DISUSUN OLEH :
ERLANGGA BUDIANTO
PENDIDIKAN OLAHRGA DAN KESEHATAN
STKIP SETIA BUDHI RANGKASITUNG
TAHUN AJARAN 2021/2022
Pada kelas sebelumnya Anda telah mempelajari beberapa keterampilan teknik untuk
meningkatkan kerjasama dalam sebuah tim, guna memenangi suatu pertandingan. Sekarang,
Anda akan mempelajari taktik dan strategi serta beberapa peraturan dalam permainan bola voli.
Membendung bola (block) merupakan suatu sistem yang harus dilakukan secara bersama, supaya
penyerangan yang dilakukan dapat mematikan pihak lawan. Berikut beberapa taktik
membendung bola dalam permainan bola voli.
c. Pengumpan masuk dari posisi 1 ke depan, arah umpan dapat dilakukan pada posisi 4 (bola
tinggi), posisi 3 (bola pendek), posisi 2 (bola sedang).
d. Pengumpan masuk dari posisi 6 ke depan, arah umpan dapat dilakukan pada posisi 4 (bola
tinggi), posisi 3 (bola sedang), posisi 2 (bola pendek).
e. Pengumpan masuk dari posisi 5 ke depan, arah umpan dapat dilakukan pada posisi 4 (bola
tinggi), posisi 3 dan 2 (bola pendek).
3. Cara membangun mental
a. Berpikir positif
Bisa atau tidaknya seorang atlet berpikir positif, bisa mempengaruhi mentalitasnya di lapangan.
Kemampuan menemukan makna dari tiap peluang, event, situasi, serta orang yang dihadapi
adalah cara untuk menimbulkan pikiran positif. Sering terdengar bahwa pemain A atau B tidak
terduga bisa memenangkan pertandingan padahal targetnya adalah berusaha main sebaik
mungkin. Alasannya, karena lawannya bagus dan pertandingan ini jadi moment penting untuk
meng up grade kualitas diri dan permainannya. Artinya, sang atlet mampu melihat sisi lain
yang membuat dirinya tidak terbebani ambisi. Pikiran rileks dan focus pada permainan
berkualitas akhirnya mempengaruhi sikap atlet tersebut saat bertanding dimana ia jadi berhati-
hati dan cermat dalam proses, dan tidak grasah grusuh ingin cepat-cepat mencetak skor.
Jadi, pikiran positif bisa menggerakkan motivasi yang tepat, sehingga mengeluarkan besaran
energi dan tekanan yang tepat untuk menghasilkan tindakan konstruktif. Dampaknya bisa
beragam, bisa kerja sama yang baik, performance yang optimum, atau pun kemenangan.
b. Motivasi
Tingkat motivasi dan sumber motivasi atlet akan mempengaruhi daya juangnya. Kalau kurang
termotivasi, otomatis daya juangnya pun kurang. Kalau highly motivated, maka daya juangnya
juga tinggi. Kalau sumber motivasi ada di luar (ekstrinsik), maka kuat lemahnya daya juang sang
atlet pun sangat situasional, tergantung kuat lemah pengaruh stimulus. Contoh, makin besar
hadiahnya, makin kuat daya juangnya. Makin kecil hadiahnya, makin kecil usahanya.
Yang paling baik jika sumber motivasi ada di dalam diri, tidak terpengaruh cuaca apalagi iming-
iming hadiah. Atlet yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, maka sejak awal berlatih dia
sudah secara konsisten dan persisten mengusahakan yang terbaik. Kepuasannya terletak pada
keberhasilannya untuk mencapai yang terbaik di setiap tahap proses latihan, bukan hanya saat
bertanding. Masalah yang ada pasti punya pengaruh, namun selama motivasi internalnya kuat,
atlet tersebut mampu untuk sementara waktu menyingkirkan beban emosi yang dirasa
memperberat gerakannya.
Mengetahui sejauh mana dan setinggi apa sasaran yang harus dicapai, mempengaruhi tingkat
daya juang, usaha dan kualitas tempur atlet. Sementara, ketidakpastian bisa melemahkan
motivasi. Ketidakpastian ini bentuknya beragam. Kalau tidak jelas siapa musuhnya, sasarannya,
medan perangnya, tingkat kesulitannya, targetnya, waktunya, akan membuat sang atlet
kebingungan dan energi nya juga tidak fokus, strategi nya pun tidak spesifik dan standar kualitas
nya jadi tidak bisa ditentukan, bisa terlalu rendah bisa juga terlalu tinggi. Dalam keadaan
membingungkan seperti ini, atlet jadi sangat rentan terhadap masalah.
d. Pengendalian emosi
Jika tingkat stres berada di atas ambang kemampuan sang atlet dalam memanage stresnya maka
akan mengakibatkan prestasi atlet menurun, namun jika tingkat stres berada dibawah ambang
maka atlet tidak akan termotivasi untuk berprestasi. Jika tingkat stres berada pada level toleransi
kemampuannya maka atlet akan mampu berprestasi.
Kurangnya rasa percaya diri akan mempengaruhi keyakinan dan daya juang sang atlet. Masalah
yang muncul saat berlatih maupun bertanding bisa saja memperlemah rasa percaya dirinya,
meski sang atlet sudah berlatih dengan baik. Apalagi jika masalah yang dihadapi berkaitan
dengan konsep dirinya. Misalnya, sang atlet selalu memandang dirinya kurang baik, kurang
sempurna, maka seruan "uuuuuu" penonton bisa dianggap konfirmasi atas kekurangan dirinya,
meskipun pada kenyataannya atlet tersebut tergolong berprestasi.
g. Daya konsentrasi
Kemampuan evaluasi ini juga diperlukan untuk melihat hubungan antara masalah dengan
performance-nya. Tanpa kemampuan untuk melihat ke dalam, atlet akan terjebak dalam masalah
dan kesalahan yang berulang.
i. Minat
Jika si atlet memang memiliki minat yang tinggi pada cabang olahraga yang dipilihnya maka ia
akan melakukan olahraga tersebut sebagai suatu kesenangan bukan sebagai beban.
Kecerdasan emosional dan intelektual merupakan elemen yang dapat memproduksi kemampuan
berpikir logis, obyektif, rasional serta memampukannya mengambil hikmah yang bijak atas
peristiwa apapun yang dialami atau siapapun yang dihadapi.
Faktor-faktor tersebut di atas menjadi PR bagi setiap atlet dan bukan semata-mata PR pelatih
karena justru faktor tersebut berkaitan erat dengan dunia internal sang atlet. Keberadaan pelatih
sangat penting, namun kemauan dan usaha keras pihak atlet lebih menentukan tingkat
keberhasilan maupun prestasinya. Inisiatif untuk memperbaiki diri atau mengembangkan sikap
mental positif lebih terletak pada atlet dari pada pelatih. Bagaimana pun juga, perubahan yang
dipaksakan dari luar, hasilnya tidak efektif, malah bisa menimbulkan problem serius.