Dalam pohon industri oleochemical, dapat kita lihat, proses fat splitting merupakan tahap awal perkembangan
industri oleo kimia. Proses ini jauh berada di awal pohon industri oleokimia, untuk lebih jelas dapat dilihat
gambar berikut
Proses fat splitting dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu jenis hydrolisa dan enzimatik, walaupun pada
beberapa literatur dijelaskan proses enzimatik merupakan bagian dari proses fat splitting secara hidrolisa. Dan
pada bagian selanjutnya akan dijelaskan:
a. proses twitchell
b. proses batch autoklav
c. proses kontinu
d. enzimatik
Menurut literatur lain diilustrasikan seperti berikut:
Contoh Flowchart pembuatan gliserol dari cotton seed oil dengan proses hidrolisa kontinyu :
Pada proses ini, minyak biji kapas dan air sebagai bahan baku utama direaksikan dengan bantuan
kukus di menara splitting secara counter current pada suhu 250 oC dan tekanan 50 atm selama 2-3 jam.
Pada menara splitting ini terjadi hidrolisasi antara minyak biji kapas dengan air. Kemudian terpisah
antara lemak dengan air, lemak masuk ke dalam flash tank I dan menghasilkan asam minyak. Sementara
airnya masuk ke dalam flash tank II. Pada flash tank ini terjadi perpisahan antara gas dan cair. Kemudian
C6H8O3 masuk ke decanter, setelah itu masuk ke tangki penetralan dengan menambahkan katalis kaustik
soda. Reaksi yang ada dalam netralisasi ini dinetralkan dengan NaOH kemudian masuk ke centrifuge.
Pada proses ini bagian yang yang terendapkan menghasilkan sabun kemudian gliserol dan sabun cair
masuk ke dalam evaporator. Pada evaporator terjadi pemisahan antara gliserol dengan sabun cair dan
menghasilkan hasil sampingnya air. kemudian gliserol masuk ke dalam flash tank untuk mengeluarkan
gas-gas dan masuk ke dalam tangki bleaching untuk pemberian warna untuk gliserol kemudain masuk ke
filter prosses untuk mendapatkan gliserol yang murni dan hasil sampingnya berupa cake.
Proses Safonifikasi
Safonifikasi lemak dengan NaOH, menghasilkan gliserol dan
sabun CH2RCOO CH2OH
CHRCOO + 3 NaOH 3R-COONa + CHOH
CH2RCOO CH2OH
Triasilgliserol Sodium hidroksida Sabun Gliserin
Saponifikasi menghasilkan sabun dan alkali yang mengandung 8-12% gliserin. Lemak dan
minyak bisa disafonifikasi via proses pendidihan. Campuran lemak atau minyak yang sudah dimurnikan
dimasukan ke dalam ketel dan kaustik soda yang telah diketahui konsentrasinya dan ditambahkan garam.
Campuran didihkan menggunakan steam di dalam jaket pemanas tertutup hingga safonifikasi hampir
selesai.
C. Transesterifikasi lemak dengan metanol
Transesterifikasi lemak dengan metanol menggunakan katalis NaOCH3 (sodium methoxide),
menghasilkan gliserol dan metil ester
CH2RCOO CH2OH
CHRCOO + 3 CH3OH 3 RCOOCH3 + CHOH
CH2RCOO CH2OH
Trigliserida Metanol Metil ester Gliserin
Trigliserida bisa dengan cepat ditransesterifikasi secara batch pada tekanan atmosfer dan
temperatur 60-70oC dengan metanol berlebih dan katalis alkali. Sebelum ditransesterifikasi, lemak atau
minyak harus dibersihkan dari Asam Lemak Bebas (ALB). Perlakuan ini tidak dibutuhkan jika reaksinya
dilakukan pada tekanan hingga 9000 kPa dan temperatur yang tinggi (240oC) dibawah kondisi ini
esterifikasi dan transesterifikasi berjalan secara simultan. Campuran pada akhir reaksi dialirkan ke settle.
Lapisan sebelah bawah adalah gliserin dikeluarkan, sementara lapisan atas metil ester dicuci untuk
membuang sisa gliserin dan untuk diproses lebih jauh. Kelebihan metanol didapatkan kembali
dikondensor, dikirim ke kolom pembersihan untuk pemurnian, dan kemudian di recycle.
Proses esterifikasi metil ester
a) Transesterifikasi
Henkel
Gambar 2 menunjukkan diagram alir dari proses Henkel yang dioperasikan pada tekanan 9000 kPa
dan suhu 2400C menggunakan minyak yang belum dimurnikan sebagai umpan/bahan baku. Kadar minyak,
metanol berlebih dan katalis diukur dan dipanaskan hingga suhu 240 0C sebelum diumpankan ke dalam
reaktor. Sebagian basar metanol berlebih dicairkan setelah melewati reaktor dan diumpankan ke bubble
tray column untuk pemurnian. Kemudian metanol tersebut digunakan kembali.
Campuran dari reaktor memasuki separator dimana gliserin yang kadarnya lebih dari 90% dipisahkan.
Metil ester kemudian diumpankan ke kolom distilasi untuk pemurnian.
Lurgi
Gambar 3 menunjukkan diagram alir proses lurgi yang beroperasi pada tekanan normal. Pemrosesan
memerlukan umpan yang sudah mengalami proses degumming dan penetralan kadar asam. Minyak
tumbuhan yang sudah dimurnikan dan metanol direaksikan di 2 stage mixer dengan bantuan katalis.
Gliserin yang dihasilkan dari reaksi larut di dalam metanol berlebih. Gliserin ini kemudian diolah di
rectification column. Metanol dan gliserin yang masih tinggal dibersihkan dari metil ester di
countercurrent scrubber. Metil ester selanjutnya bisa dimurnikan dengan distilasi.
3.1. Proses Pembuatan Sabun
Pada proses pembuatan sabun ini digunakan metode-metode untuk menghasilkan sabun yang berkualitas
dan bagus.
1. Hidrolisa
a. Proses Batch
Pada proses batch lemak atau minyak yang dipanaskan di dalam reaktor batch ditambahakn NaOH.
Lemak tersebut dipanaskan sampai bau NaOH tersebut hilang. Setelah terbentuk endapan lalu didinginkan
kemudian endapan dimurnikan dengan menggunakan air dan diendapkan lagi dengan garam, kemudian endapan
tersebut direbus dengan air sehingga terbentuk campuran halus yang membentuk lapisan homogen yang
mengapung dan terbentuklah sabun murah.
Diagram alir proses batch:
Lemak/minyak + NaOH Endapan Pemurnian + air
+
Pada proses kontinu secara umum yaitu lemak atau minyak dimasukkan ke dalam reaktor kontinu
kemudian dihidrolisis dengan menggunakan katalis sehingga menghasilkan asam lemak dengan gliserin.
Kemudian dilakukan peyulingan terhadap asam lemak dengan menambahakna NaOH sehingga terbentuk sabun.
Diagram alir proses kontinu:
Sabun
Gambar 2. Diagram Alir Proses
Umpan berupa campuran lemak dan minyak terus dimasukkan ke dalam pressurized, heated vessel yang
biasa disebut sebagai autoclave, bersama dengan sejumlah kaustik soda, air, dan garam. Pada suhu (120 oC) dan
tekanan (200 kPa) waktu yang digunakan untuk reaksi safonifikasi lebih cepat (<30 menit). Setelah dikontakkan
dengan waktu kontak yang relatif singkat pada autoclave, neat sabun dan campuran alkali dipompakan ke dalam
cooling mixer dengan suhu di bawah 100 oC. Hasil produk kemudian dipompakan ke dalam static separator
dimana campuran alkali dengan kandungan gliserol (25 – 30 %) dipisahkan dari neat sabun menggunakan
pengaruh gravitasi atau settling (pengendapan).
Neat sabun kemudian dicuci dengan larutan alkali dan garam. Hal ini sering dilakukan dalam sebuah
kolom vertikal, yang merupakan suatu tabung yang terbuka berupa proses mixing atau baffle stages. Neat sabun
dimasukkan ke bagian bawah kolom dan alkali atau larutan garam dipompakan dari atas. Neat sabun yang masih
bisa direcovery berada di atas kolom sedangkan alkali atau larutan garam berada di bawah. Proses pencucian
menghilangkan impuritis dan menghasilkan gliserol yang akan diproses lanjut. Proses pemisahan akhir
menggunakan sentrifugal, setelah dipisahkan, residu alkali dalam neat soap dinetralisasi melalui penambahan
asam lemak yang akurat dalam steam-jacketed mixing vessel (crutcher). Sabun kini siap untuk digunakan dalam
pembuatan sabun batang.
Gambar 3. Diagram Proses Steam untuk Continuous Saponification Soap
Surfaktan
1. Process Air Preparation
Proses udara harus benar-benar kering dengan titik embun (dewpoint) sekitar 50 °C. Dengan adanya
embun akan terjadi korosif (sebab reaksi ini ditambah gas SO 3) dan juga meningkatkan warna produk. Udara
dialirkan ke dalam kompresor besar untuk sistem pendinginan, di mana suhu yang digunakan sekitar 3-5 °C dan
uap-uap dikondensasikan. Selanjutnya udara di dikeluarkan melalui sebuah dehumdifier (pengering udara),
seperti silika gel dimana sisa-sisa uap terakhir ditahan/disimpan.
3. Sulfasi
Sulfasi dilakukan di reaktor film multitude untuk mengontrol keakurasian rasio mol antara SO 3 dengan
umpan organik dalam berbagai pipa. Umpan di masukkan di bagian atas dan mengalir ke bawah di samping
pipa. Ketika reaksi berlangsung eksotermis, air dingin pada aliran kontrol dimasukkan ke dalam jaket untuk
menjaga temperatur pada 45-50 °C maksimum. Yield reaksi sebesar 97% dapat dicapai. Proses ini ditunjukkan
pada gambar reaktor multitube film.
4. Netralisasi
Tingkatan produk dari reaktor harus dinetralisasi segera, dengan hidrolisis bisa menghindari pengaruh
buruk bagi proses dan kualitas produk. Proses ini akan lebih berhasil jika langkah ini dilakukan dua kali
terhadap unit netralisasi. Dengan pencampuran multibladed maka dihasilkan campuran yang homogen.
Perlu diperhatikan bahwa netralisasi akan memelihara sifat-sifat alkali sekecil apapun untuk menjaga
kelancaran dan stabilitas proses. Konsentrasi rata-rata zat aktif sebesar 72% dapat digunakan. Konsentrasi yang
terlalu tinggi tidak baik digunakan karena akan menimbulkan kesulitan dalam proses. Jika menginginkan
sebuah produk kering, maka proses selanjutnya dengan melewati sebuah wiped film evaporator.