Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“MENGANALISIS KUALITAS SOAL DAN


PENILAIAN KETERAMPILAN”
Diajukan untuk memenuhi tugas
Mata kuliah “Evaluasi Pendidikan”
Dosen pengampuh: Sudino, M.Pd

Disusun Oleh:
1. IRA
2. KARMILAWATI
3. REZKY AMALIA

FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AR-RISALAH INHIL
RIAU TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Evaluasi
Pendidikan" dengan tepat waktu.
Makalah di susun untuk memenuhi tugas Mata kuliah “Evaluasi
Pendidikan‟‟. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan Evaluasi
Pendidikan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sudino, M.Pd selaku
Dosen pengampu Mata kuliah Evaluasi pendidikan. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR ISI
Cover..............................................................................................................i
Kata Pengantar.............................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................ii
BAB I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan Masalah...........................................................................................1
BAB II.PEMBAHASAN
1. Menganalisis Kualitas Soal..........................................................................5
2. Penilaian Keterampilan................................................................................9
BAB III.PENUTUP
A.Kesimpulan.................................................................................................15
B.Saran............................................................................................................16
Daftar Pustaka..............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara mengenai dunia pendidikan dan problematika yang ada
didalamnya memang tak akan ada habisnya. Permasalahan dalam dunia
pendidikan memang beragam seperti rendahnya kualitas sarana fisik misalnya
banyak gedung sekolah yang rusak, rendahnya kualitas guru, rendahnya
kesejahteraan guru,rendahnya prestasi siswa,kurangnya pemerataan
pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,mahalnya
biaya pendidikan dan lain sebagainya. Setiap pendidikan itu mempunyai
konsep,metode masing-masing yang mempunyai keunggulan dan kelemahan
tersendiri. Konsep-konsep tersebut dirumuskan berdasarkan situasi dan
kondisi yang ada dalam suatu wilayah menyesuaikan dengan kebutuhan
zaman yang terus berkembang. Dalam setiap negara mempunyai sistem
pendidikan yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan dari negara itu. sistem
pendidikan dalam masing-masing negara mempunyai ciri khas tersendiri yang
menunjukan karakter, aspirasi dan ide-ide dari negara tersebut. Karena
keunikan sistem pendidikan dari masing-masing negara itu, menjadi hal yang
menarik jika kita bahas, peneliti mencoba membandingkan dengan sistem
pendidikan di Indonesia sebagai bahan acuan yang mungkin bisa diambil
sehingga kedepannya pendidikan di Indonesia semakin maju dan tentunya
dengan mengambil metode yang sesuai dengan kepribadian, karakter dan
tujuan nasional pendidikan di Indonesia.

B. Rumusan masalah
a) Menganalisis kualitas soal
b) penilaian keterampilan

C. Tujuan
a) Dapat memahami isi makalah
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian Analisis Kualitas Butir Soal
1. Pengertian Analisis Kualitas Butir Soal Suharsimi Arikunto menyatakan
bahwa analisis kualitas tes merupakan kegiatan untuk mengkaji soal pada
setiap item atau butirnya guna mengetahui kualitas dari setiap butir soal
tersebut. Analisis kualitas butir soal adalah suatu prosedur yang sistematis,
yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap
butir tes yang kita susun. Sumarna Surapranata mengemukakan bahwa
analisis kualitas soal dilakukan untuk mengetahui berfungsi tidaknya sebuah
soal.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis kualitas butir soal
merupakan kegiatan menganalisis tiap-tiap butir soal secara mendetail
menggunakan metode pengujian tertentu.
2. Menurut Daryanto, analisis kualitas butir soal adalah kegiatan yang dilakukan
untuk mengidentifikasi soal-soal baik, kurang baik dan soal jelek dan
memperoleh petunjuk untuk melakukan perbaikan. Menurut Nitko, kegiatan
menganalisis kualitas butir soal merupakan kegiatan yang harus dilakukan
pendidik untuk meningkatkan mutu soal yang telah 18 Suharsimi Arikunto,
Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, Bumi Aksara, Jakarta, 2013 hal
220 19 Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi
Hasil Tes, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hal 1 20 Daryanto,
Evaluasi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hal 179 11 12 ditulis.
Kegiatan ini merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan
informasi dari jawaban peserta didik untuk membuat keputusan tentang setiap
penilaian. Berdasarkan definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
analisis kualitas butir soal merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengkaji dan mengidentifikasi setiap butir soal guna mengetahui kualitas
setiap butir soal tersebut. Hasil dari proses mengkaji dan mengidentifikasi
soal dapat digunakan untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan pada
setiap butir soal.
3. Tujuan dan Manfaat Analisis Kualitas Butir Soal Tujuan utama analisis
kualitas butir soal dalam sebuah tes yang dibuat pendidik adalah untuk
mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam tes atau pembelajaran.22
Berdasarkan tujuan ini maka kegiatan analisis kualitas butir soal memiliki
banyak manfaat, diantaranya: a. Menentukan apakah suatu fungsi butir soal
sesuai dengan yang diharapkan. b. Memberi masukan kepada peserta didik
tentang kemampuan dan sebagai dasar untuk bahan diskusi di kelas. c.
Memberi masukan kepada pendidik tentang kesulitan kepada peserta didik.
21 Wahidmurni, dkk, Op.Cit, hal 117 22 Ibid, hal 118 13 d. Memberi
masukan pada aspek tertentu untuk pengembangan kurikulum. e. Merevisi
materi yang dinilai atau diukur. f. Meningkatkan keterampilan penulisan
soal.23 Kusaeri dan Suprananto juga mengemukakan beberapa manfaat yang
diperoleh pendidik dalam melakukan kegiatan analisis kualitas butir soal.
Manfaat tersebut antara lain: a. Menentukan soal-soal yang cacat atau tidak
berfungsi dengan baik b. Meningkatkan butir soal melalui tiga komponen
analisis yaitu tingkat kesukaran, daya pembeda dan pengecoh soal c. Merevisi
soal yang tidak relevan dengan materi yang diajarkan, ditandai dengan
banyaknya anak yang tidak dapat menjawab butir soal tertentu.24
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa kegiatan menganalisis
kualitas butir soal sangat perlu dilakukan oleh pendidik. Kegiatan ini dapat
memberikan informasi kepada pendidik mengenai kekurangan-kekurangan
yang terdapat pada butir soal sehingga pendidik dapat memperbaiki dan
meningkatkan kualitas butir soal yang akan diujikan.

2.Validitas Tes Hasil Belajar


Menurut Suharsimi Arikunto 2007, validitas sebuah tes dapat diketahui
dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh
validitas logis dan hal yang kedua akan diperoleh validitas empiris. Dua hal inilah
yang menjadi dasar pengelompokan validitas tes.
1. Validitas logis
Mengandung arti penalaran, sehingga validitas logis untuk suatu
instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang
memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid itu
dipandang terpenuhi karena instrument itu telah dirancang sebaik mungkin
menurut ketentuan yang ada.
Dengan keadaan itu validitas logis dapat dicapai apabila instrument
disusun mengikuti ketentuan yang ada. Validitas logis yang dapat dicapai oleh
sebuah instrumen terdiri dari dua yaitu :
a) Validitas Isi
Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah
instrument yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi.
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus
tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang di berikan. Oleh
karena materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas ini
sering disebut juga dengan validitas kurikuler. Validitas isi dapat
diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara merinci materi
kurikulum atau materi buku pelajaran.
b) Validitas Konstruk
Validitas konstruk sebuah instrumen menunjukkan suatu kondisi
sebuah instrumen yang disusun berdasarkan konstruk-konstruk aspek
kejiwaan yang seharusnya dievaluasi. Sebuah tes dikatakan memiliki
validitas konstruk apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut
mengukur setiap aspek berfikir seperti yang disebutkan dalam tujuan
instruksional khusus. Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek
berfikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berfikir yang menjadi tujuan
instruksional.

2. Validitas Empiris
Mengandung arti kata pengalaman. Sebuah instrument
dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah di uji dengan
pengalaman. Sebagai contoh, seseorang dapat diakui jujur oleh
masyarakat lain apabila dalam pengalaman dia diakui memang
jujur.Pada Validitas empiris terdiri dari dua cara yang dilakukan untuk
mengujinya sehingga dia menjadi valid.
Pengujian itu dilakuakn dengan membandingkan kondisi instrumen
yang bersangkutan dengan suatu ukuran. Kriteria yang digunakan
adalah :
a) Validitas Konkuren
Disebut juga dengan validitas “yang ada sekarang „tetapi lebih
dikenal dengan validitas empiris. Sebuah instrument dikatakan memiliki
validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada istilah
:sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan, dimana dalam hal ini hasil
tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai
hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah
ada.
Dalam membandingkan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu
alat pembanding. Maka hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan.
Contoh : seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun
sudah valid atau belum. Untuk ini perlu sebuah kreteria masa lalu yang
datanya sekarang dimiliki. Misalnya nilai ulangan harian atau nilai
semester yang lalu.
b) Validitas prediksi
Prediksi artinya meramal. Dengan meramal selalu mengenai hal
yang akan datang jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk
meramalkan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Misalnya tes
masuk perguruan tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan dapat
meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah di masa yang
akan datang. Calon yang tersaring berdasarkan hasil tes diharapkan
mencerminkan tinggi rendahnya kemampuan mengikuti kuliah. Jika nilai
tesnya tinggi tentu menjamin keberhasilan kelak. Sebaliknya seorang
calon dikatakan tidak lulus tes karena memiliki nilai tes yang rendah jadi
diperkirakan akan tidak mampu mengikuti perkuliahan yang akan datang.
a. Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah nilai-nilai yang
diperoleh setelah peserta tes mengikuti pelajaran diperguruan tinggi. Jika
ternyata siapa yang memiliki nilai tes lebih tinggi gagal dalam ujian
semester I dibandingkan dengan yang dahulu nilai tesnya lebih rendah
maka tes masuk yang dimaksud tidak memiliki validitas.

3. TINGKAT KESUKARAN
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi
usaha pemecahannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan
siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi
karena diluar jangkauannya.
Seorang akan menjadi hafal akan kebiasaan gurunya dalam pembuatan
soal. Dengan kebiasaaan ini maka siswa akan belajar giat untuk menghadapi
ulangan dengan guru yang terbiasa memberikan soal sukar, sedangkan siswa
akan malas belajar bila akan ujian dengan guru yang terbiasa dengan soal
ulangan yang mudah-mudah.
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut
dengan indeks kesukaran. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai
dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal
dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan kalau soal itu terlalu sukar,
sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Indeks
kesukaran butir yang baik berkisar antara 0,3-0,7 paling baik pada 0,5.
Dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P singkatan
ari proporsi. Dengan demikian maka soal dengan P = 0,70 lebih mudah jika
dibandingkan dengan P = 0,20. sebaliknya soal dengan P = 0,30 lebih sukar
daripada soal dengan P = 0,80.
Rumusan mencari indeks kesukaran menurut Daryanto (2005,180) adalah :
Dimana :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.

4.Pengertian Penilaian Keterampilan

Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk


mengukur kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan dengan
melakukan tugas tertentu di berbagai macam konteks sesuai dengan indikator
pencapaian kompetensi.
Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan teknik, antara lain
penilaian praktik, penilaian produk, penilaian proyek, dan penilaian portofolio.
Teknik penilaian keterampilan yang digunakan dipilih sesuai dengan
karakteristik KD pada KI-4.

Teknik Penilaian Keterampilan

Teknik-teknik penilaian keterampilan tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Penilaian Praktik
Penilaian praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa
keterampilan melakukan suatu aktivitas sesuai dengan tuntutan kompetensi.
Dengan demikian, aspek yang dinilai dalam penilaian praktik adalah kualitas
proses mengerjakan/melakukan suatu tugas. Penilaian praktek lebih mengacu
kepada skiil nyata secara langsung dari peserta didik untuk mendapatkan
gambaran capaian dari pengetahuan yang diperolehnya.

Pengembangan skema (rencana) penilaian

 Penilaian

Pelaksanaan penilaian diawali dengan kegiatan pendidik melakukan


analisis kompetensi pada aspek pengetahuan dan keterampilan yang
diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL) ke dalam Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD) kemudian dirumuskan menjadi indikator.
pencapaian kompetensi (IPK) pada setiap mata pelajaran. IPK untuk KD pada KI-
3 dan KI-4 dirumuskan dalam bentuk perilaku spesifik yang terukur
dan/atau dapat diobservasi.

Pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn termasuk
perumusan indikator sikap dari KD-KD pada KI-1 dan KI-2. IPK
dikembangkan menjadi indikator soal yang diperlukan untuk penyusunan
instrumen penilaian. Indikator soal merupakan rambu-rambu dalam penyusunan
butir soal atau tugas.

Pelaksanaan Penilaian Sikap

Pelaksanaan penilaian sikap meliputi penilaian sikap spiritual dan sikap sosial.

1. Sikap Spiritual

Penilaian sikap spiritual dilakukan untuk mengetahui perkembangan


sikap peserta didik dalam menghargai, menghayati, dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya serta toleransi terhadap agama lain. Indikator sikap
spiritual pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn
diturunkan dari KD pada KI-1 dengan memperhatikan butir-butir nilai sikap
yang tersurat. Sementara itu, penilaian sikap spiritual yang dilakukan oleh
guru mata pelajaran lain dirumuskan dalam perilaku beragama secara umum.

2. Sikap Sosial

Penilaian sikap sosial untuk menghimpun informasi mengenai


perkembangan sikap sosial peserta didik dalam menghargai, menghayati, dan
berperilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaanya.

Indikator untuk KD dari KI-2 mata pelajaran PABP dan PPKn


dirumuskan dalam
perilaku spesifik sebagaimana tersurat di dalam rumusan KD
mata pelajaran tersebut. Sementara indikator sikap sosial mata pelajaran
lainnya dirumuskan dalam perilaku sosial secara umum dan dikembangkan
terintegrasi dalam pembelajaran KD dari KI-3 dan KI-4.

Penilaian sikap dilakukan oleh guru mata pelajaran (selama


proses pembelajaran pada jam pelajaran) dan/atau di luar jam pembelajaran,
guru bimbingan konseling (BK), wali kelas (selama peserta didik di luar jam
pelajaran), warga sekolah (peserta didik).

Penilaian sikap spiritual dan sosial dilakukan secara terus-menerus


selama satu semester. Guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas
mengikuti perkembangan sikap spiritual dan sosial, serta mencatat perilaku
peserta didik yang sangat baik atau kurang baik dalam jurnal segera setelah
perilaku tersebut teramati atau menerima laporan tentang perilaku peserta
didik. Apabila seorang peserta didik pernah memiliki catatan sikap yang
kurang baik, namun pada kesempatan lain peserta didik tersebut telah
menunjukkan perkembangan sikap (menuju atau konsisten) baik, maka di
dalam jurnal harus ditulis bahwa sikap peserta didik tersebut telah baik atau
bahkan sangat baik.

Pencatatan pada jurnal tidak hanya sikap yang sangat baik atau
kurang baik saja, tetapi juga perubahan sikap dari kurang baik menjadi baik
atau sangat baik. Sikap dan perilaku peserta didik yang teramati oleh pendidik
dan tercacat dalam jurnal, akan lebih baik jika dikomunikasikan kepada
peserta didik yang bersangkutan.

Pelaksanaan Penilaian Pengetahuan

Penilaian kompetensi pengetahuan berdasarkan indikator untuk pengetahuan yang


diturunkan dari KD pada KI-3 dengan menggunakan kata
kerja operasional. Beberapa kata kerja operasional sesuai tingkat proses
berpikir yang dapat digunakan antara lain:

1. mengingat: menyebutkan, memberi label, mencocokkan, memberi nama,


memberi contoh, meniru, dan memasangkan.
2. memahami: menggolongkan, menggambarkan, membuat ulasan,
menjelaskan, mengekspresikan, mengidentifikasi, menun jukkan,
menemukan, membuat laporan, mengemuka kan, membuat
tinjauan, memilih, dan menceritakan.
3. menerapkan: mendemonstrasikan, memperagakan, menulis kan
penjelasan, membuatkan penafsiran, mengoperasikan, mempraktikkan,
merancang persiapan, menyusun jadwal, membuat sketsa, menyelesaikan
masalah, dan menggunakan.
4. menganalisis: menilai, menghitung, mengelompokkan, menentukan,
membandingkan, membedakan, membuat diagram, menginventarisasi,
memeriksa, dan menguji.
5. mengevaluasi: membuat penilaian, menyusun argumentasi atau alasan,
menjelaskan apa alasan memilih, membuat perban
dingan, menjelaskan alasan pembelaan, memperkirakan, dan
memprediksi.dan
6. mencipta/mengkreasi: mengumpulkan, menyusun, meran cang,
merumuskan, mengelola, mengatur, merencanakan, mempersiapkan,
mengusulkan, dan mengulas.

Pelaksanaan penilaian pengetahuan dilakukan untuk menilai proses dan


hasil belajar peserta didik. Penilaian oleh pendidik dilakukan dalam bentuk
penilaian harian dan dapat juga dilakukan penilaian tengah semester melalui tes
tertulis, tes lisan, maupun penugasan. Cakupan penilaian harian meliputi seluruh
indikator dari satu kompetensi dasar atau lebih sedangkan cakupan penugasan
disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dasar.

Pelaksanaan Penilaian Keterampilan

Indikator untuk keterampilan diturunkan dari KD pada KI-4 dengan


menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, antara lain:
menggabungkan, mengkontruksi, merancang, membuat sketsa, memperagakan,
menulis laporan, menceritakan kembali, mempraktikkan, mendemonstrasikan, dan
menyajikan.

Pelaksanaan penilaian kinerja ditentukan oleh guru berdasarkan tuntutan


KD dan dapat dilakukan untuk satu atau beberapa KD.

Penilaian Kinerja

Beberapa langkah pelaksanaan penilaian kinerja meliputi:

1. Menjelaskan rubrik penilaian kepada peserta didik sebelum pelaksanaan


penilaian;
1. memberikan tugas secara rinci kepada peserta didik; (c) memastikan
ketersediaan dan kelengkapan alat serta bahan yang digunakan;
2. melaksanakan penilaian selama rentang waktu yang direncanakan;
3. membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik penilaian;
4. melakukan penilaian secara individual;
5. mencatat hasil penilaian; dan
6. mendokumentasikan hasil penilaian.
7.
2. Penilaian Proyek

Pelaksanaan Penilaian proyek dilakukan untuk satu atau beberapa KD pada satu
mata pelajaran atau lintas mata pelajaran. Langkah pelaksanaan penilaian proyek:

1. Menjelaskan rubik penilaian kepada peserta didik sebelum pelaksanaan


penilaian;
2. Memberikan tugas kepada peserta didik;
3. Memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik tentang tugas
yang harus dikerjakan;
4. Melakukan penilaian selama perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
proyek;
5. Memonitor pengerjaan proyek peserta didik dan memberikan umpan balik
pada setiap tahapan pengerjaan proyek;
6. Membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik penilaian;
7. Memetakan kemampuan peserta didik terhadap pencapaian
kompetensi minimal;
8. Memberikan umpan balik terhadap laporan yang disusun peserta didik;
dan
9. Mendokumentasikan hasil penilaian.
10. Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio dilakukan untuk melihat perkembangan pencapaian


kompetensi dan capaian akhir serta dapat digunakan untuk mendeskripsikan
capaian keterampilan dalam satu semester.

Langkah pelaksanaan penilaian portofolio:

1. Melaksanakan proses pembelajaran terkait tugas portofolio dan menila


i pada saat kegiatan tatap muka yang disesuaikan dengan karakteristik
mata pelajaran;
2. Melakukan penilaian portofolio berdasarkan kriteria penilaian yang tel
ah ditetapkan atau disepakati bersama dengan peserta didik;
3. Peserta didik mencatat hasil penilaian portofolionya untuk bahan refleksi
diri;
4. Mendokumentasikan hasil penilaian portofolio sesuai format yang tela
h ditentukan;
5. Memberi umpan balik terhadap karya peserta didik secara
berkesinambungan dengan cara memberi keterangan kelebihan dan
kekurangan karya tersebut, dan perbaikannya;
6. Memberi identitas (nama dan waktu penyelesaian tugas), mengumpulkan
dan menyimpan portofolio masing-masing peserta didik dalam satu map
atau folder di rumah atau di loker sekolah;
7. Memberi kesempatan peserta didik untuk memperbaiki karya yang dinilai
belum memuaskan dan perlu perbaikan;
8. Membuat “kontrak” atau perjanjian jangka waktu perbaikan dan
penyerahan karya hasil perbaikan kepada guru;
9. Memamerkan dokumentasi kinerja dan atau hasil karya terbaik portofolio
dengan cara memajangnya di kelas;
10. Mendokumentasikan dan menyimpan semua portofolio ke dalam map
yang telah diberi identitas masing-masing peserta didik untuk bahan
laporan kepada sekolah dan orang tua peserta didik;
11. Mencantumkan tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi
perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas
dari waktu ke waktu sebagai bahan laporan kepada sekolah dan/atau orang
tua peserta didik; dan
12. Memberikan nilai akhir portofolio masing-
masing peserta didik disertai umpan balik.
13. Kriteria ketuntasan belajar minimal

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ditentukan oleh satuan pendidikan


mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dengan mempertimbangkan
karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan
pendidikan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pengertian Analisis Kualitas Butir Soal

Pengertian Analisis Kualitas Butir Soal Suharsimi Arikunto


menyatakan bahwa analisis kualitas tes merupakan kegiatan untuk mengkaji
soal pada setiap item atau butirnya guna mengetahui kualitas dari setiap butir
soal tersebut.
Menurut Daryanto, analisis kualitas butir soal adalah kegiatan yang
dilakukan untuk mengidentifikasi soal-soal baik, kurang baik dan soal jelek
dan memperoleh petunjuk untuk melakukan perbaikan.
Validitas ada 2 yaitu:
1. Validitas logis
Mengandung arti penalaran, sehingga validitas logis untuk suatu
instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang
memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid itu
dipandang terpenuhi karena instrument itu telah dirancang sebaik mungkin
menurut ketentuan yang ada.
2. Validitas Empiris
Mengandung arti kata pengalaman. Sebuah instrument dikatakan
memiliki validitas empiris apabila sudah di uji dengan pengalaman.

2. Pengertian Penilaian Keterampilan


Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan dengan melakukan
tugas tertentu di berbagai macam konteks sesuai dengan indikator pencapaian
kompetensi.
Teknik Penilaian Keterampilan
Teknik-teknik penilaian keterampilan tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut :
a)Penilaian Praktik
b)Pengembangan skema (rencana)
penilaian c)Pelaksanaan Penilaian Sikap
d)Pelaksanaan Penilaian Pengetahuan
e)Pelaksanaan Penilaian Keterampilan
d)Penilaian Kinerja
B.SARAN
Demikian makalah yang berjudul”evaluasi Pendidikan”.Apabila ada
banyak kekurangan dan kesalahan.maka, kritik dan saran konstruktif penulisan
saya harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik,Semoga makalah ini
menjadi suatu hal yang bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, M. 2005. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


Musa Sukardi dan Tumardi. 2000. Evaluasi Pendidikan. Malang: Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Makalah Subjek dan Sasaran Evaluasi Pembelajaran. Diposkan oleh
Muhammad Sodik tanggal 12 Desember 2013 pukul 17.48. Diunduh
tanggal 13 maret 2014 pukul 06.39 WIB.

Sylvie. 2007. Evaluasi Pendidikan. Diakses tanggal 13 Maret 2014 dengan


alamat http://sylvie.edublogs.org/2007/04/27/evaluasi-
pendidikan/comment-page-1/
Anam, Saeful. 2011. Kegagalan Guru dalam Melakukan Evaluasi. Diakses
tanggal 13 Maret 2014 dengan alamat http://saeful-
anam.blogspot.com/2011/04/normal-0-false-false-false-en-us-ja-
ar.html
Pengertian, Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran diposkan tanggal 17
September 2011 dengan alamat
http://unicahyadotcom.wordpress.com/2011/09/17/pengertian-fungsi-
dan-tujuan-evaluasi-pembelajaran/ diakses tanggal 13 Maret 2014
pukul 13.00 WIB
Pengertian Evaluasi menurut Para Ahli. Diakses tanggal 13 Maret 2014
pukul 13.00 WIB dengan alamat
http://www.zainalhakim.web.id/pengertian-evaluasi-menurut-para-
ahli.html

Anda mungkin juga menyukai