Anda di halaman 1dari 53

EFIKASI CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Lecanicillium lecanii PADA

MEDIA PERBANYAKAN ALTERNATIF UBI KAYU DAN UBI JALAR


TERHADAP MORTALITAS Plutella xylostella PADA SAWI

KARYA TULIS ILMIAH

Karya tulis ini dibuat dalam rangka Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK
Bidang Agronomy
Tingkat Provinsi Jawa Timur Tahun 2022

Disusun Oleh :

Muhammad Dwi Cahyono


NISN : 0039711144

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 1 PLOSOKLATEN

2022
HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis dengan judul “Efikasi Cendawan Entomopatogen

Lecanicillium lecanii pada Media Perbanyakan Alternatif Ubi Kayu dan Ubi

Jalar terhadap Mortalitas Plutella xylostella pada Sawi” dibuat untuk

memenuhi persyaratan Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK Bidang Agronomy

Tingkat Provinsi Jawa Timur Tahun 2022, telah disetujui dan disahkan pada :

Hari : Senin

Tanggal : 21 Maret 2022

Mengesahkan,
Kepala SMKN 1 Plosoklaten Pembimbing

Drs. MASRUKAN, M. Pd. ARIS WULANSARI, S. P.


NIP. 19621010 199702 1 001 NIP. 19860511 201101 2 015
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Muhammad Dwi Cahyono
NISN : 0039711144
Asal Sekolah : SMK Negeri 1 Plosoklaten
Judul : Efikasi Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii pada
Media Perbanyakan Alternatif Ubi Kayu dan Ubi Jalar
terhadap Mortalitas Plutella xylostella pada Sawi
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ini merupakan asli
karya tulis saya yang saya tulis dan saya laksanakan dan bukan merupakan karya
jiplakan. Saya bertanggung jawab sepenuhnya atas karya yang kami tulis.
Demikian pernyataan ini saya buat, untuk digunakan sebagaimana perlunya.

Kediri, 21 Maret 2022


Penulis,

Muhammad Dwi Cahyono

ii
ABSTRAK

Muhammad Dwi Cahyono. Efikasi Cendawan Entomopatogen Lecanicillium


lecanii pada Media Perbanyakan Alternatif Ubi Kayu dan Ubi Jalar terhadap
Mortalitas Plutella xylostella pada Sawi. Dibawah bimbingan Aris Wulansari,
S. P.

Ulat daun (Plutella xylostella) merupakan salah satu hama utama pada
tanaman daun yang menyerang sejak awal tumbuh sampai menjelang panen
sehingga menyebabkan kegagalan apabila tidak segera dikendalikan. Metode
pengendalian yang sering dilakukan oleh para petani untuk mengatasi masalah
tersebut yaitu penggunaan bahan pestisida sintetik yang melebihi dosis anjuran dan
digunakan secara terus menerus sehingga mengakibatkan akumulasi pestisida di
tanah. Cendawan Lecanicillium lecanii adalah salah satu agens hayati yang sangat
potensial untuk dimanfaatkan dalam pengendalian beberapa hama dan penyakit
tanaman.
Penggunaan agens hayati untuk pengendalian hama dan penyakit adalah salah
satu dukungan untuk program pemerintah Kabupaten Kediri tentang penggalakan
pertanian organik. Akan tetapi pengendalian hama penyakit menggunakan agen
hayati lambat perkembangannya karena terbatasnya agen hayati yang diproduksi
secara massal dan digunakan secara komersial, sehingga diperlukan teknologi
untuk produksi massal Lecanicillium lecanii pada beberapa macam media.
Kabupaten kediri memiliki potensi ubi jalar yang baik di wilayah kecamatan
Ngadiluwih, Kandat, Wates, Plosoklaten, Kepung, Kandangan, Pare dan ubi kayu
di wilayah kecamatan Mojo, Semen, Ngadiluwih, Kandat, Banyakan, Tarokan. Dari
gambaran diatas, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian penggunaan
ubi jalar dan ubi kayu sebagai media alternatif perbanyakan agen hayati terhadap
kerapatan spora Lecanicillium lecanii sehingga mendapatkan media alternatif yang
lebih murah dan mudah di dapatkan.
Hasil kerapatan spora terbaik ditunjukan pada perlakuan media kentang
dengan rata rata kerapatan spora 3,1x108, kerapatan spora terbaik berikuttnya di
tunjukkan pada perlakuan dengan media ubi kayu dengan rata rata kerapatan spora
2,9x107. Sedangkan kerapatan spora terendah terdapat pada media ubi jalar dengan
rata rata kerapatan spora 2,6x107. Dari data data yang didapatkan menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan sehingga media kentang dapat
disubtitusi oleh media ubi jalar dan ubi kayu. Dengan menggunakan bahan ubi jalar
dan ubi kayu maka dapat mengurangi biaya produksi agen hayati Lecanicillium
lecanii. Hal tersebut didukung dengan percobaan pengamatan mortalitas ulat daun
(Plutella xylostella) yang telah dilakukan, dimana efektivitas kematian ditunjukkan
pada perlakuan media kentang dan ubi kayu.

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul
Efikasi Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii pada Media Perbanyakan
Alternatif Ubi Kayu dan Ubi Jalar terhadap Mortalitas Plutella xylostella pada
Sawi”.
Karya tulis ini dapat terselesaikan dengan adanya bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. Masrukan, M. Pd. selaku Kepala SMK Negeri 1 Plosoklaten atas
motivasinya.
2. Ibu Puji Astuti, S. P. selaku Kepala Program Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura.
3. Ibu Aris Wulansari, S. P. selaku pembimbing atas nasihat, kesabaran, arahan,
dan bimbingan yang diberikan.
4. Bapak/Ibu Dewan Guru SMK Negeri 1 Plosoklaten.
5. Teman-teman yang banyak memberi semangat dan bantuin.
Tanpa dukungan dari seluruh pihak tersebut maka karya tulis ini tidak dapat
terselesaikan dengan maksimal. Kritik dan saran yang membangun sangat
dibutuhkan agar penulis dapat memperbaiki kesalahan yang ada pada karya ini
sehingga dapat lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Kediri, Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Teks Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii
1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 3
1.5 Hipotesis ................................................................................................ 3
1.6 Ruang Lingkup ...................................................................................... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5
2.1 Agens Hayati ......................................................................................... 5
2.2 Lecanicillium lecanii.............................................................................. 6
2.3 Media Perbanyakan Agens Hayati.......................................................... 7
2.4 Klasifikasi Ulat Daun (Plutella xylostella) ............................................. 9
3. METODE PENELITIAN ............................................................................ 10
3.1 Deskripsi Penelitian ............................................................................. 10
3.2 Identifikasi Variabel Penelitian ............................................................ 10
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 10
3.4 Alat dan Bahan .................................................................................... 11
3.5 Prosedur Penelitian .............................................................................. 12
3.6 Rancangan Percobaan .......................................................................... 18
3.7 Pengamatan ......................................................................................... 18
3.8 Jadwal Penelitian ................................................................................. 19
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 20
4.1 Hasil .................................................................................................... 20
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 25

iii
5. PENUTUP .................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 29
LAMPIRAN ...................................................................................................... 31

iv
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman


1. Kandungan gizi dari masing-masing media perbanyakan Lecanicillium lecanii
100 g-1 ................................................................................................................ 9
2. Jadwal penelitian .......................................................................................... 19
3. Perubahan warna media agens hayati ........................................................... 21
4. Perubahan aroma fermentasi ........................................................................ 22
5. Hasil Uji Lab. UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Mojokerto.. 24
6. Persentase Mortalitas Plutella xylostella....................................................... 25

v
DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman


1. Proses pembuatan media agens hayati (a) Kupas bahan baku; (b) Cuci bahan
baku; (c) Timbang bahan baku; (d) Potong bahan baku; (e) Rebus bahan baku; (f)
Penambahan gula; (g) Pemindahan media ke dalam galon; (h) Sterilisasi media; (i)
Pendinginan media ............................................................................................ 31
2. Proses perbanyakan cendawan Lecanicillium lecanii (a) Inokulasi; (b)
Pemasangan aerator; (c) Pengamatan; (d) Pemanenan; (e) Hasil perbanyakan ... 32
3. Proses pengamatan efikasi cendawan Lecanicillium lecanii pada mortalitas
Plutella xylostella (a) Pemindalah ulat ke dalam cawan; (b) Penyemprotan
Lecanicillium lecanii; (c) Pengamatan............................................................... 32
4. Pengamatan mortalitas Plutella xylostella (a) P1U1; (b) P1U2; (c) P1U3; (d)
P2U1; (e) P2U2; (f) P2U3; (g) P3U1; (h) P3U2; (i) P3U3 ................................. 33

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman


1. Dokumentasi Kegiatan ................................................................................. 31
2. Analisis Biaya Bahan Produksi Agens Hayati .............................................. 34
3. Hasil Uji Laboratorium Kerapatan Spora...................................................... 35

vii
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Ulat daun (Plutella xylostella) merupakan salah satu hama utama pada

tanaman daun yang menyerang sejak awal tumbuh sampai menjelang panen

sehingga menyebabkan kegagalan apabila tidak segera dikendalikan. Metode

pengendalian yang sering dilakukan oleh petani untuk mengatasi masalah tersebut

yaitu menggunakan bahan pestisida sintetik dengan dosis yang melebihi anjuran

dan digunaka secara terus-menerus sehingga menimbulkan akumulasi pestisida di

tanah. Akumulasi pestisida yang tinggi menimbulkan dampak negatif terhadap

lingkungan bahkan hingga tingkat konsumen, berkurangnya mikroorganisme tanah,

dan menyebabkan kerentanan pada tanaman (Miftakhun, 2017).

Penggunaan agens hayati untuk pengendalian hama dan penyakit adalah salah

satu bentuk mendukung program pemerintah Kabupaten Kediri tentang

penggalakan petani organik. Cendawan entomopatogen Lecanicillium lecanii

adalah salah satu agens hayati yang sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam

pengendalian beberapa hama dan penyakit tanaman (Prayogo et al., 2005).

Karakteristik cendawan Lecanicillium lecanii yaitu memiliki kisaran inang yang

luas dan bersifat kosmopolit sehingga mudah ditemukan di daerah tropis maupun

sub tropis. Perkembangan pengendalian hama penyakit menggunakan agens hayati

terbilang lambat karena terbatasnya agens hayati yang diproduksi secara massal dan

digunakan secara komersial.

Permasalahan yang mengakibatkan lambatnya produksi agens hayati salah

satunya adalah pengguaan media berbahan baku kentang yang terbilang mahal.

Sehingga diperlukan subtitusi kentang sebagai bahan baku media produksi massal

1
dengan tetap memperhatikan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

Lecanicillium lecanii, antara lain yaitu pemanfaatan ubi jalar dan ubi kayu.

Kabupaten Kediri memiliki potensi ubi jalar yang baik di Kecamatan Ngadiluwih,

Kandat, Wates, Plosoklaten, Kepung, Kandangan, Pare dan memiliki potensi ubi

kayu yang baik di Kecamatan Mojo, Semen, Ngadiluwih, Kandat, Banyakan, serta

Tarokan (RPI2-JM,2017). Sehingga kedua bahan tersebut sangat mudah dan murah

untuk didapatkan di Kabupaten Kediri.

Menurut penelitian Kansrini (2015), uji berbagai jenis media perbanyakan

terhadap perkembangan jamur Bauveria bassiana di laboratorium memiliki jumlah

kerapatan spora dan daya viabilitas spora tertinggi pada perlakuan media ubi rambat yaitu

dengan rata-rata 97,42%, disusul ubi kayu sebesar 96,77%, dan kentang sebesar

95,99%. Dari gambaran tersebut, maka penulis terdorong untuk melakukan

penelitian Efikasi Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii pada Media

Perbanyakan Alternatif Ubi Kayu dan Ubi Jalar Terhadap Mortalitas Ulat Daun

sehingga mendapatkan media alternatif yang lebih murah dan mudah di dapatkan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana ubi kayu dan ubi jalar dapat digunakan sebagai media alternatif

untuk perbanyakan agens hayati Lecanicillium lecanii?

2. Bagaimana efektifitas agens hayati Lecanicillium lecanii dengan media

alternatif ubi kayu dan ubi jalar terhadap mortalitas ulat daun (Plutella

xylostella)?

2
1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan mempelajari penggunaan ubi kayu dan ubi jalar

sebagai media alternatif perbanyakan agens hayati Lecanicillium lecanii.

2. Untuk mengetahui dan mempelajari efektifitas agens hayati Lecanicillium

lecanii dengan media alternatif ubi kayu dan ubi jalar terhadap mortalitas

ulat daun (Plutella xylostella).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat mengetahui penggunaan ubi jalar dan ubi kayu sebagai media

alternatif perbanyakan agens hayati Lecanicillium lecanii.

2. Dapat mengetahui efektifitas agens hayati Lecanicillium lecanii dengan

media alternatif ubi kayu dan ubi jalar terhadap mortalitas Plutella xylostella.

1.5 Hipotesis

H0 : Penggunaan ubi jalar dan ubi kayu sebagai media alternatif tidak

berpengaruh terhadap kerapatan spora pada perbanyakan agens hayati

Lecanicillium lecanii dan efektifitas terhadap mortalitas Plutella

xylostella.

H1 : Penggunaan ubi jalar dan ubi kayu sebagai media alternatif berpengaruh

terhadap kerapatan spora pada perbanyakan agens hayati Lecanicillium

lecanii dan efektif terhadap mortalitas Plutella xylostella.

3
1.6 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian perbedaan media perbanyakan Lecanicillium

lecanii adalah:

1. Pengamatan media perbanyakan Lecanicillium lecanii yang ditunjukkan

dengan adanya perubahan warna dan aroma gas dilakukan selama 6 hari. Dan

dilanjutkan dengan uji kerapatan spora yang dilaksanakan di Laboratorium

UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Mojokerto.

2. Mortalitas ulat daun yang ditunjukkan dengan adanya miselium dan perubahan

warna yang diamati pada ulat daun yang mati.

4
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agens Hayati

Agens hayati diartikan lebih sempurna dalam Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 411 tahun 1995 yaitu setiap organisme yang meliputi spesies, subspecies,

varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri,

virus, mikroplasma, serta organisme lainnya yang dalam semua tahap

perkembangannya dapat digunakan untuk keperluan pengendalian hama dan

penyakit atau organisme pengganggu, proses produksi, pengolahan hasil pertanian,

dan berbagai keperluan lainnya (Menteri Pertanian RI 1995 dalam Rahmawati et

al., 2016).

Agens Pengendali Hayati (Biological Control Agents) adalah setiap

organisme meliputi spesies, subspesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda,

protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus, mikroplasma serta organisme lainnya

yang dalam semua tahap perkembangannya dapat digunakan untuk keperluan

pengendalian hama penyakit tanaman atau organisme pengganggu dalam proses

produksi, Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) masih selalu menjadi kendala

karena menurunkan kuantitas & kualitas produk perkebunan. Agens pengendali

hayati dapat mengatasi dampak merugikan terhadap lingkungan yang disebabkan

oleh aplikasi insektisida yang melebihi anjuran (Shah et al., 2003).

Penggunaan pestisida sintetik selain dapat membahayakan manusia dan

lingkungan, jika digunakan secara terus menerus dapat menimbulkan resistensi,

resurgensi, terbunuhnya musuh alami/jasad bukan sasaran dan ledakan hama.

Persaingan produk perkebunan di pasar internasional semakin ketat di era

globalisasi. Pengendalian hayati dengan menggunakan Agens Pengendali Hayati

5
(APH) dan pestisida nabati merupakan salah satu solusi untuk mengendalikan

(Organisme Pengganggu Tanaman) OPT, sangat mendukung pertanian organik,

mendukung keamanan lingkungan, melestarikan musuh alami, dan menjaga

kesehatan manusia maupun hewan (Trisnad, 2016).

2.2 Lecanicillium lecanii

Lecanicillium lecanii ditemukan pertama kali di Sri Lanka pada tahun 1861

oleh Zimmerman. Kisaran inangnya meliputi serangga, nematoda, tungau bahkan

cendawan yang menyerang tanaman. Kelembaban, suhu, dan sinar matahari

merupakan factor penting yang berpengaruh terhadap perkembangannya. Suhu

optimum untuk perkembangannya berkisar antara 15-25oC (AlAVO 2015).

Mekanisme kerja cendawan tersebut adalah dengan mendegradasi protein, lemak,

dan khitin serangga, menghasilkan metabolit yang bersifat racun bagi serangga,

serta bersifat antagonis untuk cendawan patogen yang lain. Spora cendawan

menyebar melalui angin, udara, dan bangkai serangga yang terserang (Brodeur

2012).

Berikut klasifikasi menurut (Zare et al., 2001) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Fungi,
Phylum : Ascomycota,
Subphylum : Pezizomycotina,

Class : Sordariomycetes,
Order : Hypocreales,

Family : Clavicipitaceae,
Genus : Lecanicillium,

Spesies : Lecanicillium lecanii

6
Cendawan entomopatogen mempunyai sifat yang relatif aman, dengan

tingkat reproduksi tinggi, memiliki siklus hidup yang pendek, bersifat selektif,

kompatibel dengan pengendalian lainnya, relatif murah diproduksi dan mempunyai

sedikit kemungkinan dalam menimbulkan resistensi, dan mempunyai spora yang

dapat bertahan lama, bahkan dalam kondisi yang tidak menguntungkan (Trizelia

2005). Lecanicillium lecanii aman bagi tanaman karena tidak menyebabkan

keracunan dan penyakit padatanaman (Djojosumarto, 2011). Lecanicillium lecanii

menghasilkan metabolit sekunder bersifat toksin yaitu bassionolidae dan asam

dipicolinic yang bersifat insektisidal. Patogenitas Lecanicillium lecanii mampu

menginfeksi beberapa jenis serangga inang meliputi Ordo Orthoptera, Hemiptera,

Lepidoptera, Thysanoptera dan Coleoptera (Khaerati et al., 2015).

Menurut Prayogo (2011), Lecanicillium lecanii mampu menginfeksi semua

stadia serangga (kepik coklat) mulai stadia telur, nimfa maupun imago. Menurut

Anderson et al., (2007) Lecanicillium lecanii dapat menyebabkan kematian kutu

daun Aphis gossypii ditandai tumbuhnya inokulasi cendawan di bagian

eksoskeleton sehingga tubuhnya terselubungi miselium Lecanicilium lecanii.

2.3 Media Perbanyakan Agens Hayati

Perbanyakan cendawan bisa dengan menggunakan beberapa media seperti

media PDA (Potato Dextrose Agar), media cair dan media padat (Mu’minin et al.,

2021). Perbanyakan dengan media padat bisa menggunakan medium beras,

sedangkan perbanyakan dengan media cair bisa menggunakan medium kentang (air

rebusan kentang). Penggunaan media organik sebagai media perbanyakan

cendawan entomopatogen Lecanicillium Lecanii sangat diperlukan dalam rangka

7
pemanfaatan media perbanyakan bioinsektisida yang murah dan bisa dilakukan

oleh petani. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian penggunaan berbagai jenis

bahan sebagai media perbanyakan Lecanicillium Lecanii yang salah satunya dengan

penggunaan ubi jalar dan ubi kayu.

Hasil dari penelitian Kansrini (2015) menyatahkan bahwa perbanyakan

cendawan dengan media ubi kayu, ubi rambat dan kentang menunjukkan hasil yang

baik,karena ubi kayu, ubi rambat, dan kentang mengandung nutrisi yang sesuai

untuk pertumbuhan cendawan entomopatogen. Oleh karena itu kentang dipilih

sebagai medium perbanyakan cendawan dalam bentuk media cair karena kentang

merupakan salah satu makanan yang mengandung karbohidrat, pati, protein yang

nantinya dapat bermanfaat sebagai sumber makanan bagi cendawan.

Kentang banyak mengandung senyawa karbohidrat salah satunya adalah

senyawa pati. Kandungan gizi dari kentang (Maulida, 2018), ubi kayu (Salim,

2011), dan ubi jalar (Suprapti, 2003) sebagai media perbanyakan Lecanicillium

lecanii adalah sebagai berikut (Tabel 1).

8
Tabel 1. Kandungan gizi dari masing-masing media perbanyakan Lecanicillium
lecanii 100 g-1

Kandungan Gizi Media Kentang Media Ubi Kayu Media Ubi Jalar
Kalori (kkal) 77 0,06146 123
Karbohidrat (g) 19 34 27,9
Pati (g) 15 - -
Lemak (g) 0,1 0,3 0,7
Protein (g) 2 1,2 1,8
Air (ml) 75 62,5 68,5
Kalsium (mg) - 33 30
Fosfor (mg) - 40 49
Zat Besi (mg) - 0,7 0,7
Natrium (mg) - - -
Kalium (mg) - - -
Niacin (mg) - - -
Vitamin A (mg) - - 0,77
Vitamin B1 (mg) - 0,06 0,9
Vitamin B2 (mg) - - -
Vitamin C (mg) - 0,3 22
Bagian Daging (%) - - 86

2.4 Klasifikasi Ulat Daun (Plutella xylostella)

Hama Plutella xylostella bersifat polifag dan sering disebut hama bodas,

hama kracang, hama wayang, sering juga disebut ulat tritip (Pracaya, 2007).

Klasifikasi Plutella xylostella adalah sebagai berikut (Myers, et. al., 2015):

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Klas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Plutellidae
Genus : Plutella
Spesies : Plutella xylostella

9
3. METODE PENELITIAN

3.1 Deskripsi Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian

ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-

hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan

menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang

berkaitan dengan fenomena alam (Jonathan, 2006).

3.2 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1) Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kerapatan spora.

2) Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah campuran media cair yaitu

kentang, ubi jalar dan ubi kayu.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agens Hayati SMK Negeri 1

Plosoklaten Kabupaten Kediri serta di Laboratorium UPT Proteksi Tanaman

Pangan dan Hortikultura Mojokerto. Waktu pelaksanaanya pada bulan Januari-

Maret 2022.

10
3.4 Alat dan Bahan

3.4.1 Alat dan fungsi :

a. Enkas berfungsi sebagai tempat inokulasi.

b. Autoclave berfungsi untuk mensterilkan alat dan media.

c. Galon berfungsi sebagai wadah media yang sudah jadi.

d. Ember berfungsi sebagai wadah air mineral yang akan direbus.

e. Corong dan saringan berfungsi untuk menakar dan menyaring

media ke dalam galon agar tidak tumpah.

f. Aerator berfungsi untuk melangsungkan sirkulasi udara didalam

suatu alat/mensuplai udara dari luar agar udara yang ada didalam

tetap bersih/untuk menyaring udara.

g. Jarum ose berfungsi untuk mengambil isolat cendawan

Lecanicillium lecanii dalam tabung reaksi.

h. Sprayer berfungsi sebagai wadah alkohol untuk sterilisasi.

i. Kapas berfungsi sebagai penutup galon yang sudah berisi media

jadi.

j. Timbangan berfungsi sebagai penimbang bahan.

k. Serok berfungsi sebagai pengambil bahan yang direbus.

l. Panci digunakan sebagai perebus media.

m. Pisau berfungsi untuk memotong dan mengupas bahan media.

n. Telenan berfungsi sebagai alas untuk memotong bahan media.

o. Lampu bunsen berfungsi untuk menyeterilkan alat dan tabung

isolate.

p. Bak berfungsi sebagai tempat untuk merendam galon media.

11
q. Botol berisi larutan PK (permanganas kalium) berfungsi sebagai

penyeteril udara.

r. Botol berisi air bersih berfungsi sebagai kontrol.

s. Cawan petri berfungsi sebagai wadah pengamatan Plutella

xylostella.

t. Kain kasa berfungsi sebagai penutup cawan petri.

u. Sprayer berfungsi sebagai alat semprot.

3.4.2 Bahan dan fungsi :

a. Air mineral berfungsi untuk merebus media steril karena

mengandung banyak mineral.

b. Kentang berfungsi sebagai media yang akan diambil ekstraknya.

c. Ubi jalar berfungsi sebagai media yang akan diambil ekstraknya.

d. Ubi kayu berfungsi sebagai media yang akan diambil ekstraknya.

e. Gula pasir berfungsi sebagai campuran media yang dapat

mempercepat dan memperkuat pertumbuhan jamur (sumber

glukosa).

f. PK (Permanganas Kalium) berfungsi untuk membersihkan udara

dalam aerator.

g. Alkohol berfungsi untuk mensterilkan alat dan bahan.

h. Spora cendawan Lecanicillium lecanii berfungsi sebagai isolat.

i. Plutella xylostella sebagai hama percobaan.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Proses Pembuatan Media

a. Media kentang

12
1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Membersihkan kentang dari kulitnya dan dipotong

menyerupai dadu.

3. Menimbang kentang seberat 2 kg dan menimbang gula seberat

250 gram.

4. Merebus air mineral sebanyak 9 liter sampai mendidih setelah

itu, kentang dimasukkan panci selama 10 -15 menit.

5. Kemudian kentang ditiriskan dan diambil ekstraknya setelah

itu gula dimasukkan ke panci dengan kondisi air rebusan

kentang masih mendidih ditunggu sampai gula larut.

6. Air rebusan kentang dimasukkan ke galon yang sudah di

sterilkan menggunakan alkohol dan ditutup.

7. Galon berisi air rebusan kentang di masukkan autoclave dan

dilakukan sterilisasi selama 30 menit dengan suhu 120o C.

8. Setelah itu, galon dikeluarkan dari autoclave dan didinginkan

dengan memasukkan galon kedalam ember yang berisi air

dingin.

b. Media ubi kayu

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Membersihkan Ubi Kayu dari kulitnya dan dipotong

menyerupai dadu.

3. Menimbang Ubi Kayu seberat 2 kg dan menimbang gula

seberat 250 gram.

13
4. Merebus air mineral sebanyak 9 liter sampai mendidih setelah

itu, Ubi Kayu dimasukkan panci selama 10 -15 menit.

5. Kemudian Ubi Kayu ditiriskan dan diambil ekstraknya setelah

itu gula dimasukkan ke panci dengan kondisi air rebusan

kentang masih mendidih ditunggu sampai gula larut.

6. Air rebusan Ubi Kayu dimasukkan ke galon yang sudah

disterilkan menggunakan alkohol dan ditutup.

7. Galon berisi air rebusan Ubi Kayu dimasukkan autoclave dan

dilakukan sterilisasi selama 30 menit dengan suhu 120o C.

8. Setelah itu, galon dikeluarkan dari autoclave dan didinginkan

dengan memasukkan galon kedalam ember yang berisi air

dingin.

c. Media ubi jalar

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Membersihkan Ubi Jalar dari kulitnya dan dipotong

menyerupai dadu.

3. Menimbang Ubi Jalar seberat 2 kg dan menimbang gula

seberat 250 gram.

4. Merebus air mineral sebanyak 9 liter sampai mendidih setelah

itu, Ubi Jalar dimasukkan panci selama 10 -15 menit.

5. Kemudian Ubi Jalar ditiriskan dan diambil ekstraknya setelah

itu gula di masukkan ke panci dengan kondisi air rebusan

kentang masih mendidih ditunggu sampai gula larut.

14
6. Air rebusan Ubi Jalar dimasukkan ke galon yang sudah di

sterilkan menggunakan alkohol dan di tutup.

7. Galon berisi air rebusan Ubi Jalar dimasukkan autoclave dan

dilakukan sterilisasi selama 30 menit dengan suhu 120o C.

8. Setelah itu, galon dikeluarkan dari autoclave dan didinginkan

dengan memasukkan galon kedalam ember yang berisi air

dingin.

3.5.2 Proses Inokulasi Cendawan Lecanicillium lecanii ke dalam Media

a. Inokulasi cendawan Lecanicillium lecanii ke dalam media kentang

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Jarum ose, lampu bunsen, air mineral, isolate cendawan

Lecanicillium lecani dan galon berisi media ekstrak kentang

ke dalam enkas yang sudah disterilkan dengan alkohol.

3. Tabung isolate dan jarum ose disterilkan dengan alkohol dan

dibakar di atas lampu bunsen.

4. Spora cendawan Lecanicillium lecanii dikeluarkan dari tabung

isolate dengan mengisi tabung isolate menggunakan air 2/3

bagian, lalu media agar dari spora dihancurkan dan

dimasukkan ke dalam galon menggunakan jarum ose.

5. Galon berisikan media ekstrak kentang yang sudah ditanami

spora cendawan Lecanicillium lecanii dikeluarkan dari enkas

dan ditempatkan ditempat yang aman.

6. Galon dipasangi rangkaian aerator, rangkaian diberi 2 botol

yang berisikan larutan PK (permaganas kalium) dan berisi air

15
bersih sebagai kontrol hasil inkubasi kemudian aerator

dinyalakan selama 6 hari.

7. Dilakukan pengamatan selama 6 hari, setelah 6 hari

berlangsung hasil biakan cendawan Lecanicillium lecanii di

panen dan dilakukan uji kerapatan spora.

b. Inokulasi cendawan Lecanicillium lecanii ke dalam media ubi jalar

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Jarum ose, lampu bunsen, air mineral, isolate cendawan

Lecanicillium lecanii dan galon berisi media ekstrak ubi jalar

ke dalam enkas yang sudah disterilkan dengan alkohol.

3. Tabung isolate dan jarum ose disterilkan dengan alkohol dan

dibakar di atas lampu bunsen.

4. Spora cendawan Lecanicillium lecanii di keluarkan dari

tabung isolate dengan mengisi tabung isolate menggunakan air


2
/3 bagian, lalu media agar dari spora dihancurkan dan

dimasukkan ke dalam galon menggunakan jarum ose.

5. Galon berisi media ekstrak ubi jalar yang sudah ditanami spora

cendawan Lecanicillium lecanii dikeluarkan dari enkas dan

ditempatkan di tempat yang aman.

6. Galon dipasang rangkaian aerator, rangkaian diberi 2 botol

yang berisikan larutan PK (permanganas kalium) dan berisi air

bersih sebagai kontrol hasil inkubasi kemudian aerator

dinyalakan selama 6 hari.

16
7. Dilakukan pengamatan selama 6 hari, setelah 6 hari

berlangsung hasil biaka cendawan Lecanicillium lecanii

dipanen dan dilakukan uji kerapatan spora.

c. Inokulasi cendawan Lecanicillium lecanii ke dalam media ubi kayu

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Jarum ose, lampu bunsen, air mineral, isolate cendawan

Lecanicillium lecanii dan galon berisi media ekstrak ubi kayu

ke dalam enkas yang sudah disterilkan dengan alkohol.

3. Tabung isolate dan jarum ose disterilkan dengan alkohol dan

dibakar di atas lampu bunsen.

4. Spora cendawan Lecanicillium lecanii di keluarkan dari

tabung isolate dengan mengisi tabung isolate menggunakan air


2
/3 bagian, lalu media agar dari spora dihancurkan dan

dimasukkan ke dalam galon menggunakan jarum ose.

5. Galon berisi media ekstrak ubi jalar yang sudah ditanami spora

cendawan Lecanicillium lecanii dikeluarkan dari enkas dan

ditempatkan di tempat yang aman.

6. Galon dipasang rangkaian aerator, rangkaian diberi 2 botol

yang berisikan larutan PK (permanganas kalium) dan berisi air

bersih sebagai kontrol hasil inkubasi kemudian aerator

dinyalakan selama 6 hari.

7. Dilakukan pengamatan selama 6 hari, setelah 6 hari

berlangsung hasil biaka cendawan Lecanicillium lecanii

dipanen dan dilakukan uji kerapatan spora.

17
3.5.3 Uji efektifitas perbanyakan Lecanicillium lecanii dengan media

alternatif pada Plutella xylostella

a. Menyiapkan alat dan bahan.

b. Memasukkan Plutella xylostella ke dalam cawan petri sebanyak 2

buah dan ditutup kain kasa.

c. Aplikasi Lecanicillium lecanii dari masing masing media pada

Plutella xylostella dengan dosis 10 ml L-1.

d. Melakukan pengamatan mortalitas Plutella xylostella.

3.6 Rancangan Percobaan

Penelitian perbanyakan Lecanicillium lecanii dilakukan di Laboratorium

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yang terdiri

dari media kentang, ubi jalar, dan ubi kayu. Masing-masing perlakuan diulang

sebanyak 3 kali ulangan. Selanjutnya dilakukan pengamatan efikasi Lecanicillium

lecanii terhadap mortalitas Plutella xylostella di dalam laboratorium menggunakan

cawan petri yang ditutup kain kasa. Pada pengamatan ini setiap cawan diisi 2

Plutella xylostella dan diberi makanan daun sawi. Aplikasi Lecanicillium lecanii

dilakukan sebanyak 4 kali dengan rentang waktu 2 hari sekali.

3.7 Pengamatan

Indikator pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah:

1. Perubahan warna dan aroma pada media perbanyakan. Pengamatan dilakukan

6 kali yaitu hari ke-1 sampai dengan hari ke-6. Setiap pengamatan dilakukan

dengan mengamati perubahan media di setiap ulangan. Dilanjutkan dengan

18
uji kerapatan spora yang dilaksanakan di Laboratorium UPT Proteksi

Tanaman Pangan dan Hortikultura Mojokerto.

2. Mortalitas Plutella xylostella yang ditunjukkan dengan adanya miselium dan

perubahan warna yang diamati pada ulat daun yang mati. Perhitungan

mortalitas menggunakan rumus :

𝑥
𝑃= 𝑥 100%
𝑦

Keterangan:

P = Persentase mortalitas ulat daun

x = Jumlah ulat daun yang mati

y = Jumlah ulat daun yang diuji

3.8 Jadwal Penelitian

Tabel 2. Jadwal penelitian

Bulan Januari Februari Maret


No.
Minggu ke- I II III IV I II III IV I II
1 Persiapan Penelitian
2 Pembuatan media
3 Inokulasi
4 Inkubasi
Pengamatan perubahan warna
5
dan aroma gas
Uji laboratorium kerapatan
6
spora
Aplikasi secara invivo dan
7
invitro
8 Analisa Data
9 Penyusunan Karya Tulis

19
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Media perbanyakan

Hasil pengamatan media perbanyakan Lecanicillium lecanii di lakukan

selama 6 hari. Ragam yang diamati adalah perubahan warna dan aroma. Perlakuan

media ekstrak kentang mengalami perubahan warna secara signifikan dari kuning

keruh menjadi kuning sangat keruh pada pengamatan hari kelima pada semua

ulangan. Perlakuan media ekstrak ubi jalar tidak mengalami perubahan warna pada

hari pertama dan kedua pada semua ulangan. Pada hari ketiga dan keempat semua

ulangan media mengalami perubahan dari warna ungu menjadi ungu agak keruh.

Pada hari kelima dan keenam media mengalami perubahan akhir dari ungu agak

keruh menjadi ungu keruh.

Perlakuan media ekstrak ubi kayu pada hari pertama media masih berwarna

putih jernih, pada hari kedua media mengalami perubahan warna putih jernih

menjadi putih agak keruh. Hari ketiga media berubah dari putih agak keruh menjadi

putih keruh. Hari keempat pada ulangan 2 dan 3 warna masih sama putih keruh,

namun pada ulangan 1 mengalami perubahan warna dari putih keruh menjadi putih

keunguan. Pada hari kelima dan enam media ulangan 1 mengalami perubahan

warna dari ulangan dari putih keunguan menjadi ungu, pada ulangan 2 dan 3

mengalami perubahan warna dari putih keruh menjadi putih kecoklatan.

Perubahan warna pada media perbanyakan cendawan Lecanicillium lecanii

disebabkan karena terjadi proses dekomposisi media sehingga menyebabkan warna

media berubah. Berikut data hasil pengamatan efektivitas media perbanyakan agens

hayati (Tabel 3).

20
Tabel 3. Perubahan warna media agens hayati

Pengamatan hari ke-


Perlakuan 1 2 3 4 5 6
U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3
Kentang K K K KAK KAK KAK KAK KAK KAK KK KK KK KSK KSK KSK KSK KSK KSK
Ubi kayu P P P PAK PAK PAK PK PK PK PKU PK PK U PKC PKC U PKC PKC
Ubi jalar U U U U U U UAK UAK UAK UAK UAK UAK UK UK UK UK UK UK

Keterangan:

K : Kuning UK : Ungu keruh

KAK : Kuning agak keruh USK : Ungu sangat keruh

KK : Kuning keruh P : Putih

KSK : Kuning sangat keruh PK : Putih keruh

U : Ungu PKc : Putih kecoklatan

UAK : Ungu agak keruh PKu : Putih keunguan

21
Tabel 4. Perubahan aroma fermentasi

Pengamatan hari ke-


Perlakuan 1 2 3 4 5 6
U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3
Kentang BK BK BK KBJ KBJ KBJ KJ KJ KJ KJ KJ KJ KSJ KSJ KSJ KSJ KSJ KSJ
Ubi kayu BK BK BK KBJ KBJ KBJ KJ KJ KJ KSJ KSJ KSJ KSJ KSJ KSJ KSJ KSJ KSJ
Ubi jalar BK BK BK BK BK BK KBJ KBJ KBJ KBJ KBJ KBJ KJ KJ KJ KJ KJ KJ

Keterangan:

BK : Belum keluar

KBJ : Keluar belum jelas

KJ : Keluar jelas

KSJ : Keluar sangat jelas

22
Hasil pengamatan perubahan aroma fermentasi menunjukkan bahwa

perlakuan dengan menggunakan media dari ekstrak kentang, ubi kayu, dan ubi jalar

mengalami perubahan dan peningkatan aroma secara signifikan (Tabel 4).

Perlakuan media ekstrak kentang hari pertama belum menunjukkan perubahan atau

belum mengeluarkan aroma khas fermentasi, hari kedua media mulai mengeluarkan

perubahan aroma khas fermentasi namun belum kuat, hari ke tiga perubahan atau

peningkatan aroma belum tercium dengan jelas dan aromanya masih sama dengan

sebelumnya, hari ke empat aroma media sudah mengalami perubahan atau

peningkatan aroma menjadi tercium lebih jelas dan kuat, pada hari ke lima dan ke

enam aroma khas fermentasi sudah tercium jelas yang menandakan bahwa proses

inkubasi atau fermentasi berhasil.

Perlakuan dengan menggunakan media dari ekstrak ubi kayu hari pertama

media belum mengeluar perubahan aroma, hari kedua media mulai mengeluarkan

aroma khas fermentasi namun belum jelas, hari ketiga perubahan aroma sudah ada

peningkatan menjadi lebih jelas aroma khas fermentasinya, hari keempat, lima, dan

enam perubahan dan peningkatan aroma sudah sangat jelas dan kuat yang

menandakan bahwa proses inkubasi berjalan dengan baik.

Perlakuan media ekstrak ubi jalar pada hari pertama dan kedua perubahan

aroma belum keluar atau belum tercium sama sekali, hari ke tiga dan ke empat

perubahan atau peningkatan aroma sudah mulai keluar namun masih belum jelas,

pada hari ke lima dan ke enam perubahan aroma media ada peningkatan dari

sebelumnya yang aroma khas fermentasinya belum jelas pada hari ke lima dan ke

enam ini aroma khas fermentasinya sudah jelas.

23
4.1.2 Kerapatan spora

Kerapatan spora cendawan Lecanicillium lecani dari tiga ulangan dengan

perlakuan media ekstrak kentang adalah 3,1x10 , perlakuan media ekstrak ubi jalar
8

adalah 2,9x10 , dan perlakuan media ekstrak ubi kayu adalah 2,6x10 . Secara
7 8

berurutan perlakuan yang memiliki kerapatan spora tertinggi adalah media kentang

kemudian ubi kayu dan ubi jalar. Berikut data hasil pengamatan kerapatan spora

Lecanicillium lecanii (Tabel 5).

Tabel 5. Hasil Uji Lab. UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
Mojokerto

Kerapatan Spora
Perlakuan Ulangan
Rata-rata
1 2 3
Kentang 4,6x108 1,8x10 8
2,8x108 3,1x108
Ubi kayu 3x108 4x108 0,7x108 2,6x108
Ubi jalar 2x107 6x107 0,6x107 2,9x107

4.1.3 Mortalitas Ulat Daun (Plutella xylostella)

Mortalitas Plutella xylostella pada pengamatan efikasi Lecanicillium lecanii

didapatkan persentase paling efektif pada perlakuan media kentang dan ubi kayu.

Pengamatan pada hari pertama dan kedua Plutella xylostella belum menujukkan

perubahan setelah diaplikasi cendawan Lecanicillium lecanii dengan dosis. Pada

hari ketiga pengamatan, ulat daun berubah menjadi pupa sampai terakhir

pengamatan. Pengamatan mortalitas terakhir dilakukan pada hari kedelapan, pada

perlakuan kentang dan ubi kayu ulangan satu ulat daun mati 100% dalam bentuk

pupa dan menghitam. Untuk perlakuan dan ulangan yang lain didapatkan hasil

bahwa ulat daun yang mati hanya 50%. Berikut data hasil pengamatan mortalitas

Plutella xylostella (Tabel 6).

24
Tabel 6. Persentase Mortalitas Plutella xylostella

Ulangan (%)
Perlakuan
1 2 3
Kentang 100 50 50
Ubi kayu 100 50 50
Ubi jalar 50 50 50

4.2 Pembahasan

Secara umum media perbanyakan mikroorganisme agen hayati harus

menyediakan nutrisi yang sesuai, cukup dan steril untuk menunjang pertumbuhan

dan perkembangbiakannya. Media perbanyakan mikroorganisme agen hayati harus

mengandung karbohidrat, protein, glukosa dan vitamin sebagai sumber energi

untuk tumbuh, berkembang dan mepertahankan masa viabilitas spora

mikroorganisme agens hayati yang dikembangkan dalam waktu jangka panjang.

Pada pengamatan perubahan dan perkembangan media perbanyakan

cendawan Lecanicillium lecanii dengan perlakuan media dari kentang, ubi kayu,

dan ubi jalar yang dilakukan sebanyak tiga pengujian/pengulangan mengalami

perubahan warna dan aroma secara signifikan selama proses inkubasi berlangsung

6 hari. Perubahan dan peningkatan media baik warna maupun aroma pada media

terjadi karena aktivitas cendawan Lecanicillium lecanii yang sedang

aktif menguraikan bahan organik media dan memecah senyawa media seperti

karbohidrat dan glukosa menjadi alkohol, asam piruvat dan gas sehingga

menyebabkan media mengalami perubahan warna, nampak lebih keruh, dan

mengeluarkan aroma khas fermentasi (alkohol) yang menyengat. Untuk ulangan 1

ubi kayu menunjukkan perubahan warna yang berbeda dari pelakuan ubi kayu

ulangan 2 dan 3 hal ini diduga karena galon kurang steril.

25
Kerapatan spora cendawan Lecanicillium lecanii dari hasil uji laboratorium

UPT Proteksi Tanaman Pangan Dan Hortikultura Mojokerto didapatkan hasil

perlakuan media dari ekstrak kentang memiliki tingkat kerapatan spora paling

tinggi yaitu dengan rata-rata kerapatan spora 3,1x108,ubi kayu memiliki rata-rata

kerapatan spora 2,6x108, dan ubi jalar memiliki kerapatan spora 2,9x107. Faktor

yang mempengaruhi tingkat kepadatan spora pada masing masing media adalah

jumlah senyawa kimia yang terdapat pada kandungan media seperti karbohidrat,

protein, dan glukosa. Pada perbanyakan cendawan Lecanicillium lecanii dengan

perlakuan media dari ekstrak kentang memiliki tingkat kerapatan spora lebih tinggi

dikarenakan bahan kentang mempunyai komposisi karbohidrat dan protein yang

sesuai dengan kebutuhan untuk perkembangan spora cendawan Lecanicillium

lecanii.

Dari data yang didapatkan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

signifikan sehingga media kentang dapat disubtitusi oleh media ubi kayu, dan ubi

jalar. Dengan menggunakan bahan ubi kayu dan ubi jalar maka dapat mengurangi

biaya produksi agen hayati Lecanicillium lecanii. Hal ini didukung dengan

percobaan pengamatan mortalitas ulat daun (Plutella xylostella) yang telah

dilakukan, dimana efektivitas kematian ditunjukkan pada perlakuan media kentang

dan ubi kayu memiliki hasil tertinggi dibanding menggunakan media ubi kayu hal

tersebut dikarenakan Lecanicillium lecanii yang digunakan memiliki rata-rata

kerapatan spora yang tinggi sedangkan rata-rata kerapatan spora pada media ubi

jalar lebih rendah dibandingkan dengan media kentang dan ubi kayu. Tingkat

mortalitas selain dilihat dari adanya ulat daun yang mati juga ditunjukkan dengan

adanya perubahan warna dan perkembangan siklus hidup Plutella xylostella yang

26
terhambat. Aplikasi Lecanicillium lecanii yang dilakukan sangat menghambat

proses perkembangan ulat daun terutama pada fasa pupa. Hal tersebut dikarenakan

siklus hidup Plutella xylostella yang pendek, sehingga mengakibatkan

Lecanicillium lecanii tidak memiliki waktu yang cukup untuk menginfeksi Plutella

xylostella pada fase larva sehingga cendawan Lecanicillium lecanii menginfeksi

pada fase pupa.

27
5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji kerapatan di laboratorium UPT Proteksi Tanaman

Pangan dan Hortikultura Mojokerto, rata- rata kerapatan spora Lecanicillium

lecanii pada media ubi jalar sebesar 2,6x107 dan pada media ubi kayu memiliki rata

rata kerapatan spora sebesar 2,9 x 108. Hasil tersebut mendekati rata- rata kerapatan

spora media kentang yang sebesar 3,1 x 108 . Sehingga ubi jalar dan ubi kayu dapat

di gunakan sebagai bahan alternatif pembuatan media agens hayati Lecanicillium

lecanii karena menghasilkan kerapatan spora lebih dari 105 yang merupakan salah

satu indikator kelayakan agens hayati untuk di gunakan. Hal tersebut didukung

dengan percobaan pengamatan mortalitas ulat daun (Plutella xylostella) yang telah

dilakukan, dimana efektivitas kematian ditunjukkan pada perlakuan media kentang

dan ubi kayu.

5.2 Saran

Melihat dari hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan untuk melakukan

penelitian ulang menggunakan bahan pembuatan media perbanyakan

mikroorganisme agen hayati yang lebih murah, mudah di dapat, dan lebih efektif.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Christopher M. T., Peter A. McGee., David. B. Nehl., and Robert K.


Mensah. 2007. The Fungus Lecaniillium lecanii Colonises Plant Gossypium
Hirsutum And the Aphis Gossypii. Australasian Mycologist 26(2-3).
AlAVO, T. 2015. The insect pathogenic fungus Verticillium lecanii (Zimm.) Viegas
and its use for pests control. Journal of Experimental Biology and
Agricultural Sciences. 3(4).
Brodeur, J. 2012. Host Specificity in Biological Control: Insights from Oppotunistic
Pathogens. Evol. vol. 5 (5).
Djojosumarto, P. 2011. Panduan lengkap pestisida dan aplikasinya. Jakarta Selatan:
Agromedia Pustaka. 344 hal.
Kansrini, Y. 2015. Uji Berbagai Jenis Media Perbanyakan Terhadap Perkembangan
Jamur Beauveria bassiana di Laboratorium. Jurnal Agrica Ekstensia, 9 (1):
Medan.
Khaerati dan Indriati. 2015. Lecanicillium lecanii (Ascomycota: Hypocreales)
Sebagai Agens Hayati Pengendali Hama Dan Penyakit Tanaman. Balai
Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar.
Miftakhun. 2017. Uji Efektivitas Berbagai Media Selektif Untuk Isolasi
Trichoderma spp. Dari Tanah Pada Berbagai Lahan yang Berbeda. Thesis,
Universitas Brawijaya: Malang.
Mu’minin. A., Fita.W. 2021. Perbanyakan Cendawan Lecanicillium lecanii dengan
Media Cair. Jurnal Matematika dan Sains. JMS 1(1): 59-64.
Myers, P., R. Espinosa, C.S.Parr, T. Jones, G.S. Hammond, and T.A. Dewey. 2015.
The Animal Diversity Web (online). animaldiversity.org. (diakses pada
tanggal 14 Maret 2022).
Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Prayogo Y dan Suharsono, 2005. Optimalisasi Pengendalian Hama Pengisap
Polong Kedelai (Riptortus linearis) Dengan Cendawan Entomopatogen
Verticillium lecanii. Malang: Litbang Pertanian.
Prayogo, Y. 2011. Sinergisme Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii
dengan Insektisida Nabati untuk Meningkatkan Efikasi Pengendalian Telur
Kepik Coklat Riptortus linearis pada Kedelai. Jurnal HPT Tropika. ISSN
1411-7525. Vol. 11. No. 2: 166-177.
Rahmawati. D., Ariesia. A., Saiful. M. 2016. Pembuatan Agens Hayati Cair dengan
Media Kentang. Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana
BOPTN. ISBN: 978-602-14917-3-7. Politeknik Jember: Jember.
Shah. P. A., J. K. Pell. 3003. Entomopathogenic Fungi as Biological Control
Agents. Microbiol Biotechnol 61:413-423.

29
Trisnadi, R. 2016. Pupuk Organik dapat Mengendalikan Serangan Hama dan
Penyakit Tembakau. Dinas Perkebunan dan Kehutnan. Probolinggo.
Trizelia, 2005. Cendawan Entomopatogen Beauveria bassiana (Bals.) Vuill.
(Deuteromycotina: Hyphomycetes): Keanekaragaman Genetik, Karakterisasi
Fisiologi dan Virulensinya terhadap Crocidolomia pavonana (F.)
(Lepidoptera: Pyralidae). Disertasi. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Zare, R. & Gams, W. A. (2001). Revision of Verticillium sect. Prostrata. IV The
genera Lecanicillium and Simplicillium gen. Nova Hedwigia. 73: 1-50.

30
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h) (i)


Gambar 1. Proses pembuatan media agens hayati (a) Kupas bahan baku; (b) Cuci
bahan baku; (c) Timbang bahan baku; (d) Potong bahan baku; (e) Rebus bahan
baku; (f) Penambahan gula; (g) Pemindahan media ke dalam galon; (h) Sterilisasi
media; (i) Pendinginan media

31
(a) (b) (c)

(d) (e)
Gambar 2. Proses perbanyakan cendawan Lecanicillium lecanii (a) Inokulasi; (b)
Pemasangan aerator; (c) Pengamatan; (d) Pemanenan; (e) Hasil perbanyakan

(a) (b) (c)


Gambar 3. Proses pengamatan efikasi cendawan Lecanicillium lecanii pada
mortalitas Plutella xylostella (a) Pemindalah ulat ke dalam cawan; (b)
Penyemprotan Lecanicillium lecanii; (c) Pengamatan

(a) (b) (c)

32
(d) (e) (f)

(g) (h) (i)


Gambar 4. Pengamatan mortalitas Plutella xylostella (a) P1U1; (b) P1U2; (c)
P1U3; (d) P2U1; (e) P2U2; (f) P2U3; (g) P3U1; (h) P3U2; (i) P3U3

33
Lampiran 2. Analisis Biaya Bahan Produksi Agens Hayati

No Jenis Alat/Bahan Jumlah Satuan Harga satuan (Rp) Frekuensi Kentang Ubi jalar Ubi kayu
1 Botol produksi uk. 1L 18 buah 4.000 1 72.000 72.000 72.000
2 Stiker produk 2 lembar 6.000 1 12.000 12.000 12.000
3 Isolat agens hayati 2 tabung 50.000 1 100.000 100.000 100.000
4 Alkohol kemasan 1L 1 liter 30.000 1 30.000 30.000 30.000
5 Partikel Kalium (PK) 1 botol 10.000 1 10.000 10.000 10.000
6 kentang 4 kg 14.000 1 56.000 - -
7 Ubi Jalar 4 kg 6.000 1 - 24.000 -
8 Ubi kayu 4 kg 3.000 1 - - 12.000
9 Gula pasir 0,5 kg 12.000 1 6.000 6.000 6. 000
10 Air mineral 18 liter 1.000 1 18.000 18.000 18.000
JUMLAH BIAYA VARIABEL (Rp) 304.000 272.000 260.000

34
Lampiran 3. Hasil Uji Laboratorium Kerapatan Spora

35
36
37
38
39
40
41
42
43

Anda mungkin juga menyukai