Bab Ii
Bab Ii
id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Susu Formula
1. Definisi
5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. ASI
1. Definisi
ASI (air susu ibu) merupakan suatu emulsi lemak dalam
larutan protein. Kelenjar susu mensekresi laktosa dan garam-garam
anorganik. ASI mengandung nutrisi dasar yang jumlahnya biasanya
sesuai dengan kebutuhan bayi. Sedangkan ASI eksklusif atau lebih
tepatnya pemberian ASI eksklusif adalah bayi yang hanya diberi
ASI saja dari ibu, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula,
jeruk, madu, air putih, air teh, dan tanpa tambahan makanan padat
seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim.
Pemberian ASI eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu
setidaknya 4 bulan, tetapi bila memungkinkan sampai 6 bulan
(Roesli, 2005).
2. Komposisi ASI
ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi, ASI
menyediakan semua elemen nutrisi dan energi yang dibutuhkan
oleh bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan. ASI menyediakan
hingga setengah atau lebih dari kebutuhan gizi bayi pada paruh
kedua dari tahun pertama bayi, dan sampai sepertiga selama tahun
kedua kehidupan (WHO, 2012).
Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula). Latosa ASI 20-30
% lebih banyak daripada susu sapi (Roesli, 2005). ASI
mengandung protein yang tinggi dengan dua macam protein utama,
yaitu whey dan casein. Whey adalah protein halus, lembut, dan
mudah dicerna. Casein merupakan protein yang kasar, bergumpal,
dan sukar dicerna oleh usus pada bayi. ASI memiliki perbandingan
whey dan casein yang sesuai untuk bayi. ASI mngandung bahan
larut yang rendah. Bahan larut tersebut yaitu 3,8 % lemak, 0,9 %
protein, 7 % laktosa, dan 0,2 % bahan-bahan lain (Riksani, 2012).
commit to user
14
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2) Susu transisi
Susu transisi yaitu ASI yang keluar pada hari ke-3 sampai
hari ke-10 setelah kelahiran. Susu transisi warnanya lebih
bening dengan jumlah yang lebih banyak. Kadar protein dan
imunoglobulinnya menurun, sedangkan kadar lemak dan
laktosa meningkat (Riksani, 2012).
3) Susu matur
Susu matur atau matang yaitu ASI yang keluar setelah hari
ke-10 pasca persalinan.Umumnya, komposisinya stabil dan
tidak berubah (Riksani, 2012).
15
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2) Gejala Klinis
Gejala klinis yang paling khas dari GER ialah regurgitasi. Hal
ini biasanya karena sehabis mendapat asupan makan dalam jumlah
yang besar. Keadaan regurgitasi ini umumnya terjadi setiap hari
secara spontan pada sekitar 50 % bayi berusia dibawah tiga bulan
dan berlangsung secara normal hingga usia satu tahun (Cheema et
al., 2014). Regurgitasi disebabkan katup penutup lambung yang
belum sempurna, menangis berlebihan, bayi yang bergerak terlalu
aktif, posisi menyusui yang salah, bayi mengalami kembung,
pemakaian gurita yang terlalu ketat, intoleransi susu formula,
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang terlalu dini,
dan cacat bawaan (Button et al., 2007).
Disamping itu, riwayat perjalanan penyakit dan gejala klinis
lainnya sangat berperan dalam mendiagnosis GER. Dengan
mengamati gejala klinis yang timbul, pemeriksaan penunjang untuk
diagnosis dapat sangat selektif dilakukan pada bayi yang mengalami
GER. Dikarenakan banyaknya variasi gejala klinis yang muncul,
maka dalam beberapa penelitian dilakukan untuk mendapat
commitklinis
gambaran tentang gejala to useryang dianggap paling bermakna
16
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3) Faktor Risiko
Menurut Gambino, (2008) faktor risiko gastroesophageal
reflux umumnya terjadi karena beberapa faktor, diantaranya:
1) Relaksasi sfingter esofagus bagian bawah
Dalam kondisi yang normal, relaksasi sfingter esofagus
bagian bawah terjadi sebagai respon dari sendawa atau
membiarkan makanan untuk masuk. Selama episode refluks
berlangsung, sfingter esofagus bagian bawah mengalami
relaksasi yang terlalu lama sehingga menyebabkan makanan
beserta asam yang dicerna naik dari saluran pencernaan ke
dalam esofagus.
18
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5) Hiatus hernia
Hiatus hernia terjadi ketika bagian dalam sistem pencernaan
menonjol ke arah diafragma dan masuk ke dalam rongga dada.
Makanan yang berada di perut bagian atas dapat terjepit diantara
paru-paru setiap kali bernafas, yang menyebabkan nyeri dan ada
rasa panas di dalam perut. Hiatus hernia meningkatkan episode
refluks dan memperlama pembersihan esofagus dengan
mengalirkan kembali makanan yang sudah ditelan melewati
esophagogastric junction ketika relaksasi sfingter esofagus bagian
bawah terjadi.
19
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8) Konstipasi
Konstipasi dapat memperlambat pencernaan dan mencegah
makanan untuk meninggalkan saluran pencernaan pada waktu yang
semestinya. Konstipasi umumnya terjadi karena rasa sakit yang
dialami saat buang air besar sehingga sulit untuk dikeluarkan.
9) Infeksi pernafasan
Adanya riwayat infeksi pada saluran pernafasan, dapat
mempengaruhi terjadinya GER. Dapat dikatakan menjadi
berbahaya jika cairan asam lambung yang naik ke esofagus dapat
sampai ke paru-pau sehingga menimbulkan infeksi dapat terjadi
kembali.
1) Patofisiologi
Transien relaksasi dari sfingter esofagus bagian bawah (LES)
merupakan mekanisme utama terjadinya Gastroesophageal Reflux
(GER). Transien relaksasi sfingter esofagus bagian bawah
merupakan proses yang normal saat menelan (Salvatore, et al.,
commit
2015). Hal ini dapat to usersebagai refleks saraf yang dipicu
dikatakan
20
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
oleh distensi perut bagian atas serta dalam kerjanya diatur oleh
otak, dengan mekanisme aferen dan eferen dalam nervus vagus,
yang mengaktifkan pelepasan dari nitrit oksida untuk merelaksasi
sfigter esofagus bagian bawah.
Episode refluks bervariasi tergantung kandungan isinya,
volume, lamanya, dan hubungannya dengan makan. Saat proses
terjadinya refluks, sfingter esofagus bagian bawah dalam keadaan
relaksasi atau melemah oleh peningkatan tekanan intraabdominal
sehingga terbentuk rongga di antara esofagus dan lambung. Isi
lambung mengalir atau terdorong kuat ke dalam esofagus (Asroel,
2008). Jika isi lambung mencapai esofagus bagian proksimal dan
sfingter esofagus atas berkontraksi, maka isi lambung tersebut tetap
berada di esofagus dan peristaltik akan mengembalikannya ke
dalam lambung. Jika sfingter esofagus bagian atas mengalami
relaksasi sebagai respon terhadap distensi esofagus, maka isi
lambung akan masuk ke faring, laring, mulut atau nasofaring (Hay
DW, 2007).
Distensi gaster dan akomodasi yang terganggu pada fundus
gaster dapat semakin memicu terjadinya transien relaksasi sfingter
esofagus bagian bawah. Pengosongan yang lama pada lambung
dapat menambah terjadinya episode refluks pada bayi dan anak-
anak, terutama yang memiliki masalah kelainan atau kematangan
dari sistem saraf (Salvatore, et al., 2015).
21
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
E. Kerangka Pemikiran
23
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
F. Hipotesis
Terdapat hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian
gastroesophageal reflux (GER) pada bayi usia 0-12 Bulan.
commit to user
24