Anda di halaman 1dari 13

MUDRIK

TTL: 08 maret 1996 Jadilah orang yang bermanfaat bagi lingkunganmu,

Beranda ▼

Beranda ▼

Sabtu, 23 April 2016

BENTUK DAN TEHNIK EVALUASI HASIL BELAJAR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan jaman, pendidikan dituntut untuk dapat mencetak


insan yang bermartabat dan berkualitas agar dapat meningaktkan taraf hidup bangsa.
Berbagai perubahan telah dilakukan dalam dunia pendidikan untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan tuntutan zaman. Untuk mengetahui apakah pendidikan yang
telah dilaksana sudah dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, maka perlu
diadakanya suatu evaluasi dalam pendidikan.
Teknik evaluasi adalah metode yang digunakan agar suatu tujuan evaluasi, yaitu
menggali informasi tentang peserta didik dapat tercapai. Untuk melakukan evaluasi
maka evaluator harus menguasai teknik evaluasi. Dengan penilaian guru akan
mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan
sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik. Untuk keperluan evaluasi
diperlukan teknik evaluasi yang bermacam-macam, seperti kuesioner, tes, skala, format
observasi, dan lain-lain. Dari sekian banyak teknik evaluasi, secara umum dapat
dikelompokkan menjadi dua, yakni teknik tes dan nontes. Khusus untuk evaluasi hasil
pembelajaran teknik evaluasi yang paling banyak digunakan adalah tes. Untuk
melakukan evaluasi maka evaluator harus menguasai teknik evaluasi. Teknik evaluasi
adalah metode yang digunakan agar suatu tujuan evaluasi, yaitu menggali informasi
tentang peserta didik dapat tercapai. Ada dua macam teknik evaluasi yang dapat
digunakan dalam melaksanakan evaluasi, yaitu teknik non tes dan teknik tes.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas timbul permasalahan yang perlu dibahas dalam makalah
ini, sebagaimana berikut :
1. Apa saja bentuk evaluasi hasil belajar ?
2. Apa saja tehnik evaluasi hasil belajar ?

C. Tujuan Pembahasan
1.  Untuk mengetahui apa saja bentuk evaluasi hasil belajar.
2.  Untuk mengetahui apa saja tehnik evaluasi hasil belajar.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Bentuk Evaluasi Hasil Belajar


Secara garis besar ada dua macam bentuk penilaian, yaitu bentuk tes subjektif dan
bentuk tes objektif. Berikut penjelasannya:
1. Tes Subjektif
Tes subjektif ini biasa disebut juga sebagai tes essay atau essay examination. Yang
dimaksud dengan tes essay adalah tes yang berbentuk pertanyaan tulisan, yang
jawabannya merupakan karangan (essay) atau kalimat yang panjang-panjang. Tes esai
merupakan bentuk penilaian yang paling dikenal dan banyak digunakan oleh guru-guru
disekolah dari dulu sampai sekarang. Umumnya tes esai ini berjumlahkan lima sampai
sepuluh item soal saja. [1]
Menurut sejarah yang ada lebih dahulu itu adalah bentuk tes subjektif ini / tes
esai. Akan tetapi karena bentuk ini banyak kelemahan-kelemahan, maka para ahli
pendidikan berusaha untuk menyusun tes dalam bentuk yang lain, yaitu tes objektif.[2]
Meskipun demikian, tidak berarti bentuk esai ditinggalkan sama sekali. Bentuk esai
dapat digunakan untuk mengukur kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk
objektif. Dilihat dari luas sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk esai atau
bisa juga disebut uraian, dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (
restricted respons items ) dan uraian bebas ( extented respons items ).[3]
a. Uraian bebas
      artinya butir soal itu hanya menyangkut masalah utama yang dibicarakan tanpa
memberikan arahan tertentu dalam menjawabnya.[4]
Contoh :
Allah telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita amat banyak. Oleh karena itu kita
sudah sepatutnya mensyukuri nikmat tersebut kepada Allah SWT. Jelaskan
bagaimana caranya kita mensyukuri nikmat Allah itu sesuai ajaran Rasulullah![5]
b. Uraian Terbatas
      artinya peserta didik diberi kebebasan untuk menjawab soal yang ditanyakan,
namun arah jawaban dibatasi sedemikian rupa sehingga kebebasan tersbut menjadi
bebas yang terarah.[6]
Contoh :
Dimasa Khulafaur Rasyidin, tercatat tiga peristiwa peperangan antara kaum
muslimin menghadapi Romawi. Sebutkan dan Jelaskan secara singkat ketiga
peristiwa dimaksud![7]

2. Tes Objektif
Tes Objektif sering juga disebut tes dikotomi ( dichotomously scored item ) karena
jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Disebut tes objektif
karena penilaiannya objektif. Siapapun yang mengoreksi jawaban tes ini maka hasilnya
akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti. Tes objektif terdiri atas
beberapa bentuk, yaitu benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan melengkapi
jawaban atau jawaban singkat. Sebagaimana dikemukakan oleh Witherington ( 1952 )
bahwa , “There are many varietes of there new test, but four kinds are in most
common use, true false, multiple-choice, completion, matching”.[8]
a. Tes benar Salah
      Tes benar salah adalah butir soal atau tugas yang berupa pernyataan yang
jawabannya menggunakan pilihan pernyataan benar atau salah. Alternatif jawaban
bisa berbentuk :
· Benar-salah
· Setuju-tidak setuju
· Baik-tidak baik
Contoh :
B – S  : Penerjemahan Alqur’an  dan sejumlah karya lain tidak berhenti
memberikan sumbangan penting untuk kegiatan studi keislaman
B – S : Kota Toledo merupakan salah satu pusat ilmiah Islam Spanyol di Zaman
Pertengahan Eropa [9]

b. Tes Pilihan Ganda


            Tes pilihan ganda ini umumnya terdiri atas kalimat pokok yang berupa
pernyataan yang belum lengkap dan diikuti oleh empat sampai lima kemungkinan
jawaban yang dapat melengkapi pernyataan tersebut. Pelajar harus memilih salah
satu diantara kemungkinan jawaban tersebut.
Contoh :
Daulah Bani Abbasyah mencapai puncak kejayaan atau zaman keemasan pada
masa pemerintahan :
a. Umar bin Abdul Aziz
b. Utsman bin Affan
c. Yazid bin Mu’awiyah
d. Harun Al-Rasyid
e. Al-ma’mun[10]
c. Tes Menjodohkan
Tes menjodohkan ini sering dikenal dengan sebutan tes matching, tes mencari
pasangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan, dan tes mempertandingkan. Jadi
dalam tes ini disediakan dua kelompok bahan dan peserta didik harus mencari
pasangan yang sesuai antara kelompok pertama dengan kelompok kedua sesuai
petunjuk yang diberikan dalam tes tersebut.
Contoh :
No Daftar 1 Daftar II

1 Sholat sunah yang dilakukan pada Istikharah


tiap malam bulan ramadhan

2 Sholat sunah yang dilakukan Khauf


untuk memohon petunjuk antara
pilihan yang akan ditentukan

3 Sholat sunah yang dilakukan Tarawih


dalam keadaan takut atau dalam
keadaan bahaya

d. Tes Melengkapi jawaban atau jawaban singkat


Tes ini sering dikenal dengan tes completion, dimana tes ini berbentuk pernyataan
yang salah satunya dikosongkan. Tugas peserta didik ialah mengisi jawaban pada
kata-kata yang kosong tersebut.
Contoh :
Aliran jabariyah terkenal dengan pahamnya...
Lembaga keilmuan terkenal pada masa kejayaan khalifah al-Ma’mun bernama...
B. Teknik Evaluasi Hasil Belajar
Istilah “tehnik” dapat diartikan sebagai “alat”. Jadi dalam istilah tehnik evaluasi
hasil belajar terkandung arti alat-alat (yang dipergunakan dalam rangka melakukan)
evaluasi hasil belajar.[11]  Secara garis besar ada dua kelompok tehnik evaluasi yang
dapat digunakan oleh seorang guru dalam usahanya mencari informasi yang diperlukan.
Kedua kelompok tersebut yaitu tes dan non tes. Pertama, tehnik evaluasi menggunakan
cara tes, yang didalamnya berupa satu set atau lebih item pertanyaan atau pernyataan
yang relevan dengan tujuan tes yang digunakan oleh seorang guru. Kedua, tehnik
evaluasi yang juga banyak digunakan didalam kelas adalah tehnik evaluasi melalui
nontes. Tes ini tidak menggunakan item pertanyaan atau pernyataan seperti disebutkan
diatas, tetapi tes ini mengguanakan metode lain untuk memperoleh data atau informasi
yang diperlukan.[12]
Teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Tehnik Tes

a. Pengertian Tes

Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa perancis kuno
yang berarti piring untuk untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang
mengartikan sebagai sebuah piring yang terbuat dari tanah. Seorang ahli bernama
James Ms.Cattel pada tahun 1890 telah memperkenalkan pengertian tes ini kepada
masyarakat melalui bukunya yang berjudul Mental Test and Measurement. Selanjutnya
di Amerika Serikat tes ini berkembang dengan cepat sehingga dalam tempo yang tidak
begitu lama masyarakat mulai menggunakannya.[13]
Adapun dari segi istilah, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul
Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai
standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul
digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku
individu. Adapun menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Esseintial of
Psychological Testing, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk
membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih.[14] Sedangkan menurut Drs. Amir
Daien Indrakusuma didalam bukunya yang berjudul Evaluasi Pendidikan mengatakan
bahwa Tes adalh suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk
memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang,
dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.[15]
Dari definisi-definisi tersebut di atas kiranya dapat dipahami bahwa dalam dunia
evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara (yang dapat dipergunakan)
atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang
pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa
pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus
dikerjakan), sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut
dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi, nilai mana dapat
dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai atau dibandingkan dengan nilai standar
tertentu.[16]
b. Fungsi Tes

  Secara umum ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
1) Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes
berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai
oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam
jangka waktu tertentu.

2) Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes


tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang
telah ditentukan telah dapat dicapai.

c. Penggolongan Tes

Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau
golongan, tergantung dari segi mana atau dengan alasan apa penggolongan tes itu
dilakukan.
1) Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur
perkembangan/kemajuan belajar peserta didik.

Ditinjau dari segi fungsi yang dimiliki oleh tes sebagai alat pengukur
perkembangan belajar peserta didik, tes dapat dibedakan menajadi enam
golongan: 1) Tes Seleksi, 2) Tes Awal, 3) Tes Akhir, 4) Tes Diagnostik, 5) Tes
Formatif, 6) Tes Sumatif.
a) Tes Seleksi

Tes seleksi sering dikenal dengan istilah “Ujian Saringan” atau “Ujian
Masuk”. Tes ini dilakukan dalam rangka penerimaan calon siswa baru,
dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang
tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes.
b) Tes Awal

Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetaui sejauh manakah materi atau
bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta
didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran
diberikan kepada peserta didik. Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat
yang mudah-mudah.
c) Tes Akhir

Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang
tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para
peserta didik.
d) Tes Diagnostik

Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menetukan secara


tepat jenis kesukaran yang yang dihadapi oleh para peserta didik dalam
suatu mata pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran
yang dihadapi oleh peserta didik itu maka lebih lanjut akan dapat dicarikan
upaya berupa pengobatan (theraphy) yang tepat. Tes diagnostik juga
bertujuan ingin menemukan jawab atas pertanyaan “Apakah peserta didik
sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan
untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?”
Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostik pada umumnya ditekankan
pada bahan-bahan tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman sulit
dipahami siswa. Tes jenis ini dapat dilaksanakan secara lisan, tertulis,
perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.
Sesuai dengan nama tes itu sendiri (diagnose=pemeriksaan), maka jika hasil
pemeriksaan itu menunjukkan bahwa tingkat penguasaan peserta didik yang
sedang diperiksa itu termasuk rendah maka harus diberi bimbingan secara
khusus agar mereka dapat memperbaiki tingkat penguasaannyaterhadap
mata pelajaran tertentu.
e) Tes Formatif

Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui
sudah sejauh manakah peserta didik telah terbentuk sesuai dengan tujuan
pengajaran yang telah ditentukan setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Perlu diketaui bahwa istilah
“formatif” itu berasal dari kata “form” yang berarti “bentuk”.
Tes formatif ini biasa dilaksanakan ditengah-tengah perjalanan program
pengajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau
subpokok bahasan berakhir atau dapat diselesaikan. Disekolah-sekolah tes
formatif ini biasa dikenal dengan istilah “ulangan harian”.
Materi dari tes formatif ini pada umumnya ditekankan pada bahan-
bahan pelajaran yang telah diajarkan. Butir-butir soalnya terdiri atas butir-
butir soal baik yang termasuk kategori mudah maupun yang termasuk
kategori sukar.
f) Tes Sumatif

Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah


sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Di sekolah, tes
ini dikenal dengan istilah “Ulangan Umum”. Dimana hasilnya digunakan
untuk mengisi nilai rapor atau mengisi ijazah. Tes sumatif ini pada
umumnya disusun atas dasar materi pelajaran yang telah diberikan selama
satu catur wulan atau satu semester. Dengan demikian materi tes sumatif
itu jauh lebih banyak ketimbang materi tes formatif.
Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh
soal yang sama. Butir-butir soal yang dikemukakan dalam tes sumatif ini ini
pada umumnya juga lebih sulit atau lebih berat daripada butir-butir soal tes
formatif.[17]
Hasil evaluasi sumatif dipakai untuk membuat keputusan penting bagi
peserta didik, misalnya penentuan kenaikan kelas, kelulusan sekolah, dan
membuat keputusan lainnya yang terkait dengan kepentingan peserta didik.
[18]

2) Pengelolaan tes berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap

Ditilik dari segi aspek kejiwaan yang ingin diungkap, tes setidak-tidaknya
dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:
a) Tes intelegensi, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.

b) Tes kemampuan, yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk


mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki.

c) Tes sikap, yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk
mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan
suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-
individu maupun obyek-obyek tertentu.

d) Tes kepribadian, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap


ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah,
seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi atau kesenangan,
dan lain-lain.

e) Tes hasil belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah tes pencapaian,
yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian
atau prestasi belajar.
3) Penggolongan lain-lain

Ditilik dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu:
a) Tes individual, yakni tes yang hanya berhadapan dengan satu orang saja.

b) Tes kelompok, yakni tes yang berhadapan dengan lebih dari satu orang.

Apabila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara


memberikan jawabannya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
a) Tes tertulis, yakni jenis tes dimana dalam mengajukan butir-butir
pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis, dan dalam memberikan
jawabannya juga tertulis.

b) Tes lisan, yakni jenis tes dimana dalam mengajukan pertanyaan-


pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan memberikan
jawabannya secara lisan pula.

2. Teknik Non tes

Dengan tehnik nontes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan
dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan
pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview),
menyebarkan angket (questionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen
(documentary analysis). Tehnik nontes ini pada umumnya memegang peranan yang
penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap
hidup (affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain), sedangkan
tehnik tes sebagaimana telah dikemukakan sebelum ini, lebih banyak digunakan untuk
mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berfikirnya(cognitive
domain).[19]

Yang termasuk tehnik evaluasi nontes diantaranya adalah sebagai berikut.


a. Pengamatan (observation)

Pengamatan atau observasi adalah suatu tehnik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Atau
bisa juga diartikan sebagai sebuah cara menghimpun data yang dilakukan oleh
guru kepada peserta didiknya dengan cara pengamatan yang teliti dan mencatat
hasil pengamatan secara sistematis.
Ada tiga macam observasi:
1) Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan  oleh pengamat,
tetapi dalam observasi itu pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan
kelompok yang sedang diamati.

2) Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor –faktor yang diamati


sudah didaftar secara sistematis, dan sudah diatur menurut kategorinya.
Berbeda dengan observasi partisipan, maka dalam observasi sistematik ini
pengamat berada diluar kelompok.

3) Observasi eksperimental, observasi ini terjadi jika pengamat tidak


berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan
unsure-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi dapat
diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.[20]

b. Wawancara (interview)

Wawancara adalah tehnik evaluasi yang menekankan adanya pertemuan


secara langsung antara evaluator dengan yang dievaluasi.[21]
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi,
yaitu:
1) Wawancara/interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh
subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
sudah disusun terlebih dahulu.

2) Interview bebas, yakni materi yang ditanyakan bebas dan tidak


terstruktur akan tetapi mempunyai tujuan, serta responden mempunyai
kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh
patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.

c. Angket (questionnaire)

Angket juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil
belajar. Berbeda dengan wawancara dimana penilai berhadapan secara langsung
dengan peserta didik atau dengan pihak lainnya, maka dengan menggunakan
angket pengumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar jauh lebih
praktis, menghemat waktu dan tenaga.
Tentang macam angket/kuesioner dapat ditinjau dari beberapa segi:
1) Ditinjau dari segi siapa yang menjawab:

a) Kuesioner langsung

b) Kuesioner tidak langsung


2) Ditinjau dari segi cara menjawab:

a) Kuesioner tertutup

b) Kuesioner terbuka.

d. Pemeriksaan dokumen (documentary analysis)

Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar


peserta didik tanpa menguji (tehnik nontes) juga dapat dilengkapi atau
diperkaya dengan melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen.
Misalnya dokumen yang memuat informasi mengenai riwayat hidup, seperti
kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, apakah ia
pernah meraih kejuaraan sebagai siswa yang berprestasi di sekolahnya.
Berbagai informasi diatas tadi bukan tidak mungkin pada suatu saat tertentu
sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan
evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya.[22]

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bentuk evaluasi secara umum ada 2, yaitu subjektif dan objekti. Subjektif
terbagi lagi menjadi 2 yaitu uraian bebas dan terbatas. Sedangkan objektif terbagi
menjadi 4, yaitu pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, dan tes melengkapi
jawaban.
Sedangkan teknik evaluasi secara umum ada 2, yaitu teknik tes dan teknik non
tes.
Teknik tes dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :
a. berdasarkan fungsinya teknik tes dibagi menjadi 6, yaitu teknik seleksi,
teknik awal, teknik akhir, teknik diagnostik, teknik formatif, dan teknik
sumatif
b. berdasarkan aspek psikisnya dibagi menjadi 4, yaitu : teknik intelegensi,
kemampuan, kepribadian, dan prestasi hasil belajar
c. Berdasarkan jumlah peserta didiknya dibagi menjadi 2 yaitu : teknik
individual dan teknik kelompok
d. Berdasarkan pertanyaannya dibagi menjadi 2 juga yaitu : teknik tertulis dan
teknik lisan
      Sedangkan untuk teknik non tes dibagi menjadi 4, yaitu : pengamatan,
wawancara, angket dan pemeriksaan dokumen.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2007


Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2014
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011
Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta: Bumi Aksara, 2008
Thoha, Chabib, Tehnik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001

[1]M.Ngalim Purwanto, prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran, (Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2009 ) hlm, 35
[2]Sumadi Suryabrata, psikologi pendidikan, ( Jakarta : Rajawali Pers, 2010 ),
hlm. 306
[3]Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, ( Bandung : PT Remaja Roesdakarya
Offset, 2009 ), hlm. 125
[4]Chabib Thoha, Tehnik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001), hlm.57
[5]Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),
hlm. 100
[6]Chabib Thoha, OpCit, hlm. 57
[7] Anas Sudijono, OpCit,hlm. 100
[8]Zainal Arifin, LocCit, hlm. 135
[9]Bermawi Munthe, Desain Pembelajaran, ( Yogyakarta : Pustaka Insan Madani ,
2009 ) hlm. 123
[10]Anas Sudijono, OpCit., Hlm. 120
[11] Anas Sudijono, OpCit, hlm.62
[12] Sukardi, Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.88
[13] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007) hlm.52
[14] Anas Sudijono, OpCit, hlm.66
[15] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014),hlm.35
[16] Anas Sudijono, OpCit, hlm.67
[17] Anas Sudijono, OpCit, hlm.67-72
[18] Chabib Thoha, LocCit, hlm.48
[19] Anas Sudijono, OpCit, hlm.73-76
[20] Daryanto, LocCit, hlm.33-34
[21] Sukardi, LocCit, hlm.89
[22] Anas Sudijono, OpCit, hlm.84-90

Unknown di 4/23/2016 10:15:00 PM

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

‹ Beranda ›
Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

TENTANG SAYA

Unknown
Lihat profil lengkapku

Anda mungkin juga menyukai