0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan2 halaman
Dokumen ini membahas tentang inkarnasi Firman dalam pandangan Santo Athanasius. Ringkasannya adalah: (1) Manusia sering merancang kejahatan tetapi melalui inkarnasi, manusia bisa mendapat kasih dan keselamatan, (2) Argumentasi manusia berasal dari ketidaktahuan mereka sendiri tentang penciptaan, (3) Allah jauh melampaui konsep manusia dan menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan.
Dokumen ini membahas tentang inkarnasi Firman dalam pandangan Santo Athanasius. Ringkasannya adalah: (1) Manusia sering merancang kejahatan tetapi melalui inkarnasi, manusia bisa mendapat kasih dan keselamatan, (2) Argumentasi manusia berasal dari ketidaktahuan mereka sendiri tentang penciptaan, (3) Allah jauh melampaui konsep manusia dan menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan.
Dokumen ini membahas tentang inkarnasi Firman dalam pandangan Santo Athanasius. Ringkasannya adalah: (1) Manusia sering merancang kejahatan tetapi melalui inkarnasi, manusia bisa mendapat kasih dan keselamatan, (2) Argumentasi manusia berasal dari ketidaktahuan mereka sendiri tentang penciptaan, (3) Allah jauh melampaui konsep manusia dan menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan.
1. Manusia seringkali merancang kejahatan dalam dirinya sendiri misalnya melalui
penyembahan berhala dan kejahatan lainnya, namun melalui Firman yang jauh dari ratio manusia yang kini tampak menjadi lebih rendah dalam inkarnasi, manusia menjadi mendapat tempat untuk memperoleh sedikit kasih hingga mencapai keselamatan dari Sang Firman. 2. Segala stigma dan argument yang dimiliki oleh manusia pada dasarnya adalah muncul dari sebuah pertanyaan ketidaktahuan mereka sendiri. Dalam hal penciptaan, tidak ada sesuatu di dalam bumi yang dapat berjalan dengan sendirinya tanpa ada otak yang mengatur semua itu. Plato dengan argumennya memahami konsep otak (Allah) dari segala ciptaan juga sejatinya hanya mencipta terhadap bahan yang telah ada terlebih dahulu. Namun Allah bukanlah seorang tukang kayu yang terbatas oleh bahan, melainkan Dialah sumber dari segala yang ada dan Dia menjadi penggerak dari segala sesuatu. Namun bagi kaum gnostik sendiri, keberadaan Allah hanya sebagai seorang tukang/pengrajin (terbatas). 3. Jauh dari konsep manusia di dalam kepala mereka, Allah jauh melampaui segalanya. Dia bahkan menciptakan sesuatu yang tidak pernah ada menjadi ada. Dia adalah Allah yang tunggal dan esa. Segala sesuatu yang Dia ciptakan baik adanya karena memang Dia-lah sumber dari segala kebaikan itu sendiri. Manusia diciptakannya dalam bentuk gambar dan rupa-Nya yang bahkan hingga sekarang tidak dapat diterima oleh ratio manusia pada umumnya. Anugrah-Nya selalu diberikan kepada setiap ciptaan-Nya. Bersamaan dengan hal itu, Allah juga memberikan usaha untuk menjaga anugrah tersebut dalam bentuk hukum yang harus ditaati dan dikerjakan oleh manusia agar anugrah tersebut tidak hilang/terputus. Namun ketidaktaatan manusia tidak hanya memutus rantai anugrah yang tiada pernah putus sebelumnya juga menghadapkan manusia pada kebinasaan maut (kematian).