Anda di halaman 1dari 5

PAPER HISTORIOGRAFI ISLAM (AL-AYYAM DAN AL-ANSAB)

Lailatul Silvia 53010200040


UIN Salatiga

Dalam kajian historiografi, akan tampak keanekaragaman corak, bentuk, metode, maupun
isinya. Bukan hanya sebagai keanekaragaman penafsiran tentang kejadian masa lampau,
historiografi juga merupakan studi tentang teknik yang dipergunakan setiap sejarawan dalam
menuliskan karya- karyanya. Dalam metodologi sejarah, historiografi merupakan salah-satu
tahapan dalam metode penelitian sejarah. Historiografi juga merupakan bagian penentu dari bagus
tidaknya suatu nilai dari peristiwa sejarah masa lampau. Setidaknya dari pembahasannya terdapat
dua bentuk historiografi Arab pra-Islam, yaitu al Ayyam dan al-Ansab.

A. Tradisi al-Ayyam
Ayyam al-‘Arab berasal dari bahasa arab yang berarti perang-perang antar kabilah Arab.
Al-Ayyam atau ayyam al-arab secara etimologis berasal dari bahasa Arab yang berarti hari-
hari bangsa Arab. Disebut “hari-hari penting karena peperangan itu berlangsung pada siang
hari. Ketika malam tiba, peperangan dihentikan sampai fajar menyingsing.
Al-ayyam adalah peristiwa peperangan antar kabilah Arab. Al-Ayyam juga merupakan
kumpulan cerita yang berbentuk lisan yang merajuk pada soal-soal yang berkaitan dengan
kegiatan masyarakat Arab di zaman jahiliyah. Isi dari Ayyam al-Arab ini adalah perang-perang
dan kemenangan-kemenangan, untuk tujuan membanggakan diri terhadap kabilah-kabilah
yang lain. Informasi ini diabadikan dalam bentuk syair mapun prosa-prosa yang diselingi syair-
syair. Ciri-ciri umum al-Ayyam yaitu:
1. Perhatian dicurahkan pada kabilah Arab dan kisah peperangan disampaikan secara lisan
dalam bentuk prosa yang diselingi syair.
2. Riwayat atau kisah kabilah diturunkan secara lisan, sehingga menjadi milik bersama
kabilah yang bersangkutan.
3. Tidak teraturnya kronologi dan waktu.
4. Objektifitasnya diragukan karena mengagungkan satu kabilah dan merendahkan kabilah
lain.
5. Disamping sebagian informasinya tidak faktual, masih bisa ditemukan fakta-fakta yang
menunjukkan kebenaran sejarah.
Peristiwa-perisiwa perang antar kabilah-kabilah Arab itu diabadikan dalam gubahan syair
atau kisah yang diselang-selingi dengan syair, yang dimaksudkan untuk tujuan membangga-
banggakan kabilah-kabilah lainnya. Syair atau kisah yang diselang-selingi syair itu, pada masa
pra-Islam, diwariskan turuntemurun secara lisan. Syair-syair dan prosa itu, pada masa awal
Islam dihimpun secara tertulis pada abad ke-2 H atau 8 M, dalam buku- buku terutama buku
yang bernuansa sastra.
Tradisi al-ayyam disinyalir sudah berlangsung begitu lama di kalangan bangsa Arab. Ini
dibuktikan dengan adanya fakta bahwa sejarah tertua yang tertuang dalam taurat pun berbentuk
al-ayyam. Peristiwa itu kelihatannya pada mulanya lebih merupakan cerita legenda sebelum
masuk kepada kisah-kisah historis. Dengan menunjuk kepada contoh-contoh yang terdapat di
dalam Taurat itu, terlihat bagaimana pentingnya makna kesasteraan al-ayyam itu bagi bangsa
Arab, baik dalam bentuk syair maupun dalam bentuk prosa. Akan tetapi, dari sana terlihat pula
bahwa sastera al-ayyam itu tidak disandarkan pada sumber-sumber tertulis.
Tradisi al-ayyam pada masa awal kedatangan Islam juga masih berlangsung dan sering
digunakan sebagai rujukan untuk mengetahui sejarah Arab pra-Islam. Kisah al-Ayyam di
dalamnya mengandung ciri-ciri sejarah namun pada dasarnya ia tidak dirancang untuk
menghasilkan bahan sejarah. Kisah al-ayyam ini terus berlangsung sampai awal kebangkitan
Islam. Kisah-kisah al-ayyam pada prinsipnya lebih merupakan karya sastra daripada karya
sejarah. Kisah-kisah itu diriwayatkan untuk menghibur dan menimbulkan rasa gembira bagi
para pendengar, di samping untuk pewarisan nilai-nilai tertentu.
Beberapa ciri khas substansi dari syair-syair al-ayyam yaitu:
1. Al-Madh (pujian) merupakan pujian untuk kepahlawanan seseorang. Terutama dari kabilah
penggubah itu sendiri.
2. Al-Haja’ (hinaan) merupakan hinaan untuk merendahkan kabilah atau suku musuh.
3. Al-Ghazl (rayuan)
4. Ashabiyah adalah fanatisme kabilah

Sementara itu, jika dilihat dari segi sebagai karya sejarah, maka al-ayyam memiliki setidaknya
lima ciri, yaitu:
1. Perhatian terhadap kehidupan masyarakat kabilah,
2. Penggubah syair asli tidak kenal dan syair tersebut dijadikan sebagai syair milik kabilah
3. Peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam syair tidak kronologis dan sistematis
4. Lebih memiliki nilai subjektivitas yang tinggi
5. Terdapat kebenaran faktual
6. Historis dari peristiwa yang berlangsung pada saat digubahnya syair
Tujuan utama penulisan al-Ayyam sebenarnya adalah untuk mengembangkan ilmu-ilmu
kesusasteraan. Kebanyakan ahli-ahli sejarah enggan menerima al-Ayyam sebagai fakta sejarah
karena al-Ayyam sendiri berbentuk puisi dan legenda dan dipindahkan secara oral kepada
sastra yang berbau kedaerahan dan kesukuan.
B. Tradisi al-Ansab
Kata al-ansab berasal dari bahasa Arab yang berarti silsilah. Al-Ansab adalah bentuk jamak
dari kata nasab. Tradisi al-ansab ini sangat diperhatikan dan dipelihara oleh orang Arab pra-
Islam selain juga al-ayyam, untuk membanggakan diri juga untuk menjaga kemurnian
genealogi mereka. Meskipun di dalam al-Ansab ada petunjuk sejarah, namun tidak bisa
dikatakan bahwa ini adalah ekspresi kesadaran bangsa Arab terhadap sejarah, karena:
1. Pada masa-pra Islam perhatian terhadap silsalah belum mengambil tradisi pada masa-pra
Islam perhatian terhadap silsalah belum mengambil tradisi.
2. Pengetahuan tentang silsilah akan lenyap jika tidak ada yang menghafalnya.
3. Hafalan mereka tentang nasab-nasab bercampur dengan mitos.
4. Tradisi ini tidak menyebar pada sejarah ”umum” yang meliputi setiap kabilah, karena
mereka memang belum mengenal tanah air.

Kitab sejarah yang memaparkan nasab-nasab Arab dan asal muasal mereka disebut kitab al-
Anshab. Ada beberapa kitab al-Anshab yang sangat terkenal dengan nasab ini adalah kitab
Jamharatun Nasab karangan Muhammad bin Saib al-Kalabi, kitab Nasabun Quraisy karangan
Mus’ab bin Zubairi, dan kitab Jamharatu Ansab al-Arab karangan Ibnu Hazm al- Andalusi.

C. Perbedaan al-Ayyam dan al-Ansab


Para kabilah Arab meriwayatkan al-ayyam yang terdiri dari peperangan dan kemenangan, yang
bertujuan untuk membanggakan diri terhadap kabilah-kabilah yang lain, baik dalam bentuk
syair maupun prosa yang selingi oleh syair. Sedangkan al-ansab merupakan kata jamak, yang
berarti silsilah (genealogi).
DAFTAR REFERENSI

Hidayat, Adi Febi, dkk. 2015. Historiografi Arab Pra-Islam. Palembang: UIN Raden Fatah
Palembang.
Muzhiat, Aris. 2019. “Historiografi Arab Pra-Islam” dalam Tsaqofah: Jurnal Agama dan Budaya
vol.17 no.2. Jakarta: Tsaqofah.

Anda mungkin juga menyukai