Anda di halaman 1dari 5

Diagnosis Banding Pemfigoid Bulosa

1. Pemvigus Vulgaris

Pemphigus vulgaris merupakan penyakit autoimun dengan manifestasi berupa


kondisi lepuhan pada permukaan kulit dan atau mukosa. Lesi pada awalnya dapat berupa
vesikel16 dan bula dengan ukuran lebih besar dari 1 sentimeter yang mudah ruptur
membentuk ulser dangkal dilapisi pseudomembran keabuan. Membran dapat dilepaskan
sehingga terlihat permukaan eritematus. Ulser dirasakan sangat sakit dan dapat ditemui
pada permukaan epitel, seperti rongga mulut, esofagus, laring, faring, kulit, vagina, anus
dan mata. Gambaran khas berupa Nikolsky sign positif, yaitu terjadi pemisahan lapisan
luar epidermis dari lapisan basal dengan tekanan geser menggunakan jari sehingga terjadi
erosi atau perluasan bula ke arah lateral apabila ditekan.

http://manbir-online.com/diseases/Pemphigus_Vulgaris.html

2. Dermatitis herpetiformis
Gejala klinis dermatitis herpetiformis (DH) adalah rasa sangat gatal dengan lesi
berupa papul, papulo-vesikel, atau vesikel berkelompok tersusun herpetiformis di atas
plak eritematosa. Dermatitis herpetiformis sering dikaitkan dengan enteropati sensitif
terhadap gluten. 7,30 Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan bula subepidermal yang
mengandung neutrofil. Kumpulan neutrofil didapatkan pada papila dermis membentuk
mikroabses neutrofil. Pada dermis dan cairan bula didapatkan eosinofil dan fibrin.
https://www.dermnetnz.org/topics/dermatitis-herpetiformis/

3. Mucous Membrane Pemphigoid (MMP)


Mucous Membrane Pemphigoid (MMP) adalah suatu kelainan autoimun kronis
ditandai dengan suatu blisters/gelembung (lepuhan) yang mengenai membran mukosa.
Mukosa yang terlibat adalah mukosa rongga mulut (80%), konjungtiva, nasofaring,
esofagus, laring, dan mukosa genital. Gambaran lesinya bisa berupa ulser, erosi yang
tertutup pseudomembran, patch kemerahan, blisters. Secara epidemiologi Mucous
Membrane Pemphigoid (MMP) banyak mengenai usia dekade kelima, dan sering
mengenai pada usia 60-80 tahun.

https://www.dermatologyadvisor.com/home/decision-support-in-medicine/dermatology/mucous-
membrane-pemphigoid/
4. Sindrom Stevens-Johnson
Sindrom Stevens-Johnson merupakan kumpulan gejala (sindrom) berupa kelainan
dengan ciri eritema, vesikel, bula, purpura pada kulit pada muara rongga tubuh yang
mempunyai selaput lendir serta mukosa kelopak mata. Penyebab pasti dari Sindrom
Stevens Johnson saat ini belum diketahui namun ditemukan beberapa hal yang memicu
timbulnya Sindrom Stevens Johnson seperti obat-obatan atau infeksi virus.
Stevens Johnson Syndrome adalah bentuk penyakit mukokutan dengan tanda dan
gejala sistemik yang parah berupa lesi target dengan bentuk yang tidak teratur, disertai
macula, vesikel, bula, dan purpura yang tersebar luas terutama pada rangka tubuh, terjadi
pengelupasan epidermis kurang lebih sebesar 10% dari area permukaan tubuh, serta
melibatkan membran mukosa dari dua organ atau lebih.4 Sindrom Stevens Johnson
umumnya terjadi pada anak-anak dan dewasa muda terutama pria. Tanda-tanda oral
sindrom Stevens Johnson sama dengan eritema multiforme, perbedaannnya yaitu
melibatkan kulit dan membran mukosa yang lebih luas, disertai gejala-gejala umum yang
lebih parah, termasuk demam, malaise, sakit kepala, batuk, nyeri dada, diare, muntah dan
artralgia.

http://rizkadjayanti.blogspot.com/2017/07/asuhan-keperawatan-pada-pasien-steven.html

5. Eritema Multiformis

Eritema multiforme (EM) adalah suatu kondisi mukokutaneus akut yang jarang,
ditandai dengan adanya lesi target pada kulit dan membran mukosa. EM dapat mengenai
semua usia, sebagian besar terjadi pada usia 20-40 tahun. Manifestasi klinis penyakit ini
dapat bervariasi mulai dari EM minor yang bersifat ringan tanpa keterlibatan membran
mukosa atau hanya keterlibatan minimal, hingga EM mayor yang bersifat lebih berat dan
disertai keterlibatan dua mukosa atau lebih. EM diperkirakan terjadi akibat reaksi
hipersensitivitas terhadap infeksi dan obat-obatan tertentu, di mana sekitar90% kasus EM
berhubungan dengan infeksi. Etiologi terbanyak adalah herpes simplex virus (HSV) yang
meliputi sekitar 50-70% kasus dan sering terjadi bersamaan dengan kasus EM rekuren,
HSV-1 merupakan penyebab utama walaupun HSV-2 juga dapat menginduksi EM.

https://www.honestdocs.id/eritema-multiforme
Sumber

Henry Tanojo, Isramiharti. Prinsip Dasar Pemeriksaan Imunofluoresen Pada Beberapa


Dermatosis Vesikobulosa Kronik. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin Fk. Universitas
Andalas. Vol. 38 No. 4 Tahun 2011; 188 - 195

Sri Rezeki, Titiek Setyawati. Pemphigus Vulgaris : Pentingnya Diagnosis Dini, Penatalaksanaan
Yang Komprehensif Dan Adekuat. Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1):1-7

Toni Masruri1, Kus Harijanti. Tata Laksana Mucous Membrane Pemphigoid (MMP) yang
Dipicu Oleh Obat Herbal Governance. Insisiva Dental Journal, Vol. 6 No. 2 Bulan November
Tahun 2017

Julia Fitriany Fajri Alratisda. Stevens Johnson Syndrome. Fakultas Kedokteran, Universitas
Malikussaleh, Aceh, Indonesia. Jurnal Averrous Vol.5 No.1 Mei 2019

Ermon Naftali Limbara, Igaa Dwi Karmila. Eritema Multiforme Mayor Pada Anak Diduga
Disebabkan Oleh Parasetamoldan Herbal. Bagian/Smf Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai