Anda di halaman 1dari 27

MOOC PPPK

(Massive Open Online Course)

PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA (PPPK)

RESUME AGENDA I – III

Oleh :

Nama Guru : ISMAIL UMAR, S.Pd


NIPPPK : 199207142022211020
Asal Sekolah : SDN 11 MARANGANCANG
Golongan : IX
Jabatan : AHLI PERTAMA – GURU KELAS
Jabatan Instansi : DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PANGKEP

MOOC PPPK
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2


AGENDA 1 ................................................................................................................... 3
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA ......................................................................... 3
AGENDA 1.A ........................................................................................................... 3
Wawasan Kebangsaan Dan Nilai-Nilai Bela Negara................................................ 3
AGENDA 1.B ........................................................................................................... 9
Analisis Isu Kontemporer ......................................................................................... 9
AGENDA 1.C ......................................................................................................... 14
Kesiapsiagaan Bela Negara..................................................................................... 14
AGENDA 2 ................................................................................................................. 17
NILAI-NILAI DASAR PNS....................................................................................... 17
AGENDA 2.A ......................................................................................................... 17
Berorientasi Pelayanan ............................................................................................ 17
AGENDA 2.B ......................................................................................................... 19
Akuntabel ................................................................................................................ 19
AGENDA 2.C ......................................................................................................... 20
Kompeten ................................................................................................................ 20
AGENDA 2.D ......................................................................................................... 20
Harmonis ................................................................................................................. 20
AGENDA 2.E ......................................................................................................... 21
Loyal ....................................................................................................................... 21
AGENDA 2.F ......................................................................................................... 22
Adaptif .................................................................................................................... 22
AGENDA 2.G ......................................................................................................... 23
Kolaboratif .............................................................................................................. 23
AGENDA 3 ................................................................................................................. 24
KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI ................................................ 24
AGENDA 3.A .......................................................................................................... 24
Smart ASN ............................................................................................................... 24
AGENDA 3.B ......................................................................................................... 26
Manajemen ASN ..................................................................................................... 26
AGENDA 1
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

AGENDA 1.A
Wawasan Kebangsaan Dan Nilai-Nilai Bela Negara

Sikap perilaku bela negara terbagi menjadi 2, yaitu Wawasan kebangsaan dan
nilai-nilai bela negara.

A. Wawasan kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam
rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati
diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national
system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan
Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi
bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan
sejahtera. Pengertian perlu disampaikan kepada peserta Latsar CPNS agar
para peserta memahami subtansi modul sehingga para peserta memiliki cara
pandang sebagai warga Negara yang berwawasan kebangsaan. Pengetahuan
tentang wawasan kebangsaan yang selama ini telah didapatkan para CPNS
melalui pendidikan formal perlu dimantapkan sebagai konsekwensi menjadi abdi
negara.
4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara
1. Pancasila
Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno
di depan sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh Bung Karno
dinyatakan bahwa Pancasila merupakan philosofische grondslag, suatu
fundamen, filsafaat, pikiran yang sedalam-dalamnya, merupaan landasan
atau dasar bagi negara merdeka yang akan didirikan. Takdir kemajemukan
bangsa indonesia dan kesamaan pengalaman sebagai bangsa terjajah
menjadi unsur utama yang lain mengapa Pancasial dijadikan sebagai
landasan bersama bagi fondasi dan cita- cita berdirinya negara Indonesia
merdeka
Selain berfungsi sebagai landasan bagi kokoh tegaknya negara dan
bangsa, Pancasila juga berfungsi sebagai bintang pemandu atau Leitstar,
sebagai ideologi nasional, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai perekat
atau pemersatu bangsa dan sebagai wawasan pokok bangsa Indonesia
dalam mencapai cita-cita nasional. Pancasila merupakan wadah yang cukup
fleksibel, yang dapat mencakup paham-paham positif yang dianut oleh bangsa
Indonesia, dan paham lain yang positif tersebut mempunyai keleluasaan yang
cukup untuk memperkembangkan diri. Yang ketiga, karenasila-sila dari
Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai
dengan pandangan hidup bangsa Indonesia, dan nilai serta norma yang
bertentangan, pasti akan ditolak oleh Pancasila, misalnya Atheisme dan
segala bentuk kekafiran tak beragama akan ditolak oleh bangsa Indonesia
yang bertuhan dan beragama.
2. Undang-undang Dasar 1945
Naskah Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei sampai 16 Juli
1945 oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Pada masa itu Ir Soekarno menyampaikan gagasan dasar
pembentukan negara yang beliau sebut Pancasila. Gagasan itu disampaikan
dihadapan panitia BPUPKI pada siang perdana mereka tanggal 28 Mei
1945 dan berlangsung hingga tanggal 1 Juni 1945.
3. Bhinneka Tunggal Ika
Mengutip dari Kakawin Sutasoma (Purudasanta), pengertian Bhinneka
Tunggal Ika lebih ditekankan pada perbedaan bidang kepercayaan juga
anekaragam agama dan kepercayaan di kalangan masyarakat Majapahit.
Sementara dalam lambang NKRI, Garuda Pancasila, pengertiannya
diperluas, menjadi tidak terbatas dan diterapkan tidak hanya pada
perbedaan kepercayaan dan keagamaan, melainkan juga terhadap perbedaan
suku, bahasa, adat istiadat (budaya) dan beda kepulauan (antara nusa) dalam
kesatuan nusantara raya. Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika
yang dapat diuraikan Bhinna- Ika-Tunggal-Ia berarti berbeda-beda tetapi
pada hakekatnya satu. Sebab meskipun secara keseluruhannya memiliki
perbedaan tetapi pada hakekatnya satu, satu bangsa dan negara Republik
Indonesia.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat
dipisahkan dari persitiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,
karena melalui peristiwa proklamasi tersebut bangsa Indonesia berhasil
mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia luar (bangsa lain)
bahwa sejak saat itu telah ada negara baru yaitu Negara Kesatuan Republik
Indonesia
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya
dirumuskan dalam sidang periode II BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan
selanjutnya disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Adapun tujuan
NKRI seperti tercantuk dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, meliputi :
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia ;
b. Memajukan kesejahteraan umum;
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial (Tujuan NKRI tersebut di atas
sekaligus merupakan fungsi negara Indonesia.)

B. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan


Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia
merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang
menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan
dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bendera,
bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan
manifestasi kebudayaanyang berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan
dalam keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

C. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia


Fakta-fakta sejarah dapat dijadikan pembelajaran bahwa Kebangsaan
Indonesia terbangun dari serangkaian proses panjang yang didasarkan pada
kesepakatan dan pengakuan terhadap keberagaman dan bukan keseragaman serta
mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Beberapa titik penting dalam sejarah Indonesia yaitu
1. Tanggal 20 Mei 1908 ditetapkan menjadi Hari Kebangkitan Nasional
dilatarbelakangi terbentuknya organisasi Boedi Oetomo.
2. 25 Oktober 1908 Perhimpunan Indonesia (PI) di prakarsai oleh Sultan
kasayangan dan R.N Nuto Suroto di Leiden, Belanda
3. 30 April 1926 Kongres pemuda I
4. Tanggal 27 & 28 Oktober 1928 untuk pertamakalinya ditetapkan menjadi Hari
Sumpah Pemuda dilatarbelakangi Kongres Pemuda II
5. 1 Maret 1945 BPUPKI
6. 7 Agustus 1945 pembentukan PPKI

D. Nilai-Nilai Bela Negara


a. Pengertian Bela Negara
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga
negara, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara
yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.
b. Nilai Dasar Bela Negara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat
(3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara
c. Indikator cinta tanah air. Ditunjukkannya dengan adanya sikap :
a. Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia.
b. Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
c. Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
d. Menjaga nama baik bangsa dan negara.
e. Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara
f. Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia
d. Indikator sadar berbangsa dan bernegara. Ditunjukkannya dengan
adanya sikap :
a. Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi
maupun politik.
b. Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Ikut serta dalam pemilihan umum.
d. Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya.
e. Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
e. Indikator setia pada Pancasila Sebagai ideologi Bangsa. Ditunjukkannya
dengan adanya sikap
a. Paham nilai-nilai dalam Pancasila.
b. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
c. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara.
d. Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
e. Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara.
f. Indikator rela berkorban untuk bangsa dan Negara. Ditunjukkannya dengan
adanya sikap :
a. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan
bangsa dan negara.
b. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
c. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
d. Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan.
e. Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya tidak
sia-sia
g. Aktualisasi Kesadaran Bela Negara bagi ASN

E. Cinta Tanah Air Bagi ASN, Diaktualisasikan Dengan Sikap Dan


Perilaku, Antara Lain :
a) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah.
b) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia.
c) Sesuai peran dan tugas masing-masing, ASN ikut menjaga seluruh ruang
wilayah Indonesia baik ruang darat, laut maupun udara dari berbagai
ancaman, seperti : ancaman kerusakan lingkungan, ancaman pencurian
sumber daya alam, ancaman penyalahgunaan tata ruang, ancaman
pelanggaran batas negara dan lain-lain.
d) ASN sebagai warga Negara terpilih harus menjadi contoh di tengah-tengah
masyarakat dalam menunjukkan kebanggaan sebagai bagian dari Bangsa
Indonesia.
e) Selalu menjadikan para pahlawan sebagai sosok panutan, dan mengambil
pembelajaran jiwa patriotisme dari para pahlawan serta berusaha untuk selalu
menunjukkan sikap kepahlawanan dengan mengabdi tanpa pamrih kepada
Negara dan bangsa.
f) Selalu nenjaga nama baik bangsa dan Negara dalam setiap tindakan dan
tidak merendahkan atau selalu membandingkan Bangsa Indonesia dari sisi
negatif dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia.
g) Selalu berupaya untuk memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa
dan Negara melalui ide-ide kreatif dan inovatif guna mewujudkan
kemandirian bangsa sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas masing-masing.
h) Selalu mengutamakan produk-produk Indonesia baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam mendukung tugas sebagai ASN Penggunaan
produk- produk asing hanya akan dilakukan apabila produk tersebut tidak
dapat diproduksi oleh Bangsa Indonesia.
i) Selalu mendukung baik secara moril maupun materiil putra-putri terbaik
bangsa (olahragawan, pelajar, mahasiswa, duta seni dan lain-lain) baik
perorangan maupun kelompok yang bertugas membawa nama Indonesia di
kancah internasional.
j) Selalu menempatkan produk industri kreatif/industri hiburan tanah air
sebagai pilihan pertama dan mendukung perkembangannnya.

F. Peran Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014


tentang Aparatur Sipil Negara
Berdasarkan Penjelasan Umum UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (UU ASN), dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana
tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, tugas Pegawai ASN adalah
sebagai berikut:

1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat


Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas; dan
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

AGENDA 1.B
Analisis Isu Kontemporer

A. Konsepsi Perubahan Lingkungan Strategis


1) Konsep perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian
dari perjalanan peradaban manusia. Dengan menyimak pernyataan-pernyataan
di atas, dapat disimpulkan bahwa mulai saat ini kita harus bergegas menentukan
bentuk masa depan, jika tidak maka orang (bangsa) lain yang akan menentukan
masa depan (bangsa) kita. Perubahan yang diharapkan terjadi bukannya
sesuatu yang “berbeda” saja, namun lebih dari pada itu, perubahan yang
diharapkan terjadi adalah perubahan ke arah yang lebih baik untuk memuliakan
manusia/humanity (memberikan manfaat bagi umat manusia).
Menjadi PNS yang profesional memerlukan pemenuhan terhadap
beberapa persyaratan berikut:
1. Mengambil Tanggung Jawab, antara lain dilakukan dengan menunjukkan
sikap dan perilaku yang mencerminkan tetap disiplin dan akuntabilitas,
mengakui dan memperbaiki kesalahan yang dibuat, fair dan berbicara
berdasarkan data, menindaklanjuti dan menuntaskan komitmen, serta
menghargai integritas pribadi.

2. Menunjukkan Sikap Mental Positif, antara lain diwujudkan dalam sikap


dan perilaku bersedia menerima tanggung jawab kerja, suka menolong,
menunjukkan respek dan membantu orang lain sepenuh hati, tidak tamak
dan tidak arogan, serta tidak bersikap diskriminatif atau melecehkan orang
lain.
3. Mengutamakan Keprimaan, antara lain ditunjukkan melalui sikap dan
perilaku belajar terus menerus, semangat memberi kontribusi melebihi
harapan, dan selalu berjuang menjadi lebih baik.
4. Menunjukkan Kompetensi, antara lain dimanifestasikan dalam bentuk
kesadaran diri, keyakinan diri, dan keterampilan bergaul, mampu
mengendalikan diri, menunjukkan kemampuan bekerja sama, memimpin,
dan mengambil keputusan, serta mampu mendengarkan dan memberi
informasi yang diperlukan.
5. Memegang Teguh Kode Etik, antara lain menampilkan diri sesuai
profesinya sebagai PNS, menjaga konfidensialitas, tidak pernah berlaku
buruk terhadap masyarakat yang dilayani maupun rekan kerja,
berpakaian sopan sesuai profesi PNS, dan menjunjung tinggi etika-
moral PNS.
Sosok PNS yang bertanggung jawab dan berorientasi pada kualitas
merupakan gambaran implementasi sikap mental positif PNS yang kompeten
dengan kuat memegang teguh kode etik dalam menjalankan tugas jabatannya
berdasarkan tuntutan unit kerja/organisasinya merupakan wujud nyata PNS
menunjukan sikap perilaku bela Negara. Untuk mendapatkan sosok PNS ideal
seperti itu dapat diwujudkan dengan memahami posisi dan perannya serta
kesiapannya memberikan hasil yang terbaik mamanfaatkan segala potensi yang
dimiliki untuk bersama-sama melakukan perubahan yang memberikan manfaat
secara luas dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan dan pemerintahan.
2) Modal insani dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis
Modal insani yang dimaksud, disini istilah modal atau capital dalam konsep
modal manusia (human capital concept). Konsep ini pada intinya menganggap
bahwa manusia merupakan suatu bentuk modal yang tercermin dalam bentuk
pengetahuan, gagasan (ide), kreativitas, keterampilan, dan produktivitas kerja.
Modal manusia adalah komponen yang sangat penting di dalam organisasi.
Manusia dengan segala kemampuannya bila dikerahkan keseluruhannya akan
menghasilkan kinerja yang luar biasa. Ada enam komponen dari modal manusia
(Ancok, 2002), yang akan dijelaskan sebagai berikut :
a) Modal intelektual
b) Modal emosional
c) Modal sosial
d) Modal ketabahan
e) Modal etika/moral
f) Modal kesehatan (kekuatan) fisik/jasmani

B. Isu-Isu Strategis Kontemporer


Saat ini konsep negara, bangsa dan nasionalisme dalam konteks Indonesia
sedang berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang
harus disadari sebagai perubahan lingkungan strategis. Termasuk di dalamnya
terjadi pergeseran pengertian tentang nasionalisme yang berorientasi kepada pasar
atau ekonomi global. Dengan menggunakana logika sederhana, “pada tahun 2020,
diperkirakan jumlah penduduk dunia akan mencapai 10 milyar dan akan terus
bertambah, sementara sumber daya alam dan tempat tinggal tetap, maka manusia
di dunia akan semakin keras berebut untuk hidup, agar mereka dapat terus
melanjutkan hidup”. Pada perubahan ini perlu disadari bahwa globalisasi dengan
pasar bebasnya sebenarnya adalah sesuatu yang tidak terhindarkan dan bentuk
dari konsekuensi logis dari interaksi peradaban dan bangsa.
Berdasarkan penjelasan di atas, perlu disadari bahwa PNS sebagai Aparatur
Negara dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang
kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD
1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa dan
bernegara. Fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan
memahami secara kritis terkait isu-isu strategis kontemporer diantaranya; korupsi,
narkoba, paham radikalisme/ terorisme, money laundry, proxy war, dan kejahatan
komunikasi masal seperti cyber crime, Hate Speech, dan Hoax, dan lain
sebagainya. Isu-isu yang akan diuraikan berikut ini:
1. Korupsi
Secara etimologis, Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio”
(Fockema Andrea: 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960).
Kata “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang
lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption,
corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/ korruptie”
(Belanda). Secara harfiah korupsi mengandung arti: kebusukan, keburukan,
ketidakjujuran, dapat disuap.
2. Narkoba
Narkoba adalah merupakan akronim Narkotika, Psikotropika, dan
Bahan Adiktif lainnya, sedangkan Napza adalah akronim dari Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. Kedua istilah tersebut juga biasa
disebut narkotika an-sich, dimana dengan penyebutan atau penggunaan istilah
”narkotika” sudah dianggap mewakili penggunaan istilah narkoba atau napza.
Sebagai contoh ”penamaan” institusi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
untuk melaksanakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba (P4GN) di Indonesia menggunakan Istilah Badan
Narkotika Nasional (BNN). Istilah yang digunakan bukan
”Narkoba”, melainkan ”Narkotika”, padahal BNN tugasnya tidak hanya yang
terkait dengan Narkotika an-sich, tetapi juga yang berkaitan dengan
Psikotropika dan bahkan Prekursor Narkotika (Bahan Dasar Pembuatan
Narkotika).
3. Terorisme dan radikalisme
1) Terorisme
Terorisme merupakan suatu ancaman yang sangat serius di era global
saat ini. Terorisme merupakan suatu ancaman yang sangat serius di era
global saat ini. Terorisme secara kasar merupakan suatu istilah yang
digunakan untuk penggunaan kekerasan terhadap penduduk sipil/non
kombatan untuk mencapai tujuan politik, dalam skala lebih kecil dari pada
perang.
2) Radikalisme
Secara etimologis, kata radikal berasal dari radices yang berarti a
concerted attempt to change the status quo (David Jarry, 1991). Pengertian
ini mengidentikan term radikal dengan nuansa yang politis, yaitu kehendak
untuk mengubah kekuasaan. Istilah ini mengandung varian pengertian,
bergantung pada perspektif keilmuan yang menggunakannya.
4. Money laundring
Dalam Bahasa Indonesia terminologi money laundering ini sering juga
dimaknai dengan istilah “pemutihan uang” atau “pencucian uang”. Kata
launder dalam Bahasa Inggris berarti “mencuci”. Oleh karena itu sehari-hari
dikenal kata “laundry” yang berarti cucian. Dengan demikian uang ataupun
harta kekayaan yang diputihkan atau dicuci tersebut adalah uang/harta
kekayaan yang berasal dari hasil kejahatan, sehingga diharapkan setelah
pemutihan atau pencucian tersebut, uang/harta kekayaan tadi tidak terdeteksi
lagi sebagai uang hasil kejahatan melainkan telah menjadi uang/harta kekayaan
yang halal seperti uang-uang bersih ataupun aset-aset berupa harta kekayaan
bersih lainnya.
5. Proxy war
Tentunya di era globalisasi saat ini, dimana hanya negara-negara
adikuasa yang mampu menjadi peran utamanya dengan memanfaatkan negara-
negara kecil sebagai objek permainan dunia (proxy war) dengan
mengeksploitasi sumber daya alamnya bahkan sampai dengan Ideologinya
dengan menanamkan faham-faham radikalisme, liberalisme, globalisme dll.
Sehingga dapat memicu terjadi gerakan separatis yang dapat memecah belah
suatu bangsa demi tujuan dan kepentingan negara-negara adikuasa
6. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax)
Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk kejahatan yang terjadi
dan beroperasi di dunia maya dengan menggunakan komputer, jaringan
komputer dan internet. Pelakunya pada umumnya harus menguasai teknik
komputer, algoritma, pemrograman dan sebagainya. Hate speech atau ujaran
kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan yang disampaikan oleh
individu ataupun kelompok di muka umum atau di ruang publik merupakan
salah satu bentuk kejahatan dalam komunikasi massa. Hoax adalah berita atau
pesan yang isisnya tidak dapat dipertangung jawabkan atau bohong atau palsu,
baik dari segi sumber maupun isi. Sifatnya lebih banyak mengadu domba
kelompok-kelompok yang menjadi sasaran dengan isi pemberitaan yang
tidak benar.

C. Teknik Analisis Isu


Pemahaman tentang isu kritikal, sebaiknya perlu diawali dengan mengenal
pengertian isu. Secara umum isu diartikan sebagai suatu fenomena/kejadian yang
diartikan sebagai masalah, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia isu
adalah masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi; kabar yang tidak jelas asal
usulnya dan tidak terjamin kebenarannya; kabar angin; desas desus. Ada 3 teknik
analisis isu yaitu mind mapping dan fishbone diagram serta analisis SWOT.
AGENDA 1.C
Kesiapsiagaan Bela Negara

A. Konsep Kesiapsiagaan Bela Negara


Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya dengan kata kesiapsiagaan
yang berasal dari kata: Samapta, yang artinya: siap siaga atau makna lainnya adalah
siap siaga dalam segala kondisi. Dari makna ini dapat diartikan dan kita samakan
bahwa makna kesamptaan sama dengan makna kesiapsiagaan. Dengan demikian,
dapat ditarik kesimpulan bahwa kesiapsiagaan merupakan suatu keadaan
siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial
dalam menghadapi situasi kerja yang beragam. Dengan demikian, dapat ditarik
kesimpulan bahwa bela negara adalah adalah kebulatan sikap, tekad dan perilaku
warga negara yang dilakukan secara ikhlas, sadar dan disertai kerelaan berkorban
sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk
menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Sebagaimana tercantum dalam Modul I Pelatihan Dasar CPNS tentang Wawasan
Kebangsaan dan Nilai- Nilai Bela Negara, bahwa ruang lingkup Nilai-Nilai Dasar
Bela Negara mencakup:
1) Cinta tanah air
2) Kesadaran berbangsa dan bernegara
3) Yakin akan pancasila sebagai ideologi negara
4) Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
5) Memiliki kemampuan awal bela negara
6) Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan makmur

B. Kemampuan Awal Bela Negara


Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela
negara, baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan
cara menjaga kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga kesehatan
jasmani dan rohani. Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara menjaga etika,
etiket, moral dan memegang teguh kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati
diri bangsa yang luhur dan terhormat.
C. Rencana Aksi Bela Negara
Aksi Nasional Bela Negara dapat didefinisikan sebagai sinergi setiap warga
negara guna mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan
tantangan dengan berlandaskan pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan
negara yang berdaulat, adil, dan makmur.
Dengan mengacu dalam Modul Utama Pembinaan Bela Negara tentang
Implementasi Bela Negara yang diterbitkan oleh Dewan Ketahanan Nasional
Tahun 2018, disebutkan bahwa Aksi Nasional Bela Negara memiliki elemen-
elemen pemaknaan yang mencakup: 1) rangkaian upaya-upaya bela negara; 2) guna
menghadapi segala macam Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan Tantangan; 3)
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, 4) yang diselenggarakan
secara selaras, mantap, sistematis, terstruktur, terstandardisasi, dan massif; 5)
dengan mengikutsertakan peran masyarakat dan pelaku usaha; 6) di segenap aspek
kehidupan nasional; 7) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945, 8) serta didasari oleh
Semangat Mewujudkan Negara yang Berdaulat, Adil, dan Makmur sebagai
penggenap Nilai- Nilai Dasar Bela Negara, 9) yang dilandasi oleh keinsyafan
akan anugerah kemerdekaan, dan; 10) keharusan bersatu dalam wadah Bangsa dan
Negara Indonesia, serta; 11) tekad untuk menentukan nasib nusa, bangsa, dan
negaranya sendiri.

D. Kegiatan Kesiapsiagaan Bela Negara


Pokok-pokok materi baris berbaris diberikan kepada peserta Latsar CPNS
dalam mengikuti siklus kehidupan selama on campus maupun out campus termasuk
rangkaian kegiatan apel, upacara dengan melakukan gerakan ditempat dan berjalan
yang dengan tertib guna mendukung penegakan disiplin dalam pelaksanaan baris
berbaris.
Pengertian Baris Berbaris (PBB) adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan
guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara hidup dalam rangka membina dan
kerjasama antar peserta Latsar, salah satu dasar pembinaan disiplin adalah latihan
PBB, jadi PBB bertujuan untuk mewujudkan disiplin yang prima, agar dapat
menunjang pelayanan yang prima pula, juga dapat membentuk sikap, pembentukan
disiplin, membina kebersamaan dan kesetiakawanan dan lain sebagainya.
Dari berbagai literatur dan sumber referensi, disebutkan bahwa istilah
“Protokol” pada awalnya dibawa ke Indonesia oleh bangsa Belanda dan Inggris
pada saat mereka menduduki wilayah Hindia Belanda, yang mengambil dari
Bahasa perancis Protocole. Bahasa Perancis mengambilnya dari Bahasa Latin
Protokollum, yang aslinya berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata-kata protos
dan kolla. Protos berarti “yang pertama” dan kolla berarti “Lem” atau “perekat”.
Atau perekat yang pertama. Artinya, setiap orang yang bekerja pada suatu institusi
tertentu akan bersikap dan bertindak mewakili institusi nya jika yang bersangkutan
berada di dalam negeri dan akan mewakili negara jika ia berada di luar negeri atau
forum internasonal (Rai dan Erawanto, 2017).
AGENDA 2
NILAI-NILAI DASAR PNS

AGENDA 2.A
Berorientasi Pelayanan

A. Konsep pelayanan publik


Sebelum melangkah lebih jauh, kita perlu memahami terlebih dahulu apa
yang dimaksud dengan pelayanan publik. Definisi dari pelayanan publik
sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam
Pasal 4 UU Pelayanan Publik, yaitu:
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri PANRB Nomor 20Tahun 2021 tanggal 26
Agustus 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur
Sipil Negara, disebutkan bahwa dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah
satu strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia
(World Class Government), Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai
Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa).
Pada tanggal 27 Juli 2021, Presiden Joko Widodo meluncurkan Core Values dan
Employer Branding ASN tersebut, yang bertepatan dengan Hari Jadi Kementerian
PANRB ke-62. Core Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang
merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis,
Loyal, Adaptif, Kolaboratif.
Berorientasi Pelayanan sebagai nilai dan menjadi dasar pembentukan budaya
pelayanan tentu tidak akan dengan mudah dapat dilaksanakan tanpa dilandasi oleh
perubahan pola pikir ASN, didukung dengan semangat penyederhanaan birokrasi yang
bermakna penyederhanaan sistem, penyederhanaan proses bisnis dan juga transformasi
menuju pelayanan berbasis digital.
Sikap pelayanan bagi pegawai ASN berarti pengabdian yang tulus terhadap bidang
kerja dan yang paling utama adalah kebanggaan atas pekerjaan. Sikap Saudara dapat
menggambarkan instansi/organisasi Saudara, karena sikap pelayanan tersebut
mewakili citra organisasi Saudara secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, budaya pelayanan dalam birokrasi pemerintahan akan sangat ditentukan
oleh sikap pelayanan yang ditunjukkan oleh pegawai ASN.

B. Berorientasi Pelayanan
Dari berbagai sumber, definisi nilai dasar sendiri adalah kondisi ideal atau
kewajiban moral tertentu yang diharapkan dari ASN untuk mewujudkan pelaksanaan
tugas instansi atau unit kerjanya. Sedangkan kode etik adalah pedoman mengenai
kewajiban moral ASN yang ditunjukkan dalam sikap atau perilaku terhadap apa yang
dianggap/dinilai baik atau tidak baik.
Untuk menghasilkan mutu dalam pelayanan publik yang bersifat jasa, sangat
membutuhkan kerja sama dan partisipasi masyarakat. Oleh sebab itu, ASN harus
mampu memelihara komunikasi dan interaksi yang baik dengan masyarakat, bersifat
kreatif, proaktif dan inovatif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang berbeda
beda. Sehingga kode etik ramah, cepat, solutif, dan dapat diandalkan sebagai
penjabaran dari nilai Berorientasi Pelayanan sangat diharapkan dapat tercermin dari
perilaku Saudara sebagai ASN bukan hanya yang bertanggung jawab di garis depan
(front liner), melainkan menjadi tanggung jawab semua pegawai ASN pada setiap level
organisasi
AGENDA 2.B
Akuntabel

A. Konsep akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya.
Amanah seorang ASN menurut SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya
perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Akuntabilitas
merupakan kontrak antara pemerintah dengan aparat birokrasi, serta antara
pemerintah yang diwakili oleh PNS dengan masyarakat.
Aspek - Aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal berikut yaitu akuntabilitas
adalah sebuah hubungan, akuntabilitas berorientasi pada hasil, akuntabilitas
membutuhkan adanya laporan, akuntabilitas memerlukan konsekuensi, serta
akuntabilitas memperbaiki kinerja.

B. Panduan Perilaku Akuntabel


Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak
menjadi landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara. Kedua prinsip
tersebut harus dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan dalam memberikan
layanang kepada masyarakat. Integritas adalah salah satu pilar penting dalam
pemberantasan korupsi. Secara harafiah, integritas bisa diartikan sebagai
bersatunya antara ucapan dan perbuatan.
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang
akuntabel adalah: 1) kepemimpinan, 2) transparansi, 3) integritas, 4) tanggung
jawab (responsibilitas), 5) keadilan, 6) kepercayaan, 7) keseimbangan, 8) kejelasan,
dan 9) konsistensi. Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang
akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung 3 dimensi yaitu
Akuntabilitas kejujuran dan hukum, Akuntabilitas proses, Akuntabilitas program,
dan Akuntabilitas kebijakan.
Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan memberikan dampak
sistemik bila bisa dipegang teguh oleh semua unsur. Melalui Kepemimpinan,
Transparansi, Integritas, Tanggung Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan,
Kejelasan, dan Konsistensi, dapat membangun lingkungan kerja ASN yang
akuntabel.
AGENDA 2.C
Kompeten

Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan standar kompetensi


dari International Labor Organization (ILO), memiliki tiga aspek penting berkaitan
dengan perilaku kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Pengertian yang sama juga digunakan dalam
konteks ASN, kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan perilaku
yang diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan (Pasal 1 PermenpanRB Nomor 38
Tahun 2017), dan kompetensi menjadi faktor penting untuk mewujudkan pegawai
profesional dan kompetitif. Dalam hal ini ASN sebagai profesi memiliki kewajiban
mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya, termasuk mewujudkannya dalam
kinerja.
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan
yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur,
dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3)
Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi
dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan
kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi setiap
pemegang Jabatan, untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan
Jabatan.
Perilaku kompeten sebagaimana dalam uraian modul ini, diharapkan menjadi
bagian ecosystem pembangunan budaya instansi pemerintah sebagai instansi
pembelajar (organizational learning). Pada ujungnya, wujudnya pemerintahan yang
unggul dan kompetitif, yang diperlukan dalam era global yang amat dinamis dan
kompetitif, sejalan perubahan lingkungan strategis dan teknologi yang berubah cepat.

AGENDA 2.D
Harmonis

Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap adil dan
tidak diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mereka harus
bersikap profesional dan berintegritas dalam memberikan pelayanan. Tidak
boleh mengejar keuntungan pribadi atau instansinya belaka, tetapi pelayanan
harus diberikan dengan maksud memperdayakan masyarakat, menciptakan
kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. U n t u k i t u i n t e g r i t a s m e n j a d i
p e n t i n g bagi setiap pegawai ASN. Senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai
kejujuran, keadilan, tidak korupsi,transparan, akuntabel, dan memuaskan publik.
Dari laman Wikipedia, Harmoni (dalam bahasa Yunani: harmonia) berarti
terikat secara serasi/sesuai). Dalam bidang filsafat, harmoni adalah kerja sama
antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat
menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Sebagai contoh, seharusnya terdapat harmoni
antara jiwa jasad seseorang manusia, kalau tidak, maka belum tentu orang itu dapat
disebut sebagai satu pribadi. Dapat dicontohkan, pada bidang musik, sejak abad
pertengahan pengertian harmoni tidak mengikuti pengretian yang pernah ada
sebelumnya, harmoni tidak lagi menekankan pada urutan bunyi dan nada yang serasi,
tetapi keserasian nada secara bersamaan. Singkatnya Harmoni adalah ketertiban alam
dan prinsip/hukum alam semesta.
`Dalam mewujudkan suasana harmoni maka ASN harus memiliki pengetahuan
tentang historisitas ke-Indonesia-an sejak awal Indonesia berdiri, sejarah proses
perjuangan dalam mewujudkan persatuan bangsa termasuk pula berbagai macam
gerakan gerakan separatism dan berbagai potensi yang menimbulkan perpecahaan
dan menjadi ancaman bagi persatuan bangsa. Secara umum, menurut Undang-
Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11 tentang ASN, tugas pegawai ASN adalah
sebagai berikut.
➢ Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
➢ Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
➢ Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

AGENDA 2.E
Loyal

Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang
artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan.
Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada
masa lalu. Dalam Kamus Oxford Dictionary kata Loyal didefinisikan sebagai “giving
or showing firm and constant support or allegiance to a person or institution (tindakan
memberi atau menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada
seseorang atau institusi)”. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat
dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Loyalitas merupakan suatu hal
yang bersifat emosional. Untuk bisa mendapatkan sikap loyal seseorang, terdapat
banyak faktor yang akan memengaruhinya. Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang
dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
❖ Taat pada peraturan
❖ Bekerja dengan integritas
❖ Tanggung jawab pada organisasi
❖ Kemauan untuk bekerja sama
❖ Rasa memiliki yang tinggi
❖ Hubungan antar pribadi
❖ Kesukaan terhadap pekerjaan
❖ Keberanian mengutarakan ketidaksetujuan
❖ Menjadi teladan bagi pegawai lain
Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN
BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara. Materi modul ini diharapkan dapat memberikan
gambaran bagaimana panduan perilaku loyal yang semestinya dipahami dan
dimplementasikan oleh setiap ASN di instansi tempatnya bertugas, yang terdiri dari:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan
panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi,
kontribusi, nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi
“KoDeKoNasAb”.

AGENDA 2.F
Adaptif

Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu
maupun organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Terdapat alasan
mengapa nilai-nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas
jabatan di sektor publik, seperti di antaranya perubahan lingkungan strategis, kompetisi
yang terjadi antar instansi pemerintahan, perubahan iklim, perkembangan teknologi
dan lain sebagainya. Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup
untuk bertahan hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman
yang timbul.
Dengan demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai
dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan
(keinginan diri). Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan makhluk hidup tidak
dapat mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya oleh perubahan lingkungan.
Sehingga kemampuan adaptif merupakan syarat penting bagi terjaminnya
keberlangsungan kehidupan.

AGENDA 2.G
Kolaboratif

Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok


aktor dan fungsi. Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan Collaborative
governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik. Sebuah
pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas
bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung
jawab dan sumber daya (Davies Althea L Rehema M. White, 2012). Kolaborasi juga
sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan keputusan, implementasi
sampai evaluasi. Berbeda dengan bentuk kolaborasi lainnya atau interaksi stakeholders
bahwa organisasi lain dan individu berperan sebagai bagian strategi kebijakan,
collaborative governance menekankan semua aspek yang memiliki kepentingan
dalam kebijakan membuat persutujuan bersama dengan “berbagi kekuatan”.
Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-sekat
birokrasi yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat dihilangkan. Calon
ASN muda diharapkan nantinya menjadi agen perubahan yang dapat mewujudkan
harapan tersebut. Pendekatan WoG yang telah berhasil diterapkan di beberapa negara
lainnya diharapkan dapat juga terwujud di Indonesia. Semua ASN
Kementerian/Lembaga /Pemerintah Daerah kemudian akan bekerja dengan satu tujuan
yaitu kemajuan bangsa dan negara
AGENDA 3
KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

AGENDA 3.A
Smart ASN

Sesuai dengan 5 arahan presiden dalam upaya percepatan transformasi digital,


pengembangan SDM merupakan salah satu fokus Presiden. Berdasarkan petunjuk
khusus dari Presiden pada Rapat Terbatas Perencanaan Transformasi Digital, bahwa
transformasi digital di masa pandemi maupun pandemi yang akan datang akan
mengubah secara struktural cara kerja, beraktivitas, berkonsumsi, belajar, bertransaksi
yang sebelumnya luring dengan kontak fisik menjadi lebih banyak ke daring yang akan
dihadapi oleh semua lapisan masyarakat termasuk ASN. Materi literasi digital terdiri
dari percepatan transformasi digital di Indonesia, definisi literasi digital, peta
jalan program literasi digital, ruang lingkup program dan implementasi literasi
digital.
Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi. Keterjangkauan
(affordances) yang dirasakan dari ruang ekspresi ini mendorong produksi, berbagi,
diskusi, dan evaluasi opini publik melalui cara tekstual (Barton dan Lee, 2013).
Affordance berarti alat yang memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal baru,
berpikir dengan cara baru, mengekspresikan jenis makna baru, membangun jenis
hubungan baru dan menjadi tipe orang baru. Affordance dalam literasi digital adalah
akses, perangkat, dan platform digital. Sementara pasangannya yaitu kendala
(constraint), mencegah kita dari melakukan hal-hal lain, berpikir dengan cara lain,
memiliki jenis lain dari hubungan.
Digital skill merupakan Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami,
dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital
dalam kehidupan sehari-hari. Digital culture merupakan Kemampuan individu dalam
membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan
kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari
dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK. Digital ethics merupakan
Kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital
(netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Digital safety merupakan Kemampuan User
dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan
meningkatkan kesadaran pelindungan data pribadi dan keamanan digital dalam
kehidupan sehari-hari.
Terdapat tiga pilar utama dalam Indonesia Digital Nation, yaitu masyarakat
digital yang dibarengi pula dengan pemerintah digital dan ekonomi digital. Masyarakat
digital meliputi aktivitas, penggunaan aplikasi, dan penggunaan infrastruktur digital.
Pemerintah digital meliputi regulasi, kebijakan, dan pengendalian sistem digital.
Sementara itu, ekonomi digital meliputi aspek SDM digital, teknologi penunjang, dan
riset inovasi digital.
Transformasi digital di sektor pendidikan di Indonesia bukanlah suatu wacana
yang baru. Berbagai perbincangan, regulasi pendukung, dan upaya konkret
menerapkan transformasi digital di lingkungan perguruan tinggi dan semua tingkat
sekolah di Indonesia telah dilakukan. Jika sebelumnya berbagai wacana, kebijakan
pendukung, serta sosialisasi tentang era industri 4.0 belum berhasil
membuat industri pendidikan universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik,
akademi, hingga sekolah dasar dan menengah mencapai progress signifikan pada
transformasi digital pendidikan Indonesia, terjadinya pandemi COVID-19 justru
memberikan dampak luar biasa dalam aspek ini (Suteki, 2020).
Dalam konteks kehidupan digital, kita tidak pernah hidup sendiri. Di luar sana
ada orang-orang yang mungkin sudah menangkap tampilan layar atau mengarsipkan
dokumen pribadi yang pernah kita unggah. Jika kejadiannya seperti ini, maka hampir
mustahil untuk menghapus jejak ini secara utuh. Untuk itu, kita harus berhati-hati
ketika melakukan sesuatu di dunia digital. Di masa sekarang, dengan media sosial yang
sudah menjadi keseharian, kita menjadi sangat mudah memberikan komen dan
mempublikasikan sesuatu.
Fenomena dan permasalahan di dunia digital semakin marak dan semakin
canggih. Peran dan tanggung jawab para peserta CPNS sangatlah besar. Modul ini
membantu para peserta CPNS mampu beradaptasi dan juga memberikan solusi bagi
permasalah yang ada di dunia digital. Pada bab ini akan membahas mengenai berbagai
bentuk implementasi literasi digital beserta implikasinya.
Sekarang zamannya kolaborasi, bekerja menghasilkan karya bersama, tidak
sendiri-sendiri. Sehingga, dapat menghasilkan karya yang kreatif dan orisinil. Hal ini
dipicu oleh penggunaan dunia digital yang semakin masif serta karakteristik media
digital sebagai web 2.0, yaitu media yang digunakan dengan cara kolaborasi dan
berbagi data antara individu. Seperti contohnya, media sosial sebagai media yang
kontennya diciptakan dan didistribusikan melalui interaksi sosial. Misalnya, berbagi
opini di Twitter, mengelola tampilan profil di Facebook, mengunggah video di
YouTube, dsb (Straubhaar, LaRose, and Davenport, 2012).

AGENDA 3.B
Manajemen ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN


yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan
jaman. PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian
untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara
nasional. Sedangkan PPPK adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan perjanjian
kerja sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam
rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang
dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan
masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut. Harus
mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepenrtingan publik. Agar dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat meningkatkan
produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN
diberikan hak. Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban sesuai
dengan tugas dan tanggungjawabnya.
Untuk mendapatkan profil pegawai yang produktif, efektif dan efisien
tersebut diperlukan sebuah sistem pengelolaan SDM yang mampu memberikan
jaminan „keamanan‟ dan „kenyamanan‟ bagi individu yang bekerja didalamnya.
Sebuah sistem yang efisien, efektif, adil, terbuka/transparan, dan bebas dari
kepentingan politik/individu/kelompok tertentu. Kondisi ini memberikan
lingkungan yang kondusif bagi pegawai untuk bekerja dan berkinerja karena merasa
dihargai dan juga diperhatikan oleh organisasi. Konsep Sistem Merit menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dalam pengelolaan ASN. Apa sebenarnya arti sistem merit itu?
Mengapa dibutuhkan? Adalah pertanyaan- pertanyaan yang sering muncul terkait
sistem ini. Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam manajemen SDM yang
menggambarkan diterapkannya obyektifitas dalam keseluruhan semua proses dalam
pengelolaan ASN yakni pada pertimbangan kemampuan dan prestasi individu untuk
melaksanakan pekerjaanya (kompetensi dan kinerja). Pengambilan keputusan dalam
pengelolaan SDM didasarkan pada kemampuan dan kualifikasi seseorang dalam atau
untuk melaksanakan pekerjaan dan tidak berdasarkan pertimbangan subyektif seperti
afiliasi politik, etnis, dan gender. Obyektifitas dilaksanakan pada semua tahapan
dalam pengelolaan SDM (rekruitmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi).
Sistem ini biasanya disandingkan dengan spoil sistem, dimana dalam penerapan
manajemen SDM-nya lebih mengutamakan pertimbangan subyektif.
Undang-undang ASN memandang bahwa sumber daya manusia (SDM) adalah
aset yang harus dikembangkan. Dengan dasar tersebut maka setiap ASN memiliki
kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas diri masing-masing. Oleh
karenanya setiap ASN dimotivasi untuk memberikan yang terbaik. Sistem merit
merupakan salah satu bentuk motivasi bagi ASN yang ingin meningkatkan kualitas
dirinya.
Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan
latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, atau kondisi kecatatan Pencantuman sistem merit ini
mengindikasikan keseriusan pemerintah untuk menerapkan obyektifitas dalama
manajemen ASN dan juga keharusan semua isntansi pemerintah untuk
menerapkan sistem merit dalam pengelolaan ASN-nya. Prinsip keadilan dan
kewajaran yang ada dalam pasal di atas harus diterapkan untuk menjamin karir ASN
yang jelas dan juga untuk tujuan peningkatan akuntabilitas kinerja pemerintah..

Anda mungkin juga menyukai