Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM ERGONOMI

MODUL 5 : FISIOLOGI KERJA

Disusun Oleh :
Kelompok 9

1. Akbar Dwi Nugroho 202110215072

2. Fajar Muhammad 202110215082

3. Fikri Nurpahrudin 202110215064

4. Gilang Ramadhan 202110215067

5. Gregorius Advent 202110215068

6. M. Khairil Ihsan 202110215071

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah Subhana Wata’ala atas
rahmat-Nya, penulis bisa menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
laporan ini ditulis sebagai salah satu syarat penilaian akademik mata kuliah
Ergonomi jurusan Teknik Industri di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.
Kami menyadari dalam pembuatan tugas Ergonomi ini tidak menutup
kemungkinan masih terdapat beberapa kesalahan baik dari segi materi
ataupun dari tata cara penulisan. Penulis juga tidak lupa ingin mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak, antara lain:

1. Kedua Orang Tua yang selalu dan tak pernah lelah dalam mendukung dan
mendoakan penulis.

2. Ade Irpan Sabilah, S.T.,M.T selaku dosen pengampu mata kuliah ergonomi
di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

3. Rifda Ilahy Rosihan, S.T., M.Sc. selaku kepala laboratorium di Universitas


Bhayangkara Jakarta Raya.

4. Galih Aditya selaku asisten praktikum mata kuliah ergonomi.

5. Saudara didik beserta keluarga yang telah membimbing dan merelakan


waktunya untuk membantu penulis dalam praktikum ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktikum ini masih


banyak kekurangan, baik dalam cara penyusunan maupun dalam
pengumpulan dan pengolahan data. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dari para pembaca agar menjadi masukan untuk penyusunan-
penyusunan selanjutnya. Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.

Bekasi,19 Desember 2022

Kelompok 9

i
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Pengamatan ......................................................................................... 2
1.4 Waktu Pengamatan ......................................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................. 4
2.1. Definisi Fisiologi Kerja ........................................................................................... 4
2.2. Pengertian Kerja Fisik ........................................................................................... 4
2.1.1. Konsumsi Energi saat Bekerja........................................................................ 5
2.1.2 Pengukuran Konsumsi Energi ......................................................................... 7
2.1.3. Kalorimetri Tak Langsung ............................................................................. 7
2.1.4 Kapasitas Kerja Fisik ...................................................................................... 9
2.1.5 Kelelahan Fisik ............................................................................................. 11
2.3. Klasifikasi Beban Kerja ........................................................................................ 12
2.4.Penentuan Waktu Istirahat .................................................................................. 12
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ........................................................ 15
3.1 Alat dan Bahan .............................................................................................. 15
3.2. Flowchart Pengamatan ....................................................................................... 16
3.3. Alur Pengamatan .......................................................................................... 17
BAB IV PENGUMPULAN DATA....................................................................................... 18
4.1 Pengumpulan Data .............................................................................................. 18
4.1.1 Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 1 .................................................... 18
4.1.2. Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 2................................................... 19
4.1.3. Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 3................................................... 19
4.1.4. Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 4................................................... 20
4.2.1. Uji Coba Prosedur 2 Frekuensi Langkah(F) ....................................................... 20
BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISA.............................................................................. 21
5.1 Pembahasan ........................................................................................................ 21
5.2. Pengolahan Data ................................................................................................ 21
5.1.1. Energi yang Terpakai dalam Aktivitas Step-test ........................................... 21
5.1.2. Persentase Istirahat yang Dubutuhkan untuk Aktivitas Step-test. .................. 22

ii
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

5.1.3. Pembagian Waktu Kerja Istirahat untuk Aktivitas Step-test .......................... 23


51.4. Kapasitas Fisik untuk Aktivitas Step-test....................................................... 24
5.1.5. Hasil Evaluasi Kelelahan Aktivitas Step-test ................................................ 24
BAB VI PENUTUP .......................................................................................................... 25
6.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 25
6.2 Saran ................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 26
LAMPIRAN .................................................................................................................... 27

iii
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Karakteristik Konsumsi Oksigen Saat Bekerja dan Saat Beristirahat ............ 6
Gambar 2. 2 Ilustrasi Sebuah Kalorimeter ....................................................................... 7
Gambar 3. 1 Flowchart Pengamatan .............................................................................. 16
Gambar 4, 1 Frekuensi Langkah 1 ................................................................................. 18
Gambar 4, 2 Uji Coba Frekuensi Langkah 2 .................................................................. 19
Gambar 4, 3 Uji Coba Frekuensi Langkah 3 .................................................................. 19
Gambar 4, 4 Uji Coba Frekuensi Langkah 4 .................................................................. 20
Gambar 4, 5 Uji Coba Frekuensi Langkah (F) ............................................................... 20

iv
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

DAFTAR TABEL
Tabel 5. 1 Data Hasil Praktikum .................................................................................... 21

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap manusia selalu bekerja untuk memelihara dan memenuhi
kelangsungan dan kebutuhan hidupnya, namun seiring kebutuhan manusia yang
tidak pernah ada habisnya terkadang memaksa manusia untuk selalu bekerja tanpa
mempedulikan kondisi tubuhnya akan tetapi manusia mempunyai keterbatasan
dalam melakukan aktivitas itu. Salah satu dari keterbatasan manusia adalah
mengalami kelelahan dan stress akibat beban kerja.

Besarnya penggunaan tenaga pada saat melakukan aktivitas juga akan


berpengaruh pada kekuatan dan daya tahan tubuh untuk melaksanakan aktivitas
tersebut, pekerjaan dengan menggunakan tenaga yang lebih besar dan lebih cepat
akan menimbulkan kelelahan dibandingkan dengan tenaga yang lebih kecil, selain
itu sikap pekerja dalam melakukan pekerjaannya juga merupakan faktor yang
mempengaruhi terh adap pengeluaran energi. Salah satu ilmu ergonomiyang dapat
membantu kita dalam memberikan gambaran mengenai faktor apa saja yang
mempengaruhi kelelahan kerja pada suatu aktivitas kerja adalah fisiologi kerja.
Dengan menggunakan ilmu fisiologi, dapat diukur konsumsi oksigen dan energi
yang dihasilkan untuk setiap pekerjaan,kecepatan denyut jantung awal sebelum
beraktivitas, suhu tubuh awal sebelum beraktivitas, kecepatan denyut jantung saat
beraktivitas, kecepatan denyut jantung setelah beraktivitas, dan suhu tubuh setelah
beraktivitas. Pengukuran bisa dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Pengukuran secara langsung yaitu pengukuran dilakukan dengan menggunakan
alat khusus yang menunjukkan konsumsi oksigen dan energi yang dihasilkan
untuk setiap pekerjaan. Cara tidak langsung adalah meggunakan rumus-rumus
yang akan mendapatkan jumlah konsumsi oksigen dan energi yang dihasilkan
untuk setiap pekerjaan melalui data denyut jantung per menit, perubahan
temperatus tubuh, dan waktu recovery percobaan.

Pada pratikum materi ini mahasiswa 3PTD1 melakukan uji step-test dengan naik
turun tangga dan diukur denyutnya menggunakan alat heart ratemeter sehingga

1
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

dengan pratikum ini bisa menjadi landasan dan pelajaran bagi kami dalam
menerapkan cara bekerja yang baik dan benar.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam praktikum tentang fisisologi kerja yaitu
sebagai berikut:

1. Berapakah energi yang terpakai dalam aktivitas step-test?


2. Berapakah persentase istirahat yang dibutuhkan untuk aktivitas step-test
berdasarkan Muller (1945)?
3. Berapakah pembagian waktu kerja istirahat untuk aktivitas step- test
berdasarkan Tayyari (1994)?
4. Berapakah kapasitas fisik untuk aktivitas step-test?
5. Berapakah hasil evaluasi kelelahan aktivitas step-testberdasarkan Brouha
(1967)?

1.3 Tujuan Pengamatan


Adapun tujuan dalam praktikum tentang analisis postur tubuh yaitu sebagai
berikut:

1. Mengetahui besar energi yang terpakai dalam aktivitas step-test.

2. Mengetahui besar persentase istirahat yang dibutuhkan untuk aktivitas step-


testberdasarkan Muller (1945).

3. Mengetahui pembagian waktu kerja istirahat untuk aktivitas step-test


berdasarkan Tayyari (1994).

4. Mengetahui besar kapasitas fisik untuk aktivitas step-test.

5. Menganalisis hasil evaluasi kelelahan aktivitas step-testberdasarkan Brouha


(1967).

1.4 Waktu Pengamatan


Berdasarkan kegitan praktikum Ergonomi dilakukan pada tanggal 15
Desember 2022 pada pukul 19.00-21.00 WIB di Universitas Bhayangkara Jakarta
Raya.

2
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan kerja praktik ini terdiri dari enam bab yang di mulai
bab yang di mulai dengan bab pendahuluan sebgai pengantar umum, mengenai
aspek aspek dari laporan praktikum ergonomi ini secara keseluran.

Bab I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah rumusan, rumusan masalah,


tujuan, waktu, pengamatan, serta sistematika penulisan.

Bab II LANDASAN TEORI

Bab ini menerangkan sebuah teori secara singkat yang


berhubungan dengan ergonomi.

Bab III METODOLOGI

Bab ini menjelasan bahan,alat dan pengukuran data pada pratikum


ergonomi.

Bab IV PENGUMPULAN DATA

Bab ini menjelaskan pengertian fisiologi kerja dalam denyut nadi


jantung yang dilakukan manusia dengan cara melakukan naik turun
tangga.

Bab V PEMBAHASAN DAN ANALISA

Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dari apa yang telah
dilakukan pada saat praktikum.

Bab VI PENUTUP

Bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran yang kita dapat dari
pratikum ergonomi serta di berikan juga saran baik untuk asisten
labotariom dan fasilitas di labotarium tempat praktikum

LAMPIRAN

Berisikan lembar asistesnsi serta lembar kerja pengukuran


“FISIOLOGI KERJA”

3
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Fisiologi Kerja


Fisiologi Kerja adalah Ilmu yang mempelajari fungsi/faal tubuh
manusiapada saat bekerja. Merupakan dasar berkembangnya ergonomi.bisa
dikatakan juga fisiologi kerja adalah fokus dengan respon tubuh terhadap
kebutuhan metabolisme pada saat kerja dengan mengukur aktivitas dari
cardiovaskular respiratory dan sistem otot pada saat kerja kita bisamendapatkan
informasi untuk mencegah kelelahan.

Dengan diketahuinya fisiologi kerja diharapkan mampu meringankan beban


kerja seorang pekerja dan meningkatkan produktivitas kerja.Pengetahuan dasar
mengenai fisiologi kerja memungkinkan untuk dapatdievaluasi suatu sistem kerja
secara efektif. Diupayakan evaluasi kerjasemaksimal mungkin bersifat objektif
dan kuantitatif. Penilaian secarakualitatif misalnya adanya kelelahan kerja, hal
ini memerlukan analisis lebihlanjut mengingat kemampuan individual
yang berbeda.(Try Lestari Kusuma Putri,2020)

2.2. Pengertian Kerja Fisik


Kerja fisik ( physical work) adalah kerja yang memerlukan energi fisik
ototmanusia sebagai sumber tenaganya ( power). Kerja fisik seringkali disebut
sebagai “Manual Operation” diamana performansi kerja sepenuhnya akan
tergantung manusia baik yang berfungsi sebagai sumber tenaga ( power)ataupun
pengendali kerja (control). Dalam hal kerja fisik ini, konsumsi energi (energi
consumption) merupakan faktor utama dan tolak ukur sebagai penentu berat atau
ringannya kerja fisik tersebut.(Try Lestari Kusuma Putri,2020)

Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan fungsi pada alat alat tubuh yang
dapat dideteksi melalui :

1. Konsumsi oksigen

2. Denyut jantung

3. Peredaran udara dalam paru-paru

4
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

4. Temperatur tubuh

5. Konsentrasi asam laktat dalam darah

6. Komposisi kimia dalam darah dan air seni

7. Tingkat penguapan

8. Faktor lainnya

Kerja fisik akan mengeluarkan energi yang berhubungan erat


dengankonsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya
ditentukandengan cara tidak langsung, yaitu dengan pengukuran :

1. Kecepatan denyut jantung

2. Konsumsi Oksigen

2.1.1. Konsumsi Energi saat Bekerja


Tubuh manusia mendapatkan kebutuhan energi untuk aktivitas otot dengan
dua cara, yaitu aerobik dan anaerobik. Ketika manusia melakukan pekerjaan
normal yang dapat dilakukan untuk periode waktu yang cukup lama, oksigen yang
masuk ke tubuh melalui paru – paru cukup untuk memenuhi kebutuhan energi.
Sebagian besar pekerjaan industri memiliki karakteristik alamiah seperti ini.
Energi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan intensitas yang tinggi
dipenuhi secara anaerobik. Sebenarnya, energi yang dibutuhkan di permulaan
aktivitas berintensitas rendah juga dipenuhi secara anaerobik sampai seluruh
sistem kardiovaskular telah mempersiapkan pengaturan – pengaturan biologis
yang dibutuhkan untuk memasok kebutuhan energi secara aerobik. Dalam kondisi
anaerobik, tubuh mengalami defisit oksigen yang harus dibayar selama periode
istirahat saat berhenti melakukan aktivitas fisik. Gambar 2.1mengilustrasikan
beberapa aspek menarik dari respon fisiologi tubuh terhadap aktivitas pekerjaan,
dalam hal konsumsi oksigen selama bekerja.

5
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

Gambar 2. 1 Karakteristik Konsumsi Oksigen Saat Bekerja dan Saat Beristirahat

Berdasarkan Gambar 2.1 diketahui bahwa konsumsi oksigen tidak dimulai


dari nol, namun dimulai dari laju metabolisme basal perorangan, dan akan
kembali ke laju metabolisme basal setelah istirahat. Kebutuhan awal untuk
memasok oksigen ke otot tidak terpenuhi secara aerobik oleh tubuh (tubuh
manusia tidak dapat merespon dengan instan terhadap kebutuhan oksigen yang
meningkat). Akibatnya, defisit oksigen terjadi, yang diakibatkan oleh proses
anaerobik. Dalam selang waktu yang pendek (umumnya 3 – 5 menit), fase
konstan (steady state) akan tercapai dimana sistem aerobik memasok kebutuhan
oksigen pada tubuh. Setelah fase konstan ini, maka konsumsi oksigen tidak akan
mengalami perubahan yang signifikan. Setelah aktivitas pekerjaan telah selesai,
tubuh tidak langsung kembali ke kondisi basalnya. Oleh karena laju respirasi yang
dipercepat, laju metabolisme yang telah meningkat, dan kebutuhan untuk
membayar hutang oksigen, maka konsumsi oksigen berkurang sepanjang waktu
sampai akhirnya kembali ke kondisi basal. Waktu istirahat umumnya lebih lama
dari waktu yang dibutuhkan untuk mencapai fase konstan dari konsumsi oksigen.
Umumnya 80 – 90% dari pemulihan terjadi di beberapa menit pertama dari
periode istirahat. Apabila intensitas pekerjaan berubah, kurva konsumsi oksigen
juga berubah. Seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.1. peningkatan
intensitas kerja akan mengakibatkan peningkatan yang lebih cepat dalam
konsumsi oksigen di awal dan konsumsi oksigen pada fase konstan yang lebih
tinggi. Saat intensitas pekerjaan meningkat secara kontinu, kurva konsumsi

6
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

oksigen akan terus meningkat membentuk fase konstan yang baru sampai
mencapai kapasitas aerobik (VO2max) individu.

2.1.2 Pengukuran Konsumsi Energi


Energi untuk melakukan berbagai aktivitas didapatkan dari proses
biomekanik dalam tubuh manusia yang disebut metabolisme. Kalorimetri adalah
proses pengukuran panas yang dihasilkan oleh sumber energi. Hal ini merujuk
pada pengukuran penggunaan energi dari metabolisme oleh tubuh manusia. Dua
metode umum dari kalorimetri yang dikenal adalah kalorimetri langsung dan tak
langsung. Kalorimetri langsung didapatkan melalui pengukuran panas (energi)
yang dihasilkan seseorang melalui sebuah kalorimeter. Kalorimeter, seperti pada
Gambar 2.2. pada dasarkanya merupakan sebuah ruang kotak yang memiliki
dinding berlapis. Dinding ini terdiri atas serangkaian pipa yang dialiri air dingin
untuk pendinginan, elemen elektrik untuk pemanas, dan sebuah termometer untuk
mengukur temperatur. Ruangan dijaga sehingga suhu di dalamnya konstan dan
tidak ada panas yang hilang.

Gambar 2. 2 Ilustrasi Sebuah Kalorimeter

2.1.3. Kalorimetri Tak Langsung


Kalorimetri tak langsung adalah pengukuran laju metabolisme melalui laju
konsumsi oksigen yang terukur.Metode yang umumnya digunakan dalam
kalorimetri ini adalah metode sirkuit terbuka (open circuit method) dan metode
sirkuit tertutup (closed circuit method).

7
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

Pada method sirkuit terbuka, subjek menghirup udara dari lingkungan dan
menghembuskan di alat berupa respiratory gasometer atau metabolimeter untuk
mengukur volume udara yang dihembuskan dan/atau konsumsi oksigen. Volume
udara yang dihembuskan harus dikoreksi ke dalam kondisi standar (STPD) dan
dianalisis untuk mengetahui kandungan oksigen dan karbon dioksida di dalamnya.
Kemudian, konsumsi oksigen dan produksi karbon dioksida dihitung. Berikut
adalah faktor koreksi STPD.

Keterangan :

PB : Tekanan udara sekitar (mmHg)

PH2O : Tekanan uap air (mmHg) pada temperatur gasometer,

yang didapatkan dari Tabel 2.1.

T : Temperatur gasometer atau sampel gas yang terkumpul (C)

Tabel 2. 1 Tekanan Uap Air (mmHg) dalam Rentang 0 dan 49 Celcius dengan kenaikan 1
celcius

Konsumsi energi, dengan tingkat akurasi yang dapat diterima, diestimasi dengan
formula weir (weir, 1949) : E (kcal.min-1) = 4,92 (FIO2 – FEO2) VE

Keterangan :

VE : Volume udara yang dihembuskan dalam l.min-1 diSTPD; F IO2 : Fraksi


oksigen dari udara yang dihirup (dapat diasumsikan sebesar 0,2093)

FEO2 : Fraksi oksigen dari udara yang dihembuskan 4,92 : Kilokalori energi yang
setara dengan 1 liter oksigen yang dikonsumsi

8
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

Metode kedua, metode sirkuit tertutup dari kalorimetri tak langsung, subjek
dipisahkan dari udara luar sepenuhnya dan bernafas melalui sistem respiratori
tertutup. Sistem respiratori awalnya mengandung oksigen murni. Kandungan
karbon dioksida dari udara yang dihembuskan subjek secara kontinu dipindahkan
selagi melalui soda lime. Laju konsumsi oksigen diukur dari pengurangan volume
gas yang terukur dalam sistem yang tertutup.

2.1.4 Kapasitas Kerja Fisik


Kapasitas kerja fisik (Physical Work Capacity) merujuk pada kapabilitas
maksimum sistem fisiologi untuk menghasilkan energi untuk aktivitas otot. Bagi
manusia sehat yang normal, PWC dikaitkan secara langsung dengan kapabilitas
sistem kardiovaskular untuk menyediakan oksigen pada otot yang bekerja dan
untuk menghilangkan limbah metabolisme. PWC dapat didefinisikan dalam
bentuk aktivitas kelompok otot yang spesifik (PWC dari aktivitas pengangkatan
lengan) atau aktivitas tubuh keseluruhan. Uji standar untuk mendapatkan PWC
normalnya menggunakan treadmill atau cycle ergometer untuk menyediakan
beban kerja yang konstan bagi subjek. Kapasitas aerobik adalah nilai maksimum
dari konsumsi oksigen. Hal ini dilambangkan dengan VO2max dan biasanya
diekspresikan dalam liter per menit ( l.min-1) atau mililiter oksigen per kilogram
masa tubuh per menit (ml.kg-1.min-1).inonim kapasitas aerobik mencakup PWC,
konsumsi oksigen maksimum, dan VO2max. Kapasitas aerobik berbeda – beda
secara signifikan setiap orang. Hal yang mempengaruhi berasal dari beberapa

faktor, yaitu :

1. Faktor somatik : ukuran tubuh, umur, dan jenis kelamin.

2. Faktor psikis : atitut, motivasi.

3. Lingkungan : ketinggian, suhu, kelembaban.

4. Karakteristik kerja : intensitas atau beban kerja, durasi, ritme, teknik.

5. Karakteristik fisiologis perorangan yang diwariskan secara genetik.

Penilaian kapasitas aerobik dapat ditentukan secara langsung maupun tak


langsung. Penilaian langsung kapasitas aerobik mencakup maximal testing dan
biasanya dilakukan oleh subjek yang masih berusia muda dan terlatih (atlit atau

9
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

pelajar yang aktifberolahraga). Submaximal testing (penilaian tak langsung), yang


mana jauh lebih rileks, lebih tepat untuk digunakan di industri.

Ada beberapa metode estimasi VO2max tak langsung berdasarkan pengukuran


VO2 submaksimal dan denyut jantung. Beberapa metode tersebut adalah :

1. Metode regresi

2. Åstrand – Åstrand nomogram

3. Step test

4. Metode konvensional Tayyari

Step-test umumnya digunakan pada saat alat – alat analisis tidak tersedia untuk
menentukan nilai FEO2 . Step-test dapat digunakan karena kesederhanaannya,
kemudahan penggunaan dan prosedur pelaksanaan, penggunaan denyut jantung
sebagai parameter yang diukur, dan biaya yang rendah. Step test dilakukan dalam
tiga tahap aktivitas naik turun tangga dengan masing – masing tahap selama tiga
menit dan dipisahkan dengan periode istirahat satu menit. Nilai VO2 didapatkan
dari penghitungan dengan data yang didapatkan dari step test. Nilai VO2max
kemudian dhitung dengan persamaan Åstrand – Åstrand nomogram. Berikut
adalah rumus yang digunakan untuk menghitung VO2.

Vo2 = 0,35 . f + 2,395 . f . h

Dimana:

f : frekuensi langkah (langkah per menit)

h : tinggi langkah (meter)

Vo2 : konsumsi oksigen pada fase konstan (ml. kg-1. min-1)

Dengan menggunakan konsumsi oksigen pada fase konstan, maka Vo2max dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

Vo2max = AG . (131,5 . Vo2) / (HR + GF – 72)

Dimana:

HR : denyut jantung subjek terkait dengan pengukuran Vo2 submaksimal (bpm)

10
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

GF : faktor gender ( GF = 10 untuk pria, dan GF = 0 untuk wanita)

AG :faktor koreksi umur yang dikalkulasi dengan rumus berikut.

AG = 1,12 – 0,0073 * Usia

2.1.5 Kelelahan Fisik


Kelelahan fisik umumnya ditandai dengan rasa sakit pada bagian otot
tertentu dan dengan melemahnya kemampuan dari bagian otot tertentu. Faktor –
faktor yang menyebabkan kelelahan ini belum sepenuhnya dipahami namun
adanya akumulasi asam laktat dan pembengkakan pada otot tentunya mengambil
peran dalam proses terjadinya kelelahan fisik. Sebuah metodologi yang
dikembangkan oleh Brouha (1967) untuk mengevaluasi kelelahan yang
didasarkan pada pemulihan kurva denyut jantung, yang diukur langsung selama
tiga menit pertama setelah pekerjaan selesai. Pengukuran tersebut dilakukan
dengan cara sebagai berikut.

1. Fase 1 : P1 = denyut jantung (dalam bpm) selama 30 detik kedua dari satu
menit pertama (denyut antara detik ke 30 dan detik ke 60 dihitung kemudian
dikalikan dua).

2. Fase 2 : P2 = denyut jantung (dalam bpm) selama 30 detik kedua dari


menit kedua (denyut antara menit ke 1,5 dan menit ke 2 dihitung kemudian
dikalikan dua)

3. Fase 3 : P3 = denyut jantung (dalam bpm) selama 30 detik kedua dari


menit ketiga (denyut antara menit ke 2,5 dan menit ke – 3 dhitung kemudian
dikalikan dua)

Setelah pengukuran fase 1, 2, dan 3 maka sebuah teknik untuk mengetahui


apakah pekerjaan dapat dilakukan selama shift kerja atau tidak. Penelitian dari
Brouha (1967) menyatakan apabila rata – rata P1 sebesar 110 bpm atau
dibawahnya dan saat perlambatan yang terjadi antara P1 dan P3 setidaknya 10
bpm, maka beban kerja yangditerima orang tersebut dapat diterima selama shift
kerjanya dengan asumsi urutan kerja dan waktu istirahat terorganisir dengan baik.

11
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

2.3. Klasifikasi Beban Kerja


Pekerjaan fisik diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan energi dan
diekspresikan dalam kcal per jam atau watt. Namun, faktor –faktor yang
digunakan untuk mengklasifikasikan beban kerja cukup acak, seperti kebutuhan
oksigen dan laju denyut jantung. Tabel 2.2 berikut dapat digunakan sebagai
referensi pengelompokkan kerja fisik.

Tabel 2. 2 Klasifikasi Beban Kerja dengan Konsumsi Oksigen dan pengeluaran energi

2.4.Penentuan Waktu Istirahat


Pengeluaran energi dapat digunakan untuk menentukan jumlah kerja dan
istirahat yang dibutuhkan untuk menetapkan beban kerja yang tidak menyebabkan
kelelahan fisik. Oleh sebab itu, pengeluaran energi selama melakukan pekerjaan
perlu diestimasi dengan cukup baik.Edholm (1967) merekomendasikan
pengeluaran energi sebesar 2000 kcal selama bekerja sebagai nilai maksimum
yang dapat dikerjakan secara kontinu. Beban kerja tersebut membutuhkan
pengeluaran energi rata – rata sebesar 4,2 kcal per menit selama 8 jam kerja. Di
dalam penelitian ini, diusulkan juga bahwa pengukuran denyut jantung dapat
dijadikan indikasi apakah beban kerja terlalu berat bagi pekerja. Persamaan
berikut dapat digunakan untuk menentukan durasi istirahat yang dibutuhkan agar
total energi yang dikeluarkan tidak melebihi angkat tersebut.

12
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

Dimana TR adalah durasi istirahat yang dibutuhkan dalam menit dan M


adalah metabolisme yang terjadi akibat aktivitas yang dilakukan, dan 1,5 adalah
estimasi pengeluaran energi saat beristirahat. Murrel (1965) mengusulkan
persamaan berikut untuk menghitung waktu istirahat total yang dibutuhkan
selama shift kerja.

Keterangan :

TR = waktu istirahat total dalam menit

TS = panjang waktu shift dalam menit (contohnya, 480 menit = 8 jam kerja)

M = pengeluaran energi rata – rata (kcal per menit)

S = tingkat pengeluaran energi (kcal per menit) yang diadopsi sebagai


sebuah laju metabolisme standar untuk keseluruhan shift kerja 1,5 = tingkat
pengeluaran energi saat beristirahat (kcal per menit) untuk populasi rata –
rata

Dua persamaan di atas hanya menghitung waktu keseluruhan selama shift


kerja yang harus dialokasikan sebagai waktu istirahat. Rumus – rumus tersebut
tidak menentukan susunan optimal siklus kerja – istirahat. Dalam sebuah siklus
kerja – istirahat yang optimal, pekerja berhenti saat asam laktat mulai
terakumulasi dalam tubuh, yaitu, saat merasakan kelelahan pertama kali sebelum
kelelahan yang berat. Dengan siklus yang optimal tersebut, waktu istirahat yang
dibutuhkan akan menjadi paling sedikit sehingga dapat mengoptimalkan
produktivitas dan efisiensi pekerja. Muller (1953) melaporkan bahwa cadangan
energi dari manusia rata – rata sebesar 25 kcal. Cadangan energi ini tidak akan
digunakan selama pengeluaran energi tidak melebihi 5 kcal per menit. Apabila
melebihi, maka waktu seseorang dapat bertahan sampai cadangan ini habis dapat
dihitung dengan rumus berikut.

13
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

Tmax adalah durasi bekerja maksimum (dalam menit). Waktu bekerja tidak
boleh melebihi Tmax agar tidak terjadi kelelahan yang berlebih. Oleh sebab itu,
waktu bekerja (TW) seharusnya sebagai berikut.

TW ≤ Tmax

Sebuah beban kerja yang membutuhkan pengeluaran energi sebesar M kcal


per menit akan menghilangkan cadangan energi sebesar Tw (M – 5) kcal selama
TW menit. Energi yang hilang akan dipulihkan dengan laju sebesar 5 – 1,5 = 3,5
kcal per menit (dengan 1,5 kcal per menit diasumsikan sebagai pengeluaran energi
saat beristirahat). Dengan demikian, durasi istirahat yang dibutuhkan untuk
pemulihan cadangan energi hingga kembali semula ditentukan sebagai berikut.

14
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Alat dan Bahan


Dalam praktikum tentang Fisiologi Kerja dibutuhkan beberapa alat dan
bahan diantaranya adalah sebagai berikut:

Alat:

1. Kertas Data dan Alat tulis

2. Stopwatch

3. Heart Rate meter

4. Timbangan Berat Badan

15
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

3.2. Flowchart Pengamatan


.

Start

Masuk Lab

Pemaparan Materi

Pemilihan Objek Pengamatan

Pengumpulan Data Tidak

Data Cukup? Ya

Pengolahan Data

Menyusun Laporan

Asistensi Tidak

ACC Ya

Mengumpulkan Laporan

Finish

Gambar 3. 1 Flowchart Pengamatan

16
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

3.3. Alur Pengamatan


Kami akan menjelaskan alur pengamatan ini secara ringkas sebagai
berikut:

1. Kami melakukan pengamatan di sebuah laboratorium ergonomi yang di


lakukan di tangga kampus berdasarkan percobaan 1 orang dan 2 orang
lainnya yang membantu untuk mengukur hasil uji coba dan menghitung
waktu yang telah ditentukan dengan mengukur total langkah yang didapat
dalam waktu yang ditentukan dan menghitung denyut jantung dengan cara
melakukan naik dan turun tangga dengan total waktu selama 10 menit.

2. Kami mengumpulkan data perhitungan fisiologi kerja yang kami perlukan


untuk penelitian ini untuk menyusun laporan.

3. Setelah data perhitungan fisiologi kerja yang kami kumpulkan cukup, kami
melakukan pengolahan terhadap data yang telah kami dapat.

4. Setelah data tersebut selesai kami olah, data tersebut kami gunakan untuk
menyusun laporan penelitian.

5. Dalam menyusun laporan praktikum kami dibantu dengan adanya asistensi


untuk menyempurnakan laporan yang kami susun.

17
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

BAB IV
PENGUMPULAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
Berdasarkan hasil pengambilan data aktivitas step-test yang telah dilakukan
dengan naik turun tangga di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya dalam dua
prosedur yang berbeda maka langkah-langkah prosedur yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut.

1. Menyiapkan seuruh alat dan bahan yang diperlukan.

2. Dalam proses praktikum, pengambilan data dilakukan dengan membagi tugas


dalam kelompok.

3. Lokasi yang digunakan untuk praktikum waktu yaitu tangga lantai 1


Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.

4. Siapkan stopwatch untuk melakukan step-test pertama selama selama 4 menit


dengan 4 kali pengukuran denyut jantung dimulai dari detik ke-60 sampai ke-120,
lalu dari detik ke-180 sampai detik ke-240.

5. Selanjutnya lakukan step-test ke dua selama 4 menit dan dilakukan sebanyak 1


kali dengan waktu istirahat 1 menit.

6. Mencatat data yang diperoleh.

4.1.1 Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 1

Gambar 4, 1 Frekuensi Langkah 1

Pada uji coba Prosedur 1 mencari frekuensi langkah 1 berikut ini dilakukan
dengan cara naik dan turun tangga selama 1 menit untuk mencari hasil denyut

18
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

jantung dan total langkah yang di dapat,dan setelah uji coba dilakukan didapatkan
hasil denyut jantung sebanyak 173 pulse/win dan total langkah sebanyak 50.

4.1.2. Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 2

Gambar 4, 2 Uji Coba Frekuensi Langkah 2

Pada uji coba Prosedur 1 mencari frekuensi langkah 2 berikut ini dilakukan
dengan cara naik dan turun tangga selama 1 menit untuk mencari hasil denyut
jantung dan total langkah yang di dapat,dan setelah uji coba dilakukan didapatkan
hasil denyut jantung sebanyak 180 pulse/win dan total langkah sebanyak 62.

4.1.3. Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 3

Gambar 4, 3 Uji Coba Frekuensi Langkah 3

Pada uji coba Prosedur 1 mencari frekuensi langkah 3 berikut ini dilakukan
dengan cara naik dan turun tangga selama 1 menit untuk mencari hasil denyut
jantung dan total langkah yang di dapat,dan setelah uji coba dilakukan didapatkan
hasil denyut jantung sebanyak 191 pulse/win dan total langkah sebanyak 45.

19
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

4.1.4. Uji Coba Prosedur 1 Frekuensi Langkah 4

Gambar 4, 4 Uji Coba Frekuensi Langkah 4

Pada uji coba Prosedur 1 mencari frekuensi langkah 4 berikut ini dilakukan
dengan cara naik dan turun tangga selama 1 menit untuk mencari hasil denyut
jantung dan total langkah yang di dapat,dan setelah uji coba dilakukan didapatkan
hasil denyut jantung sebanyak 195 pulse/win dan total langkah sebanyak 50 .

4.2.1. Uji Coba Prosedur 2 Frekuensi Langkah(F)

Gambar 4, 5 Uji Coba Frekuensi Langkah (F)

Pada uji coba Prosedur 2 mencari frekuensi langkah (F) berikut ini
dilakukan dengan cara naik dan turun tangga selama 4 menit nonstop untuk
mencari hasil denyut jantung dan total langkah yang di dapat,dan setelah uji coba
dilakukan didapatkan hasil denyut jantung sebanyak 220 pulse/win dan total
langkah sebanyak 200.

20
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

BAB V
PEMBAHASAN DAN ANALISA
5.1 Pembahasan
Tabel 5. 1 Data Hasil Praktikum

Hipotesis Subjek
Tekanan udara sekitar 753 mmHg Nama Akbar
Kandungan oksigen pada hembusan 17% Berat Tubuh 71 Kg
Kandungan oksigen pada udara
sekitar 19% Jenis Kelamin Pria
Tinggi langkah 10 cm
Temperatur sekitar 30°C
Umur 19 Tahun
Prosedur 1
Frekuensi Langkah 1 50 Denyut Jantung 1 173 pulse/win
Frekuensi Langkah 2 62 Denyut Jantung 2 180 pulse/win
Frekuensi Langkah 3 45 Denyut Jantung 3 191 pulse/win
Frekuensi Langkah 4 50 Denyut Jantung 4 195 pulse/win
Prosedur 2
Frekuensi Langkah 220 Denyut Jantung 200 pulse/win

5.2. Pengolahan Data


Setelah mendapatkan data dalam aktivitas step-test maka dilakukan
perhitungan energi yang terpakai, persentase istirahat yang dibutuhkan,
pembagian waktu kerja istirahat, kapasitas fisik, dan evaluasi kelelahan.

5.1.1. Energi yang Terpakai dalam Aktivitas Step-test


Hasil aktivitas step-test pada Tabel 3.1 mempunyai nilai pengukuran dalam
satuan bpm untuk detak jantung dan frekuensi untuk langkah. Aktivitas yang
dilakukan menggunakan energi sebagai tolak ukur ketahanan fisik dari operator.
Berikut perhitungan energi pada prosedur 2.

STPDcorrection = [753−39,9] [273]

760 [ 273+ (30°C)]

= 0,86

VO2 = 0,35 x 220 + 2,395 x 220 x 0,10

= 77 + 52,69

= 129,69/1000

= 0,12969 x 71

21
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

=9,20 liter kg-1 min-1

VO2 = VE (FIO2 – FEO2)

9,20 = VE (0,19-0,17)

=0,02/0,04

VE = 0,5

VE = 0,5 liter x 0,86

=0,43 liter min-1

E = 4,92*(FIO2-FE02)*VE

= 4,92 x 0,02 x 0,43

= 0,04 kcal.min-1

5.1.2. Persentase Istirahat yang Dubutuhkan untuk Aktivitas Step-test.


Energi sebesar 7,27 kcal/min pada prosedur 2 dalam melakukan aktivitas
step-test membutuhkan waktu istirahat yang sesuai dengan energi yang
dikeluarkan. Berikut perhitungan persentase istirahat yang dibutuhkan untuk
aktivitas step-test berdasarkan Muller(1945) yang dilakukan oleh subjek pada
prosedur 2.

R=W-5,33

W-1,33

=0,04-5,33

0,04-1,33

= -5,29

-1,29

=4,10

=410%

22
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

5.1.3. Pembagian Waktu Kerja Istirahat untuk Aktivitas Step-test


Persentasi waktu istirahat yang diatas dapat dijadikan sebagai acuan bagi
operator untuk memulihkan tingkat kelelahan. Tetapi hal ini membuat
produktivitas dan efisiensi kerja operator menurun. Oleh karena itu, perhitungan
pembagian waktu istirahat diperlukan bagioperator untuk mendapatkan
keuntungan secara efisiensi dan keamanan operator. Berikut perhitungan
pembagian waktu istirahat untuk aktivitas step-test berdasarkan rumus yang
dihasilkan oleh Tayyari (1994) pada prosedur 2.

TMAX = 25

M−5

= 25

0,04−5

= 25

-4,96

= -5,04 min

TMAX = TW

TR =TW (M-5)

3,5

= -5,04(0,04-5)

3,5

= (-5,04)x(-4,96)

3,5

= 7,14 min

23
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

5.1.4. Kapasitas Fisik untuk Aktivitas Step-test


Aktivitas-aktivitas yang dilakukan operator memerlukan energi dan istirahat
dalam pengerjaannya. Setiap operator memiliki energi dan membutuhkan istirahat
yang berbeda, hal ini dikarenakan kapasitas fisik operator dalam menerima beban
kerja yang berbeda-bedda antara operator satu dengan yang lain. Berikut adalah
perhitungan kapasitas step-test terhadap subjek pada prosedur 2.

VO2 = 0,35 x 220 + 2,395 x 220 x 0,10

= 77 + 52,69

=129,69/1000

=0,12969 x 71 (berat badan subjek)

= 9,2 liter min-1

AG = 1,12 – 0,0073*age

= 1,12 – 0,0073 x 19

= 0,98

VO2MAX = AG (131,5 x VO2) / (HR + GF – 72)

= 0,98 (131,5 x 9,2) / (200 + 10 -72)

= 0,98 x 1.209,8/138

= 8,59 liter.min-1

5.1.5. Hasil Evaluasi Kelelahan Aktivitas Step-test


Berikut adalah hasil evaluasi kelelahan fisik yang dilakukan menurut
metode Brouha(1967) dengan menggunakan data yang sudah didapat pada
prosedur 1.

1. Fase 1 : P1 = 173 × 2 = 346 bpm

2. Fase 2 : P2 = 180× 2 = 360 bpm

3. Fase 3 : P3 = 191 × 2 =382 bpm

24
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum fisiologi kerja maka kesimpulannya adalah

sebagai berikut:

1. Energi yang terpakai dalam aktivitas step-test pada prosedur 2 adalah sebesar
0,04 kcal.min-1 termasuk dalam golongan pekerjaan tidak berat.
2. Persentasi istirahat yang dibutuhkan dalam aktivitas step-test pada prosedur 2
sebesar 410%.
3. Pembagian waktu kerja istirahat untuk aktivitas step-test pada prosedur 2
dengan durasi maksimum sebesar 7,14 menit minimal -5,04 menit.
4. Kapasitas fisik untuk aktivitas step-test pada prosedur 2 dengan nilai konsumsi
oksigen (VO2) sebesar 9,2 liter min-1 dan konsumsi oksigen maksimum
(VO2MAX) sebesar 8,59 liter.min-1 serta dengan denyut jantung 200 bpm
pekerjaan tersebut tergolong dalam pekerjaan sangat berat.
5. Hasil evaluasi kelelahan aktivitas step-testpada prosedur 1 menunjukkan rata-
rata nilai P1 lebih dari 110 bpm yang menyatakan bahwa beban kerja tidak
dapat diterima dalam shift kerjanya.

6.2 Saran
Seharusnya pada saat praktikum cukup mahasiswa yang menjadi perwakilan
kelompok saja yang keluar, agar tidak terlalu ramai dan menggangu diluar

25
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

DAFTAR PUSTAKA

Helianty, Y., Ario, M. G. D., & Wahyuning, C. S. (2013). Perbaikan Lingkungan Kerja
Pada Bagian Permesinan Dengan Kriteria Beban Fisiologis Kerja. REKA
INTEGRA, 1(2).

Kunto, I. Mengatasi Kebisingan di Lingkungan Kerja. Badan Penerbit Universitas


Diponegoro Semarang. 2017. Semarang.

Susihono, W. (2014). Analisis Kelelahan Kerja, Kebosanan Kerja, Kepuasan Kerja


sebagai Dasar Rekomendasi Perbaikan Fisiologis Pekerja.

Fithri, P., & Anisa, W. F. (2017). Pengukuran beban kerja psikologis dan fisiologis pekerja
di industri tekstil. Jurnal Optimasi Sistem Industri, 16(2), 120-130.

Asnifatima, A., & Listyandini, R. (2020). HUBUNGAN PENGGUNAAN LEM DENGAN


KONDISI FISIOLOGI PEKERJA HOME INDUSTRY DI RW04 KELURAHAN
PAMOYANAN KOTA BOGOR TAHUN 2019. PROMOTOR, 3(1), 7-17.

26
Laporan Praktikum Ergonomi
Modul 5: Fisiologi Kerja
Kelompok 9

LAMPIRAN

27

Anda mungkin juga menyukai