Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Analisis Perbedaan antar umat beragama dari Film "Selaras" Berdasarkan


Pandangan Kristen

Oleh :
Sinyo April Dethan
2106080049

Prodi Ilmu Komputer


Fakultas Sains dan Teknik
Universitas Nusa Cendana
Kupang
2022
Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya sehingga makalah yang berjudul “Analisis Perbedaan antar umat beragama dari
Film "Selaras" Berdasarkan Pandangan Kristen” yang penulis buat ini dapat diselesaikan
sesuai batasan waktunya. Tersusunnya makalah ini adalah berkat dorongan, bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih kepada
teman teman kelas yang senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan makalah
ini,
Terlepas dari semuanya itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Sebagai akhir kata, penulis berharap semoga makalah tentang “Analisis Perbedaan
antar umat beragama dari Film "Selaras" Berdasarkan Pandangan Kristen” ini dapat
bermanfaat untuk proses pembelajaran khususnya bagi para pembaca umumnya. Penulis
sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca.

Kupang, 25 Maret 2022

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I Pendahuluan 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 5
BAB II Pembahasan 5
A. Konsep Kerukunan Antar Umat Beragama 5
B. Bentuk-Bentuk Kerukunan Antar Umat Beragama 6
C. Sumber Alkitab tentang kerukunan antar umat beragama 7
D. Peran Umat Beragama dalam mengembangkan kerukunan antar umat beragama 7
BAB III 10
Analisis Film “Selaras” Dalam Perspektif Kristen Mengenai Kerukunan Antar Umat Beragama 10
A. Sistematika 10
B. Isi Film 10
C. Pandangan Kristen 11
BAB IV 13
Penutup 13
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13
Daftar Isi 14
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kerukunan umat beragama adalah hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah
kesejahteraan hidup di negeri ini. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki
keragaman yang begitu banyak. Tak hanya masalah adat istiadat atau budaya seni, tapi
juga termasuk agama.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beragam
agama. Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman agama itu mempunyai
kecenderungan kuat terhadap identitas agama masing-masing dan berpotensi konflik.
Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural. Multikultural
masyarakat Indonesia tidak saja karena keanekaragaman suku, budaya, bahasa, ras tapi
juga agama. Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama islam, Kristen
protestan, katolik, hindu, budha dan kong hu chu. Dari agama-agama tersebut terjadilah
perbedaan agama yang dianut masing-masing masyarakat Indonesia. Dengan perbedaan
tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa menimbulkan konflik antar umat
beragama yang bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri yang mengajarkan
kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati, dan saling tolong menolong.
Kerukunan yang berpegang kepada prinsip masing-masing agama menjadi setiap
golongan antar umat beragama sebagai golongan terbuka, sehingga memungkinkan dan
memudahkan untuk saling berhubungan. Bila anggota dari suatu golongan umat beragama
telah berhubungan baik dengan anggota dari golongan agama-agama lain, akan terbuka
kemungkinan untuk mengembangkan hubungan dalam berbagai bentuk kerja sama dalam
bermasyarakat dan bernegara.
Dengan berkembangnya teknologi saat ini kerukunan antar umat beragama dapat kita
belajar dan teladankan dari berbagai sumber salah satu yang sering kita lakukan adalah
dengan menonton film toleransi antar umat beragama. Dengan gambaran diatas maka
penulis tertarik untuk membuat makalh tentang “Analisis Perbedaan antar umat beragama
dari Film "Selaras" Berdasarkan pandangan Kristen”
B. Rumusan Masalah
a) Apa itu konsep kerukunan antar umat beragama
b) Apa saja bentuk-bentuk kerukunan antar umat beragama
c) Apa saja sumber alkitab tentang kerukunan antar umat beragama
d) Apa peran antar umat beragama dalam mengembangkan kerukunan antar umat
beragama
e) Menganalisis film “Selaras” dalam perspektif Kristen mengenai kerukunan antar
umat beragama
C. Tujuan
a) Mengetahui konsep kerukunan antar umat beragama
b) Mengetahui bentuk-bentuk kerukunan antar umat beragama
c) Mengetahui sumber alkitab tentang kerukunan antar umat beragama
d) Mengetahui peran antar umat beragama dalam mengembangkan kerukunan antar
umat beragama
e) Menganalisis film “Selaras” dalam perspektif Kristen mengenai kerukunan antar
umat beragama
BAB II Pembahasan
A. Konsep Kerukunan Antar Umat Beragama
Kerukunan yang kita kehendaki adalah kerukunan yang otentik dan dinamis.
Kerukunan yang otentik adalah kerukunan yang lahir dan penghaytan iman masing-
masing. Kerukunan yang dinamis adalah kerukunan yang secara aktif dan kreatif berjalan
bersama mengupayakan kesepakatan-kesepakatan baru. Selain itu, kerukunan yang kita
kehendki adalah kerukunan yang berada dalam interaksi yang seimbang dengan
kebebasan, kerukunan dan kebebasan saling mengidupi. Hanya apabila ada kerukunan,
kebebasan terpelihara. Hanya dalam kebebasan, ada kerukunan yang sejati. Kerukunan
beragama dan kebebasan beragama dalam arti kebesan untuk memeluk agama,
menyiarkan, dan berpindah agama perlu di perjuangkan bersama-sama. Ukuran bagi
kedewasaan kita beragama dan kesiapan kita untuk menyambut positif kepelbagian
agama-agama adalah kemampuan untuk mencipatakan kerukunan di samping mengormati
terhadap kebebasan agama. Kerukunan tidak dikorbankan untuk kebebasan, dan
sebaliknya kebebasan tidak di korbankan untuk kerukunan. Kerukunan yang kita
kehendaki adalah kerukunan yang tidak membatasi atau mengurangi, melainkan malah
justru mengembangkan kebebasan di tanah air. Artinya harus dalam keseimbangan
dinamis, kebebasan tidak memastikan kerukunan dan sebaliknya kerukunan tidak
memastikan kebeasan.
Kerukunan yang tidak dikehendaki adalah kerukunan yang tidak dipahami sebagai
keadaan tanpa konflik. Konflik tidak dengan sendirinya buruk. Misalnya konflik antara
yesus dan orang farisi, paulus dan petrus, elia dan ahab, dan lain-lain. Kerukunan yang
harus dilandasi pada kebenaran, dan tidak boleh dipakai sebagai alasan untuk menindas
kebenaran. Kerukunan sejati terjadi ketika semua pihak dalam interaksi intens terus
mencari pemahaman kebenaran yang lebih tinggi. Dalam proses itu, bisa terjadi perbedaan
yang tajam, bahkan ketegangan, namun tidak perlu merusak kerukunan selama segala
sesuatu bisa dan dibicarakan dengan terbuka, bukan basa basi dalam semangat, terus
menerus berusaha mencapai kesepakatan yang lebih maju
Kerukunan yang tidak dikehendaki adalah bila kerukunan dipahami sebagai tujuan
pada dirinya kerukunan penting dan dikehendaki Allah sejak awal karya penciptaannya,
bukan yang terpenting. Kerukunan bukan satu-satunya dan segala-galanya dan tidak boleh
dijadikan tujuan akhir dan satu-satunya pada dirinya. Nilai-nilai kehidupan yang lain tidak
boleh dikorbankan demi kerukunan. Yang benar adalah sebaliknya ketika kebenaran
dijunjung tinggi, ketika keadilan diperjuangkan dan diwujudkan secara tulus dan murni
dan ketika kebebasan asasi dialami, disitulah kerukunan yang sejati dengan sendirinya
terjadi.
Kerukunan yang tidak kita kehendaki adalah bila kerukunan hendak dipaksakan dari
luar. Kerukunan yang sejati harus tumbuh secara bebas dan sadar dalam diri masing-
masing. Tidak bisa dipaksakan oleh pemerintah. Tidak bisa diwujudkan dengan undang-
undang. Kerukunan harus menjadi urusan masing-masing agama. Kekuatan-kekuatan
eksternal dalam menciptakan kondisi yang kondusif bagi perangsangnya dan saran dari
dalam. Sebaliknya, kekuatan eksternal juga bisa merusak kemungkinan itu. Sikap berpihak
dan pilih kasih, misalnya, amat merusak. Kerukunan dapat dorong dari luar namun harus
tumbuh dari dalam. Kerukunan yang dipaksakan atau disebabkan oleh faktor-faktor
eksternal, biasanya akan tipis dan sementara saja.
Kerusakan yang tidak dikehendaki adalah bila kerukunan harus dibayar dengan
hilangnya perbedaan dan kebebasan. Usaha untuk menghilangkan perbedaan dan
kebebasan itulah yang justru merusak kerukunan. Menekan ketegangan dan
menyembunyikan konflik ke bawah permukaan
B. Bentuk-Bentuk Kerukunan Antar Umat Beragama
Untuk mencapai kerukunan antar umat beragama, pemerintah telah melakukan
berbagai program antara lain program pembinaan kerukunan hidup beragama yang dalam
pelita I-V mengambil dalam bentuk-bentuk kegiatan dialog, studi kasus, kerja sama sosial,
kunjungan silaturahmi dan lain-lain. Pembentukan wadah musyawarah antar umat
beragama pada tanggal 30 juni 1980.
Dari antara bentuk-bentuk kegiatan yang berhubungan dengan kerukunan antar umat
beragama, bentuk dialog adalah bentuk yang paling awal dilaksanakan dengan praaksara
pemerintah dan telah dilakukan di berbagai kota Indonesia. Dialog adalah sesuatu
percakapan yang menolak pada upaya untuk megerti mitra percakapn dengan baik, saling
mendengarkan pendapat mitra percakapan. Dialog menunjukan pada adanya percakapan
antara dua orang atau lebih mengenai berbagai permasalahan yang menyangkut
kepentingan bersama. Dialog antar umat adalah pertemuan yang sengaja dilakukan untuk
mbertukar pikiran, informasi dan pengalaman tentang kayakinan masing-masing tanpa
prsentasi menganggap diri lebih benar. Yang berdialog adalah manusia. Oleh sebab itu,
dalam konteks kepelbagaian agama yang ada di Indonesia, bukan dialog agama, tapi
dialog antar orang beragama. Banyak pemikiran yang disumbangkan oleh umat beragama
seandainya ada wadah dialog. Ada banyak kecurigaan yang tidak wajar dalam hubungan
antar umat akan lenyap, akan berganti dengan pergaulan yang akrab
Dialog antar umat beragama di indonesia mulai mendapat perhatian sejak tahun 1960
an khususnya setelah berdiri masa orde baru. Musyawarah kerukunan beragama yang
diprakarsai oleh departemen agama telah berlangsung pada tahun 1967. Kemudian
berbagai pertemuan tingkat pemuka agama berlangsung di banyak daerah, sekitar masalah
kerukunan dan toleransi beragama. Mukti ali semasa menjabat menteri agama yang paling
digencar untuk mengupayakan terciptanya dialog antar umat beragama .
Dari sifatnya dialog dapat dibagi menjadi dialog formal dan nonformal. Dialog formal
adalah sesuatu dialog yang membahas suatu tema tertentu dalam suatu pertemuan yang
pembahasannya bertolak dengan visi teologis masing-masing. Dialog informal adalah
suatu dialog yang terjadi dalam bentuk-bentuk pergaulan, kerjasama, dan hubungan sosial
antar umat beragama yang berbeda melalui kesempatan itu mereka saling mengenal satu
sama lain.
Dalam dialog informal Inilah warga gereja banyak terlibat karena mereka sehari-sehari
bertemu serta bergaul dengan umat dari berbagai agama. Untuk melakukan dialog, ada 4
hal yang harus diperhatikan. Pertama, kita memerlukan pendalaman tentang isi
kepercayaan atau agama kita sendiri. Kita mesti mampu menjelaskan dengan jujur pokok-
pokok iman kita, tradisi gereja kita dan lain-lain yang berkaitan dengan agama kita sendiri.
Kedua, kita memerlukan tentang pemahaman tentang agama mereka. Ketiga, kita harus
bersikap saling menghormati tanpa memandang latar belakang mayoritas dan minoritas
dan lain-lain. Keempat, dialog tidak berarti merelatifkan kebenaran injil untuk menuju
sinkretisme.

C. Sumber Alkitab tentang kerukunan antar umat beragama


Umat manusia sebagai keluarga besar Allah harus hidup rukun. Salah satu penyebab
mengapa orang mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan baik. dengan yang berbeda
agama adalah karena kecenderungan manusia untuk mempertuhankan agama dan
kebenaran agama masing-masing. Bahwa hanya agama kita saja yang benar dan oleh
karena itu, semua agama yang lain itu salah.
Dalam Kisah Para Rasul 10, ada sebuah kisah yang amat menarik tentang bagaimana
Tuhan mendidik Petrus agar ia lebih terbuka terhadap orang yang berbeda agama dan
kritis terhadap ajaran agamanya sendiri. Petrus diperintahkan oleh Tuhan untuk pergi
bahkan bermalam di rumah Kornelius, seorang perwira tentara Roma, yang baik tetapi
menurut ajaran agama dikategorikan sebagai kafir. Petrus tentu saja amat ragu-ragu untuk
melaksanakan perintah ini. Berkunjung, apalagi bermalam di rumah dan kemudian makan
bersama-sama dengan orang kafir adalah haram. Sampai tiga kali, Tuhan harus
mempersiapkan Petrus, supaya hatinya lebih terbuka, Tiga kali Tuhan menurunkan dari
langit, benda berbentuk kain lebar yang isinya adalah binatang-binatang yang halal dan
haram. Dua kali Petrus disuruh makan, Petrus menolak. "Tidak Tuhan, tidak, sebab aku
belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir" (ay. 14). Tetapi apa kata
Tuhan? "Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram (ay.
15). Menurut aturan agama, Kornelius itu kafir, haram dan najis. Pada ayat 28, Petrus
mengatakan begitu kepada Kornellus, "Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang
Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah
mereka. Allah telah menunjukkan kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis
atau tidak tahir."
Agama itu dapat mengotak-ngotakkan manusia, menyekat-nyekat manusia, memisah-
misahkan manusia. Agama dapat membuat seseorang saling menajiskan satu dengan yang
lain, penuh prasangka, tidak dapat saling menerima seperti apa adanya. Padahal Tuhan
tidak begitu. Tuhan menerima orang seperti apa adanya, yang baik la katakan baik, yang
buruk la katakan buruk. Ada hal yang amat penting dalam Kisah Para Rasul 10:34-35,
ketika Petrus akhirnya berkata, "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak
membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang
mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya" (Galatia 3:26-27). Begitulah kita harus
memandang sesama kita yang beragama lain.
Dalam Yohanes 3:16 tertulis, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga la telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Pada kutipan
tersebut dikatakan, bahwa yang dikasihi oleh Allah adalah dunia ini, semua orang, seluruh
umat manusia. Allah tidak membedakan orang. Artinya, Allah tidak pilih kasih. Allah
tidak hanya mengasihi sekelompok orang. Allah tidak hanya mengasihi orang Kristen.
Lebih dari itu, Allah menerima semua orang tanpa memandang bangsa atau agama.
Jangan memusuhi orang lain, atau menganggap siapa pun sebagai musuh. Surat Paulus
kepada jemaat di Roma (12:18) mengajarkan sebuah perilaku kristiani yang amat penting.
"Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan
semua orang!" Bahkan bila ada orang bermaksud jahat kepada kita pada ayat 19,
dikatakan bahwa, janganlah

D. Peran Umat Beragama dalam mengembangkan kerukunan antar umat


beragama
Untuk mewujudkan kerukunan antarumat beragama empat hal berikut ini harus
diperhatikan oleh umat beragama. Pertama, tanggung jawab yang lebih besar pada yang
lebih besar. Jika kerukunan hanya menjadi urusan dan perjuangan yang kecil akan menjadi
sia-sia. Tidak ada perubahan yang berarti bisa terjadi tanpa dukungan umat mayoritas
yang banyak dan militer yang kuat. Lebih mulus lagi bila juga memperoleh dukungan dari
birokrasi yang berkuasa, Seperti tidak mungkin ada demokrasi tanpa mereka, juga tidak
akan ada kerukunan tanpa mereka. Kedua, kerukunan harus diupayakan terus menerus.
Tidak hanya menjadi topik seminar setelah ada konflik, melainkan dirawat dan
ditumbuhkan terus-menerus melalui pengalaman bersama. Saat mengupayakan kerukunan
terus-menerus kebebasan harus ditata. Kebebasan yang liar dan binal akan menghancurkan
kebebasan itu sendiri. Masing-masing menata kebebasannya sendiri dengan bertanggung
jawab, dan dengan ini masing-masing mewujudkan kerukunan beragama dan sekaligus
memelihara kebebasan itu sendiri. Selain itu, kerukunan harus diupayakan langkah demi
langkah dengan mengupayakan kesepakatan-kesepakatan minimal yang semakin maju
melalui pengalaman perjalanan bersama. Ketiga, tugas mewujudkan kerukunan hidup
antarumat beragama adalah tugas bersama: lembaga-lembaga keagamaan, umat beragama
serta pemerintah. Keempat, kita harus menerobos dan merobohkan tembok prasangka
religius (ismail 2002, 47). Hal tersebut kita lakukan dalam rangka meneladani sikap Yesus
Kristus.
Yesus Kristus telah menerobos dan merobohkan tembok prasangka rasial dan religius
sebagaimana tercatat dalam Yohanes 4:1-42. Menurut ayat 3 Tuhan Yesus dan para murid
berniat meninggalkan Yudea (Israel bagian selatan) menuju Galilea (Israel bagian utara).
Lalu, di ayat 4 tertulis, "la harus melintasi daerah Samaria, Perhatikan kata harus dalam
kalimat itu. Samaria adalah bagian tengah Israel. Sebenarnya sangat wajar bila orang
melintasi wilayah tengah dalam perjalanan dari selatan ke utara atau sebaliknya. Orang
Yahudi
Selain empat hal di atas, untuk mewujudkan kerukunan antarumat beragama umat
beragama perlu mengembangkan sikap proeksistensi ketimbang koeksistensi (Sitompul
2006, 49). Di dalam koeksistensi kita memang mengakui orang lain dan merasa cukup
kalau tidak saling mengganggu. Sedangkan proeksistensi mencakup saling menghargai
dan berupaya mengembangkan kehidupan bersama yang harmonis dan dinamis. Ini berkait
erat dengan pengakuan bahwa umat beragama lain mempunyai "legitimasi religius" yang
tidak berhak kita nilai apakah benar atau salah. Umumnya umat beragama masih terjebak
pada sikap superior atau eksklusivisme, merasa diri sendiri satu-satunya yang benar,
sedangkan yang lain salah. Walaupun tidak diungkapkan terang-terangan, paling tidak "di
kalangan sendiri" gencar diucapkan, Sikap merelatifkan agama bahwa semua agama itu
sama juga tidak baik. Menyamakan semua agama berarti merendahkan penghayatan
religius kita sendiri. Penghayatan agama atau spiritualitas adalah sesuatu yang personal,
eksistensial dan menentukan bagi kualitas hidup kita, sesuatu yang tidak mungkin
disamaratakan begitu saja dengan penghayatan orang lain.
Kita perlu merenungkan kembali cara kita menghayati agama kita masing masing.
Meskipun agama adalah pilihan pribadi, ia juga berdampak bagi hubungan-hubungan
sosial. Di dalam keluarga besar Bangsa Indonesia yang pluralistik, cara-cara kita
menghayati dan mengungkapkan iman memainkan peranan penting agar kita terhindar
dari konflik-konflik yang tidak perlu dan tidak produktif.
Kerukunan yang kita usahakan dan kembangkan bukanlah sekadar "rukun rukun,
melainkan kerukunan yang benar-benar otentik dan dinamis. Kerukunan yang autentik
bukanlah kerukunan yang diusahakan hanya oleh karena alasan-alasan praktis, pragmatis
dan situasional, tetapi semangat kerukunan yang benar-benar keluar dari hati yang tulus
dan murni. Kerukunan itu benar-benar dapat keluar dari hati yang tulus dan murni karena
ia didorong dari suatu keyakinan iman yang dalam sebagai perwujudan dari ajaran agama
yang diyakini, Oleh sebab itu, kerukunan bukanlah sekadar masalah politis atau teknis.
Kerukunan juga tidak kurang adalah masalah teologis atau masalah keyakinan iman.
Bertolak dari situ, umat beragama yang lain bukan saingan atau ancaman apalagi musuh,
melainkan sebagai saudara-saudara sesama ciptaan Tuhan yang oleh Tuhan ditempatkan
untuk hidup bersama dan bekerja bersama bagi kebaikan bersama dan oleh karena itu
untuk dikasihi. Kerukunan yang autentik akan terwujud oleh keyakinan yang eksistensial
seperti ini dan bukan hanya oleh kesepakatan-kesepakatan formal saja.
Kerukunan yang dinamis bukan sekadar kerukunan yang berdasarkan kesediaan untuk
menerima eksistensi yang lain dalam suasana hidup bersama tetapi tanpa saling menyapa,
Kerukunan yang dinamis adalah kerukunan yang didorong oleh kesadaran bahwa
meskipun berbeda, semua umat beragama mempunyai tugas dan tanggung jawab bersama
yang satu, yaitu mengusahakan kesejahteraan lahir batin yang sebesar-besarnya bagi
semua orang (bukan hanya umatnya sendiri), dan oleh karena itu mesti bekerja sama dan
bukan hanya sama-sama bekerja.
Salah satu tantangan terhadap pengembangan kerukunan adalah adanya peristiwa-
peristiwa lokal yang mengarah pada peningkatan benturan dan konflik SARA (Suku,
Agama, Ras dan Antargolongan). Adanya cara-cara melaksanakan dakwah, penginjilan,
dan misi yang melecehkan dan menghakimi agama lain juga merupakan tantangan
terhadap pengembangan kerukunan. Selain itu, adanya fundamentalisme agama dalam
masyarakat majemuk juga merupakan tantangan terhadap pengembangan kurikulum.
BAB III
Analisis Film “Selaras” Dalam Perspektif Kristen Mengenai Kerukunan Antar Umat
Beragama
A. Sistematika
1. Sekilas alur cerita film “Selaras”
Film pendek “Selaras” diproduksi oleh O'Mine Original Pictures. Film “Selaras”
menceritakan tentang sebuah keluarga kristen yang dimana anak pertamanya
berkeputusan untuk menjadi seorang mualaf. Yang kemudian ia menjadi buah
perbincangan ditengah masyarakat tentang keputusannya tersebut.
2. Klasifikasi tokoh pemeran di film “Selaras”
a. Daud
Daud merupakan anak dari ibu Dini dan juga merupakan anak tertua dari
sebuah keluarga kristen tanpa seorang ayah dikarenakan ayahnya telah meninggal
dunia. Namun ia berkeputusan untuk menjadi seorang mualaf yang tentunya akan
membuat ia menjadi buah bibir karena keputusannya itu. Namun, ia tetap kuat
dengan keputusan nya tersebut hingga akhirnya keluarga nya hidup dengan penuh
damai walaupun berbeda keyakinan.
b. Ibu Dini
Ibu Dini adalah ibunya Daud dan juga Nata(adik Daud). Ia hidup dengan anak-
anaknya tanpa seorang ayah karena telah lebih dahulu dipanggil pulang oleh
Tuhan. Ia juga menjadi bahan perbincangan di karenakan anaknya Daud
berkeputusan untuk menjadi seorang mualaf. Namun, ia tetap sabar dalam
menghadapi itu semua dan ia juga terima dengan ikhlas jika anaknya menjadi
seorang mualaf walaupun sebelumnya ia sempat tidak terima.
c. Nata
Nata adalah adik dari Daud. Ia merupakan adik satu-satunya dari daud. Ia dan
kakaknya sangat akur dalam rumah.
d. Chris
Chris merupakan teman gereja dari Daud yang juga sangat menyayangkan jika
Daud berkeputusan untuk menjadi seorang mualaf. Nanun sebagai teman, ia juga
tidak bisa untuk menghalangi apa yang menjadi keputusan temannya itu.
e. Hendry
Bapa Hendry adalah teman gereja dari Ibu Dini yang secara terang-terangan
menyatakan ke Ibu Dini di gereja bahwa tidak setuju jika Daud menjadi seorang
Mualaf.
f. Imam
Ia merupakan Imam yang menerima setiap curhatannya Daud karena
keputusannya menjadi seorang Mualaf.
B. Isi Film
Film "Selaras" menceritakan kisah tentang sebuah keluarga kristen yang dimana satu
dari anggota keluarga tersebut berkeputusan untuk berpindah agama. Film di awali dengan
2 orang saudara bernama Daud dan adiknya yaitu Nata. Mereka sangat akur seperti
saudara pada umumnya. Di tengah bercandaan mereka, Ibu Dini atau Ibu mereka
mengingatkan Daud agar pergi sholat karena sedikit lagi sudah pas waktunya untuk sholat.
Padahal Ibu Dini adalah seorang Kristen namun tetap menerima anaknya menjadi seorang
mualaf, bahkan mengingatkannya untuk sholat. Pada suatu hari minggu Ibu Dini dan Nata
harus pergi untuk
Beribadah di gereja maka tentunya Daud yang akan mengantar mereka ke gereja.
Sesampainya di gerbang gereja Ibu Dini ingin memastikan lagi bahwa Daud benar-benar
yakin dengan pilihan yang ia pilih. Sebagai seorang Ibu tentunya juga mau agar anak-
anaknya juga berkeyakinan yang sama dengannya. Namun setiap orang punya pilihannya
masing-masing dengan segala konsekuensi yang akan ditanggung. Daud dengan yakin
akan pilihannya tersebut. Ibu Dini hanya bisa menerima dengan lapang dada. Dengan
keputusan Daud tersebut maka tentunya Konsekuensi Sosial akan mereka terima. Juga
ibunya waktu di dalam Gereja orang-orang mulai bertanya-tanya tentang Daud ke Ibu
Dini. Namun Ibu Dini tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menerima semuanya. Pada
suatu hari Ibu Dini sudah tidak tahan dengan konsekuensi sosial yang ia alami sehingga ia
dengan kasar memarahi Daud sehingga membuat Daud keluar dari rumah dan Ia pergi
bertanya kepada Seorang Imam. Disitu ia di yakinkan oleh iman tersebut bahwa pasti Ibu
nya juga akan menerima dengan ikhlas keputusannya tersebut. Begitu juga di rumah. Ibu
Dini dengan menangis karena merasa bersalah atas kemarahannya terhadap Daud. Dan ia
berdoa kepada Tuhan, dengan demikian hatinya ditenangkan dan ia dengan ikhlas
menerima keputusan anaknya. Begitu juga dengan Daud, ia berani untuk kembali ke
rumah guna memberitahu alasan ia berpindah menjadi seorang mualaf. Dengan pertemuan
tersebut akhirnya mereka mau menerima satu dengan yang lain. Walaupun dalam keluarga
tersebut berbeda keyakinan namun hidup rukun tetap terjaga.
Dari film ini dapat kita belajar bahwa kita tidak bisa memaksa orang lain untuk
mengikuti kemauannya kita. Setiap orang memiliki pilihan dan keputusannya masing-
masing dengan segala konsekuensi yang akan ditanggung. Walaupun dengan keputusan
orang lain juga akan berpengaruh terhadap kita tapi jangan sampai kerukunan dan hidup
dengan penuh kasih itu jangan hilang dalam komunitasnya kita.

C. Pandangan Kristen
Murtad atau pindah agama sudah menjadi perdebatan bagi para ahli teologi sejak
dulu. Definisi murtad masih diperdebatkan sampai sekarang. Ada pihak yang bilang bila
pindah dari denominasi Katolik ke Protestan sudah dianggap murtad. Ada juga yang
menganggap kalau itu bukanlah murtad. Dalam artikel ini, kita tidak membahas murtad
dalam definisi pindah denominasi, melainkan murtad dalam artian pindah agama. Negara
membebaskan warga negaranya untuk memeluk agama apapun. Meskipun begitu, warga
negara, selain diikat oleh peraturan negaranya, juga diikat oleh norma yang berlaku dalam
agama yang dianut, kecuali ateis.
Walaupun negara tidak berhak untuk menghukum orang yang murtad dari hukum
pindah agama dalam Kristen, orang tersebut tentu akan mendapatkan sanksi sosial dan
tentunya akan mendapat ganjaran yang setimpal di hari penghakiman nanti. Lalu,
bagaimana Agama Kristen memandang murtad atau pindah agama. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, murtad adalah berbalik belakang. Maksud dari makna “berbalik
belakang” adalah seorang individu tidak lagi menghadap imamnya dan memunggungi
imamnya alias keluar dari sebuah komunitas. Kita tahu bahwa memunggungi orang yang
sedang berbicara dengan kita adalah hal tidak beretika sama sekali. Jadi, murtad adalah
pindahnya seseorang ke agama lain, seperti orang yang beragama Islam pindah ke Agama
Kristen atau orang yang beragama Kristen pindah ke Agama Islam.

1. Murtad akan Membuat Allah Marah


Murtad dalam Kristen disebut dengan apostasi yang bermakna pembelotan.
Apostasi berarti seseorang dengan sadar sudah melakukan pembelotan terhadap iman
Kristen. Banyak ayat alkitab yang menunjukkan bahwa Allah sendiri tidak
menghendaki pemurtadan umatnya. Salah satunya tertuang di dalam Kitab Yeremia
2:19 “Kejahatanmu akan menghajar engkau , dan kemurtadanmu akan menyiksa
engkau! Ketahuilah dan lihatlah, betapa jahat dan pedihnya engkau meninggalkan
TUHAN, Allahmu; dan tidak gemetar terhadap Aku, demikianlah firman Tuhan
ALLAH semesta alam.” Murtad dari Agama Kristen itu berarti sudah berarti
meninggalkan Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya. Orang yang murtad dari Agama
Kristen tentu melakukan itu dengan sadar dan tak ada ketakutan sama sekali. Hal ini
tentu akan membuat Tuhan Allah sendiri sangat sedih. Allah sudah memberikan kita
karunia yang sangat besar melalui janji penebusan dosa, tetapi kita membuang “tiket”
tersebut dan memilih untuk memuja ilah-ilah lain.

2. Orang yang Tetap Murtad tidak Akan Diampuni


Ini adalah pertanyaan yang paling sering ditanyakan kepada kita karena Yesus
sendiri sudah berjanji akan menebus dosa manusia. Namun, bukan berarti manusia itu
bebas melakukan dosa sesukanya. Manusia yang ditebus dosanya adalah manusia yang
yakin dan percaya bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat dan Allah yang
memanifestasikan dirinya dalam bentuk manusia. Hal ini tertulis dalam Yohanes 14:6
“Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”.
Orang yang pindah agama dari Kristen tentu sudah menyangkal hukum pindah
agama dalam Kristen. Orang yang tidak mengakui bahwa Yesus merupakan Jalan
Kebenaran tentu tidak akan mendapatkan anugerah berupa penebusan dosa. Ibarat
sebuah “tiket konser”, orang yang murtad itu adalah orang yang membuang “tiket
konser”-nya. Padahal, banyak yang berlomba-lomba ingin masuk ke dalam Rumah
Bapa dan hanya sedikit yang dipilih, tapi kita malah membuang kesempatan tersebut.
Kamu sudah mengecewakan Tuhan Allah dan saudara seimanmu karena membuang
tiket masuk ke rumah Bapa dengan cuma-cuma.

Begitulah hukum pindah agama dalam Kristen, setiap orang pernah berdosa, termasuk
Rasul Paulus dan Rasul Petrus. Rasul Paulus yang merupakan Ahli Taurat akhirnya pindah
agama dari Yahudi ke Kristen setelah diperingatkan oleh Yesus Kristus melalui sebuah
penglihatan. Sebelumnya Paulus adalah sosok yang sangat suka melakukan pembunuhan
terhadap umat-umat Kristen di Syria Palestina.
Rasul Petrus pernah melakukan penyangkalan terhadap Yesus Kristus saat ditanya
apakah Petrus mengenal Yesus. Petrus merasa bersalah setelah melakukan penyangkalan
tersebut. Walaupun begitu, Yesus justru tidak mengutuk Petrus. Yesus justru memilih
Petrus menjadi pemimpin gereja perdana. Kuatkanlah imanmu. Minta bantuan Roh Kudus
supaya dirimu tidak menjadi domba tersesat yang tidak tahu arah jalan pulang.
Nah berdasarkan materi di atas tentunya jika kita memperhatikan film "Selaras" maka
di situ dapat dilihat bahwa anak dari Ibu Dini memutuskan untuk pindah menjadi seorang
mualaf. Nah tentunya segala konsekuensi akan ia dapatkan baik itu secara sosial yaitu
pastinya namanya akan di perbincangkan di tengah masyarakat ataupun konsekuensi
rohani seperti pemaparan materi di atas. Namun tentunya semua orang mempunyai
keputusan untuk melakukan sesuatu hal. Begitu juga dengan Daud, ia juga seorang
manusia dan ia memilih untuk menjadi seorang mualaf adalah keputusannya. Sebagai
teman, Orang tua dan sahabat kita hanya bisa memperingatkan tapi pilihan ada di tangan
orang tersebut. Tapi ingat jangan sampai dengan berpindahnya teman atau sahabat kita ke
agama lain jangan sampai kerukunan itu juga hilang. Namun mari kita jaga terus
kerukunan itu apapun keadaan teman kita.
BAB IV
Penutup
A. Kesimpulan
Kerukunan antar umat beragama harus selalu diterapkan dalam kehidupan kita
sebagai manusia. Melihat dengan keberagaman agama yang ada di Indonesia, sudah
sepatutnya mengharuskan kita agar selalu saling hidup rukun antar sesama umat manusia.
Sebagai seorang Kristen yesus mengajarkan kita agar selalu mengasihi semua orang.
Baik itu mereka berbuat salah kepada kita ataupun berbuat baik kepada kita. Karena itu
sebagai Kristen yang Patuh, kita harus berusaha untuk selalu mengasihi sesama kita.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih kurang sempurnanya dalam penulisan makalah ini
oleh karena itu penulis dengan tangan terbuka akan menerima baik itu kritikan maupun
saran dari para pembaca agar kedepannya jauh lebih baik lagi
Daftar Isi

Hari agung bandara. 2016, 11 Juni. SELARAS - Short Film (kisah satu keluarga tetapi
berbeda agama) [video]. You Tube. https://youtu.be/UOoR-ZJwpXE

H. C. Manuliang, “Pendidikan Agama Kristen (PAK),” 3 Maret 2017, 2017, [Online].


Available: https://menarakristen.blogspot.com/2017/03/pendidikan-agama-kristen-
pak-i.html

Anda mungkin juga menyukai