Politik
Politik
Disusun oleh:
Kelompok 12
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PROGARAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penyusunmemanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Politik”.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah berjudul “Politik” ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhaddap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN
3.1 KESIMPULAN.............................................................................................................
3.2 SARAN..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Islam bukan hanya sekedar agama namun juga merupakan sistem politik.
Apalagi pada zaman sekarang ini politik tidak lagi beraman pada Islam.
Dengan mempelajari sistem politik Islam, prinsip-prinsip dasar politik Islam
yang bersumber dari ayta-ayat alquran, hadist-hadist nabi dan kitab-kitab yang
ditulis oleh para ulama.Kita dapat mengamalkan dan dapat mengetahui
bagaimana cara politik dalam Islam dan kita lebih memahami bagaimana cara
berpolitik yang benar.
Politik dalam islam sebenarnya tidak sulit untuk dijalankan, karena politik
dalam islam lah sebenar-benarnya sistem politik yang harus dijalankan karena
sudah mencakup segala sistem kehidupan untuk berpolitik dan menjalankan
wewenang sebuah Negara ataupun sebuah jabatan di kursi pemerintahan.
Hadist hadist, kitab-kitab juga mengajarkan kita bagaimana cara mengambil
keputusan yang benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KARYA-KARYA YANG BERSIFAT POLITIK
1. Kitab Risalatul Qadha
Arti risalatul qadha berasal dari kedua kata, yang pertama risalah.
Risalah itu bermakna surat, dan al-qadha bermakna peradilan. Jadi,
makna harfiah dari risalatul qadha adalah surat peradilan. Risalatul qadha
itu sesungguhnya adalah surat yang dikirimkan oleh khalifah Umar bin
Khattab r.a., sahabat nabi yang terkenal itu, kepada sahabat nabi yang
lain yang bernama Abu Musa Al-Asy’ari, yang waktu itu dianggap dan
ditunjuk oleh Umar untuk menjadi qodhi atau hakim di wilayah Kufah
dan Basrah pada tahun 21 Hijriah. Wilayah Kufah dan Basrah itu
sekarang sekitar daerah Iraq. Surat ini dihitung oleh sejarawan sebagai
Watsiqah Umariyah atau dokumen Umar. Salah seorang ulama yang
bermadzhab Hanafi yang bernama As-Sarakhsi memandang bahwa surat
umar ini sebagai surat politik syar’i yang pertama. Menurut Ibnu
Taimiyah, surat ini begitu berharga. Sampai-sampai beliau dalam
kitabnya yang berjudul Minhajus Sunnah mengatakan bahwa surat ini
dipakai oleh para fuqaha untuk membangun fiqih dan usul fiqih.
2. Al-Kharaj
3. Al-Ahkam As-Sulthaniyah
Ada pula jawatan yang mengurusi kawasan lindung (dalam fiqih : al-
hima). Diperlukan karena pada waktu itu digunakan sebagai tempat
meruntutnya hewan-hewan yang telah dialokasikan untuk zakat, hewan
tersebut dibiarkan untuk memakan rumput di kawasan hutan lindung.
Ada jawatan yang mengurusi urusan tanah. Jaman dulu juga ada
jawatan khusus yang membahas urusan tanah, mengurusi surat tanah,
hak-hak persengketaan tanah, dan lain-lain.
Kitab ini dikarang oleh abu al ma’ini al jumaidi yang wafat pada
tahun 478 H. Kitab ini disusun oleh beliau ketika umat islam terpecah
belah yaitu pemerintahannya itu bukan satu pemerintah lagi. Dan al
jumaidi mengingatakan umat islam bersatu, bebas dari pengaruh pikiran
asing, filusuf, dan mutaqallimin. Kita tahu bahwa pada masa Abbasiyah
ada penerjamah besar-besaran terkait dengan karya-karya yunani. Buku
ini fokus membahas fiqih saja. Didalamnya beliau membahas urgensi
khilafah. Dalam muqaddimahnya, al jumaidi menjelaskan bawa topik2
khilafan bersifat dzonni.(spekulatif, tidak bersifat obsolut maupun pasti).
Namun banyak orang yang perlakukan mereka seperti qot’i (absolut atau
pasti). Dzonni itu maksudnya sepekulatif tidak bersifat absolut atau pasti
sedangkan qath'i bermakna absolut atau pasti. Jadi karena ada orang yang
memperlakukan hal-hal zhanni sebagai qath'i maka terjadilah
kesembronoan dan keserampangan dalam berbahasanya.
6. Kitab-Kitab Lainnya
Selain dari lima kitab yang bersifat politik yang dijelaskan tadi itu
masih banyak lagi kitab-kitab politik yang lain misalnya yang sempat
disinggung tadi adalah kitab yang berjudul Al Ahkam assulthoniyah
karangan Al Farrok yang wafat pada tahun 458H.
Ada juga kitab yang berjudul Takhrirul Ahkam fii Tadbiri Ahlil Islam
menguraikan hukum-hukum untuk mengatur atau memanajemen pemeluk
islam ini dikarang oleh Ibnu Jamaah yang wafat pada tahun 733H, ada
juga kitab yang berjudul Tadsirotul Hukkam Fiusuulil aqdiyyah Wa malaa
hijjil ahkam maknanya adalah memberi pengetahuan kepada para
penguasa terkait dengan dasar-dasar peradilan dan metode-metode dalam
memberikan hukum, ini dikarang oleh Ibnu Farhun yang wafat pada tahun
799H.
Adalagi kitab yang berjudul Maalimul Qurbah fii Ahkamil Hisbah, arti
harfiahnya tanda-tanda untuk mendekat kepada Allah dalam hal hukum-
hukum misbah, dikarang oleh Ibnu al Ukhuwah yang wafat pada tahun
729H
2.2 NASH YANG MEMBAHAS TENTANG POLITIK
1. Hadist yang Diriwayatkan oleh Muslim
Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa
yang mati sedangkan di pudanknya tidak ada baiat maka dia mati seperti
mati jahiliyah” . Penjelasan Ibnu Allan dalam kitabnya Dalil al-Falihin li
Thuruqi Riyadh al-Shalihin beliau menerangkan maksud baiat adalah baiat
kepada imam dengan cara mendengar dan ikrar untuk menaatinya. Ada
juga yang berpendapat hadis ini mempunyai makna ancaman keras bagi
orang yang menyempal dari imam dan tidak menaatinya. hadist ini
menunjukkan wajibnya berbaiat kepada imam , menurut bahasa kita baiat
adalah sumpah setia kepada pemimpin.
3. Hadist An-Nasai
“ Seorang laki laki bertanya kepada rasulullah saw sementara dia telah
meletakkan kakinya di batang kayu yang ditancapkan di atas tanah jihad
apakah yang paling utama beliau menjawab kalimat yang benar di hadapan
di hadapan penguasa yang dzalim. Hadist yang senada diriwayatkan oleh
Muslim : “dari ummu salamah bahwa rasulullah saw bersabda akan datang
para penguasa kalian akan melihat hal yang makruf dan melihat hal yang
mungkar siapa yang tahu kemungkarannya hendaklah melepas diri dan
barang siapa yang mengkari ia telah selamat barang siap yang ridha dan
mengikuti maka dia akan celaka. Dua hadist ini cukup memberi pengertian
tentang kewajiban mengontrol, menesehati, dan mengoreksi penguasa ini
adalah aktivitas politik untuk memberikan balance antara pemerintahan
dan rakyatnya.
Nas politik yang terkait dengan kesatuan umat Islam karena disana
ada perintah untuk memerangi orang yang berusaha untuk merebut
kekuasaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR RUJUKAN