Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

TAKTIK, TEKNIK DAN FISIK BOLA VOLLY

DISUSUN OLEH :

ERLANGGA BUDIANTO
PENDIDIKAN OLAHRGA DAN KESEHATAN
STKIP SETIA BUDHI RANGKASITUNG
TAHUN AJARAN 2021/2022

PERMAINAN BOLA VOLLY


Pengertian bola voli (volleyball) dulu dikenal dengan nama “Mintoinette”. Permainan ini
dirancang dan dipadukan berdasarkan olahraga lain asal Jerman bernama “Faustball”, permainan
ini cocok dimainkan orang-orang yang lebih tua.

Pada kelas sebelumnya Anda telah mempelajari beberapa keterampilan teknik untuk
meningkatkan kerjasama dalam sebuah tim, guna memenangi suatu pertandingan. Sekarang,
Anda akan mempelajari taktik dan strategi serta beberapa peraturan dalam permainan bola voli. 

1.  Taktik Pertahanan Bola Volly


Taktik pertahanan adalah suatu posisi pemain bertahan dalam keadaan pasif menerima serangan.
Taktik bertahan harus mempunyai prinsip, supaya dapat menyerang kembali regu lawan.
Pertahanan dan penyerangan harus dikembangkan secara selaras dalam latihan-latihan teknik.
Salah satu upaya pertahanan dalam permainan bola voli adalah membendung bola.

Membendung bola (block) merupakan suatu sistem yang harus dilakukan secara bersama, supaya
penyerangan yang dilakukan dapat mematikan pihak lawan. Berikut beberapa taktik
membendung bola dalam permainan bola voli. 

a.   Bendungan Satu Pemain


Block jenis ini dimainkan apabila pihak kedua memainkan penyerangan yang sangat cermat dan
kuat, sehingga pemain pihak lawan tidak mempunyai kesempatan sama sekali untuk membantu
block. Pada  block satu pemain, yang menduduki posisi 6 harus meng-cover sisi yang paling
lemah yang terdapat pada bagian depan lapangan.

Gambar:  Bendungan satu pemain

b.     Bendungan Dua Pemain


Block dua pemain dibentuk pada posisi 4 dan 2 pada permainan normal. Situasi  blocking seperti
ini memberi kemungkinan lebih banyak untuk meng-cover pertahanan

Gambar: Bendungan Dua pemain

c.   Bendungan Tiga Pemain


Block tiga pemain hanya dilakukan pada situasi-situasi tertentu. Biasanya ditempatkan pada
posisi 3. Block seperti ini hanya digunakan pada waktu menghadapi penyerang lawan yang
sangat tangguh.

Gambar: Bendungan tiga pemain


2.  Teknik Penyerangan Bola Voli
Berhasil tidaknya suatu penyerangan yang dilakukan oleh smasher, bergantung pada umpan yang
diberikan oleh setter (pengumpan). Seorang  smasher dapat melakukan serangan dengan efektif,
jika mempertimbangkan hal-hal berikut.

a.  Kualitas umpan yang diberikan setter


b.  Posisi block yang dilakukan oleh lawan.
c.  Posisi dari pertahanan lawan.
d.  Kemampuan teknik penyerang.
e.  Kondisi regu penyerang dan kondisi regu bertahan.

Berikut terdapat beberapa pola penyerangan yang paling sederhana.


a.  Umpan dari posisi 3 menuju ke posisi 4 atau 2.

b.  Umpan dari posisi 2 menuju ke posisi 3 dan 4.

c.  Pengumpan masuk dari posisi 1 ke depan, arah umpan dapat dilakukan pada posisi 4 (bola
tinggi), posisi 3 (bola pendek), posisi 2 (bola sedang).
d.  Pengumpan masuk dari posisi 6 ke depan, arah umpan dapat dilakukan pada posisi 4 (bola
tinggi), posisi 3 (bola sedang), posisi 2 (bola pendek).

e.  Pengumpan masuk dari posisi 5 ke depan, arah umpan dapat dilakukan pada posisi 4 (bola
tinggi), posisi 3 dan 2 (bola pendek).
3. Cara membangun mental

a. Berpikir positif

Bisa atau tidaknya seorang atlet berpikir positif, bisa mempengaruhi mentalitasnya di lapangan.
Kemampuan menemukan makna dari tiap peluang, event, situasi, serta orang yang dihadapi
adalah cara untuk menimbulkan pikiran positif. Sering terdengar bahwa pemain A atau B tidak
terduga bisa memenangkan pertandingan padahal targetnya adalah berusaha main sebaik
mungkin. Alasannya, karena lawannya bagus dan pertandingan ini jadi moment penting untuk
meng up grade kualitas diri dan permainannya. Artinya, sang atlet mampu melihat sisi lain
yang membuat dirinya tidak terbebani ambisi. Pikiran rileks dan focus pada permainan
berkualitas akhirnya mempengaruhi sikap atlet tersebut saat bertanding dimana ia jadi berhati-
hati dan cermat dalam proses, dan tidak grasah grusuh ingin cepat-cepat mencetak skor. 

Jadi, pikiran positif bisa menggerakkan motivasi yang tepat, sehingga mengeluarkan besaran
energi dan tekanan yang tepat untuk menghasilkan tindakan konstruktif. Dampaknya bisa
beragam, bisa kerja sama yang baik, performance yang optimum, atau pun kemenangan. 

b. Motivasi

Tingkat motivasi dan sumber motivasi atlet akan mempengaruhi daya juangnya. Kalau kurang
termotivasi, otomatis daya juangnya pun kurang. Kalau highly motivated, maka daya juangnya
juga tinggi. Kalau sumber motivasi ada di luar (ekstrinsik), maka kuat lemahnya daya juang sang
atlet pun sangat situasional, tergantung kuat lemah pengaruh stimulus. Contoh, makin besar
hadiahnya, makin kuat daya juangnya. Makin kecil hadiahnya, makin kecil usahanya. 

Yang paling baik jika sumber motivasi ada di dalam diri, tidak terpengaruh cuaca apalagi iming-
iming hadiah. Atlet yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, maka sejak awal berlatih dia
sudah secara konsisten dan persisten mengusahakan yang terbaik. Kepuasannya terletak pada
keberhasilannya untuk mencapai yang terbaik di setiap tahap proses latihan, bukan hanya saat
bertanding. Masalah yang ada pasti punya pengaruh, namun selama motivasi internalnya kuat,
atlet tersebut mampu untuk sementara waktu menyingkirkan beban emosi yang dirasa
memperberat gerakannya. 

c. Sasaran yang jelas

Mengetahui sejauh mana dan setinggi apa sasaran yang harus dicapai, mempengaruhi tingkat
daya juang, usaha dan kualitas tempur atlet. Sementara, ketidakpastian bisa melemahkan
motivasi. Ketidakpastian ini bentuknya beragam. Kalau tidak jelas siapa musuhnya, sasarannya,
medan perangnya, tingkat kesulitannya, targetnya, waktunya, akan membuat sang atlet
kebingungan dan energi nya juga tidak fokus, strategi nya pun tidak spesifik dan standar kualitas
nya jadi tidak bisa ditentukan, bisa terlalu rendah bisa juga terlalu tinggi. Dalam keadaan
membingungkan seperti ini, atlet jadi sangat rentan terhadap masalah. 

d. Pengendalian emosi

Ketidakmampuan mengendalikan emosi bisa mengganggu konsentrasi dan keseimbangan


fisiologis. Pengendalian emosi tidak bisa muncul dalam semalam, karena sudah menjadi bagian
dari kepribadian atlet. Hal ini bukan berarti tak bisa dirubah, namun perlu proses untuk
mengembangkan kemampuan mengelola emosi dengan proporsional. Jadi, kalau atlet tersebut
masih punya masalah dalam pengendalian emosi, maka dia lebih mudah terstimulasi oleh
berbagai masalah apapun bentuknya, entah itu kelakuan penonton / supporter, sikap pelatih,
tindakan teman-temannya, dsb.

e. Daya tahan terhadap stress

Jika tingkat stres berada di atas ambang kemampuan sang atlet dalam memanage stresnya maka
akan mengakibatkan prestasi atlet menurun, namun jika tingkat stres berada dibawah ambang
maka atlet tidak akan termotivasi untuk berprestasi. Jika tingkat stres berada pada level toleransi
kemampuannya maka atlet akan mampu berprestasi. 

f. Rasa percaya diri

Kurangnya rasa percaya diri akan mempengaruhi keyakinan dan daya juang sang atlet. Masalah
yang muncul saat berlatih maupun bertanding bisa saja memperlemah rasa percaya dirinya,
meski sang atlet sudah berlatih dengan baik. Apalagi jika masalah yang dihadapi berkaitan
dengan konsep dirinya. Misalnya, sang atlet selalu memandang dirinya kurang baik, kurang
sempurna, maka seruan "uuuuuu" penonton bisa dianggap konfirmasi atas kekurangan dirinya,
meskipun pada kenyataannya atlet tersebut tergolong berprestasi. 

g. Daya konsentrasi

Atlet yang punya kemampuan konsentrasi tinggi, cenderung mampu mempertahankan


performance meski ada gangguan, interupsi atau masalah. Kalau daya konsetrasi atlet rendah,
maka ia mudah melakukan kesalahan jikalau terjadi interupsi baik saat latihan maupun
pertandingan. 
h. Kemampuan evaluasi diri

Kemampuan evaluasi ini juga diperlukan untuk melihat hubungan antara masalah dengan
performance-nya. Tanpa kemampuan untuk melihat ke dalam, atlet akan terjebak dalam masalah
dan kesalahan yang berulang. 

i. Minat

Jika si atlet memang memiliki minat yang tinggi pada cabang olahraga yang dipilihnya maka ia
akan melakukan olahraga tersebut sebagai suatu kesenangan bukan sebagai beban. 

j. Kecerdasan (emosional dan intelektual)

Kecerdasan emosional dan intelektual merupakan elemen yang dapat memproduksi kemampuan
berpikir logis, obyektif, rasional serta memampukannya mengambil hikmah yang bijak atas
peristiwa apapun yang dialami atau siapapun yang dihadapi. 

Faktor-faktor tersebut di atas menjadi PR bagi setiap atlet dan bukan semata-mata PR pelatih
karena justru faktor tersebut berkaitan erat dengan dunia internal sang atlet. Keberadaan pelatih
sangat penting, namun kemauan dan usaha keras pihak atlet lebih menentukan tingkat
keberhasilan maupun prestasinya. Inisiatif untuk memperbaiki diri atau mengembangkan sikap
mental positif lebih terletak pada atlet dari pada pelatih. Bagaimana pun juga, perubahan yang
dipaksakan dari luar, hasilnya tidak efektif, malah bisa menimbulkan problem serius.

Anda mungkin juga menyukai