Anda di halaman 1dari 31

Laporan Praktikum Ergonomi

Modul 5 “Fisiologi Kerja”


Kelompok 13

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2

1.3 Tujuan Pengamatan ............................................................................... 2

1.4 Waktu Pengamatan ................................................................................ 3

1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................ 3

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 5

2.1 Fisiologi Kerja ......................................................................................... 5

2.2 Pengukuran Konsumsi Energi .............................................................. 5

BAB III METODOLOGI .................................................................................. 13

3.1 Alat dan Bahan ..................................................................................... 13

3.2 Flowchart Pengamatan......................................................................... 14

3.3 Alur Pengamatan .................................................................................. 15

BAB IV PENGUMPULAN DATA ................................................................... 16

4.1 Pengumpulan Data ............................................................................... 16

4.1.1 Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 1 ................................ 16

4.1.2 Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 2 ................................ 17

4.1.3 Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 3 ................................ 17

4.1.4 Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 4 ................................ 18

4.1.5 Uji Coba Prosedur 2 Frekuensi Langkah (F) ............................. 18

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISA ....................................................... 19

5.1 Pembahasan .......................................................................................... 19

i
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
5.1.1 Energi yang Terpakai dalam Aktivitas Step-test ........................ 19

5.1.2 Persentase Istirahat yang Dubutuhkan untuk Aktivitas Step-test


20

5.1.3 Pembagian Waktu Kerja Istirahat untuk Aktivitas Step-test ... 21

5.1.4 Kapasitas Fisik untuk Aktivitas Step-test.................................... 22

5.1.5 Hasil Evaluasi Kelelahan Aktivitas Step-test .............................. 23

BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 25

6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 25

6.2 Saran ...................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26

LAMPIRAN ......................................................................................................... 27

ii
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Klasifikasi Beban Kerja Fisiologis ........................................................ 9
Tabel 5. 1 Hasil Data Aktivitas Step-test ............................................................. 19

iii
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Flowchart Pengamatan ................................................................... 14
Gambar 4. 1 Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 1 ..................................... 16
Gambar 4. 2 Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 2 ..................................... 17
Gambar 4. 3 Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 3 ..................................... 17
Gambar 4. 4 Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 4 ..................................... 18
Gambar 4. 5 Uji Coba Prosedur 2 Frekuensi Langkah (F) .................................. 18

iv
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam suatu
organisasi atau perusahaan. Banyak hal yang telah dilakukan oleh manusia dalam
usahanya untuk meningkatkan produktivitas kerja. Jika berbicara tentang
produktivitas biasanya selalu dikaitkan dengan hubungan antara keluaran (output)
yang dihasilkan dengan masukan (input) dari sumber yang digunakan untuk
mencapai hasil yang diharapkan. Dengan kata lain, hasil yang dimaksud di sini
berkaitan dengan efektivitas pencapaian suatu misi atau pencapaian. Sedangkan
sumber yang digunakan berkaitan dengan efisiensi dalam memperoleh hasil dan
penggunaan sumber daya yang minimal. Dengan demikian dapat dinyatakan, dalam
produktivitas terdapat hubungan antara efisiensi dan efektivitas. Pengukuran energi
fisik manusia yang dikonsumsi untuk aktivitas kerja, dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan dengan kepentingan pekerja manusia itu sendiri. (Risma, A.
2019)

Jumlah energi yang digunakan saat melakukan aktivitas juga akan


mempengaruhi kekuatan dan daya tahan tubuh untuk melaksanakan kegiatan ini.
Bekerja dengan menggunakan tenaga yang lebih besar dan lebih cepat akan
menyebabkan kelelahan dibandingkan tenaga lebih kecil, selain itu sikap pekerja
dalam melakukan pekerjaannya juga merupakan faktor yang mempengaruhi
pengeluaran energi.

Salah satu ilmu ergonomi yang dapat membantu kita dalam memberikan
gambaran faktor apa saja yang mempengaruhi kelelahan kerja dalam suatu aktivitas
kerja adalah fisiologi kerja. Dengan menggunakan ilmu fisiologi, dapat diukur
konsumsi oksigen dan energi yang dihasilkan setiap pekerjaan, detak jantung awal
sebelum aktivitas, suhu tubuh awal sebelum aktivitas, detak jantung saat aktivitas,
detak jantung setelah aktivitas, dan suhu tubuh setelah aktivitas. Pengukuran dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran langsung, yaitu
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat khusus yang menunjukkan
konsumsi oksigen dan energi yang dihasilkan untuk setiap pekerjaan. Cara tidak

1
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
langsung adalah menggunakan rumus yang akan mendapatkan jumlah konsumsi
oksigen dan energi yang dihasilkan untuk setiap pekerjaan melalui data denyut
jantung per menit, perubahan suhu tubuh, dan waktu recovery percobaan.

Pada praktikum materi ini kami melakukan step-test dengan naik turun tangga
dan mengukur denyut nadi menggunakan alat heart ratemeter sehingga dengan
adanya praktikum ini dapat menjadi landasan dan pelajaran bagi kami dalam
menerapkan cara kerja yang baik dan benar.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam praktikum tentang fisisologi kerja yaitu
sebagai berikut:

1. Berapakah energi yang terpakai dalam aktivitas step-test?


2. Berapakah persentase istirahat yang dibutuhkan untuk aktivitas step-test
berdasarkan Muller (1945)?
3. Berapakah pembagian waktu kerja istirahat untuk aktivitas step-test
berdasarkan Tayyari (1994)?
4. Berapakah kapasitas fisik untuk aktivitas step-test?
5. Berapakah hasil evaluasi kelelahan aktivitas step-test berdasarkan Brouha
(1967)?

1.3 Tujuan Pengamatan

Adapun tujuan pengamatan dalam praktikum tentang fisiologi kerja yaitu


sebagai berikut:

1. Mengetahui besar energi yang terpakai dalam aktivitas step-test.


2. Mengetahui besar persentase istirahat yang dibutuhkan untuk aktivitas step-
test berdasarkan Muller (1945).
3. Mengetahui pembagian waktu kerja istirahat untuk aktivitas step-test
berdasarkan Tayyari (1994).
4. Mengetahui besar kapasitas fisik untuk aktivitas step-test.
5. Menganalisis hasil evaluasi kelelahan aktivitas step-test berdasarkan
Brouha (1967).

2
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
1.4 Waktu Pengamatan

Jumat, 16 Desember 2022 pukul 16.00 – 18.00 WIB di Laboratorium


Ergonomi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibuat untuk mempermudah dalam penyusunan


laporan ini maka perlu ditentukan sistematika penulisan yang baik. Sistematika
penulisannya adalah sebagai berikut :
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan praktikum, waktu praktikum,
dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisikan tentang teori Fisiologi Kerja, Pengukuran Konsumsi Energi.
BAB III METODOLOGI
Berisikan alat dan bahan yang digunakan, flowchart pengamatan, dan alur
pengamatan.
BAB IV PENGUMPULAN DATA
Berisikan tentang pengumpulan data dan hasil pengamatan yang diperoleh dari
hasil praktikum.
BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISA
Berisikan tentang Pembahasan hasil pengamatan.
BAB VI PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
Berisikan referensi-referensi yang didapatkan terkait dengan topik yang dibahas.

3
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
LAMPIRAN
Berisikan bukti lembar penelitian dan lembar asistensi.

4
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Fisiologi Kerja

Fisiologi kerja merupakan salah satu cabang ergonomi berfokus pada


pengukuran energi yang dikeluarkan atau energi yang dikonsumsi oleh manusia.
Energi yang dikonsumsi/dikeluarkan terjadi karena proses metabolisme yang
terjadi pada otot yang didukung oleh sistem sistem kardiovaskular dan pernapasan
yang terdapat di dalam tubuh. Kerja fisik adalah kerja membutuhkan energi otot
manusia sebagai tenaga. Konsumsi energi kerja fisik merupakan faktor utama yang
dijadikan patokan untuk menentukan berat atau ringannya suatu pekerjaan.

Pengukuran beban kerja fisik merupakan pengukuran beban kerja yang


dilakukan secara obyektif dengan menggunakan data kuantitatif berupa pengukuran
detak jantung atau denyut nadi dan konsumsi energi. Detak jantung atau denyut
nadi banyak digunakan untuk mengukur beban kerja seseorang dari gerakan otot.
Selain itu, denyut nadi juga digunakan untuk memperkirakan kondisi fisik atau
kebugaran jasmani seseorang. Detak jantung atau denyut nadi (yang diukur per
menit) dapat digunakan untuk mengukur level kelelahan seseorang. (Monita &
Sutresna. 2020)

2.2 Pengukuran Konsumsi Energi


Pengukuran konsumsi energi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu cara
langsung dengan mengetahui konsumsi oksigen dan tidak langsung dengan
mengetahui kecepatan denyut jantung.

2.2.1 Konsumsi Energi berdasarkan Konsumsi Oksigen

Konsumsi oksigen merupakan faktor dari proses metabolisme terkait


dengan konsumsi energi. Konsumsi oksigen akan terus berlanjut meskipun
seseorang bahkan tidak melakukan pekerjaan. Untuk itu dalam perhitungan
konsumsi energi dibagi menjadi beberapa kondisi yaitu konsumsi energi saat
istirahat (metabolisme basal) dan saat bekerja.

A. Konsumsi energi pada saat istirahat (metabolisme basal)

5
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
Metabolisme Basal atau Basal Metabolic Rate (BMR) adalah jumlah
minimum energi yang diperlukan untuk melakukan berbagai proses
vital saat tubuh dalam keadaan istirahat. BMR dipengaruhi oleh
berbagai faktor diantaranya : luas permukaan tubuh, jenis kelamin, usia,
aktivitas kelenjar penghasil hormon, dan massa tubuh tidak berlemak
(Arisman, 2004) dalam Novita, 2018.

Edholm (1967) merekomendasikan pengeluaran energi sebesar 2000


kkal selama bekerja sebagai nilai maksimum yang bisa dilakukan terus
menerus. Beban kerja membutuhkan pengeluaran energi rata-rata 4,2
kkal per menit selama 8 jam bekerja. Persamaan berikut dapat
digunakan untuk tentukan durasi istirahat yang diperlukan untuk energi
total menjadi dikeluarkan tidak melebihi angka tersebut.
480 𝑀 − 2000
𝑇𝑅 =
𝑀 − 1,5
Dimana TR adalah durasi istirahat yang dibutuhkan dalam menit dan M
adalah metabolisme yang terjadi akibat aktivitas yang dilakukan, dan
1,5 adalah perkiraan pengeluaran energi istirahat. Murrel (1965)
mengusulkan persamaan berikut untuk menghitung waktu istirahat total
yang dibutuhkan selama shift kerja.
𝑀−𝑆
𝑇𝑅 = 𝑇𝑆 ( )
𝑀 − 1,5
Keterangan :

TR = waktu istirahat total dalam menit

TS = panjang waktu shift dalam menit (contohnya, 480 menit = 8 jam


kerja)

M = pengeluaran energi rata – rata (kkal per menit)

S = tingkat pengeluaran energi (kkal per menit) yang diadopsi sebagai


sebuah laju metabolisme standar untuk keseluruhan shift kerja

1,5 = tingkat pengeluaran energi saat beristirahat (kcal per menit) untuk
populasi rata – rata.

6
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
Dua persamaan di atas hanya menghitung waktu keseluruhan selama
shift kerja yang harus dialokasikan sebagai waktu istirahat. Rumus –
rumus tersebut tidak menentukan susunan optimal siklus kerja –
istirahat. Muller (1953) melaporkan bahwa cadangan energi manusia
rata-rata 25 kkal. Cadangan energi ini tidak akan digunakan selama
pengeluaran energi tidak melebihi 5 kkal per menit. Jika terlampaui,
maka waktu seseorang dapat bertahan hingga cadangan ini habis dapat
dihitung dengan rumus berikut.
25
TMAX =
M−5
Tmaks adalah durasi kerja maksimum (dalam menit). Waktu kerja tidak
boleh melebihi Tmaks agar tidak terjadi kelelahan yang berlebihan.
Oleh karena itu, waktu kerja (TW) harusnya sebagai berikut.
TW ≤ Tmaks
Dengan demikian, durasi istirahat yang dibutuhkan untuk pemulihan
cadangan energi hingga kembali semula ditentukan sebagai berikut.
TW (M − 5)
TR =
5 − 1,5
B. Konsumsi energi kerja

Konsumsi energi pada saat pekerjaan fisik dimulai dan akan bertambah
atau berkurang beban kerja yang diberikan. Jadi konsumsi energi untuk
melakukan sejumlah pekerjaan perbedaan antara pengeluaran energi
setelah bekerja dengan pengeluaran energi saat istirahat.

2.2.2 Konsumsi Energi berdasarkan Denyut Jantung

Dalam kondisi normal atau saat istirahat, detak jantung manusia berkisar
antara 70 bit/menit. Saat dalam kondisi kerja, detak jantung rata-rata telah
meningkat menjadi sekitar 110 bit/menit.

7
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13

Gambar 2. 1 Siklus Denyut Jantung

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa seseorang dalam kedaan normal:

a. Waktu sebelum kerja (rest) kecepatan denyut jantung dalam


keadaan konstan walaupun ada perubahan kecepatan denyutnya
tetapi tidak terlalu jauh perbedaanya.
b. Waktu selama bekerja (work) kecepatan denyut jantung dalam
keadaan naik. Semakin lama waktu kerja yang dilakukan maka
makin banyak energi yang keluar sehingga kecepatan denyut
jantung bertambah cepat.
c. Waktu pemulihan (recovery) kecepatan denyut jantung semakin
menurun.

2.2.3 Tingkat Beban Kerja Berdasarkan Kriteria Konsumsi Oksigen dan


Konsumsi Energi

Tubuh manusia mendapatkan energi yang dibutuhkannya untuk


beraktivitas otot dalam dua cara, yaitu aerobik dan anaerobik. Ketika manusia
melakukan pekerjaan normal yang dapat dilakukan untuk suatu periode cukup
lama, oksigen masuk ke dalam tubuh melalui paru-paru cukup untuk memenuhi
kebutuhan energi. Sebagian besar pekerjaan industri memiliki ciri-ciri alami
tersebut. Energi yang dibutuhkan untuk melakukan kerja intensitas tinggi
dipenuhi secara anaerobik.

Berdasarkan kriteria fisiologis, energi dibutuhkan manusia untuk bekerja


industri dengan 8 jam kerja tidak boleh melebihi 30% - 40% dari kapasitas
aerobik maksimum (VO2MAX) dari pekerjaan terkait. Beban kerja fisik yang
dapat melebihi batas tertentu akan menghasilkan sejumlah efek samping,

8
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
misalnya: penurunan kinerja, kelelahan yang berlebihan, termasuk potensi
cedera dan kecelakaan.

Tabel 2. 1 Klasifikasi Beban Kerja Fisiologis


Beban Kerja Konsumsi Oksigen Konsumsi Energi
(Kkal/Menit)

Light Work < 0.5 < 2.5 – 5.0


Medium Work 0.5 – 1.0 5.0 – 7.5
Heavy Work 1.0 – 1.5 7.5 – 10.0
Very Heavy Work 1.5 – 2.0 10 – 12.5
Extremely Heavy Work > 2.0 > 12.5

2.2.4 Kalorimetri Tak Langsung

Kalorimetri tidak langsung adalah pengukuran kecepatan metabolisme


melalui tingkat terukur konsumsi oksigen. Metode yang umum digunakan dalam
kalorimetri ini adalah metode sirkuit terbuka dan metode sirkuit tertutup.

Dalam metode sirkuit terbuka, subjek menghirup udara dari lingkungan


dan menghembuskan di alat berupa respiratory gasometer atau
metabolismemeter untuk mengukur volume udara yang dihembuskan dan/atau
konsumsi oksigen. Volume udara yang dihembuskan harus diperbaiki ke dalam
kondisi standar (STPD) dan dianalisis untuk mengetahui kandungan oksigen dan
karbondioksida di dalamnya. Kemudian, konsumsi oksigen dan produksi karbon
dioksida dihitung. Berikut adalah faktor koreksi STPD.

PB (mmHg) − pH 2o (mmHg) 273


STPDcorrection = [ ][ ]
760 273 + T (°C)

Keterangan :

PB : Tekanan udara sekitar (mmHg).

PH2O : Tekanan uap air (mmHg) pada temperatur gasometer.

T : Temperatur gasometer atau sampel gas yang terkumpul (C).

9
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
2.2.5 Kapasitas Kerja Fisik

Kapasitas kerja fisik (Fisical Work Capacity) mengacu pada kemampuan


maksimum dari sistem fisiologis untuk menghasilkan energi untuk aktivitas otot.
Untuk manusia yang sehat yang normal, PWC berhubungan langsung dengan
kemampuan sistem kardiovaskular untuk menyediakan oksigen dalam otot yang
bekerja dan untuk menghilangkan limbah metabolisme. PWC dapat
didefinisikan dalam hal aktivitas kelompok otot tertentu (PWC aktivitas
mengangkat lengan) atau aktivitas seluruh tubuh.

Kapasitas aerobik adalah nilai konsumsi maksimum oksigen. Ini


dilambangkan dengan VO2max dan biasanya dinyatakan dalam liter per menit
(l.min-1) atau mililiter oksigen per kilogram massa tubuh per menit (ml.kg-1.min-
1
). Sinonim kapasitas aerobik termasuk PWC, konsumsi oksigen maksimum, dan
VO2max. Kapasitas aerobik bervariasi secara signifikan setiap orang. Hal-hal
yang mempengaruhi datang dari beberapa faktor, yaitu:

1. Faktor somatik : ukuran tubuh, umur, dan jenis kelamin.


2. Faktor psikis : atitut, motivasi.
3. Lingkungan : ketinggian, suhu, kelembaban.
4. Karakteristik kerja : intensitas atau beban kerja, durasi, ritme, teknik.
5. Karakteristik fisiologis perorangan yang diwariskan secara genetik.

Penilaian kapasitas aerobik dapat ditentukan secara langsung dan tak


langsung. Penilaian langsung kapasitas aerobik mencakup maksimal testing dan
biasanya dilakukan oleh subjek yang masih berusia muda dan terlatih (atlit atau
pelajar yang aktif berolahraga). Submaksimal testing (penilaian tak langsung),
yang mana jauh lebih rileks, lebih tepat untuk digunakan di industri.

Ada beberapa metode estimasi VO2max tidak langsung berdasarkan


pengukuran VO2 dan denyut nadi submaksimal jantung. Beberapa metode ini
adalah:

1. Metode regresi
2. Åstrand – Åstrand nomogram
3. Step-test

10
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
4. Metode konvensional Tayyari

Step-test umumnya digunakan saat alat analisis tidak tersedia untuk


menentukan nilai FEO2. Step-test dapat digunakan karena kesederhanaannya,
kenyamanannya tata cara penggunaan dan pelaksanaan, penggunaan denyut
jantung sebagai parameter yang diukur, dan biaya rendah. Step-test dilakukan
dalam tiga tahap aktivitas menaik menuruni tangga dengan setiap langkah
berlangsung tiga menit dipisahkan dengan waktu istirahat satu menit. Nilai VO2
diperoleh dari perhitungan dengan data yang diperoleh dari step-test. Nilai
VO2max kemudian dihitung dengan Persamaan Åstrand – Åstrand nomogram.
Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung VO2.

Vo2 = 0,35 . f + 2,395 . f . h

Dimana :

f : frekuensi langkah (langkah per menit)

h : tinggi langkah (meter)

Vo2 : konsumsi oksigen pada fase konstan (ml. kg-1. min-1)

Dengan menggunakan konsumsi oksigen dalam fase konstan, Vo2max


dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

AG . (131,5 . Vo2)
VO2 MAX =
(HR + GF − 72)

Dimana :

HR : denyut jantung subjek terkait dengan pengukuran Vo2 submaksimal (bpm)

GF : faktor gender ( GF = 10 untuk pria, dan GF = 0 untuk wanita)

AG : faktor koreksi umur yang dikalkulasi dengan rumus berikut.

AG = 1,12 – 0,0073 * Usia

11
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
2.2.6 Kelelahan Fisik

Kelelahan akibat kerja dapat terjadi pada sebagian besar pekerja dan
meningkatkan risiko kecelakaan kerja. Kelelahan yang terjadi secara signifikan
dapat mempengaruhi keselamatan pekerja dengan meningkatkan tingkat
kesalahan kerja sehingga akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja
di industri (Santoso, 2004).

Faktor penyebab kelelahan belum sepenuhnya dipahami, namun


akumulasi asam laktat dan pembengkakan di otot tentu berperan dalam proses
tterjadinya kelelahan fisik. Metodologi yang dikembangkan oleh Brouha (1967)
untuk mengevaluasi kelelahan didasarkan pada pemulihan kurva detak jantung,
yang diukur secara langsung selama tiga menit pertama setelah pekerjaan selesai.
Pengukuran dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Fase 1 : P1 = denyut jantung (dalam bpm) selama 30 detik kedua


dari satu menit pertama (denyut antara detik ke 30 dan detik ke 60
dihitung kemudian dikalikan dua).
2. Fase 2 : P2 = denyut jantung (dalam bpm) selama 30 detik kedua
dari menit kedua (denyut antara menit ke 1,5 dan menit ke 2
dihitung kemudian dikalikan dua)
3. Fase 3 : P3 = denyut jantung (dalam bpm) selama 30 detik kedua
dari menit ketiga (denyut antara menit ke 2,5 dan menit ke – 3
dhitung kemudian dikalikan dua).

Setelah mengukur tahap 1, 2 dan 3, digunakan teknik untuk mengetahui


apakah pekerjaan dapat dilakukan pada saat shift kerja atau tidak. Penelitian dari
Brouha (1967) menyatakan jika rata-rata P1 adalah 110 bpm atau lebih rendah
dan ketika perlambatan yang terjadi antara P1 dan P3 paling sedikit 10 bpm,
maka beban kerja yang diterima oleh orang tersebut dapat diterima selama shift
kerjanya dengan asumsi urutan kerja dan waktu istirahat diatur dengan baik.

12
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Dalam praktikum tentang fisiologi kerja dibutuhkan beberapa alat dan bahan
diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Buku dan Alat tulis


2. Stopwatch
3. Heart Rate meter
4. Timbangan Berat Badan

13
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
3.2 Flowchart Pengamatan

Mulai

Menyiapkan
alat dan
bahan

Mulai naik turun


tangga

Menentukan
frekuensi langkah

Menghitung denyut
jantung TIDAK

Analisa nilai
frekuensi dan
denyut jantung
jantung

YA

Penetapan Hasil
Aktivitas Step-Test

Output Hasil
Aktivitas
Step-Test

Selesai

Gambar 3. 1 Flowchart Pengamatan

14
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
3.3 Alur Pengamatan
1. Kami melakukan pengamatan di laboratorium ergonomi yang dilakukan di
tangga kampus Universitas Bhayangkara Jakarta Raya berdasarkan
percobaan 1 orang, 1 orang membantu untuk mengukur hasil uji coba dan 1
orang menghitung waktu yang telah ditentukan dengan mengukur total
langkah yang didapat dalam waktu yang ditentukan, setelah itu menghitung
denyut jantung dengan cara melakukan aktivitas naik dan turun tangga
dengan total waktu selama 8 menit.

2. Kami mengumpulkan data perhitungan aktivitas step-test yang kami


perlukan dalam praktikum ini untuk menyusun laporan.

3. Setelah data perhitungan aktivitas step-test yang dikumpulkan cukup, kami


melakukan pengolahan terhadap data yang telah didapat.

4. Setelah data tersebut selesai diolah, data tersebut kami gunakan untuk
menyusun laporan praktikum.

5. Dalam menyusun laporan praktikum kami dibantu dengan adanya asistensi


untuk menyempurnakan laporan yang kami susun.

15
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13

BAB IV
PENGUMPULAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
Berdasarkan hasil pengamatan fisiologi kerja yang telah kelompok kami
lakukan di laboratorium ergonomi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya maka
kami akan melampirkan hasil yang diperoleh ke dalam gambar-gambar sebagai
berikut :

1. Menyiapkan seuruh alat dan bahan yang diperlukan.


2. Dalam proses pratikum, pengambilan data dilakukan dengan membagi tugas
dalam kelompok.
3. Lokasi yang digunakan untuk pratikum waktu yaitu tangga lantai 2
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.
4. Siapkan stopwatch untuk melakukan step-test pertama selama 1 menit
dengan 4 kali pengukuran denyut jantung dimulai dari detik ke-30 sampai
ke-60, lalu dari detik ke-90 sampai detik ke-120, dan terakhir dari detik ke-
150 sampai ke-180.
5. Selanjutnya lakukan step-test kedua selama 4 menit dan dilakukan sebanyak
1 kali percobaan tanpa waktu istirahat.
6. Mencatat data yag diperoleh.

4.1.1 Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 1

Gambar 4. 1 Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 1

16
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
Pada uji coba prosedur 1 untuk mencari frekuensi langkah 1 dilakukan dengan
naik turun tangga selama 1 menit untuk mengetahui hasil denyut jantung dan
jumlah langkah yang didapatkan. Setelah dilakukan uji coba didapatkan hasil
denyut jantung sebesar 109 pulse/win dengan total langkah sebanyak 37 langkah.

4.1.2 Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 2

Gambar 4. 2 Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 2


Pada uji coba prosedur 1 untuk mencari frekuensi langkah 2 dilakukan dengan
naik turun tangga selama 1 menit untuk mengetahui hasil denyut jantung dan
jumlah langkah yang didapatkan. Setelah dilakukan uji coba didapatkan hasil
denyut jantung sebesar 152 pulse/win dengan total langkah sebanyak 37 langkah.

4.1.3 Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 3

Gambar 4. 3 Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 3


Pada uji coba prosedur 1 untuk mencari frekuensi langkah 3 dilakukan dengan
naik turun tangga selama 1 menit untuk mengetahui hasil denyut jantung dan

17
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
jumlah langkah yang didapatkan. Setelah dilakukan uji coba didapatkan hasil
denyut jantung sebesar 153 pulse/win dengan total langkah sebanyak 36 langkah.

4.1.4 Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 4

Gambar 4. 4 Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 4


Pada uji coba prosedur 1 untuk mencari frekuensi langkah 4 dilakukan dengan
naik turun tangga selama 1 menit untuk mengetahui hasil denyut jantung dan
jumlah langkah yang didapatkan. Setelah dilakukan uji coba didapatkan hasil
denyut jantung sebesar 159 pulse/win dengan total langkah sebanyak 39 langkah.

4.1.5 Uji Coba Prosedur 2 Frekuensi Langkah (F)

Gambar 4. 5 Uji Coba Prosedur 2 Frekuensi Langkah (F)


Pada uji coba prosedur 2 untuk mencari frekuensi langkah F dilakukan
dengan naik turun tangga selama 4 menit untuk mengetahui hasil denyut jantung
dan jumlah langkah yang didapatkan. Setelah dilakukan uji coba didapatkan hasil
denyut jantung sebesar 147 pulse/win dengan total langkah sebanyak 178 langkah.

18
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13

BAB V
PEMBAHASAN DAN ANALISA
5.1 Pembahasan
Setelah mendapatkan data dalam aktivitas step-test maka dilakukan
perhitungan energi yang terpakai, persentase istirahat yang dibutuhkan, pembagian
waktu kerja istirahat, kapasitas fisik, dan evaluasi kelelahan.

Tabel 5. 1 Hasil Data Aktivitas Step-test


Hipotesis Subjek
Tekanan udara sekitar 753 mmHg Nama Muhammad Irfan
Kandungan oksigen pada hembusan 17 % Berat Tubuh 54 Kg
Kandungan oksigen pada udara sekitar 19 % Jenis Kelamin Laki-laki
Temperatur sekitar 29 °C Tinggi langkah 10 cm
Prosedur 1
Frekuensi Langkah 1 37 Denyut Jantung 1 109 pulse/win
Frekuensi Langkah 2 37 Denyut Jantung 2 152 pulse/win
Frekuensi Langkah 3 36 Denyut Jantung 3 153 pulse/win
Frekuensi Langkah 4 39 Denyut Jantung 4 159 pulse/win
Prosedur 2
Frekuensi Langkah 147 Denyut Jantung 178 pulse/win

5.1.1 Energi yang Terpakai dalam Aktivitas Step-test


Hasil aktivitas step-test pada Tabel 4.1 memiliki nilai pengukuran dalam bpm
untuk detak jantung dan frekuensi untuk langkah. Aktivitas yang dilakukan
menggunakan tenaga sebagai ukuran ketahanan fisik operator. Berikut perhitungan
energinya dalam prosedur 2.

PB (mmHg) − pH 2o (mmHg) 273


STPDcorrection = [ ][ ]
760 273 + T (°C)

753 − 30 273
=[ ][ ]
760 273 + 29

= 0,855

VO2 = 0,35 × f + 2,395 × f × h

= 0,35 × 147 + 2,395 × 147 × 0,1

19
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
= 51,45 + 35,206
86,656
=
1000
= 0,086 × 54
= 4,644 liter kg −1 min−1
VO2 = VE (FIO2 − FEO2 )
4,644 = VE (0,19 − 0,17)
4,644
= VE
0,02
VE = 232,2
VE = 232,2 × 0,855
= 198,531
E = 4,92 × 0,02 × 198,531
= 19.535 kcal. min−1
Setelah melakukan perhitungan terhadap energi yang diperlukan dalam
aktivitas step-test pada prosedur 2 maka didapatkan hasil 𝟏𝟗, 𝟓𝟑𝟓 𝐤𝐜𝐚𝐥. 𝐦𝐢𝐧−𝟏
yang berarti bawha dibutuhkan energi minimal 𝟏𝟗, 𝟓𝟑𝟓 𝐤𝐜𝐚𝐥. 𝐦𝐢𝐧−𝟏 dalam
melakukan aktivitas step-test tersebut. Berdasarkan hasil tesebut jika kita
konversikan ke dalam kcal.h-1 maka didapatkan 459,5 kcal.h-1 yang mana
berdasarkan Tabel 2.2 hasil tersebut termasuk dalam golongan pekerjaan yang
berat.

5.1.2 Persentase Istirahat yang Dubutuhkan untuk Aktivitas Step-test


Energi 26,08 kkal/menit pada prosedur 2 dalam pelaksanaan aktivitas step-
test membutuhkan waktu istirahat yang tepat dengan energi yang dikeluarkan.
Berikut perhitungan persentase istirahat yang diperlukan untuk kegiatan step-test
menurut Muller (1945) yang dilakukan oleh subjek dalam prosedur 2.

W − 5,33
R =
W − 1,33

19,535 − 5,33
=
19,535 − 1,33

20
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
14,205
=
18,205

= 0,78

= 78 %

Setelah melakukan perhitungan persentase istirahat yang dibutuhkan dalam


aktivitas step-test pada prosedur 2 maka didapatkan hasil 78% yang berarti bahwa
dalam penggunaan energi sebesar 𝟏𝟗, 𝟓𝟑𝟓 𝐤𝐜𝐚𝐥. 𝐦𝐢𝐧−𝟏 dibutuhkan persentase
istirahat sebesar 78%, jika persentase istirahat kurang dari 78% maka operator akan
mengalami kelelahan yang berlebihan.

5.1.3 Pembagian Waktu Kerja Istirahat untuk Aktivitas Step-test

Persentase waktu istirahat di atas dapat dijadikan sebagai referensi bagi


operator untuk memulihkan tingkat kelelahan. Tapi hal Hal ini membuat
produktivitas dan efisiensi kerja operator menurun. Oleh karena itu, diperlukan
perhitungan pembagian waktu istirahat operator untuk mendapatkan manfaat
efisiensi dan keselamatan operator. Berikut perhitungan pembagian waktu istirahat
untuk aktivitas step-test berdasarkan rumus yang dihasilkan oleh Tayyari (1994)
pada prosedur 2.

25
TMAX =
M−5

25
=
19,535 − 5

25
=
14,535

= 1,719 min

TMAX = TW

TW (M − 5)
TR =
3,5

1,719 (19,535 − 5)
=
3,5

21
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
1,719 (14,535)
=
3,5

24,985
=
3,5

= 7,138 min

Setelah melakukan perhitungan pembagian waktu kerja istirahat untuk


aktivitas step-test pada prosedur 2 maka didapatkan hasil untuk TMAX adalah 1,719
menit maka waktu bekerja (TW) tidak boleh melebihi dari TMAX agar tidak terjadi
kelelahan yang berlebihan. Sedangkan hasil yang didapatkan untuk TR adalah 7,138
menit yang berarti bahwa durasi waktu istirahat yang dibutuhkan dengan durasi
maksimun sebesar 1,719 menit dalam pemulihan tenaga hingga kembali bekerja
adalah minimal 7,138 menit

5.1.4 Kapasitas Fisik untuk Aktivitas Step-test

Aktivitas yang dilakukan oleh operator membutuhkan energi dan istirahat


dalam proses. Setiap operator memiliki energi dan butuh istirahat yang berbeda, ini
karena kapasitas fisik operator untuk menerima beban kerja yang berbeda antara
operator. Berikut ini adalah perhitungan kapasitas step-test subjek pada prosedur 2.

VO2 = 0,35 × f + 2,395 × f × h

= 0,35 × 147 + 2,359 × 147 × 0,1

= 51,45 + 35,206

86.656
=
1000

= 0,086 × 54

= 4,644 liter. min−1

AG = 1,12 − 0,0073 × age

= 1,12 − 0,0073 × 19

= 1,12 − 0,138

22
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
= 0,982

AG (131,5 × VO2 )
VO2 MAX =
(HR + GF − 72)

0,982 (131,5 × 4,644)


=
(178 + 10 − 72)

0,982 (610.686)
=
116

599,693
=
116

= 5,169 liter. min−1

Setelah melakukan pengolahan data untuk menghitung kapasitas fisik


aktivitas step-test pada prosedur 2 maka didapatkan hasil untuk konsumsi oksigen
(𝐕𝐎𝟐 ) adalah sebesar 𝟒, 𝟔𝟒𝟒 𝐥𝐢𝐭𝐞𝐫. 𝐦𝐢𝐧−𝟏 dan konsumsi oksigen maksimalnya
(VO2MAX) adalah sebesar 𝟓, 𝟏𝟔𝟗 𝐥𝐢𝐭𝐞𝐫. 𝐦𝐢𝐧−𝟏 serta denyut jantung yang
didapatkan dalam melakukan aktivitas tersebut adalah sebesar 178 bpm, ini
menunjukkan nilai yang cukup besar baik dari konsumsi oksigen maupun denyut
jantung operator. Berdasarkan Tabel 2.2 hasil tersebut termasuk dalam golongan
pekerjaan yang sangat berat.

5.1.5 Hasil Evaluasi Kelelahan Aktivitas Step-test

Berikut adalah hasil evaluasi kelelahan fisik yang dilakukan menurut metode
Brouha(1967) dengan menggunakan data yang sudah didapat pada prosedur 1.

1. Fase 1 : P1 = 109 × 2 = 218 bpm


2. Fase 2 : P2 = 152 × 2 = 304 bpm
3. Fase 3 : P3 = 153 × 2 = 306 bpm
4. Fase 4 : P3 = 159 × 2 = 318 bpm
5. Fase 5 : P5 = 178 × 2 = 356 bpm

Berdasarkan penelitian dari Brouha (1967) menyatakan bahwa jika rata-rata


P1 adalah 110 bpm atau dibawahnya dan bila perlambatan yang terjadi antara P1
dan P3 paling sedikit 10 bpm, maka beban kerja yang diterima oleh orang tersebut

23
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13
dapat diterima selama shift kerjanya dengan asumsi urutan kerja dan waktu istirahat
tertata dengan baik. Dari hasil perhitungan yang telah didapatkan, beban kerja yang
diterima praktikan tidak dapat diterima pada saat shift kerjanya karena rata-rata P1
lebih dari 110 bpm, sehingga diperlukan durasi waktu istirahat yang lebih lama.

24
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Energi yang digunakan pada kegiatan uji langkah pada prosedur 2 adalah
19,535 kcal. min−1 termasuk dalam kelompok kerja berat.
2. Persentase istirahat yang dibutuhkan dalam kegiatan tes langkah pada
prosedur 2 sebesar 78%.
3. Pembagian waktu kerja istirahat untuk kegiatan step-test pada prosedur 2
dengan durasi maksimal 1,719 menit minimal 7,138 menit.
4. Tes kemampuan fisik langkah-langkah kegiatan pada prosedur 2 dengan
nilai konsumsi oksigen (VO2 ) sebesar 4,644 liter. min−1 dan konsumsi
oksigen maksimum (VO2 MAX ) sebesar 5.169 liter. min−1 serta dengan
denyut jantung 178 bpm kerja tergolong dalam kerja keras.
5. Hasil evaluasi step-test aktivitas kelelahan pada prosedur 1 menunjukkan
rata-rata nilai P1 lebih dari 110 bpm yang dinyatakan bahwa beban kerja
tidak dapat diterima dalam shift kerjanya.

6.2 Saran
1. Dalam mengumpulkan data aktivitas step-test sebaiknya dilakukan lebih
teliti dalam menghitung langkah frekuensi yang dilakukan oleh operator
agar tidak terjadi kesalahan perhitungan.
2. Dalam menghitung denyut nadi operator saat sedang beraktivitas sebaiknya
tidak menggunakan perhitungan manual karena menyebabkan denyut nadi
tidak akurat, lebih akurat dengan menggunakan alat.

25
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13

DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, M., & Juhara, S. (2020). Analisis Beban Kerja Fisiologis Mahasiswa Saat
Praktikum Analisa Perancangan Kerja Dengan Menggunakan Metode 10
Denyut. Jurnal Pendidikan dan Aplikasi Industri (UNISTEK), 7 (1), 22-31.

Magrib, N. I .D. (2018). Pengukuran Bbeban Kerja Dengan Metode Fisiologi (Studi
Kasus Pada “X” Fitness Center Ambon). Matrik : Jurnal Manajemen dan
Teknik Industri Produksi, 11 (1), 50-59.

Nugraha, A. E., & Sari, R. P. (2020). Identifikasi Beban Kerja Melalui Penerapan
Fisiologis Kerja Pada Pekerja Sentra Industri Sepatu. STRING (Satuan
Tulisan Riset dan Industri Teknologi), 5 (1), 37-44.

26
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5 “Fisiologi Kerja”
Kelompok 13

LAMPIRAN

27

Anda mungkin juga menyukai