Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH POLITIK AGAMA ISLAM

Disusun oleh:
Kelompok 12

Ahida Muizun (165070400111031)


Aina Salsabila Sinaga (165070400111032)
Inas Wafiqah (165070400111005)
Ismi Dwi Utami (165070401111027)
Masita (165070401111008)
Safira Yusinta Rubiyanti (165070401111022)
Wina Azzahra (165070400111022)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PROGARAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penyusunmemanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Politik”.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih


ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka, penulis menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah berjudul “Politik” ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhaddap pembaca.

Malang, 8 September 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................................

1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................

1.3 TUJUAN .................................................................................................................

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN MAKALAH...................................................................................

2.2 SISTEMATIKA PENULISAN MAKALAH..........................................................

2.3 MASALAH YANG SERING DITEMUI PADA PENULISAN


MAKALAH.............................................................................................................

BAB III: PENUTUP

3.1 KESIMPULAN.............................................................................................................

3.2 SARAN..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Islam bukan hanya sekedar agama namun juga merupakan sistem politik.
Apalagi pada zaman sekarang ini politik tidak lagi beraman pada Islam.
Dengan mempelajari sistem politik Islam, prinsip-prinsip dasar politik Islam
yang bersumber dari ayta-ayat alquran, hadist-hadist nabi dan kitab-kitab yang
ditulis oleh para ulama.Kita dapat mengamalkan dan dapat mengetahui
bagaimana cara politik dalam Islam dan kita lebih memahami bagaimana cara
berpolitik yang benar.
Politik dalam islam sebenarnya tidak sulit untuk dijalankan, karena politik
dalam islam lah sebenar-benarnya sistem politik yang harus dijalankan karena
sudah mencakup segala sistem kehidupan untuk berpolitik dan menjalankan
wewenang sebuah Negara ataupun sebuah jabatan di kursi pemerintahan.
Hadist hadist, kitab-kitab juga mengajarkan kita bagaimana cara mengambil
keputusan yang benar.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yaitu:
a. Apa saja karya-karya yang membahas tentang politik?
b. Bagaimana politik menurut pandangan kitab-kitab dari para ulama?
c. Apa saja dalil-dalil yang membahas tentang politik?
d. Bagaimana isi dari dalli tersebut mengenai politik dalam islam?

1.3. Tujuan Masalah


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a. Mengetahui kary-karya yang membahas tentang politik dalam islam
b. Mengetahui pandangan kitab-kitab yang ditulis tentang politik dalam
islam
c. Mengetahui hadist hadist yang membahas tentang politik dalam islam
d. Mengetahui isi dari dalil tersebut mengenai politik dalam islam

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KARYA-KARYA YANG BERSIFAT POLITIK
1. Kitab Risalatul Qadha
Arti risalatul qadha berasal dari kedua kata, yang pertama risalah.
Risalah itu bermakna surat, dan al-qadha bermakna peradilan. Jadi,
makna harfiah dari risalatul qadha adalah surat peradilan. Risalatul qadha
itu sesungguhnya adalah surat yang dikirimkan oleh khalifah Umar bin
Khattab r.a., sahabat nabi yang terkenal itu, kepada sahabat nabi yang
lain yang bernama Abu Musa Al-Asy’ari, yang waktu itu dianggap dan
ditunjuk oleh Umar untuk menjadi qodhi atau hakim di wilayah Kufah
dan Basrah pada tahun 21 Hijriah. Wilayah Kufah dan Basrah itu
sekarang sekitar daerah Iraq. Surat ini dihitung oleh sejarawan sebagai
Watsiqah Umariyah atau dokumen Umar. Salah seorang ulama yang
bermadzhab Hanafi yang bernama As-Sarakhsi memandang bahwa surat
umar ini sebagai surat politik syar’i yang pertama. Menurut Ibnu
Taimiyah, surat ini begitu berharga. Sampai-sampai beliau dalam
kitabnya yang berjudul Minhajus Sunnah mengatakan bahwa surat ini
dipakai oleh para fuqaha untuk membangun fiqih dan usul fiqih.

Menurut Ibnu Sahl sebagaimana dikutip oleh Ibnu Farhun dalam


kitabnya Tab siratun Hukam kitab ini menjadi tumpuan bagi dasar-dasar
peradilan, makna makna hukum, dan menjadi kiblat bagi hakim-hakim
islam. Murid Ibnu Taimiyah yang bernama Ibnu Qayyim dalam kitabnya
Ya’lamu Al-Waqi’in telah mensyarah panjang lebar tentang kandungan
makna yang ada dalam surat ini. Sebagian ulama malah menjulukinya
sebagai kitabu siyasatil qadha wa tadbir hukm, yakni kitab politik
peradilan dan manajemen atau strategi pemerintahan. Demikian
terkenalnya risalah ini atau kitab ini, beberapa orang telah
menerjemahkan dalam berbagai bahasa, diantaranya inggris, perancis,
dan jerman. Apa sebenarnya isi dari kitab itu atau suratnya Umar itu?
Suratnya Umar tersebut ternyata berisi wasiat-wasiat penting Umar
terhadap Abu Musa Al-As’ari yang waktu itu menjadi pejabat negara
beliau.

Didalamnya umar menjelaskan tentang urgensi peradilan,prinsip-


prinsip mengadili seperti hak bicara Pihak-pihak yang
besengketa,verifikasi fakta fakta dasar vonis,kontrol atas pelaksanaan
vonis,sifat adil,tuntutan untuk memberikan kebuktian,mengadakan
perdamaian,prinsip cepat dalam melayani,prinsip professional dalam
melayani,masalah koreksi vonis bagi seorang hakim dan itjtihad vonis
dll.Umar juga menegaskan dalam surat tersebut persoalan moral penting
bagi seorang hakim seperti ikhlas karena allah,tabah,sabar,tenang,berjiwa
besar,emosi stabil dll.ini gambaran dari politik pertama dalam islam yang
bernama risalah al-qhada.

2. Al-Kharaj

Makna harfiahnya adalah pajak tanah,kharaj maknanya keluar,al-


kharaj itu harta yang dikeluarkan sebagai pajak untuk tanah,kitab ini
dikeluarkan oleh murid abu hanifah yang bernama abu yusuf yang wafat
pada tahun 182 H,ini termaksuk kitab fikih Negara ini disusun atas dasar
instruksi khalifah yang bernama Harun ar Rasyid yang memerintahkan
abu yusuf untuk menuliskan sebuah kitab keunagan Negara berdasarkan
syariat islam.

Tetapi dalam kitab abu yusuf memaksudkan pembahsannya tentang


seluruh sumber pemasukan Negara dimasa hidup beliau. kitab ini
membahas seluruh proses keuangan Negara yang mencakup pemasukan
dan pengeluaran Negara.abu yusuf bukan hanya menjelaskan secara
normatif tapi juga memotret masalah masalh real yang ada pada zaman
itu untuk dipecahkan menurut syariat islam.unsur terbanyak dalam kitab
ini membahas ekonomi dalam Negara islam tetapi para ulama
memasukan kitab ini kedalam kitab politik karena abu yusuf dalam
pembukaan kitab tersebut banyak menuliskan konsep-konsep pikiran
politik penting dan dianggap teks tertua dalam pemikiran politik islam.isi
dari mukotimah kitab adalah nasehat untuk mengingatkan harun ar-rasyid
yang sebagai khalifah waktu itu terkait kewajiban dan tanggung
jawabnya sebagai khalifah kepada rakyat.dijelaskan juga kewajiban
rakyat terhadap khalifah, kitab ini juga mengandung dasar politik syar’i
keuangan manajemen dan peradilan.

3. Al-Ahkam As-Sulthaniyah

Al-ahkam dari kata al-hukm yang berarti hukum, as suthaniyah


maknanya bersifat pemerintahan jadi arti dari al-ahkam as-sulthaniyah itu
hukum-hukum yang bersifat pemerintahan.ini dikarang oleh Al- Mawardi
salah seorang ulama yang wafat pada tahun 450 H kitab ini berisi tentang
pengangkatan imam,zaman itu yang di sebut “imam” adalah pemimpin
tertinggi seluruh umat islam atau nama lainnya khalifah.imam maknanya
sama dengan khalifah. Kita harus bisa membedakan “imam”ini dipakai
dalam konteks apa,kalau imam pada sholat yang dimaksud adalah
pemimpin sholat berjamaah tetapi kalau imam pada politik yang
dimaksud adalah pemimpin tertinggi umat islam yang menyatuka semua
kaum muslimin yang nama lainnya khalifah atau amirul mukminin
kadang disebut dengan suthon tergantung dengan zamannya.

Al-Mawardi membahas tentang hokum pengangkatan


imam,kewajiban menegakkannya,syarat-syarat imam dan
wewenangnya.dalam kitab ini juga di bahas organ negra seperti
kementrian ,militer dan peradilan atau struktur negara.ada juga ulasan
tentang jawatan yang mengurusi sholat,jawatan yang mengurusi
haji,jawatan yang mengurusi zakat,jawatan yg urusi fai(harta rampasan
yang diperoleh tanpa perang) dan jawatan yang mengurusi jaziah,jaziah
itu seperti pajak kepala tapi bagi non muslim namun tinggal di system
islam,dengan imbalan akan dijamin keamanan juga kesejahteraannya
selama mereka taat pada system islam.
Karena kalau orang Islam tidak ditarik jiziyah, tetapi ditarik zakat
pada orang kaya saja. Sementara orang yang tidak beragama Islam, tidak
hidup dalam sistem Islam, itu ditarik jiziyah, dengan imbalan mereka
akan dijamin keamanannya, baik kesejahteraannya, selama mereka taat
pada sistem Islam. Taat pada sistem Islam tidak berarti harus masuk
Islam, tetapi apabila mereka sampai melakukan pelanggaran maka akan
diberi sanksi sesuai hukum Islam. Misalnya apabila ada orang yang
mencuri, maka ia akan dihukum dengan potong tangan.

Ada juga jawatan yang mengurus masalah kharaj (pajak tanah).


Tanah-tanah yang diperoleh dari peperangan akan dikeluarkan kharajnya
tiap tahun.

Ada juga jawatan yang mengurusi ihya ulmawwat (menghidupkan


tanah mati). Dalam islam ada konsepsi bahwa orang yang menghidupkan
tanah mati, maka ia berhak menguasai tanah tersebut. Sistem islam di
masa lalu ada jawatan-jawatan khusus yang menangani tersebut.

Ada pula jawatan yang mengurusi eksplorasi air.

Ada pula jawatan yang mengurusi kawasan lindung (dalam fiqih : al-
hima). Diperlukan karena pada waktu itu digunakan sebagai tempat
meruntutnya hewan-hewan yang telah dialokasikan untuk zakat, hewan
tersebut dibiarkan untuk memakan rumput di kawasan hutan lindung.

Ada jawatan yang mengurusi urusan tanah. Jaman dulu juga ada
jawatan khusus yang membahas urusan tanah, mengurusi surat tanah,
hak-hak persengketaan tanah, dan lain-lain.

Ada pula jawatan yang mengurusi masalah tambang. Karena tambang


pada zaman itu termasuk kepemilikan umum, sehingga akhirnya diurus
oleh negara, dan hasilnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Jadi
pengelolaan tambang benar-benar diarahkan untuk rakyat dan tidak boleh
dikuasai individu atau korporasi.
Ada pula jawatan yang mengurusi masalah administrasi dan lain-lain.

Karangan almawardi, jika ditinjau dari latar belakangnya, kitab ini


disusun ditengah-tengah perbulatan pemikiran antar abasiyah yang
berpaham sunni dan bani buaih yang syiah. Kelebihan buku ini walaupun
bermazhab syafi’i, buku ini membahas semua aliran madzhab. Salah satu
pendapat almawardi yang menggoncang ulama-ulama syafii adalah
kebolehan wazir tanfidz (kesekretariatan negara yang berbau
administratif) dipegang oleh kafir dzimmi sementar wazir tafwid
(perdana menteri yang memiliki kekuasaan pemerintahan untuk bertindak
atas nama presiden atau raja) yang harus muslim.

4. Kitab Menolong para Umat dari Pliputan Kegelapan

Kitab ini dikarang oleh abu al ma’ini al jumaidi yang wafat pada
tahun 478 H. Kitab ini disusun oleh beliau ketika umat islam terpecah
belah yaitu pemerintahannya itu bukan satu pemerintah lagi. Dan al
jumaidi mengingatakan umat islam bersatu, bebas dari pengaruh pikiran
asing, filusuf, dan mutaqallimin. Kita tahu bahwa pada masa Abbasiyah
ada penerjamah besar-besaran terkait dengan karya-karya yunani. Buku
ini fokus membahas fiqih saja. Didalamnya beliau membahas urgensi
khilafah. Dalam muqaddimahnya, al jumaidi menjelaskan bawa topik2
khilafan bersifat dzonni.(spekulatif, tidak bersifat obsolut maupun pasti).
Namun banyak orang yang perlakukan mereka seperti qot’i (absolut atau
pasti). Dzonni itu maksudnya sepekulatif tidak bersifat absolut atau pasti
sedangkan qath'i bermakna absolut atau pasti. Jadi karena ada orang yang
memperlakukan hal-hal zhanni sebagai qath'i maka terjadilah
kesembronoan dan keserampangan dalam berbahasanya.

5. Kitab Assiyasah Assyariah atau Politik Syar'i

Assiyasah bermakna politik, assyari yang bersifat syar'i. Politik yang


bersifat syari ini adalah kitab yang dikarang Ibnu Taimiyah yang wafat
pada tahun 728H yang dimaksudkan agar menjadi pegangan penguasa
maupun rakyat. Di dalamnya dibahas bagaimana cara memilih pemimpin,
bagamana penglolaan keuangan, dijelaskan tentang masalah hukum-
hukum, hak-hak Allah dalam pemerintahan, hak-hak rakyat, dll.

6. Kitab-Kitab Lainnya

Selain dari lima kitab yang bersifat politik yang dijelaskan tadi itu
masih banyak lagi kitab-kitab politik yang lain misalnya yang sempat
disinggung tadi adalah kitab yang berjudul Al Ahkam assulthoniyah
karangan Al Farrok yang wafat pada tahun 458H.

Adapula kitab yang berjudul At Turq al Hukmiyah maknanya adalah


jalan-jalan pemerintahan, ini dikarang oleh Ibnu Qoyyim al Jauziyah
murid Ibnu Taimiyah yang wafat pada taun 751H.

Ada juga kitab yang berjudul Takhrirul Ahkam fii Tadbiri Ahlil Islam
menguraikan hukum-hukum untuk mengatur atau memanajemen pemeluk
islam ini dikarang oleh Ibnu Jamaah yang wafat pada tahun 733H, ada
juga kitab yang berjudul Tadsirotul Hukkam Fiusuulil aqdiyyah Wa malaa
hijjil ahkam maknanya adalah memberi pengetahuan kepada para
penguasa terkait dengan dasar-dasar peradilan dan metode-metode dalam
memberikan hukum, ini dikarang oleh Ibnu Farhun yang wafat pada tahun
799H.

Ada lagi kitab yang berjudul Muinu al Hukkam fii Mayattaroddatu


Baina khusmaini Minal Ahkam, arti harfiahnya penolong para penguasa
terkait dengan apa yang terjadi diantara dua orang yang berselisih yakni
dalam hal hukum, ini dikarang oleh At Thorobulusi yang wafat pada 844H

Adalagi kitab yang berjudul Maalimul Qurbah fii Ahkamil Hisbah, arti
harfiahnya tanda-tanda untuk mendekat kepada Allah dalam hal hukum-
hukum misbah, dikarang oleh Ibnu al Ukhuwah yang wafat pada tahun
729H
2.2 NASH YANG MEMBAHAS TENTANG POLITIK
1. Hadist yang Diriwayatkan oleh Muslim
Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa
yang mati sedangkan di pudanknya tidak ada baiat maka dia mati seperti
mati jahiliyah” . Penjelasan Ibnu Allan dalam kitabnya Dalil al-Falihin li
Thuruqi Riyadh al-Shalihin beliau menerangkan maksud baiat adalah baiat
kepada imam dengan cara mendengar dan ikrar untuk menaatinya. Ada
juga yang berpendapat hadis ini mempunyai makna ancaman keras bagi
orang yang menyempal dari imam dan tidak menaatinya. hadist ini
menunjukkan wajibnya berbaiat kepada imam , menurut bahasa kita baiat
adalah sumpah setia kepada pemimpin.

Definisi imam dalam fikih politik islam adalah khalifah. Baiat


diberikan kepada imam itu bermakna kontrak, perjanjian, atau penyerahan
kekuasaan, dan pengangkatan dan ikrar untuk menaati serta menolong.

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Bukhori : dari Abu Hurairrah,


Rasulullah SAW bersabda “Ada 3 orng yang Allah tidak mengajak bicara
pada hari kiamat tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang
pedih. Seseorang yang memiliki kelebihan air di jalan tapi tidak mau
memberikannya kepada musafir dan seorang yang berbaiat kepada imam
tapi tidak berbaiat kepadanya selain untuk kepentingan duniawi, jika imam
memberikan yg diinginkannya maka ia memenuhi janji baiatnya namun
jika tidak ia tidak akan menunaikan janji baiatnya dan seseorang yang
melakukan transaksi jual beli dengan seseorang setelah waktu ashar, lantas
si penjual bersumpah dengan nama allah bahwa ia pernah ditawar dengan
harga sekian2 kemudian pembeli percaya sehingga ia mau membelinya
padahal sebenarnya tidak ada peristiwa penawaran seperti itu”. Dalam
hadist ini dikatakan jika seorang berbaiat karena ingin mendapatkan
dunia / harta maka ancamannya adalah di akhirat nanti tidak akan diajak
bicara oleh allah, tidak disucikan dan mendapat siksa yg pedih. ini
menunjukkan bahwa berbaiat tidak hanya dalam dimensi dunia, tidak
hanya proses berpolitik tetapi juga bersifat Ukhrowi.

2. Hadist Diriwayatkan oleh Muslim


Dari Auf bin Malik, dari Rasulullah SAW beliau bersabda “Sebaik-
baik pemimpin kalian adalah mereka yg mencintai kalian dan kalian
mencintai mereka. mereka mendoakan kalian dan kalian mendoakan
mereka. dan sejelek-jeleknya pemimpin kalian adalah mereka yg
membenci kalian dan kalian membenci mereka, mereka mengutuk kalian
dan kalian mengutuk mereka “ beliau bertanya “ya rasulullah tidakkah kita
memerangi mereka?” rasulullah bersabda “tidak, selagi mereka shalat
bersama kalian”. Hadist ini menceritakan tentang pemimpin-pemimpin di
tengah umat islam. nabi meramalkan akan ada pemimpin yg buruk (jahat)
yg melaknati rakyatnya dan rakyatnya juga melaknati pemimpinnya.

Rasullullah menceritakan tentang pemimpin – pemimpin ditengah


umat islam, jadi nabi meramalkan ada pemimpin yang buruk yang jahat
yang melaknati rakyatnya dan rakyatnya melaknati pemimpinannya tetapi
kemudian sahabat bertanya pemimpin seperti itu tidak lebih baik
diturunkan dari pemerintahan dan jawabannya ‘la’ atau tidak selama
mereka masih menegakkan sholat bersama kalian. Jadi sekarang ada
pertanyaan penting sebenarnya apa makna larangan rasulullah al mulla al
qari dalam kitabnya mirqotul mafatih syarh menerangkan bahwa tidakkan
kita memerangi mereka adalah apakah kita tidak melengserkan mereka
dari jabatan mereka yakni membuang janji setia kepada mereka
membuang baiat pada mereka dan memerangi mereka jika terjadi apa yang
diramalkan rasulullah ternyata jawaban rasulullah adalah tidak artinya
jangan engkau perangi mereka selama mereka masih menegakkan solat
karena sholat adalah tanda persatuan umat ini hadist yang bersifat politik
terkait dengan perpindahan dan perebutan kekuasaan.
Hadist yang senada di sebutkan al Bukhari : “ Dari junada bin abi
umayyah beliau mengatakan kami berkunjung ubadan bin assamit yang
ketika itu sedang sakit kami menyapa semoga Allah menyembuhkanmu
ceritakan kami sebuah hadist yang kiranya Allah memberimu manfaat
karenanya yang kau dengar dari nabi muhammad SAW, ia menjawab nabi
saw memanggil kami sehingga kami berbaiat kepada beliau ubadah
melanjutkan diantara janji yang beliau ambil dari kami adalah agar kami
berbaiat kepada beliau untuk senantiasa mendengar dan taat serta giat
maupun malas dan saat kulitan maupun kesusahan lebih mementingkan
urusan bersama serta agar kami tidak merebut kekuasaan dari pemiliknya
kecuali jika kalian melihat kekufuran yang terang terangan yang pada
kalian mempunyai alasan yang jelas dari Allah. Menurut an nawawi dalam
kitab al minhaj as syarah muslim ibnu al hajj, beliau menjelaskan bahwa
hadist ini bermakna janganlah kalian merebutkan kekuasaan para penguasa
dan janganlah kalian memprotes mereka kecuali kalian melihat
kemungkaran yang pasti dari mereka yang kalian mengetahuinya
bedasrkan prinsip prinsip islam jika kalian mengetahui hal itu lakukanlah
nahi munkar dan katakan kebenran dimanapun kalian berada.

3. Hadist An-Nasai
“ Seorang laki laki bertanya kepada rasulullah saw sementara dia telah
meletakkan kakinya di batang kayu yang ditancapkan di atas tanah jihad
apakah yang paling utama beliau menjawab kalimat yang benar di hadapan
di hadapan penguasa yang dzalim. Hadist yang senada diriwayatkan oleh
Muslim : “dari ummu salamah bahwa rasulullah saw bersabda akan datang
para penguasa kalian akan melihat hal yang makruf dan melihat hal yang
mungkar siapa yang tahu kemungkarannya hendaklah melepas diri dan
barang siapa yang mengkari ia telah selamat barang siap yang ridha dan
mengikuti maka dia akan celaka. Dua hadist ini cukup memberi pengertian
tentang kewajiban mengontrol, menesehati, dan mengoreksi penguasa ini
adalah aktivitas politik untuk memberikan balance antara pemerintahan
dan rakyatnya.

4. Hadist Riwayat Bukhari


Abudullah bin umar mendengar rasulullah saw bersabda “Setiap
kalian adalah pemimpin dan setiap pimipin Akan diminta pertanggung
jawaban atas yng dipimpinnya”. Imam yakni dikepala negara adalah
pemimin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya .seorang
suami dalam keluargaya adalah pemimpin dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas keluargaya. Seorang istri dalam pemimpin
didalam urusan rumah tangga suaminya dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas urusan rumah tangga tersebut . seorang
pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya dan akan dimintai
urursan pertanggungjawabannya tersebut. Abdullah bin umar berkata aku
mendengar semua itu dari rasulullah saw dan aku menduga nabi rasuullah
saw juga bersabda dan seorang laiki laki pemimpin atas harta bapakya dan
akan dimintai pertaggung jawaban atasnya dan setiap kalian adalah
pemimpin dan setiap kali pemipin akan dimintai pertanggungjawaban atas
yang dipimpinnya.

Menurut alkhastalani : imam adalah pemimin yang akan dimintai


pertanggungjawabannya atas rakyatnya. maksud imam dalam hadist
tersebut adalah imam yang agung atau khalifah atau naif nya yakni
wakilnya. Imam disebut sebagai penggembbala bermakna dia wajib
menjaga rakyatnya. Yakin menjaga syariat-syariat mereka, membela
mereka ,tidak mengabaikan hak hak mereka, tidak menelantarkan mereka
ketika terjadi kezaliman terhadap mereka dan memerangi musuh-musuh
mereka. imam tidak memberi suatu perlakuan kepada mereka kecuali atas
izin dari allah dan rasulnya dan tidak meminta upah kecuai dari allah. Nas
yang sebagai tambahan ada nas bonus yang perlu dibahas juga yaitu lafadz
dari hadis riwayat muslim yaitu rasulullah saw bersabda barang siapa
membaiat seorang imam lalu dia memenhi baiatnya dengan sepenuh hati
hendaklah dia mematuhi pemimin itu semampunya, jika ada orang lain
yang memberontak maka penggallah lehernya.

Nas politik yang terkait dengan kesatuan umat Islam karena disana
ada perintah untuk memerangi orang yang berusaha untuk merebut
kekuasaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN

DAFTAR RUJUKAN

Anda mungkin juga menyukai