Anda di halaman 1dari 4

Nomor :

Revisi ke :
Berlaku Tgl. :

Standard Operasional Procedure (SOP)


EKLAMSIA

Ditetapkan
Kepala UPT Puskesmas Cebongan

dr. Nur Wahyuni


NIP.19850429 201101 2 011

PEMERINTAH KOTA SALATIGA


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS CEBONGAN
Alamat : Jl. Soekarno – Hatta KM.01, Telp (0298) 313047
EKLAMSIA

No. Dokumen
No. Revisi
SOP
Tgl. Terbit
Halaman
UPT dr. Nur Wahyuni
Puskesmas NIP. 19850429
Cebongan 201101 2 011

1. Pengertian Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita Pre-


eklampsia, yang disertai dengan kejang menyeluruh dan
atau koma. Kejang yang diawali dengan gejala-gejala
prodromal eklampsia, antara lain:
a. Nyeri kepala hebat
b. Gangguan visus
c. Muntah-muntah
d. Nyeri epigastrium
e. Kenaikan progresif tekanan darah
Eklampsia dapat timbul pada ante, intra, dan post partum.
Eklampsia post partum umumnya hanya terjadi dalam
waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
2. Tujuan Sebagai acuan penatalaksanaan eklamsia di Puskesmas
Cebongan.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No : /001/2015, tentang
penatalaksanaan eklamsia di Puskesmas
4. Referensi a. Pedoman upaya promosi kesehatan Puskesmas
Cebongan.
b. Permenkes N0.5 Tahun 2014 Tentang Panduan
Praktik Klinik Dokter di Fasyankes Primer.
5. Prosedur a. Alat dan bahan
1) Sudip lidah
2) Reflek patella
3) MgSO4 40%
4) Ca Glukonas 10%,
5) Spuit 10 CC
6) Cairan RL
7) Infus set
8) Abocath no. 18
9) Form rujukan
b. Langkah- langkah
1) Petugas memberikan salam dan
memperkenalkan diri kepada pasien.
2) Petugas memberikan inform concent tentang
tindakan yang akan dilakukan kepada pasien atau
keluarga pasien.
3) Petugas mencuci tangan.
4) Petugas melakukan stabilisasi fungsi vital dengan
pemantauan terhadap Airway, Breathing,
Circulation (ABC).
5) Apabila terjadi kejang petugas memasukan sudap
lidah ke dalam mulut pasien. Petugas
membaringkan pasien pada sisi kiri, posisi
trendelenburg untuk mengurangi risiko aspirasi.
Patugas memeri O2 4 liter permenit.
6) Petugas memberikan terapi MgSO4 secara
intravena dengan dosis awal 4 g (10 ml MgSO4
40%, larutkan dalam 10 ml akuades) secara
perlahan selama 20 menit, jika pemberian secara
intravena sulit, dapat diberikan secara IM dengan
dosis 5mg masing bokong kanan dan kiri (Syarat
pemberian MgSO4 adalah tersedianya Ca
Glukonas 10%, ada refleks patella, jumlah urin
minimal 0,5 ml/kgBB/jam dan frekuensi napas 12-
16x/menit).
7) Petugas menyiapkan pasien untuk dirujuk ke
fasilitas kesehatan sekunder, sambil memberikan
dosis rumatan 6 g MgSO4 (15 ml MgSO4 40%,
larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat /
Ringer asetat) 28 tetes/ menit selama 6 jam dan
diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau
kejang berakhir.
8) Apabila pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat
diberikan seluruhnya, petugas bisa memberikan
dosis awal (lihat point 6) lalu rujuk ibu segera ke
fasilitas kesehatan sekunder .
9) Petugas melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan
sekunder dengan melakukan stabilisasi kondisi
pasien, yaitu :
a) Petugas melakukan pemeriksaan fisik tiap
jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi pernapasan, refleks patella.
b) Petugas segera menghentikan pemberian
MgSO4 bila frekuensi pernapasan < 16
x/menit, dan/atau tidak didapatkan refleks
tendon patella, dan atau terdapat oliguria
(produksi urin <0,5 ml/kg BB/jam),
c) Petugas segera memberikan Ca glukonas 1 g
IV (10 ml larutan 10%) bolus dalam 10 menit
jika terjadi depresi napas.
10) Petugas mencuci taangan
11) Petugas melakukan dokumentasi tindakan yang
sudah dilakukan.
6. Unit Terkait

Anda mungkin juga menyukai