Makalah LKS Jatim 2022 Muhammad Dwi Cahyono
Makalah LKS Jatim 2022 Muhammad Dwi Cahyono
Karya tulis ini dibuat dalam rangka Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK
Bidang Agronomy
Tingkat Provinsi Jawa Timur Tahun 2022
Disusun Oleh :
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Lecanicillium lecanii pada Media Perbanyakan Alternatif Ubi Kayu dan Ubi
Tingkat Provinsi Jawa Timur Tahun 2022, telah disetujui dan disahkan pada :
Hari : Senin
Mengesahkan,
Kepala SMKN 1 Plosoklaten Pembimbing
ii
ABSTRAK
Ulat daun (Plutella xylostella) merupakan salah satu hama utama pada
tanaman daun yang menyerang sejak awal tumbuh sampai menjelang panen
sehingga menyebabkan kegagalan apabila tidak segera dikendalikan. Metode
pengendalian yang sering dilakukan oleh para petani untuk mengatasi masalah
tersebut yaitu penggunaan bahan pestisida sintetik yang melebihi dosis anjuran dan
digunakan secara terus menerus sehingga mengakibatkan akumulasi pestisida di
tanah. Cendawan Lecanicillium lecanii adalah salah satu agens hayati yang sangat
potensial untuk dimanfaatkan dalam pengendalian beberapa hama dan penyakit
tanaman.
Penggunaan agens hayati untuk pengendalian hama dan penyakit adalah salah
satu dukungan untuk program pemerintah Kabupaten Kediri tentang penggalakan
pertanian organik. Akan tetapi pengendalian hama penyakit menggunakan agen
hayati lambat perkembangannya karena terbatasnya agen hayati yang diproduksi
secara massal dan digunakan secara komersial, sehingga diperlukan teknologi
untuk produksi massal Lecanicillium lecanii pada beberapa macam media.
Kabupaten kediri memiliki potensi ubi jalar yang baik di wilayah kecamatan
Ngadiluwih, Kandat, Wates, Plosoklaten, Kepung, Kandangan, Pare dan ubi kayu
di wilayah kecamatan Mojo, Semen, Ngadiluwih, Kandat, Banyakan, Tarokan. Dari
gambaran diatas, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian penggunaan
ubi jalar dan ubi kayu sebagai media alternatif perbanyakan agen hayati terhadap
kerapatan spora Lecanicillium lecanii sehingga mendapatkan media alternatif yang
lebih murah dan mudah di dapatkan.
Hasil kerapatan spora terbaik ditunjukan pada perlakuan media kentang
dengan rata rata kerapatan spora 3,1x108, kerapatan spora terbaik berikuttnya di
tunjukkan pada perlakuan dengan media ubi kayu dengan rata rata kerapatan spora
2,9x107. Sedangkan kerapatan spora terendah terdapat pada media ubi jalar dengan
rata rata kerapatan spora 2,6x107. Dari data data yang didapatkan menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan sehingga media kentang dapat
disubtitusi oleh media ubi jalar dan ubi kayu. Dengan menggunakan bahan ubi jalar
dan ubi kayu maka dapat mengurangi biaya produksi agen hayati Lecanicillium
lecanii. Hal tersebut didukung dengan percobaan pengamatan mortalitas ulat daun
(Plutella xylostella) yang telah dilakukan, dimana efektivitas kematian ditunjukkan
pada perlakuan media kentang dan ubi kayu.
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul
Efikasi Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii pada Media Perbanyakan
Alternatif Ubi Kayu dan Ubi Jalar terhadap Mortalitas Plutella xylostella pada
Sawi”.
Karya tulis ini dapat terselesaikan dengan adanya bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. Masrukan, M. Pd. selaku Kepala SMK Negeri 1 Plosoklaten atas
motivasinya.
2. Ibu Puji Astuti, S. P. selaku Kepala Program Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura.
3. Ibu Aris Wulansari, S. P. selaku pembimbing atas nasihat, kesabaran, arahan,
dan bimbingan yang diberikan.
4. Bapak/Ibu Dewan Guru SMK Negeri 1 Plosoklaten.
5. Teman-teman yang banyak memberi semangat dan bantuin.
Tanpa dukungan dari seluruh pihak tersebut maka karya tulis ini tidak dapat
terselesaikan dengan maksimal. Kritik dan saran yang membangun sangat
dibutuhkan agar penulis dapat memperbaiki kesalahan yang ada pada karya ini
sehingga dapat lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Teks Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii
1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 3
1.5 Hipotesis ................................................................................................ 3
1.6 Ruang Lingkup ...................................................................................... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5
2.1 Agens Hayati ......................................................................................... 5
2.2 Lecanicillium lecanii.............................................................................. 6
2.3 Media Perbanyakan Agens Hayati.......................................................... 7
2.4 Klasifikasi Ulat Daun (Plutella xylostella) ............................................. 9
3. METODE PENELITIAN ............................................................................ 10
3.1 Deskripsi Penelitian ............................................................................. 10
3.2 Identifikasi Variabel Penelitian ............................................................ 10
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 10
3.4 Alat dan Bahan .................................................................................... 11
3.5 Prosedur Penelitian .............................................................................. 12
3.6 Rancangan Percobaan .......................................................................... 18
3.7 Pengamatan ......................................................................................... 18
3.8 Jadwal Penelitian ................................................................................. 19
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 20
4.1 Hasil .................................................................................................... 20
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 25
iii
5. PENUTUP .................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 29
LAMPIRAN ...................................................................................................... 31
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
1. PENDAHULUAN
Ulat daun (Plutella xylostella) merupakan salah satu hama utama pada
tanaman daun yang menyerang sejak awal tumbuh sampai menjelang panen
pengendalian yang sering dilakukan oleh petani untuk mengatasi masalah tersebut
yaitu menggunakan bahan pestisida sintetik dengan dosis yang melebihi anjuran
Penggunaan agens hayati untuk pengendalian hama dan penyakit adalah salah
adalah salah satu agens hayati yang sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam
luas dan bersifat kosmopolit sehingga mudah ditemukan di daerah tropis maupun
terbilang lambat karena terbatasnya agens hayati yang diproduksi secara massal dan
satunya adalah pengguaan media berbahan baku kentang yang terbilang mahal.
Sehingga diperlukan subtitusi kentang sebagai bahan baku media produksi massal
1
dengan tetap memperhatikan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
Lecanicillium lecanii, antara lain yaitu pemanfaatan ubi jalar dan ubi kayu.
Kabupaten Kediri memiliki potensi ubi jalar yang baik di Kecamatan Ngadiluwih,
Kandat, Wates, Plosoklaten, Kepung, Kandangan, Pare dan memiliki potensi ubi
kayu yang baik di Kecamatan Mojo, Semen, Ngadiluwih, Kandat, Banyakan, serta
Tarokan (RPI2-JM,2017). Sehingga kedua bahan tersebut sangat mudah dan murah
kerapatan spora dan daya viabilitas spora tertinggi pada perlakuan media ubi rambat yaitu
dengan rata-rata 97,42%, disusul ubi kayu sebesar 96,77%, dan kentang sebesar
Perbanyakan Alternatif Ubi Kayu dan Ubi Jalar Terhadap Mortalitas Ulat Daun
sehingga mendapatkan media alternatif yang lebih murah dan mudah di dapatkan.
1. Bagaimana ubi kayu dan ubi jalar dapat digunakan sebagai media alternatif
alternatif ubi kayu dan ubi jalar terhadap mortalitas ulat daun (Plutella
xylostella)?
2
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan mempelajari penggunaan ubi kayu dan ubi jalar
lecanii dengan media alternatif ubi kayu dan ubi jalar terhadap mortalitas
1. Dapat mengetahui penggunaan ubi jalar dan ubi kayu sebagai media
media alternatif ubi kayu dan ubi jalar terhadap mortalitas Plutella xylostella.
1.5 Hipotesis
H0 : Penggunaan ubi jalar dan ubi kayu sebagai media alternatif tidak
xylostella.
H1 : Penggunaan ubi jalar dan ubi kayu sebagai media alternatif berpengaruh
3
1.6 Ruang Lingkup
lecanii adalah:
dengan adanya perubahan warna dan aroma gas dilakukan selama 6 hari. Dan
2. Mortalitas ulat daun yang ditunjukkan dengan adanya miselium dan perubahan
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
Nomor 411 tahun 1995 yaitu setiap organisme yang meliputi spesies, subspecies,
al., 2016).
5
(APH) dan pestisida nabati merupakan salah satu solusi untuk mengendalikan
Lecanicillium lecanii ditemukan pertama kali di Sri Lanka pada tahun 1861
dan khitin serangga, menghasilkan metabolit yang bersifat racun bagi serangga,
serta bersifat antagonis untuk cendawan patogen yang lain. Spora cendawan
menyebar melalui angin, udara, dan bangkai serangga yang terserang (Brodeur
2012).
Kingdom : Fungi,
Phylum : Ascomycota,
Subphylum : Pezizomycotina,
Class : Sordariomycetes,
Order : Hypocreales,
Family : Clavicipitaceae,
Genus : Lecanicillium,
6
Cendawan entomopatogen mempunyai sifat yang relatif aman, dengan
tingkat reproduksi tinggi, memiliki siklus hidup yang pendek, bersifat selektif,
dapat bertahan lama, bahkan dalam kondisi yang tidak menguntungkan (Trizelia
stadia serangga (kepik coklat) mulai stadia telur, nimfa maupun imago. Menurut
media PDA (Potato Dextrose Agar), media cair dan media padat (Mu’minin et al.,
sedangkan perbanyakan dengan media cair bisa menggunakan medium kentang (air
7
pemanfaatan media perbanyakan bioinsektisida yang murah dan bisa dilakukan
oleh petani. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian penggunaan berbagai jenis
bahan sebagai media perbanyakan Lecanicillium Lecanii yang salah satunya dengan
cendawan dengan media ubi kayu, ubi rambat dan kentang menunjukkan hasil yang
baik,karena ubi kayu, ubi rambat, dan kentang mengandung nutrisi yang sesuai
sebagai medium perbanyakan cendawan dalam bentuk media cair karena kentang
merupakan salah satu makanan yang mengandung karbohidrat, pati, protein yang
senyawa pati. Kandungan gizi dari kentang (Maulida, 2018), ubi kayu (Salim,
2011), dan ubi jalar (Suprapti, 2003) sebagai media perbanyakan Lecanicillium
8
Tabel 1. Kandungan gizi dari masing-masing media perbanyakan Lecanicillium
lecanii 100 g-1
Kandungan Gizi Media Kentang Media Ubi Kayu Media Ubi Jalar
Kalori (kkal) 77 0,06146 123
Karbohidrat (g) 19 34 27,9
Pati (g) 15 - -
Lemak (g) 0,1 0,3 0,7
Protein (g) 2 1,2 1,8
Air (ml) 75 62,5 68,5
Kalsium (mg) - 33 30
Fosfor (mg) - 40 49
Zat Besi (mg) - 0,7 0,7
Natrium (mg) - - -
Kalium (mg) - - -
Niacin (mg) - - -
Vitamin A (mg) - - 0,77
Vitamin B1 (mg) - 0,06 0,9
Vitamin B2 (mg) - - -
Vitamin C (mg) - 0,3 22
Bagian Daging (%) - - 86
Hama Plutella xylostella bersifat polifag dan sering disebut hama bodas,
hama kracang, hama wayang, sering juga disebut ulat tritip (Pracaya, 2007).
Klasifikasi Plutella xylostella adalah sebagai berikut (Myers, et. al., 2015):
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Klas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Plutellidae
Genus : Plutella
Spesies : Plutella xylostella
9
3. METODE PENELITIAN
1) Variabel bebas
2) Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah campuran media cair yaitu
Maret 2022.
10
3.4 Alat dan Bahan
suatu alat/mensuplai udara dari luar agar udara yang ada didalam
jadi.
isolate.
11
q. Botol berisi larutan PK (permanganas kalium) berfungsi sebagai
penyeteril udara.
xylostella.
glukosa).
dalam aerator.
a. Media kentang
12
1. Menyiapkan alat dan bahan.
menyerupai dadu.
250 gram.
dingin.
menyerupai dadu.
13
4. Merebus air mineral sebanyak 9 liter sampai mendidih setelah
dingin.
menyerupai dadu.
14
6. Air rebusan Ubi Jalar dimasukkan ke galon yang sudah di
dingin.
15
bersih sebagai kontrol hasil inkubasi kemudian aerator
5. Galon berisi media ekstrak ubi jalar yang sudah ditanami spora
16
7. Dilakukan pengamatan selama 6 hari, setelah 6 hari
5. Galon berisi media ekstrak ubi jalar yang sudah ditanami spora
17
3.5.3 Uji efektifitas perbanyakan Lecanicillium lecanii dengan media
dari media kentang, ubi jalar, dan ubi kayu. Masing-masing perlakuan diulang
cawan petri yang ditutup kain kasa. Pada pengamatan ini setiap cawan diisi 2
Plutella xylostella dan diberi makanan daun sawi. Aplikasi Lecanicillium lecanii
3.7 Pengamatan
6 kali yaitu hari ke-1 sampai dengan hari ke-6. Setiap pengamatan dilakukan
18
uji kerapatan spora yang dilaksanakan di Laboratorium UPT Proteksi
perubahan warna yang diamati pada ulat daun yang mati. Perhitungan
𝑥
𝑃= 𝑥 100%
𝑦
Keterangan:
19
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
selama 6 hari. Ragam yang diamati adalah perubahan warna dan aroma. Perlakuan
media ekstrak kentang mengalami perubahan warna secara signifikan dari kuning
keruh menjadi kuning sangat keruh pada pengamatan hari kelima pada semua
ulangan. Perlakuan media ekstrak ubi jalar tidak mengalami perubahan warna pada
hari pertama dan kedua pada semua ulangan. Pada hari ketiga dan keempat semua
ulangan media mengalami perubahan dari warna ungu menjadi ungu agak keruh.
Pada hari kelima dan keenam media mengalami perubahan akhir dari ungu agak
Perlakuan media ekstrak ubi kayu pada hari pertama media masih berwarna
putih jernih, pada hari kedua media mengalami perubahan warna putih jernih
menjadi putih agak keruh. Hari ketiga media berubah dari putih agak keruh menjadi
putih keruh. Hari keempat pada ulangan 2 dan 3 warna masih sama putih keruh,
namun pada ulangan 1 mengalami perubahan warna dari putih keruh menjadi putih
keunguan. Pada hari kelima dan enam media ulangan 1 mengalami perubahan
warna dari ulangan dari putih keunguan menjadi ungu, pada ulangan 2 dan 3
media berubah. Berikut data hasil pengamatan efektivitas media perbanyakan agens
20
Tabel 3. Perubahan warna media agens hayati
Keterangan:
21
Tabel 4. Perubahan aroma fermentasi
Keterangan:
BK : Belum keluar
KJ : Keluar jelas
22
Hasil pengamatan perubahan aroma fermentasi menunjukkan bahwa
perlakuan dengan menggunakan media dari ekstrak kentang, ubi kayu, dan ubi jalar
Perlakuan media ekstrak kentang hari pertama belum menunjukkan perubahan atau
belum mengeluarkan aroma khas fermentasi, hari kedua media mulai mengeluarkan
perubahan aroma khas fermentasi namun belum kuat, hari ke tiga perubahan atau
peningkatan aroma belum tercium dengan jelas dan aromanya masih sama dengan
peningkatan aroma menjadi tercium lebih jelas dan kuat, pada hari ke lima dan ke
enam aroma khas fermentasi sudah tercium jelas yang menandakan bahwa proses
Perlakuan dengan menggunakan media dari ekstrak ubi kayu hari pertama
media belum mengeluar perubahan aroma, hari kedua media mulai mengeluarkan
aroma khas fermentasi namun belum jelas, hari ketiga perubahan aroma sudah ada
peningkatan menjadi lebih jelas aroma khas fermentasinya, hari keempat, lima, dan
enam perubahan dan peningkatan aroma sudah sangat jelas dan kuat yang
Perlakuan media ekstrak ubi jalar pada hari pertama dan kedua perubahan
aroma belum keluar atau belum tercium sama sekali, hari ke tiga dan ke empat
perubahan atau peningkatan aroma sudah mulai keluar namun masih belum jelas,
pada hari ke lima dan ke enam perubahan aroma media ada peningkatan dari
sebelumnya yang aroma khas fermentasinya belum jelas pada hari ke lima dan ke
23
4.1.2 Kerapatan spora
perlakuan media ekstrak kentang adalah 3,1x10 , perlakuan media ekstrak ubi jalar
8
adalah 2,9x10 , dan perlakuan media ekstrak ubi kayu adalah 2,6x10 . Secara
7 8
berurutan perlakuan yang memiliki kerapatan spora tertinggi adalah media kentang
kemudian ubi kayu dan ubi jalar. Berikut data hasil pengamatan kerapatan spora
Tabel 5. Hasil Uji Lab. UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
Mojokerto
Kerapatan Spora
Perlakuan Ulangan
Rata-rata
1 2 3
Kentang 4,6x108 1,8x10 8
2,8x108 3,1x108
Ubi kayu 3x108 4x108 0,7x108 2,6x108
Ubi jalar 2x107 6x107 0,6x107 2,9x107
didapatkan persentase paling efektif pada perlakuan media kentang dan ubi kayu.
Pengamatan pada hari pertama dan kedua Plutella xylostella belum menujukkan
hari ketiga pengamatan, ulat daun berubah menjadi pupa sampai terakhir
perlakuan kentang dan ubi kayu ulangan satu ulat daun mati 100% dalam bentuk
pupa dan menghitam. Untuk perlakuan dan ulangan yang lain didapatkan hasil
bahwa ulat daun yang mati hanya 50%. Berikut data hasil pengamatan mortalitas
24
Tabel 6. Persentase Mortalitas Plutella xylostella
Ulangan (%)
Perlakuan
1 2 3
Kentang 100 50 50
Ubi kayu 100 50 50
Ubi jalar 50 50 50
4.2 Pembahasan
menyediakan nutrisi yang sesuai, cukup dan steril untuk menunjang pertumbuhan
cendawan Lecanicillium lecanii dengan perlakuan media dari kentang, ubi kayu,
perubahan warna dan aroma secara signifikan selama proses inkubasi berlangsung
6 hari. Perubahan dan peningkatan media baik warna maupun aroma pada media
aktif menguraikan bahan organik media dan memecah senyawa media seperti
karbohidrat dan glukosa menjadi alkohol, asam piruvat dan gas sehingga
ubi kayu menunjukkan perubahan warna yang berbeda dari pelakuan ubi kayu
25
Kerapatan spora cendawan Lecanicillium lecanii dari hasil uji laboratorium
perlakuan media dari ekstrak kentang memiliki tingkat kerapatan spora paling
tinggi yaitu dengan rata-rata kerapatan spora 3,1x108,ubi kayu memiliki rata-rata
kerapatan spora 2,6x108, dan ubi jalar memiliki kerapatan spora 2,9x107. Faktor
yang mempengaruhi tingkat kepadatan spora pada masing masing media adalah
jumlah senyawa kimia yang terdapat pada kandungan media seperti karbohidrat,
perlakuan media dari ekstrak kentang memiliki tingkat kerapatan spora lebih tinggi
lecanii.
signifikan sehingga media kentang dapat disubtitusi oleh media ubi kayu, dan ubi
jalar. Dengan menggunakan bahan ubi kayu dan ubi jalar maka dapat mengurangi
biaya produksi agen hayati Lecanicillium lecanii. Hal ini didukung dengan
dan ubi kayu memiliki hasil tertinggi dibanding menggunakan media ubi kayu hal
kerapatan spora yang tinggi sedangkan rata-rata kerapatan spora pada media ubi
jalar lebih rendah dibandingkan dengan media kentang dan ubi kayu. Tingkat
mortalitas selain dilihat dari adanya ulat daun yang mati juga ditunjukkan dengan
adanya perubahan warna dan perkembangan siklus hidup Plutella xylostella yang
26
terhambat. Aplikasi Lecanicillium lecanii yang dilakukan sangat menghambat
proses perkembangan ulat daun terutama pada fasa pupa. Hal tersebut dikarenakan
Lecanicillium lecanii tidak memiliki waktu yang cukup untuk menginfeksi Plutella
27
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
lecanii pada media ubi jalar sebesar 2,6x107 dan pada media ubi kayu memiliki rata
rata kerapatan spora sebesar 2,9 x 108. Hasil tersebut mendekati rata- rata kerapatan
spora media kentang yang sebesar 3,1 x 108 . Sehingga ubi jalar dan ubi kayu dapat
lecanii karena menghasilkan kerapatan spora lebih dari 105 yang merupakan salah
satu indikator kelayakan agens hayati untuk di gunakan. Hal tersebut didukung
dengan percobaan pengamatan mortalitas ulat daun (Plutella xylostella) yang telah
5.2 Saran
Melihat dari hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan untuk melakukan
mikroorganisme agen hayati yang lebih murah, mudah di dapat, dan lebih efektif.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
Trisnadi, R. 2016. Pupuk Organik dapat Mengendalikan Serangan Hama dan
Penyakit Tembakau. Dinas Perkebunan dan Kehutnan. Probolinggo.
Trizelia, 2005. Cendawan Entomopatogen Beauveria bassiana (Bals.) Vuill.
(Deuteromycotina: Hyphomycetes): Keanekaragaman Genetik, Karakterisasi
Fisiologi dan Virulensinya terhadap Crocidolomia pavonana (F.)
(Lepidoptera: Pyralidae). Disertasi. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Zare, R. & Gams, W. A. (2001). Revision of Verticillium sect. Prostrata. IV The
genera Lecanicillium and Simplicillium gen. Nova Hedwigia. 73: 1-50.
30
LAMPIRAN
31
(a) (b) (c)
(d) (e)
Gambar 2. Proses perbanyakan cendawan Lecanicillium lecanii (a) Inokulasi; (b)
Pemasangan aerator; (c) Pengamatan; (d) Pemanenan; (e) Hasil perbanyakan
32
(d) (e) (f)
33
Lampiran 2. Analisis Biaya Bahan Produksi Agens Hayati
No Jenis Alat/Bahan Jumlah Satuan Harga satuan (Rp) Frekuensi Kentang Ubi jalar Ubi kayu
1 Botol produksi uk. 1L 18 buah 4.000 1 72.000 72.000 72.000
2 Stiker produk 2 lembar 6.000 1 12.000 12.000 12.000
3 Isolat agens hayati 2 tabung 50.000 1 100.000 100.000 100.000
4 Alkohol kemasan 1L 1 liter 30.000 1 30.000 30.000 30.000
5 Partikel Kalium (PK) 1 botol 10.000 1 10.000 10.000 10.000
6 kentang 4 kg 14.000 1 56.000 - -
7 Ubi Jalar 4 kg 6.000 1 - 24.000 -
8 Ubi kayu 4 kg 3.000 1 - - 12.000
9 Gula pasir 0,5 kg 12.000 1 6.000 6.000 6. 000
10 Air mineral 18 liter 1.000 1 18.000 18.000 18.000
JUMLAH BIAYA VARIABEL (Rp) 304.000 272.000 260.000
34
Lampiran 3. Hasil Uji Laboratorium Kerapatan Spora
35
36
37
38
39
40
41
42
43