
didapatkan pengawasan tindakan dalam upaya pertolongan jalan napas pada pasien
dengan kesulitan intubasyang tidak terduga.
3. Mampu menjelaskan pada keluarga / wali / pihak yang bertanggung jawab terhadap
pasien tentang keadaan yang terjadi dan tindakan yang akan diberikan pada pasien
untuk mendapatkan informed consent dengan tidak mengabaikan aspek
emergensinya.
Profesionalisme
1. Mampu bekerja sesuai dengan standar prosedur operasional yang berlaku di
lingkungan rumah sakit.
2. Mampu bekerja dengan mengutamakan aspek tanggung jawab, empati, dan kolaborasi
dengan tim bantuan medis baik medis maupun paramedis.
22
3. Mampu melakukan tindakan menghormati hak dan kewajiban pasien serta
menjunjung tinggi pentingnya informed consent dalam setiap tindakan medis yang
dilakukan pada pasien.
23
BAB 11
CAN’T INTUBATE CAN’T OXYGENATE (CICO)
Tjahya Aryasa E. M
Psikomotor
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk:
1. Mampu melakukan cannula cricothyroidotomy dan evaluasi keberhasilan.
2. Mampu melakukan surgical cricothyroidotomy.
Profesionalisme
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk:
24
1. Mampu bekerja sesuai prosedur.
2. Memiliki kemampuan mengkoordinasi dan memimpin sebuah tim yang terdiri dari
dokter dan paramedis dalam menangani kasus can’t intubate can’t ventilate.
3. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain dan paramedis atas dasar menghargai
kompetensi masing-masing.
4. Mampu memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang kondisi medis dan
hak-hak pasien.
25
BAB 12
LARINGOSPASME
Cynthia Dewi Sinardja
Kognitif
1. Mampu menjelaskan triple airway maneuver, CPAP (Continous Airway Positive
Pressure), pemasangan airway device (contoh OPA (Guedel)) dan pemasangan pipa
Orotracheal sesuai prosedur.
2. Mampu menjelaskan farmakologi dari obat-obatan yang dipakai.
Psikomotor
1. Mampu memilih dan mempersiapkan jenis obat anestesi yang akan digunakan sesuai
indikasi dan kebutuhan.
2. Mampu menyiapkan peralatan yang berhubungan dengan pemeliharaan airway seusai
dengan prosedur.
3. Mampu melakukan triple airway maneuver, CPAP (Continous Airway Positive
Pressure), pemasangan airway device (contoh OPA (Guedel)) dan pemasangan pipa
Orotracheal sesuai prosedur.
4. Mampu mencegah dan mengatasi komplikasi yang terjadi akibat pemberian obat-
obatan anestesi.
26
Komunikasi interpersonal
1. Mampu menjelaskan kepada pasien resiko kejadian laringospasme sehubungan
dengan prosedur tindakan anestesi serta prosedur yang dilakukan bila terjadi.
2. Mampu berkomunikasi dengan sejawat operator dan tenaga medis yang terkatit bila
mengalami kejadian laringospasme dan cara mengatasi kejadian tersebut.
Profesionalisme
1. Mampu bekerja sesuai standa prosedur secara efisien.
2. Mampu menjaga ketersediaan dan sterilitas perlengkapan penunjang, seperti peralatan
airway, obat-obatan sesuai indikasi dan kebutuhan.
27
BAB 13
PENINGKATAN TEKANAN JALAN NAFAS
I Wayan Aryabiantara
Kognitif
1. Mampu mengetahui alat advance jalan nafas.
2. Mampu menjelaskan mekanisme kerja dan sifat obat anestesi umum.
3. Mampu menjelaskan faktor-faktor patofisiologi yang mempengaruhi kerja obat
anestesi umum.
4. Mampu menjelaskan dosis, dosis maksimum, mula kerja, masa kerja, cara pemberian
masing-masing obat anestesi umum.
5. Mampu menjelaskan mekanisme terjadinya permasalahan jalan nafas atas pada pasien
yang terintubasi.
Psikomotor
1. Mampu menyelesaikan permasalahan untuk permasalahan jalan nafas pasien yang
sudah dilakukan anestesi umum.
2. Mampu memakai obat anestesi umum dengan cara pemberian yang benar.
3. Mampu mengevaluasi alat alat jalan nafas dengan baik, sirkuit, dan mesin jalan nafas.
4. Mampu mengenali tanda-tanda klinis dan melakukan pemeriksaan adanya hambatan
sensorik dan motorik saat obat anestesi lokal mulai bekerja atau akan habis.
5. Mampu mengenali tanda-tanda klinis dan tanda tanda monitoring dengan cepat untuk
permasalahan peningkatan tekanan jalan nafas atas pada pasien yang telah dilakukan
anestesi umum
28
6. Mampu mencegah dari komplikasi yang terjadi akibat peningkatan tekanan jalan
nafas atas.
Komunikasi/Hubungan interpersonal
1. Mampu menjelaskan kepada sejawat operator mengenai kondisi yang terjadi serta
menyampaikan rencana tindakan yang akan dilakukan.
2. Mampu menjelaskan kepada sejawat operator mengenai keputusan untuk melanjutkan
tindakan atau menunda tindakan operasi.
3. Mampu berkomunikasi dengan sejawat dan tenaga medis untuk menyelesaikan suatu
permasalahan yang berkaitan jalan nafas pada pasien yang telah dilakukan anestesi
umum .
Profesionalisme
1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien.
2. Mampu bekerja dengan holistic dan mampu mengetahui penyebab masalah dan
nyelesaikan permasalahan dengan baik.
29
BAB 14
BRONKOSPASME BERAT
Cynthia Dewi Sinardja
Kognitif
1. Mampu menjelaskan tentang tanda – tanda broncospasme berat.
2. Mampu menjelaskan mengenai tahap – tahap penanganan severe brnkospasme.
3. Mampu menjelaskan penanganan severe bronkospasme.
4. Mampu menjelaskan tentang cara pemberian cairan yang tepat.
5. Mampu menjelaskan tentang obat-obatan yang di berikan.
6. Mampu menjelaskan farmakologi obat yang di berikan.
7. Mampu menjelaskan tentang penanganan bronchospasme pada saat durante anestesi.
8. Mampu menjelaskan pemberian cairan untuk penanganan severe bronchospasme.
Psikomotor
1. Mampu memilih dan memminta bantuan saat terjadi bronchospasme.
2. Mampu melaksanakan tahapan dalam penenganan severe bronchospasme.
3. Mampu menjelaskan mengenai penempatan tube dan posisi.
4. Mampu mengenali tanda-tanda bronchospasme.
5. Mampu melaksanakan pemberian cairan yang di berikaan saat terjadi bronchospasme.
6. Mampu menjelaskan obat – obatan yang di gunakan saat terjadi bronchospasme
7. Mampu menjelaskan pertimbangan terapi menggunakan hidrocortison dan aminophilin
8 Mampu menjelaskan dosis obat yang di gunakan.
30
Komunikasi/Hubungan interpersonal
1. Mampu menjelaskan tentang permasalahan yang terjadi pada bronchospasme
2. Mampu menjelaskan tentang tahap-tahapan mengenai penanganan severe
bronchospasme.
3. Mampu mengkomunikasikan mengenai tanda – tanda bronchospasme
4. Mampu menjelaskan tentang obat dan dosis obat yang di berikan
5. Mampu menjelaskan tentang cara pemberian cairan.
6. Mampu menjelaskan tentang pemberian cairan yang tepat pada penanganan severe
bronchospasme
7. Mampu menjelaskan mengenai penanganan bronchospasme saat durante operasi
8. Mampu menjelaskan mengenai pemeriksaan laboratorium yang di perlukan dalam
menagani severe bronchospasme
Profesionalisme
1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien.
2. Mampu menjamin dalam penanganan manajemen penanganan severe bronchospasme.
3. Mampu melakukan tindakan penanganan apabila terjadi bronchospasme
4. Mampu menjelaskan cara dan tahap peneganan bronchospasme.
5. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain maupun tenaga paramedic dan tenaga medis
lain atas dasar menghargai kompetensi masing-masing.
6. Mampu memahami, memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarga nya tentang
kondisi pasien sesuai hak pasien.
31
BAB 15
ASPIRASI
I Wayan Aryabiantara
Kognitif
1. Mampu menjelaskan mengenai kondisi serta patofisiologi dari kejadian aspirasi
2. Memahami resiko dan akibat aspirasi
3. Memahami mengenai tata laksana pada pasien aspirasi
4. Memahami manajemen terapi jangka pendek dan jangka panjang pada pasien aspirasi
Psikomotor
1. Mampu melakukan tindakan resusitasi pada pasien aspirasi
2. Mampu memimpin dan membagi peran dalam melakukan upaya resusitasi pada
pasien aspirasi
3. Mampu melakukan upaya mengamankan jalan nafas sebagai bagian dari upaya
resusitasi
4. Mampu melakukan perawatan secara menyeluruh pada pasien paska aspirasi
Profesionalisme
1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur yang telah ada dengan efisien
2. Mampu bekerja dengan holistik tanpa melewati batasan kompetensi bagian anestesi
33
BAB 16
TOTAL SPINAL ANESTESI
Cynthia Dewi Sinardja
Kognitif
1. Mampu menjelaskan mengenai kondisi serta patofisiologi dari kejadian total spinal
anestesi
2. Memahami mengenai tata laksana pada pasien total spinal anestesi
3. Memahami manajemen terapi jangka pendek dan jangka panjang pada pasien total
spinal anestesi
4. Mampu membuat diferensial diagnosa pada kasus total spinal anestesi, sehingga dapat
mempertimbangkan strategi tata laksana yang lebih komprehensif.
5. Mampu memutuskan dengan tepat, kapan tindakan CPR harus dimulai
6. Mengetahui strategi resusitasi intra uterine
7. Mengetahui farmakologi obat – obat darurat secara menyeluruh.
Psikomotor
1. Mampu melakukan tindakan resusitasi sesuai protokol CAB serta intervensi lanjutan
secara simultan
2. Mampu memimpin dan membagi peran dalam melakukan upaya resusitasi pada
pasien total spinal anestesi
3. Mampu melakukan pencatatan waktu dan kronologis kejadian dengan baik
4. Mampu memberikan obat-obat darurat dengan baik dan tepat
5. Mampu melakukan manajemen jalan nafas dengan baik
34
Komunikasi / hubungan interpersonal
1. Mampu menjelaskan pada teman sejawat operator mengenai kondisi yang terjadi serta
menyampaikan rencana tindakan yang akan dilakukan sebagai upaya resusitasi
2. Mampu untuk meminta pertolongan saat terjadi kejadian total spinal anestesi
3. Mampu menjelaskan pada penolong lain dengan singkat dan jelas mengenai kondisi
yang terjadi serta rencana tindakan yang akan dilakukan
4. Mampu mendelegasikan tugas dengan baik pada penolong lain
5. Mampu menjelaskan pada pasien dan atau keluarga mengenai kondisi yang terjadi,
upaya yang sudah dilakukan, serta rencana tindakan serta intervensi paska kejadian
total spinal anestesi.
Profesionalisme
1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur yang telah ada dengan efisien
2. Mampu bekerja dengan holistik tanpa melewati batasan kompetensi bagian anestesi
35
BAB 17
PERDARAHAN PASCA PERSALINAN
I Wayan Aryabiantara
Psikomotor
1. Mampu melaklukan intervensi medis dalam penanganan peradarahan pasca persalinan
2. Mampu melakukan terapi cairan dan transfuse darah dalam rangka penanganan
perdarahan pasca persalinan
36
Profesionalisme
1. Mampu bekerja sama dengan tim secara efektif dan efisien
2. Mampu menjamin keamanan diri dan lingkungan sekitar saat prosedur penanganan
pasien dengan perdarahan pasca persalinan
37
BAB 18
KOLAPS MATERNAL
Tjahya Aryasa E. M
Kognitif
1. Mampu menjelaskan secara rinci definisi kolaps maternal
2. Mampu menjelaskan dan mengenali tanda tanda dan gejala klinis kolaps maternal
3. Mampu menjelaskan dan mengetahui kemungkinan penyebab penyebab terjadinya
kondisi kolaps maternal
Psikomotor
1. Mampu melakukan penanganan secara komprehensif kondisi kolaps maternal,
dimulai dari mendelegasikan, memanggil bantuan segera, melakukan protocol
tindakan penanganan syok, protocol tindakan penanganan henti jantung
2. Mampu mengerjakan tindakan kegawatdaruratan jalan napas, melakukan tindakan
laringoskopi intubasi
3. Mampu berkoordinasi dengan pihak lain dengan menelpon ekstension sesuai
kebutuhan yang diperlukan
38
2. Mampu berkomunikasi dengan sejawat operator dan tenaga medis yang terkait pada
penanganan kondisi kolaps maternal
Profesionalisme
1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien.
2. Mampu bekerjasama dengan sejawat operator dan tenaga medis terkait dengan
tindakan penanganan kondisi kolaps maternal
39
BAB 19
RESUSITASI NEONATUS DAN BAYI BARU LAHIR
Cynthia Dewi Sinardja
Kognitif
1. Mampu menjelaskan kondisi klinis bayi baru lahir dan keadaan hipoksia serta
hipotermia.
2. Mampu menjelaskan dan menangani kondisi bayi baru lahir berupa penanganan
hipotermia dan pembersihan jalan napas.
3. Mampu menjelaskan tanda-tanda afiksa, keadaan henti napas dan henti jantung pada
bayi baru lahir, neonatus.
4. Mampu menjelaskan tentang resusitasi neonates dan newborn life support.
Psikomotor
1. Mampu menjelaskan klinis bayi baru lahir dan menentukan kondisi pasien.
2. Mampu mengenali adanya tanda-tanda hipotermia dan obstruksi jalan napas,
melakukan penanganan jalan napas dengan suction dan pemberian oksigenasi
3. Mampu mengenali terjadinya henti jantung ataupun bradikardia pada bayi dengan
pencegahan hipotermia, pemberian suplemen oksigen dan obat-obatan emergency..
Komunikasi/Hubungan interpersonal
40
1. Mampu menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang konndisi bayi baru
lahir, tanda-tanda obstruksi napas, tanda-tanda hipoksi, hipotermia dan henti jantung..
2. Mampu berkomunikasi yang baik dengan sejawat di bidang lain dalam penanganan
bayi hipotermia, obstruksi jalan napas, afiksia dan henti jantung, sehingga tindakan
yang dilakukan dapat diberikan secara simultan.
Profesionalisme
1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien.
2. Mampu menjamin adanya kecukupan informasi dan edukasi tentang resusitasi
neonates dan support life pada newborn baby.
IV. Melakukan assesment bayi baru lahir dalam keadaan hipotermia dan afiksia,
Memahami Protokol resusitasi bayi baru lahir
Kognitif
1. Mampu menjelaskan cara assesment dan reassesment pada bayi dan neonates, kondisi
hipotermia denganmembersihkan kondisi bayi dan memberikan selimut untuk
menghindari hipotermia,
2. Mampu menjelaskan tindakan yang dilakukan saat resusitasi neonates dan bantuan byi
baru lahir
3. Mampu melakukan assessment awal pada bayi afiksia, melakukan tindakan
pembersihan jalan napas, dan pemberian supplement oksigen yang dapat berupa
bagging ataupun tindakan invasive intubasi .
Psikomotor
1. Mampu melakukan assesment dan reassesment pada bayi baru lahir pada kondisi
pasien dengan afgar score, hipotermia dan hipoksia serta henti jantung.
2. Mampu melakukan penilaian elemen inti dari initial assesment.
3. Mampu mengenali dan melakukan assesment resusitasi pada neonates dan bayi baru
lahir dengan menghindari hipotermia, suction dan pemberian supplement oksigen
serta pemberian obat-obat emergency.
4. Mampu melalukan pembersihan jalan napas, dengan suction, pemberian suplemen
oksigenasi dengan sungkup dan pemasangan LMA dan intubasi.
41
Komunikasi/Hubungan interpersonal
1. Mampu menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang kondisi bayi baru
lahir adanya kondisi hipotermi, hipoksia.
2. Mampu menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang kondisi bayi yang
mengalami hipoksia hipotermia dan memberikan tindakan resusitasi pada bayi yang
afiksia, memberikan bantuan napas dan tindakan intubasi .
3. Mampu berkomunikasi yang baik dan efektif dengan sejawat lain yang merawat
bersama keluarga pasien ( neonates dan bayi baru lahir ) assessment awal bayi yang
baru lahir kondisi klinis bayi dengan hipotermia, hipoksia serta henti jantung, mampu
mengkoordinasi tindakan resusitasi di bidang jalan napas dan bantuan pijat jantung
serta penggunaan obat emergency.
Profesionalisme
1. Mampu bekerja sesuai prosedur dengan efisien.
4. Mampu melakukan assesment dan reassesment kondisi bayi baru lahir adanya kondisi
hipotermi, hipoksia.
2. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain maupun tenaga paramedik dan tenaga medis
lain atas dasar menghargai kompetensi masing-masing serta membagi peran dalam
tindakan resusitasi.
3. Mampu memahami, memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarganya tentang
kondisi pasien serta tindakan yang dilakukan resusitasi neonates dan bayi baru lahir.
42
BAB 20
TOKSISITAS SISTEMIK ANESTESI LOKAL
Tjahya Aryasa E. M
Kognitif
1. Mampu menjelaskan mekanisme kerja dan sifat obat anestesi lokal.
2. Mampu menjelaskan jenis-jenis serabut syaraf yang dihambat serta jenis hambatan
motorik dan sensorik yang dihasilkan dan cara pengecekkannya.
3. Mampu menjelaskan faktor-faktor patofisiologi yang mempengaruhi toksisitas
anestesi lokal.
4. Mampu menjelaskan dosis, dosis maksimum, mula kerja, masa kerja, cara pemberian
masing-masing obat anestesi lokal.
5. Mampu menjelaskan patofisiologi toksisitas yang dapat ditimbulkan obat anestesi
lokal beserta tanda-tanda klinisnya
6. Mampu penjelaskan prosedur penanganan toksisitas sistemik anestesi lokal.
Psikomotor
1. Mampu memilih dan mempersiapkan jenis obat anastesi lokal yang akan dipakai
dengan dosis, konsentrasi dan pengenceran, penambahan adjuvan yang sesuai dengan
indikasi dan kebutuhan.
2. Mampu menjaga sterilitas dan melakukan penyimpanan obat regimen intralipid
dengan baik dan benar.
43
3. Mampu mengenali tanda-tanda klinis dan melakukan pemeriksaan adanya gejala
toksisitas anestesi lokal
4. Mampu mengenali tanda-tanda klinis bila terjadi efek samping dan toksisitas akibat
pemberian obat anestesi lokal.
5. Mampu memakai regimen obat intralipid dengan cara pemberian yang benar
6. Mampu mencegah dan mengatasi komplikasi yang terjadi akibat toksisitas obat
anestesi local meliputi kejadian henti nafas dan henti jantung, kejang, aritmia, dan
mempertimbangkan tindakan untuk mempertahankan kestabilan hemodinamik.
Komunikasi/Hubungan interpersonal
1. Mampu menjelaskan kepada pasien tentang efek yang ditimbulkan regimen obat
untuk mengatasi toksisitas anestesi lokal dan resiko yang dapat timbul dari
pemberiannya.
2. Mampu menjelaskan kepada sejawat operator tentang manfaat serta efek samping dan
komplikasi yang dapat timbul dari setiap penanganan toksisitas obat anestesi local
diantaranya penanganan henti nafas dan jantung, penanganan kejang dan pemberian
intralipid
3. Mampu berkomunikasi dengan sejawat operator dan tenaga medis yang terkait bila
timbul dari setiap tindakan penanganan terhadap toksisitas obat anestesi lokal.
Profesionalisme
1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien.
2. Mampu menjamin ketersediaan dan sterilitas jenis obat untuk memangani toksisitas
obat anastesi lokal yang akan dipakai dengan dosis, konsentrasi dan pengenceran,
penambahan adjuvan yang sesuai dengan indikasi dan kebutuhan.
44
BAB 21
HIPERKALEMIA
I Ketut Wibawa Nada
Psikomotor
1. Mampu menegakkan diagnosa hiperkalemia.
2. Mampu melakukan penanganan hiperkalemia.
Komunikasi/Hubungan Interpersonal
1. Mampu menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai hiperkalemia dan
penanganannya.
Profesionalisme
1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien.
45
BAB 22
HIPERTERMIA MALIGNA
I Ketut Wibawa Nada
Psikomotor
1. Mampu mendeteksi tanda-tanda hipertermia maligna.
2. Mampu melakukan tindakan penanganan hipertermia maligna sesuai langkah-
langkah yang ada.
3. Mampu memutuskan tindakan yang harus segera diambil
Komunikasi/Hubungan interpersonal
1. Mampu menjelaskan kepada pasien tentang hipertermia maligna dan bahaya yang
ditimbulkan.
2. Mampu menjelaskan kepada sejawat operator tentang tanda-tanda dan bahaya
hipertermia maligna.
3. Mampu berkomunikasi dengan sejawat operator dan tenaga medis lainnya yang
terkait bahwa apabila timbul bahaya hipertermia maligna, agar dapat bekerja sama
mengatasinya.
4. Melakukan penanganan hipertermia maligna.
Kognitif
46
1. Mampu menjelaskan tentang penanganan hipertermia maligna.
2. Mampu menjelaskan persiapan yang dibutuhkan.
3. Mampu menjelaskan langkah-langkah penanganan hipertermia maligna.
Psikomotor
1. Mampu melakukan evaluasi terhadap tanda-tanda kemungkinan terjadinya
hipertermia maligna.
2. Mampu melakukan tindakan penanganan hipertermia maligna sesuai langkah-
langkah yang ada.
Komunikasi/Hubungan interpersonal
1. Mampu menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang penanganan
hipertermia maligna.
2. Mampu menjelaskan kepada sejawat operator tentang penanganan hipertermia
maligna.
Profesionalisme
1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien.
47
BAB 23
CEK LIST TERMINAL EVENT “10 T”
I Ketut Wibawa Nada
BAB 24
48
CEK LIST MESIN ANESTESI
I Wayan Aryabiantara
Psikomotor
1. Mampu melakukan pengecekan mesin anestesi dengan benar.
2. Mampu melaksanakan langkah-langkah pengecekan mesin anestesi.
3. Mampu mengenali masalah yang muncul pada mesin anestesi.
4. Mampu menangani masalah yang muncul pada mesin anestesi.
Komunikasi/Hubungan interpersonal
1. Mampu menjelaskan tentang tata cara pengecekan mesin anestesi
2. Mampu menjelaskan tentang langkah-langkah pengecekan mesin anestesi.
3. Mampu mengkomunikasikan mengenai langkah pengecekan mesin anestesi
4. Mampu menjelaskan tentang masalah yang mungkin timbul pada mesin anestesi.
5. Mampu menjelaskan tentang penanganan masalah yang mungkin timbul pada mesin
anestesi.
Profesionalisme
1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien.
2. Mampu menjamin dalam pengecekan mesin anestesi.
49
3. Mampu melakukan tindakan penanganan apabila terjadi permasalahan pada mesin
anestesi
4. Mampu menjelaskan cara dan tahap penanganan masalah yang muncul pada mesin
anestesi.
5. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain maupun tenaga paramedic dan tenaga medis
lain atas dasar menghargai kompetensi masing-masing.
50