Anda di halaman 1dari 146

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, perkebunan kelapa sawit dalam skala besar sudah

dikembangkan, dan saat ini Indonesia merupakan salah satu negara

pengekspor minyak kelapa sawit terbesar. Oleh sebab itu, minyak kelapa sawit

ini sangat prospektif untuk dikembangkan menjadi bioenergi karena pasokan

untuk bahan baku pembuatan biodiesel tersedia cukup banyak di Indonesia

(Djalal Romansyah, September 2012).Biodiesel merupakan bahan bakar yang

terdiri dari campuran mono-alkil-ester dari rantai panjang asam lemak yang

dipakai sebagai alternative bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari

sumber terbaharui seperti minyak nabati atau lemak hewan (Soerawidjaja,

2005; National Biodiesel Board – NBB, 2003).

Biodiesel merupakan bahan bakar dari proses transesterifikasi lipid untuk

mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang lemak

bebas. Setelah melewati proses ini tidak seperti minyak nabati langsung

biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel dari minyak

bumi dan dapat menggantikan minyak bumi dalam banyak kasus. Namun

biodiesel lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum

(Anggi Yudi Tiawarman,2013 ). Seperti yang telah kita ketahui bahwa


ketersediaan minyak bumi di dunia yang terbatas lama kelamaan akan semakin

berkurang karena sifatnya yang tidak dapat diperbaharui dan juga adanya

dominasi kebutuhan energi dunia dari minyak bumi yang mencapai 63% dari

total keseluruhan sumber energi di dunia. Ditambah lagi adanya pencemaran

pada tingkat yang telah mengkhawatirkan menyebabkan kita harus berpikir

keras untuk dapat mencari solusi energi alternatif lain.

Oleh karena itu, biodiesel dapat menjadi solusi alternatif pengganti minyak

bumi. Adapun keuntungan bahan bakar biodiesel dibanding minyak bumi

adalah sifatnya yang dapat teroksigenasi relatif sempurna (terbakar habis) dan

dapat terurai secara alami (biodegradable) sehingga tidak merusak lingkungan

serta aplikasi langsung pada kendaraan maupun industri yang tidak

membutuhkan modifikasi banyak pada sistem bahan bakar peralatan. Dilain

sisi, Indonesia mempunyai sumber daya hayati yang sangat berlimpah sebagai

bahan baku ini. Saat ini, Indonesia memiliki beberapa industri perminyakan

yang memproduksi biodiesel, salah - satunya yaitu PT Louis Dreyfus

Company Indonesia yang berada di Provinsi Lampung.

1.2 Sejarah PT. LDC Indonesia

Louis Dreyfus didirikan pada tahun 1851 oleh Leopold Louis Dreyfus di
Paris, Perancis, yang pada saat itu masih berusia 18 tahun dan merupakan
anak dari seorang petani di Sierentz, Alsace. Ia membeli gandum dari
petani lokal Alsace dan diangkut menuju Basel di Swiss yang berjarak
sekitar 8 mil. Tujuh tahun kemudian ia meninggalkan Basel dan
memperluas lingkup aktivitasnya dengan cara membeli produk gandum di
Hungaria dan Rumania.

Pada tahun 1860, perkembangan komunikasi semakin pesat sehingga


terjalin komunikasi yang lebih efektif antara pemasok dan pelanggan, serta

2
pasar gandum menjadi lebih baik akibat sistem transportasi yang
ditingkatkan. Markas Louis Dreyfus yang awalnya berada di Paris
kemudian dipindahkan ke Zurich dengan perkembangan bisnis yang
menjadi lebih cepat.Pada tahun 1875, markas Louis Dreyfus dipindahkan
kembali ke Marseille, Paris, akibat adanya perang antara Perancis dan
Rusia. Pada pertigaan abad, yaitu sekitar tahun 1900, Louis Dreyfus telah
memiliki kantor di Eropa, Amerika Utara dan Selatan, Aljazair, Afrika
Selatan, India, Indo-China, China, Australia dan Rusia. Pada tahun 1905,
Louis Dreyfus mendirikan sebuah bank yang berfungsi untuk memfasilitasi
keuangan perusahaan di pasar gandum.

Pada tahun 1969, Gerard Louis Dreyfus yang merupakan cucu dari Leopold
Louis Dreyfus menjadi pemimpin di perusahaan tersebut. Ia mengambil
aktivitas perdagangan dalam arah yang berbeda untuk memanfaatkan
peluang arbitase dalam berbagai pasar komoditas, termasuk obligasi
pemerintah, beras, biji-bijian, kapas dan gas alam. Pada tahun 2000, Louis
Dreyfus memperluas lini produk yaitu pupuk dan susu, serta meningkatkan
aset dengan pembelian 4 pabrik gula di Brazil dan Bazhou. Pada tahun
2007, penjualan bersih Louis Dreyfus dua kali lipat dibandingkan 2006
yaitu mencapai lebih dari US$ 35 miliar. Louis Dreyfus mendirikan pabrik
di Dubai yang didedikasikan untuk melayani Timur Tengah dan Afrika.

Kegiatan Louis Dreyfus di Asia diperluas dengan akuisisi kilang minyak di


India dan saham di sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit di
Indonesia. Louis-Dreyfus milik swasta ini memiliki karyawan dengan total
sebanyak 21.7000 jiwa yang tersebar hampir di seluruh benua. Di Amerika
Utara terdapat 17 kantor dengan 2.000 karyawan, Eropa dan Laut Hitam
sebanyak 18 kantor dengan 2.200 karyawan, Amerika Latin bagian utara
sebanyak 2 kantor dengan 12.900 karyawan, Afrika sebanyak 24 kantor
dengan 600 karyawan dan Asia sebanyak 17 kantor dengan 2.300
karyawan. Louis Dreyfus memiliki visi dan misi yaitu bekerja menuju masa
depan yang aman dan berkelanjutan, berkontribusi terhadap upaya global
memberikan rezeki untuk pertumbuhan populasi, dan misi untuk
menggunakan pengetahuan dan jangkauan global untuk membawa produk
yang tepat untuk lokasi yang tepat, pada waktu yang tepat. Louis Dreyfus
meninggalkan dunia commoditized dan memasuki era baru, dimana
tumbuh melalui kemitraan berdasarkan kepercayaan, meningkatkan
kemampuan untuk memberikan layanan penuh, berpusat pada pelanggan
dan bukan hanya produk atau komoditas.

PT. Louis Dreyfus Company Indonesia didirikan di Jakarta pada tahun


2001 dengan proyek trading Crude Palm Oil (CPO). Pada tahun 2009, PT.
LDC Indonesia mendirikan sebuah pelabuhan (Deep Sea Port And Storage
Facility) dan pabrik physical refinary and fractination di Banjarmasin,
Kalimantan Timur yang bekerja sama dengan PT. DKI (Dermaga Kencana
Indonesia) dalam hal penyimpanan (storage tank). Pabrik tersebut mulai
beroperasi pada bulan April tahun 2013 dengan kapasitas produksi sebesar
1.500 ton CPO per hari. Pada tahun 2010, PT. LDC Indonesia juga

3
mendirikan pelabuhan di Provinsi Lampung yang bekerja sama dengan
ISAB (Inti Sentosa Alam Bahtera). Pada bulan Mei 2011, PT. LDC
bekerjasama dengan Andalan Furindo mendirikan pabrik pengolahan gula
berkapasitas 1.000 ton per hari yang terletak di Marunda, Jakarta.

Selanjutnya pada tahun 2012, didirikan gudang dan pengolahan kopi di


daerah Lampung dan Medan, Sumatera Utara. Pabrik Coffee Processing
and Werehouse tersebut berfokus pada kopi berjenis arabika. Pada bulan
Februari 2014, didirikan CPO Refinery and Fractination di Provinsi
Lampung dengan kapasitas produksi sebesar 1.800 ton per hari. RBDPO
(Refined Bleached Deodorized Palm Oil) yang merupakan produk CPO
Refinery Lampung, selanjutnya RBDPO di proses menjadi olein dan stearin
di unit fractination yang berada dalam satu kawasan dengan CPO Refinery
Lampung.

Pabrik biodiesel yang berada di Provinsi Lampung berdiri pada tahun 2015
dan mulai beroperasi pada tahun 2016 dengan kapasitas produksi FAME
(Fatty Acid Methyl Ester) sebesar 1.000 ton per hari. Pabrik biodiesel
tersebut merupakan pabrik biodiesel pertama yang didirikan oleh PT. LDC
Indonesia di Asia. Jaringan usaha yang dimiliki PT. LDC Indonesia
ditunjukkan pada Tabel 1.1 dibawah ini.

4
T

5
s

a
Jenis Usaha
Keterangan
Lokasi
Waktu

6
Deep Sea Port and Storage Facility
Bekerja sama dengan PT. DKI (Dermaga Kencana Indonesia)
Balikpapan, Kalimantan Timur
Desember, 2009
CPO Refinery
Kapasitas produksi sebesar 1.500 ton per hari
Balikpapan, Kalimantan Timur
April, 2013
Sugar Refinery
Bekerja sama dengan PT. Andalan Furindo (25% saham PT. LDC
Indonesia)
Kapasitas produksi sebesar 1.000 ton per hari
Marunda, Jakarta
Mei, 2011
Coffee Processing and Werehouse Deep Sea Port
Akuisisi pada tahun 2014, fokus pada kopi arabika
Lampung, Sumatera dan Medan, Sumatera Utara
2012
CPO Refinery and Fractination
Bekerja sama dengan ISAB (Inti Sentosa Alam Bahtera)
Kapasitas produksi sebesar 1.800 ton per hari
Lampung, Sumatera
Februari, 2014
Biodiesel
Kapasitas produksi sebesar 1.000 ton per hari
Lampung, Sumatera
April, 2016
Sumber: HRG-A PT. LDC Indonesia

1.3 Visi dan Misi PT. LDC Indonesia

Visi LDC adalah menciptakan lingkungan kerja yang aman di manapun


kami beroperasi di seluruh dunia, memastikan orang-orang kami kembali
kerumah dengan selamat dan tanpa cedera setiap hari, dan dengan dampak
minimal terhadap lingkungan. Karena itu dan karena setiap individu
memainkan peran penting untuk menjadikan visi tersebut sebuah
kenyataan, kami menggalakan budaya keselamatan yang proaktif,
mengharapkan semua karyawan bertanggung awab secara pribadi untuk
memastikan keselamatan di tempat kerja mereka. Dimana saja mereka
berada dan apapun peran mereka di perusahaan, kami bersikeras agar
karyawan kami mendukung komitmen kolektif kami untuk mencapai
lingkungankerja tanpa kecelakaan. Misi LDC adalah menggunakan
pengetahuan dan jangkauan global untuk membawa produk yang tepat ke
lokasi yang tepat pada waktu tepat.

7
1.4 Tujuan Kerja Praktek

Pelaksanaan program kerja praktek bagi mahasiswa program pendidikan


sarjana Strata-1 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Lampung bertujuan untuk:
Mendapatkan gambaran nyata tentang wujud dan pengoperasian sistem
pemroses atau fasilitas yang berfungsi sebagai sarana produksi.
Mendapatkan gambaran nyata tentang organisasi kerja dan penerapannya
dalam upaya mengoperasikan suatu sarana produksi termasuk dalam
pengenalan praktek pengelolaan dan peraturan-peraturan kerja.
Mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan,
dan membandingkan teori yang didapat dengan kenyataan yang terjadi di
lapangan serta dapat memahami proses yang terjadi di setiap alat.
Memahami masukan-masukan proses produksi meliputi masukan utama
maupun penunjang, memahami keluaran-keluaran proses yang
mencangkup produk, dan limbah, serta memahami diagram alir proses dan
sistem proses.

1.5 Gambaran Umum Proses

Pabrik didesain untuk memproduksi methylester, dimulai dengan umpan

minyak nabati dengan reaksi transesterifikasi antara trigleserida dan

metanol, penggunaan alkaline katalis berupa sodium metilat. Gliserin

diperoleh dari produk samping yang akan dipisahkan dari produk utama.

Agar didapatkan hasil maksimum, metanol diumpankan berlebih antara 1.7 –

2 molar berdasarkan jumlah stoikiometrik. Metanol yang belum bereaksi

dipisahkan dari methylester dan gliserin. Disamping produk utama, beberapa

produk samping yang akan mengurangi yield produk dan meningkatkan

penggunaan katalis yaitu :

Saponifikasi asam lemak bebas yang terdapat pada umpan.


Hydrolisis methyester.
Pemurnian methylester dibutuhkan untuk memisahkan metanol berlebih,

moisture, dan beberapa kontaminan lainnya. Pemurnian methylester terdiri

dari

Pre-flash metanol.

8
Pre-washing dan sentrifugasi.
Sentrifugasi dan pencucian sejumlah air.
Pengeringan akhir.
Sedangkan pemurnian terdiri atas:

Pre-flash metanol.
Asidifikasi untuk mengubah soap menjadi asam lemak.
Netralisasi asam-gliserin.
Final-flash metanol.
1.6 Ruang Lingkup Kerja Praktek

Adapun ruang lingkup dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
Pengenalan perusahaan secara keseluruhan mulai dari bagian diklat,
keamanan, keselamatan kerja, umum dan personalia, penyediaan bahan
mentah, biropemeliharaan, dan biro produksi melalui orientasi umum.
Memahami struktur proses, sistem proses serta pengoperasiannya melalui
orientasi operasional.
Menganalisis masalah dan penyelesaiannya melalui orientasi process
engineering dan pelaksanaan tugas khusus.

1.7 Waktu dan Tempat Kerja Praktek

Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 3 Januari - 3 Februari 2019,

bertempat di PT. LDC Indonesia.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Pembuatan Biodiesel

Dari segi kata biodiesel terdiri dari dua kata yaitu bio yang berarti energi dan

diesel yang berarti bahan bakar. Biodiesel didefinisikan sebagai metil/etil

ester yang diproduksi dari minyak tumbuhan atau hewan dan memenuhi

kualitas untuk digunakan sebagai bahan bakar di dalam mesin diesel.

Sedangkan minyak yang didapatkan langsung dari pemerahan atau

pengempaan biji sumber minyak (oil seed), yang kemudian disaring dan

dikeringkan (untuk mengurangi kadar air), disebut sebagai minyak mentah

yang diproses lanjut guna menghilangkan kadar fosfor (degumming) dan

asam-asam lemak bebas (dengan netralisasi dan steam refining) disebut

dengan refined fatty oil atau straight vegetable oil (SVO).

SVO didominasi oleh trigliserida sehingga memiliki viskositas dinamik yang

sangat tinggi dibandingkan dengan solar (dapat mencapai 100 kali lipat,

10
misalkan pada Castor Oil. Oleh karena itu, penggunaan SVO secara

langsung di dalam mesin diesel umumnya memerlukan

modifikasi/penambahan pemanas bahan bakar sebelum sistem pompa dan

injektor bahan bakar untuk menurunkan harga viskositas. Viskositas bahan

bakar yang sangat tinggi akan menyulitkan pompa bahan bakar dalam

mengalirkan bahan bakar ke ruang bakar. Aliran bahan bakar yang rendah

akan menyulitkan terjadinya atomisasi bahan bakar yang baik. Buruknya

atomisasi berkorelasi langsung dengan kualitas pembakaran, daya mesin dan

emisi gas buang.

Bahan baku utama pembuatan biodiesel adalah minyak nabati, lemak


hewani ataupun lemak bebas. Bahan baku yang digunakan mengandung
trigliserida dan asam lemak bebas. Bahan baku lainnya yaitu alkohol. Pada
pembuatan biodiesel dibutuhkan katalis untuk proses esterifikasi, katalis
dibutuhkan karena alkohol larut dalam minyak. Minyak nabati memiliki
kandungan asam lemak bebas lebih rendah dibandingkan dengan asam
lemak hewani. Minyak nabati selain mengandung asam lemak bebas juga
mengandung phospholipid yang dapat dihilangkan pada proses degumming
sedangkan asam lemak bebas dapat dihilangkan pada proses refining
(Rahayu, 2013).

Pemanasan bahan bakar sebelum memasuki sistem pompa dan injeksi


bahan bakar merupakan satu solusi yang paling dominan untuk mengatasi
permasalahan yang mungkin timbul pada penggunaan SVO secara
langsung pada mesin diesel. Pada umumnya, orang lebih memilih untuk
melakukan proses kimiawi pada minyak mentah atau refined fatty oil /
SVO untuk menghasilkan metil ester asam lemak (Fatty Acid Methyl Ester
- FAME) yang memiliki berat molekul lebih kecil dan viskositas setara
dengan solar sehingga dapat langsung digunakan dalam mesin diesel
konvensional. Biodiesel umumnya diproduksi dari refined vegetable oil
menggunakan proses transesterifikasi. Proses ini pada dasarnya bertujuan
untuk mengubah [tri, di, mono] gliserida berberat molekul dan
berviskositas tinggi yang mendominasi komposisi refined fatty oil menjadi
asam lemak metal ester (FAME).

Adapun sifat-sifat dan keutamaan pada bahan bakar biodiesel ialah:


Dapat diperbaharui dalam artian bahan baku untuk menghasilkan biodiesel
dapat diperbaharui kembali dengan penanaman kembali tumbuhan yang
menjadi bahan bakunya.

11
Mudah terurai oleh bakteri dalam artian sisa hasil pengolahan dapat dengan
mudah diuraikan kembali oleh bakteri penyebab pembusukan.
Tidak memperparah efek rumah kaca karena siklus karbon yang terlibat
pendek.
Kandungan energi yang hampir sama dengan kandungan energi petroleum
diesel.
Penggunaan biodiesel dapat memperpanjang usia mesin diesel karena
memberikan lubrikasi lebih dari pada bahan bakar petroleum.
Memiliki flash point yang tinggi yaitu sekitar 200oC, sedangkan bahan
bakar petroleum diesel hanya memiliki flash point sebesar 70oC.
Bilangan setana (cetane number) yang lebih tinggi dari pada petroleum
diesel.

2.2 Macam – Macam Proses Biodiesel

2.2.1 Proses Pirolisis

Menurut Tarwiyah Kemal (2001), pirolisis adalah pembakaran tidak

sempurna pada tempurung kelapa menyebabkan senyawa karbon

kompleks tidak teroksidasi menjadi karbon dioksida.Proses pirolisis

minyak nabati mengalami dekomposisi termal dengan kehadiran

udara/nitrogen (jika tidak diinginkan kehadiran oksigen). Dekomposisi

termal minyak nabati menghasilkan berbagai jenis senyawa termasuk

alkana, alkena, alkadiena, aromatil, dan asam karboksilat. Komposisi

hasil dekomposisi sangat bervariasi tergantung dari minyak nabati yang

digunakan. Fraksi-fraksi cair dari minyak nabati yang terdekomposisi

termal cukup mendekati karakter minyak diesel. Minyak nabati

terpirolisis mengandung jumlah sulfur, air dan endapan dalam jumlah

yang dapat diterima, demikian juga dengan korosi tembaganya, namun

terdapat juga abu dan residu karbon dalam jumlah yang tidak diterima.

Penggunaan minyak nabati terpirolisis pada mesin dibatasi untuk

pemakaian jangka pendek.

12
2.2.2 Proses Mikroemulsifikasi

Proses Mikroemulsifikasi adalah disperse dari minyak, air, sulfaction dan

terkandung suatu molekul ampilik yang digunakan konsurfaction. Hasil

disperse ini adalah suatu tetesan (droplet) yang isotropik, jernih dan

stabil secara termodinamika. Suatu mikroemulsi dapat dibuat dari minyak

nabati dengan ester dan dispersan (kosolven), atau dari suatu minyak

nabati, suatu alkohol dan suatu sulfaction, dengan atau tanpa minyak

diesel. Namun alkohol memiliki kalor penguapan yang tinggi dan

karenanya dapat menurunkan suhu ruang pembakaran dan memudahkan

terjadinya penyumbatan. Suatu mikroemulsi dan metanol dengan minyak

nabati memiliki kelakuan yang mirip dengan minyak diesel.

2.2.3 Transesterifikasi

Berdasarkan kandungan FFA dalam minyak nabati maka proses

pembuatan biodiesel secara komersial dibedakan menjadi 2 yaitu:

Transesterifikasi dengan katalis basa (sebagian besar menggunakan kalium


hidrooksida) untuk bahan baku refined oil atau inyak nabati dengan
kandungan FFA rendah.
Esterifikasi dengan katakis asam (umumnya menggunakan asam sulfat)
untuk minyak nabati dengan kandungan FFA tinggi dilanjutkan dengan
transesterifikasi dengan katalis basa.
Esterifikasi adalah proses yang menghasilkan metil ester asam lemak

bebas (FFA) dengan alcohol rantai pendek (methanol atau etanol)

menghasilkan metil ester asam lemak (FAME) dan air. Katalis yang

digunakan untuk reaksi esterifikasi adalah asam, biasanya asam sulfat

(H2SO4) atau asam fosfat (H3PO4). Proses esterifikasi dengan katilis

13
asam diperlukan jika minyak nabati mengandung FFA diatas 5%. Jika

minyak berkadar FFA tinggi (>5%) langsung ditransesterifikasi dengan

katalis basa maka FFA akan bereaksi dengan katalis membentuk sabun.

Terbentuknya sabun dalam jumlah yang cukup besar dapat menghambat

pemisahan gliserol dari metil ester dan berakibat terbentuknya emulsi

selama proses pencucian. Jadi esterifikasi digunakan sebagai proses

pendahuluan untuk mengkonversikan FFA menjai metil ester sehingga

mengurangi kadar FFA dalam minyak nabati dan selanjutnya

ditransesterifikasi dengan katalis basa untuk mengkonversikan

trigliserida menjadi metil ester.

Reaksi esterifikasi dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini:

Free Fatty Acid Metanol Methyl Ester Air

Gambar 2.1 Reaksi Esterifikasi. Sumber:

Pada PT. LDC Indonesia menggunakan bahan baku dengan kandungan

FFA (<5%) sehingga menggunakan proses transesterifikasi.

Transesterifikasi merupakan suatu reaksi kesetimbangan. Secara

stoikiometris dibutuhkan 3 molekul alkohol untuk setiap molekul

trigliserida yang direaksikan. Untuk memecah trigliserida diperlukan

sebuah katalis yang merupakan zat yang memulai suatu reaksi.

Proses transesterifikasi dipengaruhi oleh berbagai faktor tergantung

kondisi reaksinya (Meher et al. 2004). Faktor tersebut diantaranya adalah

kandungan asam lemak bebas dan kadar air minyak, jenis katalis dan

14
konsentrasinya, perbandingan molar antara alkohol dengan minyak dan

jenis alkoholnya, suhu dan lamanya reaksi, dan intensitas pencampuran.

Tahapan konversi minyak atau lemak menjadi metil ester bergantung

pada mutu awal minyak. Proses konversi dipengaruhi oleh kandungan

asam lemak bebas dan kandungan air. Minyak yang mengandung asam

lemak bebas rendah, dapat langsung dikonversi menjadi metil ester

melalui transesterifikasi. (Freedman et al. 1984).

2.3 Mekanisme dan Efek Transesterifikasi

Berikut ini Gambar 2.2 mengenai Reaksi transesterifikasi adalah sebagai

berikut :

Gambar 2.2 Reaksi Transesterifikasi. Sumber: Robert E. Babcock,dkk.,

2014

Untuk reaksi psedo-homogen tiga tahap reaksi metanolisis dapat dituliskan

ditunjukkan pada Gambar 2.3 dibawah ini :

15
Gambar 2.3 Tiga Tahap Proses Transesterifikasi. Sumber: Robert E.

Babcock,dkk., 2014

Trigliserida (juga disebut triasilgliserol, triasilgliserida, atau TAG) adalah

unsur utama minyak nabati dan lemak hewani. Mono, di- dan tri-gliserida

berhubungan dengan asam lemak:

Monogliserida adalah kondensasi dari satu asam lemak dan gliserol.


Diglyceride adalah kondensasi dari dua asam lemak dan gliserol.
Trigliserida adalah kondensasi dari tiga asam lemak dan gliserol.

Berikut ini Gambar 2.3 yang menjelaskan mengenai reaksi dari uraian diatas:

16
Gambar 2.3 Uraian 3 Tahap Transesterifikasi. Sumber: Robert E.

Babcock,dkk., 2014

Dalam standar EN yang digunakan oleh PT. LDC Indonesia , maksimum

yang diijinkan untuk monogliserida, digliserida dan trigliserida adalah 0,80%

berat, 0,20% berat dan 0,20% berat.

2.3.1 Tipe, Konsentrasi dan Efek Penggunaan Alkohol

Sharma et al. menyatakan bahwa metanol memiliki gugus hidroksil polar

yang dapat bertindak sebagai pengemulsi yang menyebabkan

emulsifikasi dan menghasilkan kesulitan parah dalam pemisahan lapisan

metil ester dari air. Kelebihan metanol yang tersisa setelah reaksi

transesterifikasi harus dihilangkan sebelum tahap pencucian untuk

meminimalkan keberadaan alkohol dalam limbah cair.

Penggunaan metanol pada suhu superkritis bisa saja dilakukan sehingga

proses transesterifikasi bisa terjadi tanpa adanya katalis yang jauh lebih

sederhana dimana kondisi asam lemak bebas (FFA) akan tersesterifikasi

menjadi metil ester tinggi akibat tidak ada pengaruh penambahan air, dan

juga waktu transesterifikasi yang digunakan lebih singkat. Konversi yang

dihasilkan mencapai penyelesaian 95% dalam 10 menit ( Demirbas,

2005). Pengguanan perbandingan rasio mol minyak : alkohol yaitu

sebesar 1 : 42 dimana bahan baku dan metanol dibebankan ke reaktor

dengan suhu dan tekanan di luar titik kritis metanol (Tc = 240 ° C, Pc =

1.140 psia, lihat Gambar 2.4). Konsep dasar perawatan metanol

superkritis didasarkan pada efek suhu dan tekanan pada sifat termofisik

17
metanol, seperti viskositas, difusivitas, densitas, dan polaritas. Ketika

diperlakukan di luar titik kritisnya, metanol tidak lagi memiliki fase cair

atau uap yang berbeda, melainkan fase cair tunggal. Dengan perubahan

fase ini, metanol memiliki peningkatan difusivitas massa, penurunan

viskositas, dan kepadatan yang dapat dimanipulasi dalam kisaran besar

melalui perubahan suhu dan tekanan yang relatif kecil. Sifat-sifat cairan

ini memungkinkan metanol superkritis digunakan sebagai pelarut dengan

karakteristik perpindahan massa yang unggul (R. E. Babcock, P. I.,

2014). Namun tidak disarankan untuk dilakukan karena membutuhkan

suhu reaksi yang tinggi 250 - 400°C (525 - 675 K) dan tekanan yang

besar 35 - 60 MPa (350 - 600 kg / cm2) (Demirbas, 2005).

Gambar 2.4 Diagram Phase Metanol. Sumber:

Perry,1999.

Rasio minyak terhadap alkohol memainkan peran penting dalam

menentukan kemurnian FAME. Semakin rendah rasio semakin sedikit

kompleksitas proses pemisahan dan pemurnian. Perbandingan molar

18
alkohol dengan trigliserida adalah 3:1, namun untuk mendorong reaksi

agar bergerak ke kanan (untuk memperoleh konversi metil ester yang

maksimum) maka rasio yang dibutuhkan lebih dari itu, yaitu dengan cara

menggunakan alkohol dalam jumlah yang berlebih atau salah satu

produk yang dihasilkan harus dipisahkan. Banyak penelitian telah

menunjukkan bahwa transesterifikasi dengan metanol lebih praktis

daripada dengan etanol. Metanol lebih disukai karena biayanya yang

rendah dan keuntungan fisik dan kimianya (Demirbas, 2005).

Keuntungan lain dari menggunakan metanol adalah pemisahan gliserin,

di mana dapat diperoleh melalui dekantasi sederhana (Nagi et al., 2008).

Ali N. Eman dan Tay Isis Cadence, meneliti karakteristik biodiesel yang

dihasilkan dari minyak sawit menggunakan proses transesterifikasi yang

dikatalisis dasar. Untuk menemukan kondisi terbaik untuk produksi

biodiesel, tiga variabel penting dipilih seperti suhu reaksi 40, 50, dan 60

° C, waktu reaksi 40, 60 dan 80 menit. dan rasio metoksida 4: 1, 6: 1 dan

8: 1. Setelah melakukan percobaan pada variabel-variabel ini

menggunakan kombinasi yang berbeda, hasil tertinggi 88% dicapai

dengan menggunakan suhu reaksi 60 ° C, waktu reaksi 60 menit dan

perbandingan metoksida 6: 1, dan karakteristik fisik yang diperoleh dari

hasil akhir biodiesel optimal berada dalam ASTM D 6751 dan Standar

Eropa EN 14214. Data hasil penelitian tersebut terdapat pada tabel

dibawah ini :

19
Tabel 2.1 Hasil Yield Biodisel dengan Variasi Parameter

Sumber: Eman N. Alia, Cadence Isis Taya

Kondisi alkoholisis klasik diatas juga dijelaskan oleh Freedman et al.

(1984) termasuk reaksi TAG (Trigliserida) dengan kelebihan enam

ekivalen molar metanol (berkenaan dengan TAG) dan katalis alkali 0,5

persen (berat.%) (Berkenaan dengan TAG) pada 60 ° C selama 1 jam

untuk menghasilkan asam lemak metil ester (FAME, biodiesel) dan

gliserol.

Sharma et al. melaporkan bahwa meningkatkan rasio molar metanol

terhadap minyak melebihi rasio 6 : 1, tidak meningkatkan hasil produk

atau konten ester, melainkan membuat proses pemulihan ester menjadi

rumit dan mengurangi biaya. Van Gerpen et al. menyatakan bahwa

20
karena kelarutan gliserol rendah dalam ester alkil, pemisahan biasanya

terjadi dengan cepat dan dilakukan dengan tangki pengendapan, dan

adanya penambahan air ke campuran reaksi setelah reaksi

transesterifikasi dapat meningkatkan pemisahan ester alkil dan produk

sampingnya, gliserol. Dalam karyanya, ia mengungkapkan bahwa

metanol yang tidak bereaksi cenderung bertindak sebagai penstabil dan

dapat memperpanjang proses pemisahan sehingga menguntungkan

apabila menghilangkan metanol yang tidak bereaksi sebelum pemisahan

fase. Dari beberapa uraian diatas PT. LDC Lampung menggunakan

kondisi rasio molar metanol : minyak yaitu 6 : 1 dalam waktu 60 menit

sehingga mendapat hasil sebesar 88 %.

2.3.2 Tipe, Konsentrasi, dan Efek Penggunaan Katalis

Pada kondisi sekitar, trigliserida dan asam lemak bebas, yang keduanya

merupakan senyawa non-polar, tidak terlalu larut dalam metanol

(senyawa polar ). Oleh karena itu, ketika metanol dikombinasikan

dengan trigliserida atau asam lemak bebas tanpa menggunakan katalis

alkali atau asam (masing-masing) sistem reaksi pada dasarnya heterogen.

Dengan demikian, dua fase tidak larut terbentuk, memungkinkan sangat

sedikit kontak antara reaktan. Kurangnya kontak intim ini menjelaskan

waktu reaksi yang panjang, lebih dari 10 jam, yang diperlukan untuk

produksi biodiesel tanpa menggunakan katalis (R. E. Babcock, P. I,

2014).

21
Penambahan katalis membantu mempromosikan serangan nukleofilik

metanol pada kelompok karboksil dalam bahan baku, meningkatkan laju

reaksi untuk esterifikasi atau transesterifikasi. Katalis yang digunakan

dalam pembuatan biodiesel dapat berupa katalis basa maupun katalis

asam. (Kirk & Othmer, 1980). Katalis basa memiliki kemampuan

katalisator yang tinggi serta harganya yang relatif lebih murah

dibandingkan dengan katalis asam. Namun, untuk mendapatkan

performa proses yang baik, penggunaan katalis basa dalam reaksi

transesterifikasi memiliki beberapa persyaratan penting, diantaranya

alkohol yang digunakan harus dalam keadaan anhidrous dengan

kandungan air < 0.1 - 0.5 % serta minyak yang digunakan harus

memiliki kandungan asam lemak bebas < 0.5% (Lotero et al., 2005).

Helwani et al. membahas kelebihan dan kekurangan penggunaan katalis

homogen (alkali dan asam) dan katalis heterogen (padatan dan enzim)

dalam produksi industri FAME. Katalis homogen penting untuk

produksi FAME industri karena konversi yang mudah pada suhu sedang

(40 - 65˚C), tetapi dihadapkan dengan masalah pemurnian. Namun,

katalis heterogen diperkenalkan dalam produksi FAME untuk

menghindari beberapa langkah netralisasi dan pencucian yang

diperlukan untuk proses menggunakan katalis homogen. Para ilmuwan

mengungkapkan kemurnian metil ester melebihi 99%, dengan hasil

mendekati 100%, gliserol sebagai produk sampingan dengan kemurnian

lebih dari 98% dibandingkan dengan sekitar 80% dari proses homogen.

22
Katalis alkali Sodium Methylate digunakan, akan menghilangan

beberapa proses pemurnian, dan lebih sedikit air limbah meskipun

membutuhkan waktu reaksi lebih lama. Di samping itu, hasil yang lebih

tinggi dan kemungkinan daur ulang katalis dapat dilakukan. Namun

dikarenakan katalis heterogen cenderung lebih mahal dibanding katalis

homogen sehingga PT. LDC Lampung menggunakan katalis homogen

yaitu Sodium Metilat dikarenakan merupakan katalis homogen yang

memerlukan lebih sedikit air limbah sehingga lebih efisien dalam proses

pemisahan.

2.3.3 Efek Air dan Free Fatty Acid ( FFA )

Trigleserida merupakan komponen terbesar pada minyak dan lemak yaitu

> 95%, sisanya adalah asam lemak bebas dan lainnya.Asam lemak yang

tidak terikat pada gliserol disebut asam lemak bebas ( free fatty acid ).

Kandungan asam lemak bebas pada minyak sawit kasar sekitar 3 – 5 %.

Saat reaksi transesterifikasi, FFA tidak dapat dikonversi menjadi

biodiesel secara langsung karena dalam keadaan basa, sebagai gantinya

membentuk sabun yang membatasi perpindahan massa antar fase, secara

signifikan mengurangi laju reaksi kimia dan selektivitas terhadap

biodiesel, dan semakin mempersulit pemisahan fase setelah penyelesaian

reaksi (Aranda et al., 2008 ). Pemulihan residu FFA juga sulit dan tidak

layak secara ekonomi (Aranda et al., 2008).

23
Pada saat suhu tinggi, air dapat menghidrolisis trigliserida menjadi

digliserida dan membentuk FFA. Sedangkan, pembetukan Sabun

diakibatkan penambahan air pada suhu rata - rata dimana FFA akan

bereaksi dengan katalis membentuk sabun. Hal ini dapat digambarkan

pada proses transesterifikasi dengan katalis natrium hidroksida atau

kaliaum hidrosida. Air dapat memisahkan natrium atau kalium dari

hidroksida, dan ion Na+ dan K+ dapat bereaksi dengan asam lemak

bebas untuk membentuk sabun. Gambar 2.5 menunjukkan bagaimana air

dapat membantu membentuk asam lemak bebas, dan asam lemak bebas

dapat bereaksi dengan ion Na+ untuk membentuk sabun. Natrium yang

digunakan untuk katalis sekarang terikat dengan asam lemak dan tidak

dapat digunakan. Ini juga mempersulit pemisahan dan pemulihan. Semua

minyak mungkin secara alami mengandung asam lemak bebas. Minyak

nabati olahan mengandung kurang dari 1%, sedangkan minyak nabati

mentah memiliki 3%, minyak limbah 5%, dan lemak hewani 20%.

Lemak hewani adalah bahan baku yang kurang diinginkan.

24
Gambar 2.5 A. Reaksi Samping Trigleseria Dengan Air (Pada suhu kritis

air). Sumber : BEEMS Modul B4

Gambar 2.5 B. Pembentukan Sabun ( Pembentukan Asam lemak bebas

dapat bereaksi dengan ion alkali membentuk sabun). Sumber : BEEMS

Modul B4

2.3.4 Pembentukan Sterol Glukosida (SG)

Kontaminan yang baru-baru ini terbukti menyebabkan masalah bahan


bakar dan filterabilitas adalah SG, yang dianggap tidak dapat disahkan.
Bentuk SG terasilasi, yang dikenal sebagai asil sterol glikosida (ASG),
ditemukan dalam sel tumbuhan dan hewan dan merupakan bagian dari
lapisan fosfolipid yang membentuk dinding membran di dalam sel. ASG
sangat larut dalam minyak, namun demikian langkah degumming dalam
proses pemurnian minyak dapat menurunkan konsentrasinya. Selama reaksi
transesterifikasi, rantai ASG terasilasi dihilangkan menghasilkan SG. SG
ini tidak larut dalam biodiesel dan mengkristal keluar dari solusi,
menciptakan kabut bahan bakar. Tidak seperti MG atau DG, SG tidak dapat
dipanaskan dan dilarutkan kembali karena titik lelehnya yang tinggi
(240ᵒC). Kehadiran SG pada tingkat serendah 30 ppm dapat menyebabkan
pembentukan kabut bahan bakar, bahkan pada suhu kamar. SG berbeda dari
sterol bebas dan tokoferol, yang telah terbukti memiliki efek positif pada
masa penyimpanan, karena sifat antioksidannya. Jika SG hadir dalam
konsentrasi yang cukup tinggi, ia dapat mengkristal dan menetap di dasar
wadah penyimpanan. Suhu dingin dapat membuat SG bertindak sebagai biji
kristal untuk kontaminan lain, seperti MG dan DG (Alessandro Gabriel
Montpetit, 2015).

BAB III

BAHAN BAKU

25
3.1 Bahan Baku Utama

3.1.1 CPO (Crude Palm Oil)

Gambar 3.1 Buah Kelapa Sawit

Sumber : Intan Kumala Sari, Universitas Indonesia 2012)

Minyak sawit diperoleh dari mesokarp buah kelapa sawit melalui

ekstraksi dan mengandung sedikit air serta serat halus, yang berwarna

kuning sampai merah dan berbentuk semi solid pada suhu ruang. Adanya

serat halus dan air pada sawit kasar tersebut menyebabkan minyak sawit

kasar tidak dapat dikonsumsi langsung sebagai bahan pangan maupun

non pangan (Ketaren, 2005).

Higuchi (1983), menyatakan bahwa minyak sayur mentah umumnya

terdiri dari trigliserida, zat yang tidak dapat disaponifikasi bersama

dengan sejumlah kecil pengotor. Sebagian besar dari pengotor ini

memberikan efek yang tidak diinginkan pada minyak, misalnya warna,

rasa, bau, ketidakstabilan dan pembusaan. Kualitas minyak sawit mentah

Secara umum, kualitas minyak kelapa sawit mentah tergantung pada

26
kandungan asam lemak bebas, kelembaban, logam berat, DOBI, produk

teroksidasi dan konstituen minor seperti fosfatides, karoten, dan

tokoferol.

Struktur ikatan molekul trigleserida sendiri adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Struktur kimia trigliserida, menunjukkan bagian asam lemak

dan bagian gliserol. Sumber: BEEMS Modul B4

Gambar 3.1 menjelaskan struktur molekul trigleserida dimana fatty acids


adalah hidrokarbon rantai panjang dengan asam karboksilat. Asam lemak
dapat jenuh (dengan ikatan hidrogen) atau tidak jenuh (dengan beberapa
ikatan rangkap di antara atom karbon). Karena metabolisme tanaman biji
minyak, asam lemak yang terbentuk secara alami mengandung jumlah
atom karbon genap. Dalam kimia organik, atom karbon memiliki empat
pasang elektron yang tersedia untuk berbagi dengan atom karbon, hidrogen,
atau oksigen lainnya. Asam lemak bebas tidak terikat dengan gliserol atau
molekul lain. Sedangkan gliserol adalah ikatan kimia gliserin yang paling
sederhana yang merupakan tryhydric alcohol C2H5(OH)3 atau 1,2,3-
propanetriol.
Tabel 3.1 Kandungan Zat yang Ada di Minyak Kelapa Sawit

Component Persent (%)


Free Fatty Acids 2-5%
Phospphalides 0.05-0.1%

( lechithin/cephalin/phosphatidic acid )
Sterols/triterpene alcohols 0.1-0.2%

27
Tocopherols (natural antioxidants 0.06-0.1%
Carotenoids (red/orange pigments ) 500-800 ppm
Chlorophyl II/pheophytins ( green Nil

pigments)
Peroxides (meq O2/kg oil 1-5
Metals: Iron 4-10 ppm

Copper 0.05 ppm


Sumber : Baileys,2005

Asam Lemak Bebas (FFA)


FFA terbentuk ketika asam lemak terikat di dalam molekul trigliserida,

digliserida, dan monogliserida dipecah oleh bahan kimia atau hidrolisis

enzimatik. Buah kelapa sawit rentan terhadap kerusakan. Enzim lipolitik

dari minyak kelapa sawit sangat aktif sehingga bahkan dalam kondisi

yang menguntungkan, sehingga jarang diproduksi dengan kandungan

asam lemak bebas kurang dari 2%. Dengan demikian, minyak kelapa

sawit mentah yang memiliki FFA rendah menunjukkan bahwa, minyak

tersebut sedang diproses dari buah-buahan segar, tidak memar dan

ditangani dengan hati-hati selama produksi, penyimpanan dan

transportasi. Kandungan FFA yang tinggi harus dihindari, karena akan

menghasilkan kerugian penyulingan yang lebih tinggi dan kemungkinan

masalah pemutihan selama penyulingan (Formo et al., 1979).

Kelembaban
Ketidakcocokan minyak dan air sehingga air dalam kondisi tertentu akan

menghidrolisis trigliserida untuk membebaskan asam lemak dan gliserol

(Formo et al., 1979)

28
C3H5 (OOCR) 3 + 3HOH  C3H5 (OH) 3 + 3 HOOCR

(Trigleserida) (Air) (Gliserol) (Asam Lemak Bebas)

Pada keadaan tertentu dimana suhu melewati titik didih trigleserida yaitu

270ᵒC akan terjadi hidrolisis trigleserida menjadi asam lemak bebas dan

gliserol. Tetapi dalam kondisi tertentu, tingkat pemisahan hidrolitik

molekul trigliserida untuk menghasilkan FFA dapat diabaikan pada kadar

air 0,1%. Oleh karena itu, sebagai ukuran kontrol kualitas minyak sawit

mentah harus disimpan dengan kadar air di bawah 0,1% untuk mencegah

peningkatan FFA dan penurunan kualitas selanjutnya akibat oksidasi

(Goh, 1991).

Logam Berat
Logam berat seperti besi (Fe) dan tembaga (Cu) biasanya dihasilkan dari

korosi dan keausan mekanis di pabrik dan kilang. Logam-logam ini

bersifat prooxidant dan karenanya, merusak kualitas minyak. Logam

berat dapat hadir dalam bentuk kompleks yang dikelilingi oleh protein,

fosfolipid dan lipid atau pembawa non-lipid. Dalam minyak sawit

mentah, logam berat dapat berasal dari kontaminasi oleh tanah dan

pupuk. Logam berat juga dapat diambil dari pabrik kelapa sawit, tangki

penyimpanan, tanker jalan, pipa saluran dan tangki kapal. Penggunaan

baja tahan karat untuk mesin pabrik tertentu yang mengalami keausan

yang konstan dapat membantu mengurangi kontaminasi logam. Logam

berat mengkatalisasi komposisi hidroperoksida menjadi radikal bebas.

Besi (Fe) meningkatkan laju pembentukan peroksida sementara tembaga

29
(Cu) mempercepat laju kerusakan hidroperoksida sehingga meningkatkan

produksi produk oksidasi sekunder (Sambanthamurthi, 2000).

Logam lain yang dilaporkan dalam minyak sawit adalah mangan,

kadmium, dan timbal. Logam-logam ini ditemukan dalam konsentrasi

yang sangat rendah dan pengaruhnya terhadap oksidasi yang dapat

diabaikan.

DOBI
DOBI (Deterioration of Bleachability Index) adalah parameter sederhana

yang menunjukkan status oksidatif minyak kelapa sawit mentah, masa

simpan dan ketahanannya (Siew 1994). Hal ini dipengaruhi oleh kualitas

buah kelapa sawit, kematangan buah, periode penyimpanan buah setelah

panen dan penyimpanan minyak sawit (Siew, 1994).

DOBI merupakan indikasi pemutihan minyak kelapa sawit mentah

berdasarkan jumlah karoten yang mampu teroksidasi dalam minyak

mentah. Semakin sedikit jumlah karoten dalam minyak kelapa sawit,

semakin mudah diputihkan dengan baik akan memiliki nilai DOBI yang

besar. DOBI 4 memiliki kualitas yang sangat baik, sementara minyak

mentah kualitas rata-rata akan menunjukkan DOBI 2,5 hingga 3. Tabel

3.2 di bawah ini, menunjukkan kemampuan refinabilitas CPO sesuai

dengan nilai DOBI.

30
Tabel 3.2 Variasi Nilai DOBI Terhadap Kualitas CPO

DOBI Grade
< 1.7 Poor
1.8 – 2.3 Fair
2.4 – 2.9 Good
3.0 – 3.2 Veri good
> 3.3 Excellent
Sumber : Siew, 1994

Ada dua faktor yang mempengaruhi DOBI, yaitu (Siew 1994):


Kualitas Tandan Buah Segar (TBS)
Nilai DOBI secara signifikan dipengaruhi oleh kesegaran TBS dimana
penyimpanan tandan kelapa sawit selama empat hari biasanya
menunjukkan penurunan nilai DOBI yang signifikan. Buah yang memar,
kurang matang dan buah yang terlalu matang juga mempengaruhi nilai
DOBI.
Penyimpanan minyak sawit mentah (CPO)
Secara umum, periode penyimpanan CPO juga mempengaruhi nilai DOBI
karena periode penyimpanan lebih lama, nilai DOBI menjadi lebih miskin.

Produk teroksidasi
Pembentukan produk teroksidasi, yang sulit dihilangkan, akan

menghasilkan pemutihan yang buruk selama penyulingan dan akibatnya

stabilitas dan pemeliharaan produk buruk. Selain itu, rasa tidak enak dan

bau dalam minyak biasanya disebabkan oleh reaksi oksigen dengan

ikatan rangkap asam lemak tak jenuh. Oleh karena itu, sangat penting

untuk mencegah atau meminimalkan kerusakan pada minyak mentah

dengan menghindari aerasi minyak dan dengan menghindari kontaminasi

kotor dengan besi atau tembaga. Kondisi oksidasi juga dapat dihambat

dengan menghindari minyak dari paparan cahaya, suhu tinggi dan

keberadaan pro-oksidan.

Konstituen Kecil

31
Meskipun hadir dalam jumlah kecil sampai batas tertentu dalam minyak
kelapa sawit, akan mempengaruhi nilai pemutih, stabilitas dan nilai gizi
minyak kelapa sawit. Fosfolipid, yang merupakan ester kompleks yang
mengandung fosfor, basa nitrogen, gula, dan asam lemak rantai panjang,
adalah penyebab utama yang perlu dihilangkan selama degumming dengan
mengkoagulasi isi fosfatid dengan asam fosfat.

Adapun pedoman kualitas dari CPO yang digunakan dalam pembuatan


biodiesel mengacu pada PORAM (Palm Oil Refiners Association of
Malaysia) dapat dilihat pada Tabel 3.3
Tabel 3.3 CPO Specifications

Product
Quality Guideline

Local Malaysia Delivered CPO (PORAM)


FFA 5.00% max
Moisture & Impurity 0.25% max (>0.25% to 0.5% adjustment 1:1 on load
basis)
(>0.5% rejectable on load basis)
DOBI 2.3min (<2.3 to 2.1, RM3.00pmt discount on load basis) (<2.1,
rejectable on load basis)
Indonesian CPO
FFA 5.00% max
Moisture & Impurity 0.50% max
Sumber: PORAM, 2017

3.1.2 RBDPO ( Refined Bleached Deodorized Palm Oil)

RBDPO merupakan olahan minyak sawit, dimana minyak sawit yang telah
mengalami proses penyulingan atau pemurnian untuk menghilangkan asam
lemak bebas serta penjernihan untuk menghilangkan warna dan bau.

Selain digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel, RBDPO juga


dapat diuraikan lagi menjadi minyak sawit padat (RBD Stearin) dan
minyak sawit cair (RBD Olein). Secara keseluruhan, proses penyulingan
CPO (Crude Palm Oil) akan menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5%
destilat asam lemak minyak sawit dan 0,5% buangan (Ketaren,1986).
RBDPO mengandung trigliserida yang nantinya akan bereaksi dengan
metanol dan dibantu katalis sodium methylate membentuk FAME (Fatty
Acid Methyl Ester).
Kualitas RBDPO akan mempengaruhi kualitas dari FAME yang dihasilkan.
Berikut spesifikasi RBDPO yang digunakan untuk bahan baku unit
fraksinasi dan unit biodiesel dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan komposisi

32
trigliserida yang terkandung didalam RBDPO dapat ditunjukan pada Tabel
3.5.
Tabel 3.4 Komposisi RBDPO

(*)
Parameter Satuan Nilai
Dengan Free Fatty Acid % Maks 0,1
Moisture content % Maks 0,05 (*)
kondisi Soap Ppm Maks 100
Impurities % Maks 0,05
MC ini, Ca + Mg Ppm Maks 1
Phosphorus mg/kg Maks 10
unit 180 Unsaponifiables % Maks 0,5
Average Molecular g/mol 848
dapat di
Weight
by- Wax content Ppm Maks 50
Perodixe value meq/kg Maks 3
passed IV % I2 Min ≥50
o
Temperatur C Min. 15oC di atas
(unit
melting point
180

didesain untuk MC maks 0,1%) Sumber: Desmet Ballestra

Dalam proses pembuatan biodiesel, alat yang digunakan telah didesain


khusus untuk RBDPO dengan maksimal FFA ≤ 0,1% dan maksimal
moisture content 0,05%.
Tabel 3.5 Komposisi Trigliserida di dalam RBDPO

Komponen %,Massa BM,(gr/mol)


Trilauric (C12:0) 0,08 638

Trimyristic (C14:0) 1,12 722

Tripalmatic (C16:0) 64,34 806

Tristearic (C18:0) 4,68 890

Trioleic (C18:1) 24,25 884

Trilinoleic (C18:2) 5,09 878

Trilinolenat (C18:3) 0,08 872

33
Triarachidic (C20:0) 0,3 974

Triarachidonat 0,06 968

(C20:1)
Sumber: Quality Control PT. LDC Indonesia

Berikut ini karakteristik sifat fisik RBDPO yang terdapat pada tabel 3.6

dibawah ini:

Tabel 3.6 Karakteristik RBDPO

Parameter Nilai
Indeks refraksi, nD 50 1.4544 – 1.4550

Densitas, g/ml 50ᵒC 0.8896 – 0.8910 g/cm3


Angka Penyabunan, 190–202 mgKOH/g minyak

Sumber: Perry, 1984


Berikut ini merupakan nilai titik didih dan titik leleh asam lemak dan

komponen gliserin yang terdapat pada tabel 3.7 :

Tabel 3.7 Melting And Boilling Points of Some Fatty Acids And

Gliceridic Component

Compon Fatty Monacyglicer Diacyglycer Triacyglicer

ent Acid ol ol ol
Melting Point (ᵒC)
Chain

Length
C6 -3.4 19.4 / -25
C8 16.7 / / 8.3
C10 31.6 53 44.5 31.5
C12 44.2 63 57.8 46.4
C14 54.4 70.5 66.8 57.0
C16 62.9 77 76.3 63.5
C18 69.6 81.5 79.4 73.1
C18:1 16.3 35.2 21.5 5.5
Compon Fatty Monoacyglice Diacyglycer Triacyglicer

ent Acid rol ol ol

34
Chain Boilling Point (ᵒC) at 1 mm Hg 0.05

Length mmHg
C6 61.7 / / 135
C8 87.5 / / 179
C10 110.3 175 / 213
C12 130.2 186 / 244
C14 149.2 199 / 275
C16 167.4 211 / 298
C18 183.6 190 / 313
C18:1 / 186 308

3.1.3 Metanol

Metanol lebih racun dari pada alkohol (Etanol). Metanol merupakan

cairan bening, hygroskopis, mudah menguap dan mudah terbakar dengan

api yang berwarna biru (kalau siang tidak kelihatan) dan cairan polar

yang dapat bercampur dengan air, alkohol – alkohol lain, ester, keton,

eter, dan sebagian besar pelarut organik. Metanol sedikit larut dalam

lemak dan minyak. Secara fisika metanol mempunyai afinitas khusus

terhadap karbon dioksida dan hidrogen sulfida dengan rumus kimia

CH3OH. Ia merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Tahap

pembentukannya adalah endotermik dan tahap sintesisnya adalah

eksotermik (Engler,2001)

Alkohol yang paling umum digunakan untuk transesterifikasi adalah

metanol, karena harganya lebih murah dan daya reaksinya lebih tinggi

dibandingkan dengan alkohol rantai panjang, sehingga metanol ini

mampu memproduksi biodiesel yang lebih stabil. Transesterifikasi

merupakan suatu reaksi kesetimbangan. Untuk mendorong reaksi agar

35
bergerak ke kanan agar dihasilkan metil ester (biodiesel) maka perlu

digunakan alkohol dalam jumlah berlebih atau salah satu produk yang

dihasilkan harus dipisahkan (Prakoso, 2009). Karakteristik metanol yang

digunakan sebagai bahan baku penunjang plant biodiesel dapat dilihat

pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Karakteristik Metanol

Parameter Nilai
Massa molar 32,04 g/mol

Densitas (liquid) 0,7918 g/cm3


Titik lebur -97oC
Titik didih 64,7oC
Kelarutan dalam air Larut
Viskositas 0,59 mPa.s
Sumber: Perry,
1984
3.1.4 Sodium methylate

Sodium methylate yang juga dikenal dengan alkoholat, metoksi dan natrium
metoksida merupakan salah satu jenis katalis basa yang banyak digunakan
dalam industri pembuatan biodiesel. Lebih dari 70% biodiesel yang
diproduksi menggunakan katalis berupa sodium methylate. Beberapa
penyedia teknologi pembuatan biodiesel seperti Lurgi PSI, Desmet
Ballestra dan Crown Iron Works juga menggunakan katalis ini dalam
produksi biodieselnya. Katalis dimanfaatkan untuk mempercepat suatu
reaksi, terlibat dalam reaksi tetapi tidak ikut terkonsumsi menjadi produk.
(Mardiah, dkk, 2006). Sodium methylate diperoleh dengan mereaksikan
metanol (CH3OH) dengan soda kaustik (NaOH). Dari reaksi ini akan
menghasilkan sodium methylate, metanol dan air. Pada proses pembuatan
biodiesel PT. LDC Indonesia menggunakan sodium methylate sebanyak
1,5% dari bahan baku utama (RBDPO). Karakteristik sodium methylate
dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Karakteristik Sodium Methylate

No. Parameter Keterangan


1. Bentuk/warna/bau Cairan kental/kuning

pucat/ alkoholik
2 pH (20g/L, 20 C) o
13
3 Titik didih (1013 hPa) 92oC (DIN 51 751)

36
4 Titik nyala 32 oC (DIN 51 755)
5 Rumus molekul CH3Ona
6 Viskositas (20oC) 68 mPa.s
7 Tekanan uap (20oC) 45 hPa
8 Suhu pemanasan 445oC (DIN 51 794)
9 Densitas (20oC) 0.97 g/cm3 (DIN 51

757)
Sumber : MSDS Vitusa Products, 2004

3.2 Bahan Baku Penunjang

Bahan baku penunjang untuk plant refinery adalah H3PO4 dan

Bleaching earth. Bahan-bahan kimia yang digunakan sebagai bahan

penunjang disajikan pada tabel 3.10.

Tabel 3.10 Bahan Kimia Penunjang Unit Refinery

Komponen Jumlah Bagian


Phosporic Acid 32 Tangki TK321

kg
(Phospohoric Acid

Preparation)
Bleaching Earth 7449 kg Tangki TK632

(Tonsil S) (Bleaching Earth

Preparation)
Sumber: Control room unit biodiesel PT. LDC Indonesia
Sedangkan bahan baku penunjang dalam proses pembuatan biodiesel

terdiri atas citric acid powder (C6H8O7), caustic soda (NaOH),

hydrochloric acid (HCl). Bahan-bahan kimia yang digunakan sebagai

bahan penunjang disajikan pada tabel 3.11.

37
Tabel 3.11 Bahan Kimia Penunjang Pabrik Biodiesel

Komponen Jumlah Bagian


Citric Acid 0,7 Unit 600

Powder kg
(Citric Acid Dilution

Preparation)
Caustic 1 Section 166-1

Soda(50%) kg
(Glycerine Separation

Soap Splitting)
Hydrochloric 10 Section 163-1

kg
Acid (36%) (Glycerine Separation

Soap Splitting)
Sumber: Control room unit biodiesel PT. LDC Indonesia

3.2.1 Phosphoric Acid

Asam fosfat ( juga dikenal sebagai  phosphoric acid, orthophosphoric

acid, phosphoric(V) acid) merupakan asam mineral (anorganik) yang

memiliki rumus kimia H3PO4.) adalah senyawa asam yang tidak berwarna,

tidak berbau, cairan bening dengan konsistensi manis. Phosphoric

acid umumnya digunakan untuk menghilangkan karat. Molekul asam

fosfat berinteraksi dalam kondisi yang sesuai, seringkali pada suhu

tinggi, untuk membentuk molekul yang lebih besar (biasanya dengan

kehilangan air). Dibawah ini adalah tabel 3.12 karakteristik sifat asam

fosfat. Jumlah asam fosfat yang digunakan dalam sehari produksi adalah

sbesar 0.04 %- 0.06%

38
Tabel 3.12 Karakteristik Sifat Fisik Asam Fosfat

Komponen Nilai

Massa molar 97,99 g·mol−1

Densitas 1.885 g/mL (liquid)

1.685 g/mL (85% solution)

2.030 g/mL (crystal at 25 °C)

Titik lebur 42,35 °C(108,23 °F;315,50 K) 

(anhydrous)

29,32 °C (84,78 °F; 302,47 K)

(hemihydrate)

Titik didih 158 °C (316 °F; 431 K) 

Tekanan uap 0.03 mmHg (20 °C)

Indeks bias (nD) 1.34203

Viskositas 2.4–9.4 cP (85% aq. soln.)


Sumber : Perry,1999

Bleaching Earth
Bleaching earth (BE) berfungsi untuk mengadsorbsi kotoran-kotoran
(impurities) yang telah terikat dari proses degumming seperti kandungan
karoten, logam, kelembapan, dan bahan tak larut yang bersifat koloid
seperti resin, gum, protein, dan fosfotida. Daya pemucat pada BE
disebabkan oleh ion Al pada permukaan adsorben yang dapat mengadsorbsi
partikel zat warna (Tanjaya dkk, 2011). Bleaching earth yang digunakan di
PT. LDC Indonesia adalah Tonsil S. Tonsil S merupakan nama dagang
untuk sejenis lempung yang mengandung mineral monmorilonite.
Lempung ini merupakan batuan silica yang berasal dari kerangka
organisme aquatik mikroskopik. Tonsil S terdiri dari kristal aluminium
silikat (SiO2, Al2O3), logam alkali (kalsium oksida, CaO; magnesium
oksida, MgO), rumus kimia Tonsil S adalah Al2O3.5SiO2.8H2O
(Nasution,dkk. 2003). Jumlah BE yang dipakai dalam sehari adalah sebesar
1.2%- 1.8% dari jumlah bahan baku yang masuk.

39
3.2.3 Citric Acid Powder

Citric Acid Powder atau yang dikenal dengan asam sitrat

merupakan senyawa asam yang berbentuk kristal putih, tidak

berbau, memiliki rasa asam dan terdekomposisi pada titik

didihnya. Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7 atau

CH2(COOH)-COH(COOH) - CH2(COOH), struktur asam ini

tercermin pada nama IUPAC-nya yaitu asam 2-hidroksi-1,2,3-

propana tri karboksilat. Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga

gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton dalam larutan.

Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Asam

sitrat pada unit biodiesel ini berbentuk bubuk yang kemudian akan

dijadikan larutan dengan cara penambahan air proses pada unit

600 (Citric Acid Dilution Preparation). Karakteristik asam sitrat

dapat dilihat pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13 Karakteristik Asam Sitrat

Komponen Kuantitas Satuan


Massa Molar 192 g/mol

Spesific Gravity 1,54 -

(20oC) 153 o
C
o
Titik Lebur 175 C

Titik Didih 207,7 gr/100ml


Sumber : Perry, 1984

40
3.2.4 Caustic Soda

Natrium hidroksida ( NaOH ) juga dikenal sebagai soda kaustik

atau sodium hidroksida merupakan jenis basa logam kaustik.

Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia

dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%.

Natrium hidroksida sangat larut dalam air dan akan melepaskan

panas ketika dilarutkan. Natrium hidroksida juga larut dalam

etanol dan metanol. Larutan natrium hidroksida juga akan

meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas (Anonim,

2011 ).Natrium hidroksida pada unit biodiesel ini digunakan

sebagai penetral pH crude gliserin yang telah melalui tahap

pemisahan sabun, yaitu di unit 166-1 (Glycerine Separation Soap

Splitting) dengan cara penambahan HCl. Karakteristik NaOH

dapat dilihat pada Tabel 3.14.

Tabel 3.14 Karakteristik NaOH

Komponen Kuantitas Satuan


Massa Molar 40 g/mol

Wujud Zat padat putih -

Spesific Gravity 2,13 -


o
Titik Lebur 318,4 C
o
Titik Didih 1390 C

Kebasaan 2,43 -

Kelarutan dalam air Sangat larut -


Sumber : Perry, 1984

41
3.2.5 Hydrochloric Acid (HCl)

HCL atau asam klorida merupakan salah satu jenis senyawa asam

yang tergolong asam kuat. HCL digunakan sebagai senyawa

pemisah sabun yang terebentuk akibat reaksi saponifikasi antara

asam lemak (FFA) dengan NaOH yang terkandung dalam sodium

methylate. Sabun tersebut terkandung di dalam crude glycerine.

Karakteristik HCL dapat dilihat pada Tabel 3.15.

Tabel 3.15 Karakteristik HCl

Komponen Kuantitas Satuan


Massa Molar 36,5 gr/mol
o
Titik Beku -114 C
o
Titik Didih (1atm) -85 C

Densitas (25oC) 1,268 gr/mol

Viskositas (20oC) 0,0156 cp

Kelarutan Larut dalam air,

alkohol dan eter


Sumber: Yaws,

1999

Bahan Baku Unit Utilitas


Bahan baku unit utilitas terdiri dari air dan udara. Sumber air yang
digunakan berasal dari dua sumber, yaitu air tanah (sumur bor) PT. LDC
Indonesia dan PDAM. Air tersebut diolah agar bebas dari pengotor dan
mineral sebelum digunakan sebagai air RO dan pendingin (cooling water).
Udara digunakan sebagai penyedia nitrogen.Air baku unit utilitas
digunakan sebagai bahan baku WTP yang nantinya akan menghasilkan
produk berupa air RO dan steam. Air RO digunakan sebagai process water
pada unit biodiesel dan unit refinery serta bahan baku cooling water. Steam
digunakan sebagai salah satu media pemanas pada heat exchanger.
Kebutuhan steam pada pabrik biodiesel PT. LDC Indonesia adalah 16
ton/jam, dimana 15 ton berasal dari coal boiler dan 1 ton berasal dari gas
boiler.

42
Kapasitas produksi steam di unit utilitas PT. LDC Indonesia adalah 21
ton/jam. Kebutuhan bahan penunjang (utilitas) pabrik biodiesel PT. LDC
Indonesia untuk RBDPO sebanyak 1.000 kg dapat dilihat pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11 Kebutuhan Bahan Penunjang Pabrik Biodiesel


Bahan Penunjang
Nilai
Satuan
Electrical Power
16.5
kWh
Steam
280*
Kg
Cooling Water Duty
160.000
Kkal
Nitrogen
**
-
Udara Instrumen
65
Nm3/jam
* ditambah 20 kg jika unit 180 bekerja
** discontinues (untuk vessel/reaktor yang membutuhkan)
Sumber: Unit utilitas PT. LDC Indonesia

Komposisi air baku unit utilitas PT. LDC Indonesia dapat dilihat pada

Tabel 3.16.

Tabel 3.16 Komposisi Air Baku

Komponen Kuantit S

as a

n
pH 6,5 - 7,5 o

43
Suhu 25 -30 C

/l
CaCO3 360,4 – m

800 g

/l
SiO2 rata-rata 45,9 – m

63,6 g

/l
Fe rata-rata 0,12 – m

0,98 g

/l
TSS 5 – 46 m

/l
Turbidity 3,3 – 39 N

Kadar Alkali 47,45 – T

TDS 69,6 U

Phosphat (PO4) 344 – m

Sulfite (SO3) 833 g

Ammonium (NH4) 0,14 – /l

0,71 m

6,4 g

0,08 – /l

0,5 m

44
/l

/l

/l
Sumber: Unit utilitas PT. LDC Indonesia

Nitrogen pada unit biodiesel berfungsi sebagai segitiga api yaitu

mencegah terjadinya kebakaran. Nitrogen tersebut diinjeksikan kedalam

alat-alat tertentu dengan tekanan 4,5 barg yang didalamnya terdapat

kandungan FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dan methanol dengan tujuan

untuk melapisi permukaan FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dan

methanol tersebut sehingga mengurangi resiko terjadinya kebakaran.

Nitrogen juga merupakan zat yang sulit utuk bereaksi dengan unsur

ataupun senyawa lainnya, sehingga dengan adanya nitrogen yang

dialirkan ke dalam kolom tidak akan mengakibatkan reaksi samping

dengan bahan baku maupun produk. Karakteristik nitrogen dapat dilihat

pada Tabel 3.17.

Tabel 3.17 Karakteristik Nitrogen

Komponen Kuantitas Satuan


Berat Molekul 28 gr/mol

Densitas (pada 20oC) 1,25 x 10-3 gr/cm3


o
Titik Lebur -210 C

45
o
Titik Didih -195,8 C
o
Titik Kritis -146,94 C
Sumber : Perry, 1984

BAB IV

SISTEM PEMROSESAN DAN INSTRUMENTASI

46
4.1 Operasional Unit Refinery

Minyak nabati kasar memiliki kandungan triasilgliserol (sekitar 95%)

bersama dengan beberapa asam bebas, monoasilgliserol, dan diasilgliserol.

CPO juga mengandung sejumlah variabel komponen lain seperti fosfolipid,

sterol bebas dan teresterifikasi, alkohol triterpen, tokoferol dan tokotrienol,

karoten, klorofil dan zat pewarna lainnya, dan hidrokarbon serta jejak logam,

produk oksidasi, rasa yang tidak diinginkan, dan sebagainya. Prosedur

pemurnian telah dikembangkan untuk mengubah minyak mentah menjadi

produk RBDPO yang memenuhi aspesifikasi yang ditentukan. Beberapa

komponen minor berharga harus dijaga dalam minyak sulingan dan / atau

terperangkap dalam aliran samping untuk pemulihan dan pemanfaatan lebih

lanjut.

Tabel 4.1 Impurities yang Diangkat Selama Tahapan Proses

Stage Pengangkatan Kotoran


Degummin Phospholipids, Logam berat,

g pigments
Bleaching Carotane Pigments, oxidaton

produk, logam berat


Filtration Spent earth, gums
Deodorizat Fatty acids; mono,tri,di-gliserida;

ion oxidation produk ; pigment

decomposition products
Polishing Pengangkatan sisa minyak tidak

larut
Sumber: Lipico Manual Book

47
4.1.1 Pre - Treatment

PT. LDC Indonesia mengambil bahan mentah jadi yaitu (Crude Palm Oil)
CPO dari beberapa Perkebunan kelapa sawit (PKS) di Indonesia. Bahan
mentah berupa CPO (Crude Palm Oil) bersuhu 45 - 50 oC dari storage tank
dialirkan menggunakan sentrifugal pump PU301 ke heat exchanger
(HE311A/HE311B) bertipe plate and frame, dipanaskan hingga 95 -
110°C . Pada heat exchanger tersebut terjadi transfer panas antara feed
dengan final product refinery. Sedangkan apabila start up, umpan
dipanaskan dengan steam pada heat exchanger (HE312) menggunakan low
pressure steam untuk mempercepat reaksi pada kisaran temperatur tersebut,
sebelum dilakukan dosing H3PO4. Setelah dipanaskan CPO yang memiliki
kandungan kadar air tinggi ini masuk ke Vacuum Dryer (VE311)
bertekanan 100 – 105 torr untuk diuapkan/dipisahkan dari minyak karena
kadar air yang tinggi akan menghambat kerja bleaching earth dan dapat
menyebabkan CPO terhidrolisis membentuk produk samping seperti
aldehid, keton yang merupakan senyawa fatty Acid yang tidak diinginkan.
4.1.2 Degumming Section

Degumming merupakan proses pemisahan getah atau gum yang terdiri dari
fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin tanpa mengurangi
kandungan asam lemak bebas didalma minyak (Ketaren, 1986). Pada
prinsipnya, proses degumming adalah proses pembentukan dan pengaktifan
flok-flok dari zat tersebut yang bereaksi dengan asam phospat, sehingga
flok-flok yang terbentuk cukup besar untuk dipisahkan dari minyak. Gum
yang terkandung dalam minyak akan mengurangi keefektifan adsorben
dalam menyerap warna. Reaksi pembentukan gum adalah sebagai berikut :

Phospholipide Phosphoric acid gum


Dengan penambahan H₃PO₄ ini maka fosfatida yang bersifat
nonhydratable (tidak dapat larut ) menjadi hydratable. Fosfatida
hydratable / gum adalah partikel-partikel koloid zat terlarut dan akan
mengalami koagulasi karena berat jenisnya lebih besar dari minyak dan
lemak sehingga mudah dipisahkan.

Proses degumming pada unit refinery PT. LDC Indonesia dilakukan dengan
menggunakan asam phospat (H3PO4). Pengaruh yang ditimbulkan oleh
asam adalah menggumpalkan dan mengendapkan zat-zat seperti protein,
fosfotida dan resin yang terdapat dalam minyak mentah. (Widya, dkk.
2010).Dosing H3PO4 dilakukan dengan menggunakan dozing pump PU321.
H3PO4 ditambahkan keminyak melalui dynamic high shear mixer MX311
pada jumlah 0.04 - 0.08 % dari umpan minyak. Selanjutnya dialirkan ke
paddle mixer / conditioning tank MX312 untuk menambah reaction time

48
sampai 3 menit sehigga diharapkan proses degumming sempurna sebelum
masuk ke section selanjutnya.

4.1.3 Bleaching Section

Tahap berikutnya yaitu pemucatan (bleaching) agar tidak terdapat substansi


warna yang tidak diharapkan dalam RBPDO. Proses bleaching dilakukan di
bleacher tank VE611 yang dioperasikan pada kondisi vakum (100 - 105
torr) agar air dan udara yang terkandung dalam CPO dapat tertarik. Yang
sebelumnya, sebagian CPO dari degumming tank dialirkan ke tangki
TK632 untuk dicampurkan bleaching earth dengan pengadukan
menggunakan vibrator. Prinsip kerja yang digunakan pada alat vacuum
bleacher tank VE611 ini adalah proses mengontakan minyak dengan
campuran minyak dan bleaching earth dari TK632 dengan dilengkapi tray
– tray yang diinjeksikan sparging steam pada tekanan 0.8 barg sebagai
pemanas. CPO yang telah melewati bleacher tank ini disebut bleached
palm oil (BPO). Selanjutnya masuk ke tangki penyimpanan sementara yaitu
tank VE612.

4.1.4 Filtration Section (Niagara Filter)

Pada proses ini peralatan Vertical Pressure Leaves Filter berfungsi untuk
menyaring bleaching earth yang telah mengikat/mengabsorbsi gum - gum
juga impurities yang terdapat pada oil. Peralatan ini terdiri dari lembaran
filter leaves yang dipasang secara vertikal pada housing. Bleaching earth +
impurities berada dipermukaan sedangkan oil akan lolos melalui screen ke
manifold yang dialirkan pipa outlet. Setelah semua minyak keluar melewati
filter leaves dan sisa bleaching earth dan gum- gum atau impurities penuh
menempel di filter leave dilalakukan pengosongan dengam cara membuka
mount valve yang terdapat didasar filter sehingga kotoran dapat jatuh yang
akan ditampung dengan menggunakan hooper Kondisi proses yang perlu
diperhatikan pada pengoperasian niagara filter adalah sebagai berikut:
Sebelum dilakukan proses filtrasi, filtrate oil harus jernih pada proses black
run.
Pada proses cake drying, steam outlet harus bersih dari oil untuk
mengurangi oil loses dan Steam yang digunakan untuk proses drying cake
harus dry steam.
Pada proses ventilasi (reduce pressure), pastikan 0 barg baru dilakukan
cakes charge yang bertujuan untuk menghindari kerusakan pada gasket
discharge valve.
Tekanan proses niagara filter maksimum 4,5 barg.
Terdapat beberapa tahapan dalam proses pressure filter leaves adalah :

Stand By, pressure filter leaves dalam keadaan kosong dan siap


untuk dioperasikan.
Filling dapat dilakukan setelah mencapai tekanan vakum. Proses pengisian
minyak ke dalam  pressure filter leaves menggunakan pompa

49
PU621/2/3/4//7. Filter telah terisi penuh ketika level signal LSH621/2/3/4/5
menunjukkan penuh.
Coating yaitu penjernihan minyak agar minyak yang keluar dari pressure
filter leaves bebas dari bleaching earth.. Bleaching earth yang ada di dalam
minyak akan tersaring pada leaf filter sehingga minyak yang keluar bebas dari BE.
Minyak akan disirkulasi dengan VE611 dan FL621/2/3/4/7 sampai minyak
bersih (minyak dapat diamati dengan adanya sight glass pada jalur keluaran
alat.
Filtration merupakan proses penyaringan minyak dari partikel – partikel
Bleaching earth, melalui filter leaf dengan posisi valve yang sudah
ditentukan. Minyak yang keluar pada saat melewati filter leaf  sehingga
akan lolos ke sisi-sisi filter dan masuk menuju saluran- saluran minyak
pada sisi filter yang kemudian mengalir ke bawah. Sedangkan partikel
BE dan kotoran lainnya tetap menempel pada pressure filter leaves.
Automatic Circulation merupakan proses minyak dikembalikan
ke bleacher tank apabila level minyak rendah atau tinggi di dalam bleacher
tank untuk disirkulasi. Setelah level normal kembali, proses filtrasi dapat
dilakukan.
Emptying merupakan proses pengosongan minyak dari pressure filter
leaves setelah selesai proses filtrasi. Selama pengosongan, minyak yang
tidak dapat tersaring di dalam filter di kembalikan ke bleacher sampai level
signal filter rendah yang menunjukan bahwa filter kosong.
Cake  Drying merupakan proses pengeringan cake agar minyak yang terdapat
pada filter leaf dapat dikeluarkan dengan menggunakan steam.
Ventilation  bertujuan untuk membuang tekanan yang tertinggal di
dalam pressure filter leaves. Hal ini dilakukan dengan cara membuka
ventilasi udara pada pressure filter leaves.
Cake Discharge adalah pembuangan spenth bleaching earth (SBE)
dari pressure filter leaves dalam keadaan tekanan 0 bar yang keluar
melalui bawah (bottom)  pressure filter leaves dan kemudian dibuang
ke tempat penampungan ke cyclone CL641 dengan membuka discharge
valve. Proses ini dilakukan dengan bantuan vibrator  yang digerakkan dengan
tekanan angin. . Pada separator steam cyclone CL641 kotoran – kotoran
lumpur dikontakan dengan soften water dari PU791 akan naik terpisah
masuk ke kolam hotwell dan fraksi berat yang dapat melewati cyclone akan
turun masuk ke TK641 yang akan dikembalikan ke bleacher tank untuk
didaur ulang

Berdasarkan pengalaman, pengaturan waktu setting yaitu waktu filling


selama 10 menit; Coating selama 10 menit; filtration selama 100-120
menit; Emptying selama 4 – 6 menit; drying selama 25 menit; Ventilation
selama 2 menit dan Discharge selama 8 menit. Setelah proses niagara filter
selanjutnya oil difilter kembali dengan menggunakan peralatan bag filter
max 0.1 bar ( berjumlah 3 buah, tekanan masuk 0.3 bar dan tekanan keluar
0.2 bar ) dan juga selanjutnya masuk ke security polishing catridge filter
( berjumlah 2 buah, tekanan masuk 0.2 bar dan tekanan keluar 0 bar), hal
ini dilakukan untuk memastikan impurities tidak lolos pada proses filtrasi.

50
Jika impurities lolos ke proses selanjutnya akan mengakibatkan proses
oksidasi.

4.1.5 Deodorizer Section

Proses deodorisasi adalah sistem distilasi dengan cara penguapan yang

didesain under vacuum (1.5 - 2 torr) bertujuan untuk mengeluarkan FFA,

aldehid, keton, alkohol dan bleaching color yang tidak dapat dikeluarkan

pada proses bleaching. Proses deodorization dilakukan didalam suatu

reaktor atau vessel yang berbahan dasar carbon steansles steal 316 L

yang tahan terhadap chemical tertentu, bejana ini digunakan sebagai

proses destilasi dan didesain dibawah kondisi vakum guna menjaga agar

tidak terjadi oksidasi pada temperatur tinggi sekaligus membantu proses

penguapan. Di dasar kolom pre-stripper terdapat 2 buah sparging steam

sebagai pemanas, sejumlah packing untuk memperbesar luas kontak di

bagian tengah dan dibagian atas.

Produk samping pada proses ini adalah palm fatty acid distillate dengan

kandungan free fatty acid (FFA) ±40%, zat volatil yang menyebabkan

bau dan oxidation produk seperti keton, aldehid akan menguap karena

titik didihnya lebih rendah dan akan dikondensasi untuk digunakan

sebagai refluk. Sedangkan karoten akan pecah pada temperatur 250 oC.

Temperatur diatas 270ᵒC dicegah untuk meminimasi kehilangan inti

minyak, tocopherol dan kemampuan pembentukan / isomerisasi.

Proses deodorizer sebelumnya diawali dengan alat pre- stripper. Setelah

melewati section niagara filter, minyak dikeluarkan dari tangki

penyimpanan sementara VE701 untuk masuk ke Pre-stripper PR731

51
yang sebelumnya telah melewati beberapa serangkaian heat exchanger

plate and frame dan shell and tube masing – masing berjumlah 2 buah

hingga temperatur RBD mencapai suhu 240-265ᵒC dengan bantuan high

pressure steam boiler HB721 pada tekanan 54 torr sehingga terjadi

pemisahan maksimal antara produk atas PFAD dengan produk bawah

RBDPO.

Palm Fatty Acid Distillate yang titik didihnya lebih rendah akan

menguap, pada minyak nabati, free fatty acid, keton, thocoperol,

aldehide yang disebut produk samping, akan menguap ke top deodorizer

dibantu oleh vacuum system. Produk ini dimanfaatkan untuk proses

lanjutan pembuatan fatty alcohol, sabun, dan lain-lain. Palm Fatty Acid

Distillate ini mengandung 40% FFA dari jumlah keseluruhan komposisi

zat tersebut.

Proses selanjutnya minyak masuk ke tangki deodorizer DE732

bertekanan 5 torr. DE732 memiliki 12 tray bubble cap yang diinjeksikan

sparging steam bertekanan 2 barg. Setelah melewati tray ke-12 sampai

tray ke-1 didasar kolom, produk RBDPO keluar dari dasar kolom dan

ditransfer masuk melewati beberapa rangkaian jenis heat exchanger,

yaitu HE721, HE711, HE311A, HE311B dan terakhir masuk ke HE742

(didinginkan dengan cooler hingga temperature menjadi 60ᵒC).

Kemudian tahap terakhir RBDPO melewati catridge filter untuk sebagai

52
security polishing filter sehingga partikel yang tidak larut dalam minyak

dapat dibersihkan sebelum masuk ke tangki penyimpanan.

RBDPO yang dihasilkan digunakan sebagai bahan baku pembuatan

biodiesel dan juga bahan baku unit fraksinasi untuk mengasilkan produk

turunan RBDPO berupa olein (fraksi cair, minyak goreng) dan stearin

(fraksi padat, margarin).

Blok diagram proses pengolahan CPO menjadi RBDPO pada refinery

plant dapat dilihat pada gambar 4.1

Gambar 4.1 Blok Diagram Refinery (PT. LDC Indonesia)

53
4.2 Operasional Unit Fraksinasi

Proses fraksinasi merupakan proses pemisahan minyak berdasarkan

perbedaan sifat lelehnya. Unit fraksinasi PT. LDC Indonesia melakukan

proses fraksinasi dengan metode dry fractionation dengan tujuan untuk

memisahkan minyak sawit menjadi dua fraksi, yaitu olein (fraksi cair) dan

stearin (fraksi padat). Fraksi stearin mempunyai titik beku yang lebih besar

dibanding dengan titik beku olein. Pada temperatur rendah (20 oC) stearin

berada pada fasa padat, sedangkan olein tetap dalam fasa cair. Dengan

demikian dapat dengan mudah dilakukan pemisahan kedua fraksi tersebut.

Proses fraksinasi pada PT. LDC Indonesia terdiri atas dua tahapan yaitu

kristalisasi dan filtrasi. Kristalisasi terdiri dari beberapa tahap proses, yaitu:

Heating
RBDPO dari storage tank dipompakan melewati sistem
perpindahan panas (heat exchanger HE11) dengan heat transfer-nya
menggunakan steam untuk mendapakan temparatur 70ᵒC. Sebagai
temperatur ideal untuk mencairkan kristal kristal yang masih terdapat
dalam minyak pada proses sebelumnya.
Filling
RBDPO yang keluar dari heat exchanger dialirkan ke dalam tangki
kristalizer. Proses filling RBDPO berhenti, jika level RBDPO dalam tangki
kristalizer mencapai 98% dari kapasitas tangki. Kriztalizer di plant
fraksinasi terdapat 12 buah masing – masing berkapasitas 50 MT.
Cooling/Fast-Cooling
RBDPO dalam tangki kristalizer didinginkan dengan menggunakan
air dari cooling tower yang dialirkan melalui coil water yang terdapat
dalam tangki kristalizer. Temperatur air cooling tower yang digunakan
adalah 28-32ᵒC. Proses cooling dimulai pada setting temperatur air PU131
28ᵒC. Agitator (scrapper) pada tangki kristalizer disetting pada putaran 40
Hz, agar temperatur RBDPO dalam tangki menjadi merata dan homogen.
Pada saat ini temperatur RBDPO telah mencapai 42-45ᵒC.
Chilling/Slow-Cooling 

54
Setelah temperatur air cooling mencapai 34ᵒC, maka air dari
cooling tower digantikan dengan air dari chiller water dengan temperature
setting awal 8ᵒC. Setelah temperatur RBDPO menjadi 38ᵒC, putaran
agitator diubah ke low speed yaitu disetting pada putaran 35 Hz. Bertujuan
untuk persiapan pembentukan kristal dan agar kristal tidak rusak akibat
putaran cepat. Pada temperatur RBDPO mencapai 32ᵒC proses
pembentukan kristal dimulai. Pada pembentukan kristal ini harus dikontrol
dari grafik yang ada dengan mempertahankan selisih temperature RBDPO
dengan temperature air tidak lebih dari 2ᵒC. Setelah pembentukan kristal
selesai maka proses adalah filtrasi.

Proses pada filter press terdiri dari beberapa tahap proses sebagai berikut:
Penyuplaian
Bahan olahan dari kristalizer yang telah mengandung butiran Kristal
melalui pompa sampai batas tekanan yang telah ditentukan. Tekanan yang
ditentukan adalah 2 bar yang dianggap telah menyuplai bahan olahan
khusus bentuk butiran kesemua bagian area pada filter cloth dan celah
plate.
Pengepresan ( Squeezing) 
Tahap pemberian tekanan dimana plate menekan kearah masing – masing
celah plate sehingga butiran – butiran kristal yang terperangkap
tadi terkekan dan mengakibatkan cairan yang masih terkandung pada bahan
olahan keluar dari komposisi  butiran ditampung di TK261A, sampai cairan
dianggap benar – benar habis dan butiran - butiran menjadi bentuk
lempengan fraksi padat (cake stearine). 
Pembersihan line feeding plate ( core blow )
Tahap ini adalah untuk pembersihan butiran kristal pada bagian plate yang
tidak terkena penekanan pada saat tahap squeezing. Hal ini dilakukan
dengan cara pemberian udara bertekanan melalui ujung line feeding plate
yang akan dikembalikan ke pangkal. Tahap ini dilakukan agar
jumlah cairan pada fraksi padat dilakukan line feeding filter press maka
fraksi cair akan turut jauh bersama fraksi padat ke tangki penampungan
fraksi padat. 
Tahap Pemberian udara bertekanan keseluruhan area butiran kristal pada
plate (blowing) 
Tahap ini adalah akhir pengurangan kandungan fraksi cair pada butiran
kristal yang telah terbentuk ditekan sehingga kandungan fraksi cair sangat
sedikit pada fraksi padat yang dihasilkan. Hal ini dilakukan agar cake
stearine yang dihasilkan agar benar – benar kering dari kandungan kristal
fraksi cair. 
Pressure Release 
Pressure Release adalah tahap proses pelepasan tekanan agar main cilynder
bisa terbuka karena sudah tidak ada tekanan lagi. 
Main Cylinder Open
Tahap ini adalah tahap pembukaan plate 

Bomb Door Open Delay

55
Tahap ini adalah tahap penurunan talam pengaman RBDPO yang menetas
agar tidak masuk ke bak penampungan steraine atau RPS. 
Tahap pembukaan / pemisahan plate – plate (Opening)
Tahap ini adalah tahap dimana dilakukannya penarikan plate –
plate sehingga terjadi peregangan plate yang mengakibatkan adanya celah
– celah antara plate. Pada saat ini butiran Kristal yang telah berbentuk
lempengan akan berjatuhkan kemudian penampungan. Lempengan stearine
akan dicairkan dengan coil pemanas dan seterusnya dipompa
untuk ditransfer ke storage tank. 
Tahap pembersihan filter cloth (Washing) 
Tahap ini adalah proses pembersihan filter cloth dari butiran atau
cake yang masing melekat pada filter cloth dengan cara melakukan
siskulasi minyak pada temperature 60ᵒC dalam total waktu 40
menit. Waktu perlakuan ini dilakukan sesuai kondisi dari filter cloth.
Normalnya dilakukan setiap 30 kali penyaringan. 

4.3 Operasional Unit Proses Biodiesel

Secara umum, proses pembuatan biodiesel/FAME di pabrik PT. LDC


Indonesia terdiri atas:

4.3.1 Proses Oil Drying (180-1)

Penyiapan bahan baku yaitu untuk mengurangi moisture. Minyak


dipanaskan terlebih dahulu dengan heat exchanger 180E1 dengan minyak
panas mencapai 100ᵒ C dari aliran plate pemanas 180E2, sebelum dikirim
ke flash chamber 180V1. Operasi tekanan 130 mbar. Minyak panas kering
keluar dari bawah flash chamber 180V1 untuk ditransfer ke unit
transesterifikasi, setelah didinginkan di HE 180E1 dan 180E3B untuk
keamanan operasi saat temperatur tinggi. Air menguap meninggalkan
180V1 (aliran atas) yang dikondensasikan di kondensor 180E3 dan keluar.
Operasi tersebut berupa operasi vakum oleh 180P2 (Desmet Ballestra,
2016).

4.3.2 Proses Transesterifikasi (163-1)

Transesterifikasi dilengkapi dengan reaktor kontinu ( 163R1, 163V1,


163V2, 163A1 ) merupakan reaksi endotermis yang membutuhkan kondisi
temperatur 55 - 60ᵒ C dan tekanan = 0 – 0.45 Barg. Minyak kering dari unit
180 pada 60ᵒC, yang mana dicampurkan sodium methylate, dan methanol;
sebagian umpan recycle dari fraksi berat minyak dari tangka 163V2 dan
163S1 masuk ke reaktor 163R1 dengan menggunakan agitator. Dengan
gravitasi campuran minyak keluar dan masuk ke loop vessel pertama
163V1 dengan dilengkapi pompa 163P2 dan jaket 163J1. Aliran bawah
keluaran 163V1 terbentuk gliserin yang mengandung banyak soap masuk

56
ke 163V8 untuk selanjutnya ke pemurnian. Sedangkan keluaran atas 163V1
ditransfer ke 163V2, second loop vessel yang ditambahkan pula katalis dan
metanol yang sebelumnya dihomogenkan dengan mixer 163MX3. Fraksi
berat keluaran 163V2 berupa gliserin dengan sedikit soap dan katalis yang
banyak diumpan balikkan ke reaktor 163R1 untuk mengurangi
penggunaan konsumsi katalis. Sedangkan Fraksi ringan berupa crude
FAME overflow ke 163A1. Reaktor 163A1 ditambahkan juga katalis
untuk dihomogenkan dengan menggunakan agitator yang selanjutnya
dilakukan pemisahan dengan separator 163S1. Konversi pada reaktor
163R1, 163V1, 163V2 dan 163A1 berturut-turut 50%, 80%, 90% dan 95%
(Desmet Ballestra, 2016).
4.3.3 Proses Pemisahan Metilester / Gliserin (163-2)

Metilester datang dari reaktor ketiga (163A1) di kirim ke separator


163S1, dimana dua phase dipisahkan ( phase berat gliserin dan phase
ringan metilester ). Phase ringan overflow ke buffer tank 163V3A dan lebih
lanjut ditransfer ke flash drum 163V4 oleh pompa 163P5. Sedangkan fraksi
berat dikembalikan ke tangki 163R1. Di bagian pre-flash metilester
dipanaskan mencapai 60 – 65 ᵒ C dengan pemanasan kembali
menggunakan pompa 163P13 dan exchenger 163E1; dimana sekitar 60%
metanol dievaporasi dan dikondensasi oleh condenser 163E2 operasi
vacuum pada 300 mbarabs (Desmet Ballestra, 2016).

4.3.4 Proses Sentrifugasi Metilester / Gliserin pertama (163-3A)

Pencucian dengan air umumnya dilakukan untuk menghilangkan sabun,


katalis, metanol dan kontaminan lainnya dari FAME, dan menggunakan air
deionisasi. Chongkhong et al. melakukan teknik netralisasi eksperimental,
bukan distilasi untuk memurnikan produk transesterifikasi. Proses itu
dilakukan dengan menggunakan air dasar yang dimuat dengan 3M sodium
hidroksida. Kemudian 2% wt natrium klorida dilarutkan dalam larutan
untuk menghilangkan pembentukan sabun. Air pada 60 - 80˚C digunakan
untuk mencuci fase ester yang dibiarkan mengendap dan kemudian
didekantasi dan dipanaskan untuk menguapkan sisa air. Separator
sentrifugal 163S2 memisahkan wash-FAME menjadi dua phase;
air/gliserin phase berat yang kebanyakan mengandung sterol glucoside
dikirim ke unit pemisahan gliserin 166V2 untuk diangkat. Sedangkan phase
ringan yang bebas dari gliserin, katalist dan soap dikirim ke second-
washing 163V20 agar sterol glucoside diangkat yang sebelumnya
dipanaskan terlebih dahulu agar menjaga temperatur umpan separator
berada di 60ᵒC yaitu temperatur optimum untuk pemisahan gliserol dan
pemecahan emulsion. Pada normal operasi dimana kondisi separator baik,
phase berat dari 163S2 dikirim ke 166V2 sedangkan dalam kondisi buruk
dimana backpressure phase ringan turun, phase berat akan langsung masuk
ke tangki. Pada saat partikel di solid holding space bowl pada separator
( yang berisi gliserin, air dan sedikit minyak ) terkumpul dalam waktu 1200

57
detik akan otomatis terbuang masuk kedalam sludging tank 163D9B dan
apabila penuh akan overflow masuk kedalam tangka 163D10 dan akan
dipompa dengan 163P15 masuk ke 166V1.

4.3.5 Proses Sentrifugasi Metilester / Gliserin Kedua (163-3A)

Pencucian kedua menggunakan separator sentrifugal 163S20. Dari


163V20 dipompa ke 163S20 yang sebelumnya dihomogenkan dengan
mixer 163MX20 penambahan air dan citric acid masuk ke 163S20. Air
yang ditambahkan berupa air yang masih fresh 2600 rpm dan kecepatan
centrifuge sebesar 4500 rpm. Sedangkan 163S20 didosing 6,1% air dari
sejumlah air yang masuk ke airan proses 163S2 dengan .ke 163V21. Dari
163V21 kembali ke 163V7 untuk diolah kembali masuk ke 163S2.
Sedangkan phase ringan yang bebas gliserin, katalis, soap dan sterol
glucoside dikirim ke melalui 163E4 menuju 163C1 untuk pengeringan,
agar mengangkat moisture dan metanol yang tertinggal (Desmet Ballestra,
2016).

4.3.6 Pemurnian Metilester / Flash Metanol (163-4)

Aliran metilester dikirim ke separator 163S20 ke unit 163C1


dengan resirkulasi pompa 163P14, dimana moisture dan metanol yang
tertinggal diangkat dikolom 163C1 dan dilengkapi dengan post flasher
163C3 dimana dioperasikan pada tekanan vacuum 800mbarG. Sebelum
masuk ke kolom 163C1 metilester dipanaskan terlebih dahulu di kedua
heat exchanger economizer 163E4 dan reboiler 163E5 yang dipanaskan
dari terbentuk nya minyak panas yang keluar 163C3, dimana di 163C3
dipanaskan mecapai 160ᵒC. Metilester kering meninggalkan kolom dan
masuk ke storage tank oleh pompa 163P8. Wet-Metanol dievaporasi di
dalam kolom 163C1 dan 163C3 dimampatkan dengan steam ejector
163EJ1 dan terkondensasi di 163E6 sebelum ditransfer di proses pemurnian
metanol (Desmet Ballestra, 2016).

4.3.7 Proses Recovery dan Vent Kondensasi (163-5)

Semua peralatan ventilasi di pabrik dikumpulkan ke unit ini melalui header


utama. Unit ini terdiri dari unit pra-kondensasi diikuti oleh kolom
penyerapan dan scrubber air. Unit pra-kondensasi terdiri dari kondensor
vertikal 163E7, tangki pengumpul 163V6 dan pompa transfer 163P9, yang
mengumpankan metanol yang terkondensasi ke unit perbaikan 160 atau ke
163V8. Gas yang keluar dari unit pra-kondensasi dikirim ke scrubber air
163C2, sebelum dibuang, praktis bebas dari metanol, ke atmosfer melalui
arester api. Unit kondensasi ventilasi, dan unit hulu juga, dilindungi dari
tekanan berlebih melalui segel hidrolik 163V11 (Desmet Ballestra, 2016).

58
Semua uap yang berasal dari unit produksi dikumpulkan di header,

kemudian dikirim ke kondensor 163 E7 dan kemudian ditampung dalam

Tangki metanol 163 V6. Metanol dikumpulkan dalam 163 V6 dikirim

melalui pompa 163 P9 ke unit metanol rektifikasi (Unit 160).

Untuk mengurangi kandungan metanol pada limbah gas yang dibuang ke

udara, metanol dari Holding Tank 163 V6 dikirim ke Scarbber 163 C2,

di dalam Scrubber 163 C2 dialiri air untuk menjaga metanol agar tidak

menguap. Air dari Scrubber 163 C2 yang mengandung metanol

kemudian dikirim ke unit 160 metanol rektifikasi.

4.3.8 Proses Gliserin pemurnian / Soap Splitting (166-1)

Asidifikasi digunakan pada proses pemurnian gliserin. Asam

ditambahkan ke produk transesterifikasi untuk menetralkan katalis basa

dan menguraikan sabun yang membentuk kembali asam lemak bebas.

Proses ini diikuti dengan pencucian air untuk memurnikan FAME dari

kontaminan seperti katalis, sabun, metanol, dan gliserol bebas. Meher et

al. melaporkan kesulitan dalam pemisahan dan pemurnian gliserol dan

ester ketika rasio alkohol terhadap minyak yang lebih tinggi digunakan.

Penggunaan trigliserida dari FFA yang relatif rendah ditekankan untuk

menghindari pembentukan sabun (Desmet Ballestra, 2016).

59
Aliran gliserin tangki 163V8 melalui pompa 163P6B (kaya akan metanol

dan kadar air kurang dari 1%) dipanaskan dengan dua exchanger 166E2

dan 166E1: dengan keluaran minyak panas dari flash drum 166V1.

Kemudian gliserin ynag sudah dipanaskan masuk flash drum 166V1

untuk mengurangi kandungan metanol. Metanol terevaporasi di flash

drum 166V1 pada suhu 100ᵒC dan 0.2 Barg, akan langsung dikirim ke

metanol rektifikasi unit 160C1 dalam bentuk vapor. Gliserin dari flash

drum 166V1 ditransfer untuk acidification vessel 166V2 oleh pompa

166P1 melewati exchanger 166E2 dan kemudian dicampur dengan

gliserin yang datang dari 163S2 ( komponen utama : air, gliserin,

metanol, dengan kuntitas garam dan sabun yang sedikit) dan tangki

163D9 dengan konsentrasi asam HCl 36% didosingkan dari HCL

storage tank menghasilkan pH 1 - 2 (Desmet Ballestra, 2016).

Dari 166V2 gliserin yang sudah diasamkan masuk ke tangki pengendapan


166S1, dimana memisahkan oleins/ fatty matter ( phase atas), yang
langsung dikirim ke storage tank fatty matter. Gliserin ( phase bawah) yang
terpisah (masih mengandung sedikit metanol dan air ) diumpankan ke
neutralisasi vessel 166A1, dimana pH ditetapkan menjadi sekitar 6 oleh
penambahan 50% konsentrasi caustic soda solution oleh pompa 166P7.
Gliserin yang sudah dinetralkan dikirim ke tangki intermediate 166V3.
(Desmet Ballestra, 2016).

4.3.9 Proses Pemisahan Gliserin / Distilasi Metanol (166-2)

Gliserin yang ada di tangki intermediet tank 166V3 diumpankan ke


distillasi kolom 166C1, setelah dipanaskan dengan 166E3 oleh gliserin
yang dari produk bawah distillasi kolom. Gliserin yang sudah dipemurnian
dikirim ke storage tank yang sebelumnya masuk ke cooler 166E3 untuk
diturunkan temperaturnya. Air/metanol dalam bentyk gas meninggalkan
kolom bagian atas yang langsung dikirim ke kolom rektifikasi 160C1.
Distilasi kolom 166C1 dilengkapi dengan pompa sirkulasi 166P10 dan
reboiler (166E4) yang mana dioperasikan dengan medium pressure steam
agar mencapai suhu 160ᵒC (Desmet Ballestra, 2016).

60
4.3.10 Proses Rektifikasi Metanol (160-1)

Metanol yang datang dari unit proses aliran atas di kirim ke rektifikasi
kolm 160C1. Aliran liquid yang datang dari 163C1 dikumpulkan di tangki
160V1, dan setelah dipanaskan dengan 160E1 unutk direktifkasi oleh
pompa 160P1. Uap air/metanol yang datang dari 166V1 dan dari distilasi
kolom 166C1 langsung diumpankan ke160C1. Kolom rektifikasi 160C1
dilengkapi dengan thermosiphon reboiler 160E3. Metanol kering
meninggalkan sebagai produk atas dari 160C1 dikondensasikan dengan
160E2 dan sebagian direfluk kembali ke rektifikasi kolom untuk
kesetimbangan. Metanol kering kembali dibentuk ke 160V2 dimana
terkadang dicampur dengan metanol murni dari tank farm. Air yang
meninggalkan sebagai produk bawah distilasi kolom di umpan kan ke citric
acid make up unit atau keluar sebagai air buangan setelah didinginkan oleh
160E1, dimana itu memanaskan cairan dari 160V1. (Desmet Ballestra,
2016).

4.3.11 Sistem Vakum

Ruang lingkup unit ini adalah untuk menyediakan ruang hampa ke unit 163
(ruang flash drum 163V4 dan kolom 163C1), dengan menggunakan pompa
vakum 163P11. Media penyegelan cincin cair pompa harus berupa
metilester akhir; di mana secara berkelanjutan diganti dengan metilester
segar dan didaur ulang kembali ke tangki pencuci 163V7 (Desmet
Ballestra, 2016).

4.3.12 Persiapan Larutan Citrid Acid

Ruang lingkup unit ini adalah pelarutan bubuk asam sitrat untuk
mendapatkan larutan cair yang telah digunakan untuk mencuci metilester.
Persiapan larutan dilakukan oleh operator dalam bejana pengadukan
600A1. Larutan asam sitrat pada 30% yang diperoleh dengan cara ini diberi
dosis oleh pompa metering 600P2B ke unit pencuci metilester di bawah
kendali pH dalam tangki pencuci 163V7. Air pencuci untuk bagian 163V7
diberi dosis melalui pompa metering lain 600P24. Laju aliran dosis
biasanya 3 - 5% berdasarkan pada umpan RBDPO atau laju aliran
metilester (Desmet Ballestra, 2016).
Preparasi larutan dilakukan secara otomatis dari ruang kontrol. Larutan
asam sitrat dimasukkan kedalam Tangki 600 V2 dan diencerkan dalam
Tangki 600 V2 dengan air yang berasal dari Tangki 600 V1. Asam sitrat
yang diperoleh disaring di Filter 600 F1 dan kemudian dialirkan ke unit 163
dengan pompa 600 P2.

61
4.4 Alat Transportasi Sistem Pemprosesan

Sistem pemrosesan dan instrumentasi merupakan sistem peralatan yang


menjalankan sistem proses yang dioperasikan secara otomatis dengan
menggunakan teknologi Distributed Control System (DCS). Pengoperasian
ini dilakukan di ruang kontrol DCS yang berada tidak jauh dari plant.

Proses pembuatan biodiesel yang digunakan oleh PT. LDC Indonesia.


merupakan lisensi dari vendor Desmet Ballestra. Pada bab ini akan
dijelaskan tentang peralatan yang membentuk sistem proses di plant
biodiesel. Pembahasan ini dibagi menurut beberapa bagian pada sistem
proses yang ada. Namun untuk menjaga kerahasian dan perjanjian dengan
vendor, spesifikasi peralatan tidak dapat diberikan sedetail-detailnya.

4.4.1 Unit 180 : Oil Drying


Oil Pre-heater
Kode Alat
180E1
Fungsi
Menaikan temperatur RBDPO yang keluar dari storage sebelum masuk ke
flash chamber 180V1 dengan memanfaatkan panas dari sirkulasi minyak
tangki tangki tersebut.
Tipe
Plate Heat Exchanger
Konstruksi Bahan
AISI 316
Pemanas
Pompa 180P1 oil ±73ᵒC

Oil Heater
Kode Alat
180E2
Fungsi

Tipe

62
Konstruksi Bahan
Menaikan temperatur RBDPO yang keluar dari storage sebelum masuk ke
flash chamber 180V1 dengan uap panas hingga suhu 90oC.
Plate Heat Exchanger
AISI 316

Condenser
Kode Alat
180E3
Fungsi
Menurunkan temperatur uap air yang keluar dari ke flash chamber 180V1
sebelum dipisahkan oleh Gas-Liquid Separator.
Tipe
Plate Heat Exchanger
Konstruksi Bahan
SS 316
Dry Oil Transfer Pump
Kode Alat
180P1
Fungsi
Memompa minyak dari Flash Chamber untuk dialirkan ke HE
(Economizer) 180E1.
TipeP
Centrifugal type
Konstruksi Bahan
Cast Iron

Vacuum Group (pakcage)


Kode Alat
180P2
Fungsi
Untuk mengeluarkan molekul-molekul gas dari dalam sebuah ruangan
tertutup untuk mencapai tekanan vakum.
Tipe
Vacuum pump type : Liquid ring

Konstruksi Bahan
CS/CI

63
Flash Chamber
Kode Alat
180V1

Deskripsi
Tangki silinder vertikal tanpa pengaduk.

Fungsi
Pengeringan seluruh atau sebagian dari cairan (air) dengan vacuum
evaporation of humidity (flash).

Volume
2.15 m3

Konstruksi Bahan
Carbon Steel

Cooler 180E3B
Kode Alat
180E3B
Fungsi
Menurunkan temperatur crude FAME
Tipe
Tekanan
Plate Heat Exchanger
-880,00 mbarG
Konstruksi Bahan
AISI 316

4.4.2. Unit 163-1 : Transesterifikasi


First Loop Reactor
Kode Alat
163V1
Deskripsi
Tabung reaktor vertikal silinder dengan plate memanjang kebawah tanpa
pengaduk.
Fungsi
Berfungsi untuk memisahkan gliserin yang terbentuk secara pengendapan
fraksi berat dan fraksi ringan setelah keluar dari pre-reactor.

64
Volume
56.5 m3
Konstruksi Bahan
AISI 304

Second Loop Reactor


Kode Alat
163V2
Deskripsi

Tabung reaktor vertikal silinder dengan plate

memanjang kebawah tanpa pengaduk.


Fungsi
Berfungsi untuk memisahkan kembali gliserin yang kemungkinan
terbentuk secara pengendapan setelah FAME yang keluar dari first loop
reactor ke 163R1.
Volume
56.5 m3
Konstruksi Bahan
AISI 304

Third Reactor
Kode Alat
163A1
Deskripsi
Tabung silinder vertikal dilengkapi pengaduk dan juga dilengkapi steam
koil eksternal . Umpan masuk ke 163S1 lalu ke 163V3A. Tidak langsung
ke 163S1.
Fungsi
Tempat reaksi terakhir dari pencampuran bahan baku.
Volume
48.5 m3
Konstruksi Bahan
AISI 304 (Stirrer AISI 316)

Second Reaction Step Mixer

65
Kode Alat 163MX3
Fungsi Mixer statis yang digunakan untuk

menghomogenisasi bahan sebelum masuk ke

second loop reactor.


Tipe Statis

Volume 56.5 M3
Konstruksi Bahan AISI 316
First Loop Circulation Pump
Kode Alat
163P2
Fungsi
Berfungsi untuk mensirkulasikan bahan dari dan ke first loop reactor.
Tipe
Pompa jenis sentrifugal dilengkapi mechanical seal, kopling fleksibel, dan
motor listrik TEFC.
Konstruksi Bahan
AISI 316

Glycerine Extraction Pump


Kode Alat
163P3
Fungsi
Berfungsi untuk mensirkulasikan gliserin dari Second Loop Reactor ke Pre-

Reactor.

Tipe
Pompa jenis rotari dilengkapi mechanical seal, kopling fleksibel, dan motor
listrik TEFC yang diatur oleh inventer.
Konstruksi Bahan
AISI 316
Second Loop Recirculation Pump
Kode Alat
163P4
Fungsi
Berfungsi menarik sodium methylate, methanol, dan crude FAME yang
akan masuk ke mixer.
Tipe
Pompa jenis sentrifugal dilengkapi mechanical seal, kopling fleksibel, dan
motor listrik TEFC.
Konstruksi Bahan
AISI 316

Pre-Reactor

66
Kode Alat
163R1
Deskripsi
Tabung silinder vertikal dilengkapi pengaduk.
Fungsi
Tempat pertama reaksi Transesterifikasi terjadi. Proses pencampuran
pertama bahan baku utama RBDPO dan metanol serta penambahan katalis
untuk mempercepat laju reaksi, penambahan glycerin dari first second loop
reactor.
Volume
23.9 m3
Konstruksi Bahan
AISI 304 (Stirrer 316)

4.4.3 Unit 163-2 :Gliserin Separator


Methylester/Glycerine Separation
Kode Alat
163S1
Deskripsi
Tabung silinder horizontal yang didalamnya terdapat sekat untuk
pemisahan minyak dan air.
Fungsi
Berfungsi untuk pemisahan antara methylester dari 163A1 yang akan
masuk ke 163V3A dan glycerine yang akan masuk kembali ke 163R1
dengan cara pengendapan / sedimentasi.
Volume
75 m3
Konstruksi Bahan
AISI 304

67
Buffer tank glycerine 163V8
Kode Alat
163V8
Deskripsi
Tangki silinder horizontal tanpa pengaduk.
Fungsi
Tempat penyimpanan gliserin Sementara
Volume
13.2 m3
Konstruksi Bahan
AISI 304

Glycerine Extraction Pump


Kode Alat
163P6A
Fungsi
Untuk mentransfer glycerine kembali ke 163R1.
Tipe
Bertipe sentrifugal dan dilengkapi dengan mechanical seal, flexible

coupling dan TEFC electric motor.

Konstruksi Bahan
AISI 316
Methylester Buffer Tank
Kode Alat
163V3A
Fungsi
Vessel yang berbentuk selinder vertikal yang berfungsi untuk menampung
sementara keluaran dari 163S1.

68
Volume
9.0 m3
Konstruksi Bahan
AISI 304

Methylester Transfer Pump


Kode Alat
163P5
Fungsi
Untuk mentransfer FAME dari 163V3A ke Reboiler 163E1.
Tipe

Pompa jenis sentrifugal dilengkapi mechanical

seal, kopling fleksibel, dan motor listrik TEFC.


Konstruksi Bahan
AISI 316

Methanol Condenser
Kode Alat
163E1
Fungsi
Berfungsi untuk mendinginkan uap metanol dari 163V4 agar fasanya
berubah menjadi cairan kembali.
Tipe
Shell and tube
Konstruksi Bahan
Process side : AISI 316
Utilities side : Carbon Steel
Flash Drum
Kode Alat
163V4
Deskripsi
Tangki silinder vertikal tanpa pengaduk.
Fungsi
Menguapakan seluruh atau sebagian dari cairan yang bertekanan tinggi.
Volume
4.1 m3
Konstruksi Bahan
AISI 316
Methylester Recirculation Pump
Kode Alat
163P13
Fungsi

69
Memompa sebagian FAME dari 163V4 untuk kembali menuju reboiler
163E1 dan sebagiannya masuk ke 163V7.
Tipe
Centrifugal type, dilengkapi dengan :
Mechanical seal
Flexibel coupling
TEFC electric motor
Konstruksi Bahan
AISI 316

4.4.4 Unit 163S2 : Pencucian Pertama Metilester/Gliserin

Washing Methylester Vessel


Kode Alat
163V7
Deskripsi
Berbentuk silinder vertikal. Dilengkapi dengan internal ejector 163J3A/B.

Fungsi
Pencuncian methylester vessel 163V7 dengan air/fase berat dari 163V21 (hasil dari

pemisahan 163S20) yang mengandung citric acid dari 163MX20.

Konstruksi Bahan
AISI 304

Mixer 16MX1
Kode Alat
16MX1
Fungsi

70
Penghomogenan FAME yang bercampur heavy phase dari 163V21 untuk
dialirkan ke HE 163E3A.
Tipe
Statis

Konstruksi Bahan
AISI 361
Methylester Extraction Pump
Kode Alat
163P7
Fungsi
Memompa FAME dan citric acid yang sudah dicampur pada 163V7 untuk
dilairkan ke HE 163E3A.
Tipe
Centrifugal type, dilengkapi dengan :
Mechanical seal
Flexibel coupling
TEFC electric motor
Konstruksi Bahan
AISI 316
Methylester Cooler
Kode Alat
163E3A
Fungsi
Menurunkan temperatur FAME sebelum masuk ke dalam separator
sentrifugal 163S2 dengan cooling.
Tipe
Plate Heat Exchanger
Konstruksi Bahan
Plates : AISI 316
Frame : Carbon Steel

Separator 163S2
Kode Alat
163S2
Deskripsi

71
Separator vertical centrifugal settling.
Fungsi
Pemisahan antara light phase FAME dan heavy phase water-glycerine yang
terikut

Konstruksi Bahan
AISI 304
Buffer Tank
Kode Alat
163V20
Deskripsi
Tangki tanpa pengaduk yang berbentuk selinder vertikal.
Fungsi
Menampung sementara FAME dari 163S1 sebelum dialirkan ke mixer
pump 163R20.
Konstruksi Bahan
AISI 304

Acidfication Reactor
Kode Alat
166V2
Deskripsi
Tangki silinder vertikal berpengaduk.
Fungsi
Menghomogenisasikan HCl dengan gliserin hingga pH 2.
Volume
5.7 m3
Konstruksi Bahan
PRFV & PVDF
Methylester Pump
Kode Alat
163P20
Fungsi
Memompa FAME dari buffer tank 163V20 untuk dialirkan menuju mixer
pump 163MX20.
Tipe
Centrifugal type, dilengkapi dengan :
Mechanical seal
Flexibel coupling
TEFC electric motor
Konstruksi Bahan
AISI 316

72
Citric Acid / Methylester Mixer
Kode Alat 163MX20
Fungsi Mixer dinamis untuk blending secara cepat

sebelum masuk ke reaktor 163R20.


Tipe Dynamic high shear mixer type
Konstruksi Bahan AISI 316
Reactor 163R20
Kode Alat
163R20
Deskripsi
Tangki berpengaduk yang berbentuk selinder vertikal.
Fungsi
Menghomogenisasikan FAME dengan citric acid solution dari mixer pump
163MX20.
Konstruksi Bahan
AISI 304

4.4.5 Unit 163S20 : Pencucian Kedua Metilester/Gliserin

Methylester Cooler
Kode Alat
163E20
Fungsi

73
Menurunkan temperatur FAME sebelum masuk kedalam separator
sentrifugal 163S20.
Tipe
Plate Heat Exchanger
Konstruksi Bahan
Carbon Steel

Centrifugal Separation
Kode Alat
163S20
Fungsi
Pencucian FAME sekaligus pemisahan light phase dan heavy phase dengan
gaya sentrifugal.
Tipe
Self-cleaning Type (GEA Westfalia Brand)
Volume Bowl
0.07 m3
Konstruksi Bahan
AISI 304/316 or similar

Buffer tank Methylester 163V21


Kode Alat
163V21
Deskripsi
Tangki silinder Bertipe silinder vertikal

Fungsi
Penampungan sementara sebelum masuk 163R20

Konstruksi Bahan
AISI 304

Methylester Economizer
Kode Alat
163E4
Fungsi
Memanfaatkan panas product distilasi 163C1 untuk menjaga temperatur
FAME sebelum masuk kedalam 163C1
Tipe
Plate Heat Exchanger
Konstruksi Bahan

74
Plates : AISI 316
Frame : Carbon Steel

Methylester reboiler
Kode Alat
163E20
Fungsi
Menaikkan temperatur FAME dengna steam medium sampai 155 ᵒC .
Tipe
Shell and Tube
Konstruksi Bahan
Carbon steel

4.4.6 Unit 163-4 : Purifikasi Metilester

dari Metanol
Biodiesel Drying Column
Kode Alat
163C1
Deskripsi

75
Menara distilasi merupakan tangki yang terdapat tray/plate untuk
memisahkan fluida berdasarkan titik didihnya.
Fungsi
Memisahkan kandungan metanol dengan FAME untuk menjaga kemurnian
FAME.
Tipe
Packed Type
Konstruksi Bahan
AISI 304
Methylester Recirculation Pump
Kode Alat
163P14
Fungsi
Memompa biodiesel dari distillation column 163C1 untuk disirkulasikan
masuk kembali pre-heater 163E5.
Tipe
Centrifugal type, dilengkapi dengan :
Mechanical seal
Flexibel coupling
TEFC electric motor
Konstruksi Bahan
AISI 316
Post Flasher
Kode Alat
163C3
Deskripsi
Tangki kecil tanpa pengaduk yang berbentuk selinder vertikal.
Fungsi
Menampung sementara biodiesel yang keluar dari kolom distilasi sebelum
masuk ke economizer 163E4 dan metanol yang masih menguap akan
dialirkan ke ejector 163J1.
Konstruksi Bahan
AISI 304
Metylester Transfer Pump
Kode Alat
163P8
Fungsi
Memompa biodiesel dari post flasher 163C3 untuk dialirkan ke economizer
163E4.
Tipe
Centrifugal type, dilengkapi dengan :
Mechanical seal
Flexibel coupling
TEFC electric motor
Konstruksi Bahan
AISI 316
Ejector

76
Kode Alat
163J1
Fungsi
Memasukkan kembali uap metanol dari post flasher 163C3 ke column
distillation 163C1 untuk menjaga kemurnian metanol.
Konstruksi Bahan
AISI 316

4.4.7 Unit 166-1 dan 166-2 : Pemisahan

Gliserin
Glycerine Separation - Soap Splitting
Neutralization Reactor
Kode Alat
166A1
Deskripsi
Tangki berpengaduk yang berbentuk selinder vertikal.
Fungsi
Menetralkan pH gliserin hingga 6-7 sebelum masuk HE 166E1.
Konstruksi Bahan
PRFV & PVDF
Frame : carbon steel
Heat Exchanger
Kode Alat
166E1
Fungsi
Menaikan temperatur gliserin yang keluar dari vessel 166V1 sebelum
masuk ke HE 166E2.
Tipe
Plate Heat Exchanger
Konstruksi Bahan
Plates : AISI 316
Frame : Carbon Steel

Heat recovery Exchanger


Kode Alat
166E2
Fungsi
Menaikan temperatur gliserin yang dipompa dari vessel 163V8 sebelum
masuk ke HE166 E1 dengan menggunakan gliserin panas yang dipompa
dari vessel 166V1.

77
Tipe
Plate Heat Exchanger
Konstruksi Bahan
Plates : AISI 316
Frame : Carbon Steel
Glycerine Feeding Pump
Kode Alat
166P1
Fungsi
Memompa gliserin dari 166V1 untuk dialirkan ke HE 166E2.
Tipe
Centrifugal type, dilengkapi dengan :
Mechanical seal (double type)
Flexibel coupling
TEFC electric motor
Konstruksi Bahan
AISI 316
Glycerine Transfer Pump
Kode Alat
166P3
Fungsi
Memompa gliserin dari 166S1 untuk dialirkan ke neutralization reactor
166A1.
Tipe
Centrifugal type, dilengkapi dengan :
Mechanical seal (double type)
Flexibel coupling
TEFC electric motor regulated by inverter
Konstruksi Bahan
Polypropylene
Hydrocholic Acid Dosing Pump
Kode Alat
166P6
Fungsi
Memompa HCl dari storage untuk dosing penurunan pH di 166V2.
Tipe
Metaring type, dilengkapi dengan :
TEFC electric motor regulated by inverter
Baseplate
Drive for transmission of the motion from motor to pump
Konstruksi Bahan
PVC AISI 306

Coustic Soda Dosing Pump


Kode Alat
166P7
Fungsi

78
Memompa NaOH dari Storage untuk dosing penetralan pH di 166A1.
Tipe
Matering type, complete with :
TEFC electric motor regulated by inverter
Baseplate
Drive for transmission of the motion from motor to pump
Konstruksi Bahan
PVC

Phase Separator
Kode Alat
166S1
Deskripsi
Tangki separator yang berbentuk selinder horizontal.
Fungsi
Memisahkan gliserin dengan fatty matter dengan perbedaan densitas.
Konstruksi Bahan
PRFV & PVDF
AISI 304
Flash Drum
Kode Alat
166V1
Deskripsi
Tangki silinder vertikal tanpa pengaduk.
Fungsi
Menguapakan seluruh atau sebagian dari cairan (metanol) yang bertekanan
tinggi.
Volume
2.3 m3
Konstruksi Bahan
AISI 304
Acidfication Reactor
Kode Alat
166V2
Deskripsi
Tangki silinder vertikal berpengaduk.
Fungsi
Menghomogenisasikan HCl dengan gliserin hingga pH 2.
Volume
5.7 m3
Konstruksi Bahan
PRFV & PVDF
Glycerine Separation – Methanol Distillation
Glycerine pre-heater
Kode Alat
166E3
Fungsi

79
Menaikan temperatur gliserin yang keluar dari vessel 166V3 sebelum
masuk ke kolom destilasi 166C1 dengan memanfaatkan panas crude
glycerine dari kolom distilasi 166C1.
Tipe
Plate Heat Exchanger
Konstruksi Bahan
Plates : Hastelloy
Frame : AISI 316
Glycerine Reboiler
Kode Alat
166E4
Fungsi
Menurunkan temperatur uap metanol yang keluar (lolos) dari kolom
distilasi 160C1 hingga mengubahnya cair kembali.
Tipe
Shell and tube
Konstruksi Bahan
Process side : SS 2205
Utilities side : Carbon Steel

Methanol / Glycerine Distillation Column


Kode Alat
166C1
Deskripsi
Menara distilasi merupakan tangki yang terdapat tray column/plate untuk
memisahkan fluida berdasarkan titik didihnya.

Fungsi
Memisahkan kandungan metanol dengan gliserin untuk menjaga kemurnian
gliserin dan juga memanfaatkan metanol untuk dipakai kembali dalam
proses.

Tipe
Mellapak Plus Y452.Y
Konstruksi Bahan
AISI 316

Glycerine Transfer Pump


Kode Alat
166P8

80
Fungsi
Memompa gliserin dari 166V3 untuk dipanaskan di HE 166 E3.
Tipe
Centrifugal type, dilengkapi dengan :
Mechanical seal (double type)
Flexibel coupling
TEFC electric motor
Konstruksi
AISI 316

Glycerine Transfer Pump


Kode Alat
166P9
Fungsi
Memompa gliserin dari kolom distilasi 166C1 untuk dialirkan ke HE
166E3.
Tipe
Centrifugal type, dilengkapi dengan :
Mechanical seal
Flexibel coupling
TEFC electric motor
Konstruksi Bahan
AISI 316

Glycerine Reboiler Pump


Kode Alat
166P10

Fungsi
Memompa gliserin dari kolom distilasi untuk disirkulasikan ke reboiler
166E4.

Tipe
Centrifugal type, dilengkapi dengan :
Mechanical seal
Flexibel coupling
TEFC electric motor

Konstruksi Bahan
AISI 316
Glycerine Holding Tank

81
Kode Alat
166 V 3
Deskripsi
Tangki tanpa pengaduk yang berbentuk selinder vertikal.
Fungsi
Menampung sementara gliserin yang sudah dinetralkan pHnya sebelum
dipompa ke economixer (HE) 166E3.
Volume
19.6 m3
Konstruksi Bahan
AISI 316L

Citric Acid / Methylester Static Mixer


Kode Alat
163 MX 1
Fungsi
Mixer statis yang digunakan untuk menghomogenisasi secara statis
methylester dengan larutan citric acid untuk proses pencucian.
Tipe
Static
Konstruksi Bahan
AISI 316
Methylester Cooler
Kode Alat
163E3A
Fungsi
Menurunkan temperatur FAME sebelum masuk kedalam separator water
centrifugal 163S2 dengan cooling.
Tipe
Plate Heat Exchanger
Konstruksi Bahan
Plates : AISI 316
Frame : Carbon Steel
Glycerine Extraction Pump
Kode Alat
163P10
Fungsi
Memompa heavy phase untuk dialirkan ke reaktor 166V2 pada unit
glycerine separation soap splitting.
Tipe
Centrifugal type, dilengkapi dengan :
Mechanical seal
Flexibel coupling
TEFC electric motor

82
Konstruksi Bahan
AISI 316

4.4.8 Unit Alat Sistem Vent Condensation

Water Scrubber
Kode Alat
163C2
Fungsi
Tempat treatment uap metanol yang tidak terkondensasi pada condenser
163E7 dengan menambahkan air demineralisasi sebelu dibuang ke
atmosfer.
Tipe
Vertical Cylindrical design with random packing

Konstruksi Bahan
Carbon Steel
Vent Condenser
Kode Alat
163E7
Fungsi
Menurunkan temperatur uap metanol yang keluar (lolos) dari seluruh
vessel hingga mengubahnya cair kembali.
Tipe
Shell and tube
Konstruksi Bahan
Carbon Steel
Recovered Methanol Transfer Pump
Kode Alat
163P9
Fungsi
Memompa metanol cair yang sudah terkondensasi dari vessel 163V6 untuk
dialirkan ke vessel 160V2/V1.
Tipe
Centrifugal type, dilengkapi dengan :
Mechanical seal

83
Flexibel coupling
TEFC electric motor
Konstruksi Bahan
Carbon Steel

4.4.9 Unit 160 : Rektifikasi Metanol


Methanol Distillation Column
Kode Alat
160C1
Deskripsi
Menara distilasi merupakan tangki yang terdapat tray column/plate untuk
memisahkan fluida berdasarkan titik didihnya.
Fungsi
Memisahkan kandungan metanol dengan air untuk menjaga kemurnian
metanol.
Tipe
Trays Column
Konstruksi Bahan
Shell : AISI 304L
Internals : AISI 316L
Mehanol Heater
Kode Alat
160E1
Fungsi
Menaikan temperatur metanol sebelum masuk kedalam kolom distilasi
160C1 dengan air panas yang keluar dari kolom tersebut.
Tipe
Plate Heat Exchanger
Konstruksi Bahan
Plates : AISI 316
Frame : Carbon Steel
Methanol Condenser
Kode Alat
160E2
Fungsi
Menurunkan temperatur uap metanol yang keluar (lolos) dari kolom
distilasi 160C1 hingga mengubahnya cair kembali.
Tipe
Shell and tube
Konstruksi Bahan

84
Carbon Steel
Methanol Reboiler
Kode Alat
160E3
Fungsi
Menaikan temperatur air yang keluar dari kolom distilasi sebelum masuk
kedalam kembali ke kolom distilasi.
Tipe
Plate Heat Exchanger
Konstruksi Bahan
Plates : AISI 316
Frame : Carbon Steel
Methanol Cooler
Kode Alat
160E4
Fungsi
Menurunkan temperatur metanol yang keluar dari condenser sebelum
masuk kedalam vessel 160V2.
Tipe
Plate Heat Exchanger
Konstruksi Bahan Material
Plates : AISI 316
Frame : Carbon Steel
Methanol Feeding Pump
Kode Alat
160P1/160P2
Fungsi
Memompa metanol dari vessel untuk dialirkan ke reaktor
163R1/V1/V2/A1.
Tipe
Centrifugal type, dilengkapi dengan :
Mechanical seal (double type)
Flexibel coupling
TEFC electric motor
Konstruksi Bahan
AISI 304
Recycling Pump
Kode Alat
160P5
Fungsi
Memompa air dari distillasi column dialirkan ke vessel 600V1 untuk
campuran citric acid solution.
Tipe
Centrifugal type, dilengkapi dengan :
Mechanical seal (double type)
Flexibel coupling
TEFC electric motor

85
Konstruksi Bahan
AISI 304
Wet Methanol Holding Tank
Kode Alat
160V1
Deskripsi
Tangki tanpa pengaduk yang berbentuk selinder vertikal.
Fungsi
Menampung wet methanol sebelum masuk ke kolom distilasi 160C1.
Volume
12.7 m3
Konstruksi Bahan
AISI 304L
Dry Methanol Holding Tank
Kode Alat
160V2
Deskripsi
Tangki tanpa pengaduk yang berbentuk selinder vertikal.
Fungsi
Menampung dry methanol sebelum digunakan untuk proses
transesterifikasi.
Volume
10.6 m3
Konstruksi Bahan
AISI 304L

4.4.10 Unit 600 : Citric Acid Preparation


Citric Acid Solution Package
Kode Alat
600V2
Deskripsi
Tangki tanpa pengaduk yang berbentuk selinder vertikal.
Fungsi
Menampung sementara citric acid yang sduah dilarutkan oleh air sebelum
dipompakan untuk pencucian FAME.
Konstruksi Bahan
SS 304
Citric Acid Preparation Tank
Kode Alat
600A1
Deskripsi

86
Tangki berpengaduk yang berbentuk selinder vertikal.
Fungsi
Untuk Proses mixing antara citric acid dengan air.
Konstruksi Bahan
SS 304
Citic Acid / Water Dosing Pump
Kode Alat
600P2
Fungsi
Memompa citric acid solution dari tangki 600V2 untuk proses pencucian di
unit 163.
Tipe
Matering type, dilengkapi dengan :
N. 2 Pulsation Dampener
Drive for transmission of the motion from motor to pump
Baseplate
TEFC electric motor regulated by inverter
Konstruksi Bahan
AISI 316

Citric Acid Transfer Pump


Kode Alat
600P2
Fungsi
Memompa Citric Acid Solution dari 600A1 ke vessel 600V2 serta adanya
penambahan udara (N2) dalam pompa ini.
Tipe
Air driven diaphragm pump

Konstruksi Bahan
PP
Water Holding Tank
Kode Alat
600V1
Deskripsi
Tangki tanpa pengaduk yang berbentuk selinder vertikal.
Fungsi
Menampung air dari kolom distilasi 160C1 yang kemudian digunakan
untuk campuran citric acid.
Konstruksi Bahan
Carbon Steel
Citric Acid Solution Filter
Kode Alat
600F1
Deskripsi
Saringan
Fungsi

87
Menyaring citricacid solution sebelum digunakan dalam proses pencucian.
Konstruksi Bahan
AISI 316

4.5 Instrumentasi

4.5.1 Sistem Instrumentasi

Instrumentasi Dasar
Instrumentasi dasar meliputi seluruh pendeteksi elemen, transmitter,
transductor, actuator, control valve, on-off valves dan lainnya. Untuk
menyesuaikan lokasi yang berdekatan dengan bahan-bahan berbahaya,
eksekusi elektrik dari instrumen harus dilakukan secara aman.
Bulk Materials (Handling)
Bulk material terdiri atas hook-up connections, instrument air distribution,
electric connections dan cable trays. Hook-up connection ditujukan untuk
pemasangan nipples yang tersedia pada pipa dan peralatan instrumentasi
dasar (pressure/flow/level transmitter, pressure gauge, switches).
Instrument air distribution ditunjukkan untuk kontrol dan on/off valves,
suplai pneumatik serta start shut-off valve.sedangkan electric connections
dilakukan dengan menganalogikan sinyal yang berasal dari dua inti shield
dan kabel yang terlindungi dengan insulasi PVC. Cable tray dilindungi
dengan saluran kabel listrik dari bagian akhir hingga ke dasar peralatan.

4.5.2 Sistem Kontrol

Sistem kontrol pada pabrik biodiesel PT. LDC Indonesia berada pada

Control Room unit biodiesel. Pengendalian dilakukan dengan cara

mengubah data proses di plant kedalam sinyal analog berupa besaran

elektrik menggunakan transducer, kemudian dikirim keruang kendali

atau biasa disebut DCS (Distributed Control System) dengan transmitter.

DCS adalah suatu pengembangan system control dengan menggunakan

komputer dan alat elektronik lainnya agar dapat mengontrol suatu loop

system yang lebih rumit dan dapat dikendalikan oleh semua orang dengan

cepat dan mudah.

88
Proses yang dikontrol berupa proses yang berjalan secara kontinyu atau

proses yang berjalan secara batch. DCS dirancang dengan proses

berlebih untuk meningkatkan kehandalan sistem.Konfigurasi kontrol

akan memudahkan pengguna dalam perancangan aplikasi. DCS dapat

bekerja untuk satu atau lebih komputer dan dapat dikonfigurasi di

komputer atau dari PC secara offline. Besaran elektrik yang diterima

adalah arus listrik (4-20 mA) dan tegangan listrik (1-5 V). Sistem DCS

merupakan penerapan dari micro computer dalam sistem instrumentasi

industri dan digunakan untuk memantau variabel proses pada plant.

89
BAB V
PRODUK

5.1 Produk Refinery & Fractionation Plant


Berikut adalah spesifikasi RBDPO sebagai acuan oleh PT. LDC Indonesia.

Tabel 5.1 : Spesifikasi RBD Palm Oil


Product
Item
Quality Guideline
Refind Bleach Deodorized Palm Oil (RBDPO)
FFA (as palmitic)
0.10% max

Moisture & Impurity


0.10% max

Iodine Value (Wijs)


50 – 55

M.Pt (AOCS Cc 3-25)


33 – 39 oC

Colour (5.25″ Lovibond cell)

90
3 Red max.

Sumber : PORAM, 2018

PFAD terbentuk disesi deodorasi penguapan Fatty Acid. PFAD umumnya


berguna untuk bahan baku pembuatan sabun karena mengadung kadar
Saponifiable Fatty Matter yang tinggi. Berikut ini adalah spesifikasi
kualitas PFAD yang sebagai acuan PT. LDC Indonesia.
Tabel 6.5 : Spesifikasi PFAD
Product
Item
Quality Guideline
Palm Fatty Acid Distillate (PFAD)
FFA (as palmitic)
70% max

Moisture & Impurity


1.00% max

Saponifiable Fatty Matter

95% min (basis 97%)

Sumber : PORAM, 2018

Olein atau nama lain dari minyak goreng ataupun bahan baku pembuatan
minyak goreng juga diekspor dengan kualitas sebagai berikut oleh PT.
LDC Indonesia.
Tabel 6.6 : Spesifikasi RBD Palm Olein
Product
Item
Quality Guideline
Refind Bleach Deodorized Palm Olein (RBDPL)

91
FFA (as palmitic)
0.10% max

Moisture & Impurity


0.10% max

Iodine Value (Wijs)


56 min

M.Pt (AOCS Cc 3-25)


24 oC max

Colour (5.25″ Lovibond cell)

3 Red max.

Sumber : PORAM, 2018


Sedangkan stearin adalah bahan baku margarin. Sama halnya dengan
produk lainnya, Stearin juga diekspor keluar negri. Berikut spesifikasinya
kualitas RBD Palm Stearin di PT. LDC Indonesia.
Tabel 6.7 : Spesifikasi RBD Palm Stearin
Product
Item
Quality Guideline
Refind Bleach Deodorized Palm Stearin (RBDPS)
FFA (as palmitic)
0.20% max

Moisture & Impurity


0.15% max

Iodine Value (Wijs)


48 max

92
M.Pt (AOCS Cc 3-25)
44 oC max

Colour (5.25″ Lovibond cell)


3 Red max.

Sumber : PORAM, 2018

5.2 Produk Utama Plant Biodiesel

Produk utama dari PT Louis Dreyfus Company Indonesia plant biodiesel

adalah biodiesel atau FAME (Fatty Acid Methylester), yang merupakan

campuran metil ester minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan

bakar diesel untuk mesin (biodiesel). Ketika pengolahan RBDPO menjadi

biodiesel diproduksi sesuai dengan standar EN 14214. FAME yang dihasilkan

900-1000 ton/hari dengan ester content 98 - 98,5%. Produk samping yang

dihasilkan pabrik biodiesel PT. LDC Indonesia meliputi crude glycerine dan

fatty matter. Jumlah produk samping yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel

5.2. Untuk mendapatkan produk samping dengan jumlah yang tertera pada

tabel, diperlukan bahan baku berupa RBDPO sejumlah 1000 ton/hari.

Tabel 5.2 Produk Samping PT. LDC Indonesia

Produk Total Produksi


Up to 125
Crude Glycerine
kg/hari
Fatty Matter Up to 5 kg/hari
Sumber: Quality Control PT. LDC Indonesia

5.2.1 FAME (Fatty Acid Methyl Ester)

FAME atau yang dikenal dengan biodiesel merupakan jenis dari asam
lemak ester yang diperoleh melalui reaksi transesterfikasi dari RBDPO
(Refined Bleached Deodorized Palm Oil) dengan metanol. FAME memiliki

93
rumus kimia CH3(CH2)nCOOCH3 dengan struktur molekul yang dapat
dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Struktur Molekul FAME. Kredit: BEEMS Modul B4

Gambar 5.1 menjelaskan struktur FAME dimana methyl adalah gugus


nama alkil yang merupakan turunan dari methane dengan rumus kimia nya
CH3-; ester adalah senyawa kimia yang berasal dari asam (organik atau
anorganik) di mana setidaknya satu gugus –OH (hidroksil) digantikan oleh
gugus –O-alkil (alkoksi); dan Asam lemak adalah hidrokarbon rantai
panjang asam karboksilat.

Transesterifikasi adalah proses yang mereaksikan trigliserida dalam minyak


nabati dengan alkohol rantai pendek seperti metanol atau etanol
menghasilkan metil atau etil ester asam lemak atau biodiesel dan gliserin
(gliserol). Pada pabrik biodiesel PT. LDC digunakan metanol, karena
memiliki harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan etanol, serta
mempunyai kereaktifan yang lebih tinggi. Katalis yang digunakan dalam
proses transesterifikasi adalah basa atau alkali, biasanya digunakan sodium
hidroksida (NaOH) atau kalium hidroksida (KOH). Namun pada proses
pembuatan biodiesel di PT. LDC Indonesia yang menggunakan teknologi
Desmet Ballestra, digunakan katalis berupa sodium methylate, yang
merupakan campuran dari sodium hidroksida dan metanol. Spesifikasi
FAME yang dihasilkan pada pabrik biodiesel PT Louis Dreyfus Company
Indonesia harus memenuhi standar yang ditunjukan pada Tabel 5.3.

Tabel. 5.3 Standar FAME PT. LDC Indonesia

Karakteristik Satua Persya H

n ratan a

94
l
o 3
Densitas pada 15 C kg/m 860 – 8

900 5

4
o 2
Viskositas pada 40 C mm /s 3,5 - 4

5,0 ,

5
o
Titik nyala C Min. 1

120 6

6
o
Titik kabut C Max. 1

18 4

8
Residu Karbon % Max. 0

Nilai Asam (m/m) 0,3 ,

Cetane Number % Max.0, 1

(m/m) 5 4

- Min. 51 0

95
Kandungan Abu % Max. 0

Air dan sedimen (m/m) 0,02 ,

Kandungan Ester % vol Max. 0

Kandungan % 0,05 0

Monogliserida (m/m) Min. 7

Kandungan % 96,5 0

Digliserida (m/m) 0,5-0,8 ,

Kandungan % Max. 0

Trigliserida (m/m) 0,2 3

Kandungan Gliserin % Max. 9

Bebas (m/m) 0,2 8

Kandungan Gliserin % Max. ,

Total (m/m) 0,02 3

Iodine Number % Max. 4

Phosphorus (m/m) 0,25 0

Kandungan belerang - 120 ,

mg/kg Max. 4 5

mg/kg Max. 1

50

96
3

5
Sumber: Desmet Ballestra

Sifat-sifat fisik dan kimia FAME (Fatty Acid Methyl Ester) berdasarkan
Mac Arthur et al., 1998 dapat ditunjukan pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Sifat Fisiokimia Metil Ester

Karakteristik Metil Ester


C12 C C

-14 1 18

97
6
BM (gr/mol) 21 2 2

8 8 8

1 4
Bilangan Iod (cg I/g ME) 0,1 0 0,

, 1

3 9

9
Asam Karboksil 0,0 0 1,

74 , 8

2 9

5
Bahan tak tersabunkan (%b/b) 0,0 0 0,

5 , 0

2 6

7
Bilangan Asam (mg KOH/mg 0,1 0 3,

ME) 5 , 8

5
Kadar Air (% b/b) 0,1 0 0,

3 , 1

1 9

8
Komposisi Asam Lemak (% b/b)
< C12 0,8 0 0,

5 , 0

0 0

0
C12 72, 0 0,

98
59 , 2

2 8

8
C13 0,0 0 0,

0 , 0

0 0

0
C14 26, 2 1,

90 , 5

5 5

6
C15 0,0 0 0,

0 , 0

4 0

3
C16 0,5 4 6

1 8 0,

, 1

3 8

6
C17 0,0 1 1,

0 , 3

4 1

0
C18 0,0 4 3

0 6 5,

, 6

99
2 8

4
>C18 0,0 0 1,

0 , 0

7 1

4
Sumber: MacArthur et al., 1998

Agar dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar, biodiesel harus
mempunyai kemiripan sifat fisik dan kimia dengan minyak solar. Salah
satu sifat fisik yang penting adalah viskositas. Sebenarnya, minyak lemak
nabati sendiri dapat dijadikan bahan bakar, namun, viskositasnya terlalu
tinggi sehingga tidak memenuhi persyaratan untuk dijadikan bahan bakar
mesin diesel. Perbandingan sifat fisik dan kimia biodiesel dengan minyak
solar disajikan pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Perbandingan Sifat Fisik/Kimia Biodiesel dan Solar

Sifat Fisik/Kimia Biodiesel


Solar
Komposisi
Densitas, gr/ml
Viskostas
Flash Point, oC
Angka Setana
Energi yang dihasilkan, Mj/kg
Ester alkil
0,8624
5,55
172
62,4
40,1
Hidrokarbon
0,875
4,6
98
53
45,3
Sumber: Internasional Biodiesel,
2001

100
5.2.2 Crude Gliserin

Gliserin merupakan senyawa gliserida yang paling sederhana dengan


hidroksil yang bersifat hidrofilik dan higroskopis (mis., Akan menarik air),
tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun dan cairan kental rasa manis..
Gliserin juga merupakan komponen yang menyusun berbagai lipid,
termasuk trigliserida. Gliserin digunakan dalam berbagai industri seperti
industri makanan, kosmetik dan farmasi. Gliserin didapatkan dari proses
saponifikasi dari lemak nabati ataupun hewani dan proses transesterifikasi
pembuatan bahan bakar biodiesel. Gliserin yang diperoleh dari proses
pembuatan biodiesel masih bersifat mentah atau disebut crude glycerine.
Sifat crude glycerine dapat dilihat pada Tabel 5.6. Gliserol merupakan
tryhydric alcohol C2H5(OH)3 atau 1,2,3-propanetriol. Nama lain dari
gliserin adalah 1,2,3-tri-hydroxy-propane, glyceritol, dan glycyl alcohol.
Struktur kimia dari gliserol adalah sebagai berikut :

Gambar 5.2 Struktur Gliserol. Sumber : BEEMS Module B4

Tabel

5.6

Sifat-

Sifat

Crude

Glycer

ine

101
Karakteristik
Satuan
Nilai
Berat Molekul
gr/mol
92,09
Densitas
gr/cm3
1,26
Titik Didih
°C
290
Titik Leleh
°C
17,9
Flash Point
°C
177
Fire Point
°C
204
Sumber: Perry, 1997

5.2.3 Fatty Matter

Fatty matter merupakan salah satu produk samping dari unit biodiesel

PT. LDC Indonesia yang terdiri atas sebagian besar asam lemak dan

gliserin dimana kandungan FFA ( free fatty acid ) adalah sebesar 20%.

Fatty matter tersebut berbentuk seperti lemak dan berwarna putih susu.

Pada pabrik biodiesel PT. LDC Indonesia, fatty matter tidak mengalami

proses pengolahan lanjutan melainkan dijual langsung kepada konsumen

yang nantinya akan diproses oleh konsumen tersebut. Fatty matter

tersebut terbentuk akibat adanya reaksi samping berupa hidrolisis FAME

yang ditunjukan pada reaksi berikut:

R-CO-O-CH3 + H2O R-CO-OH + CH3OH

(Methylester) (Water) (Fatty Acid) (Metanol)

102
Fatty acid yang terbentuk dari hidrolisis FAME dapat menyebabkan

terbentuknya sabun melalui reaksi samping saponifikasi yang ditunjukan

pada reaksi berikut. Fatty acid akan bereaksi dengan katalis sodium

methylate membentuk sabun dan metanol.

R-CO-OH + CH3-ONa R-CO-ONa + CH3OH

(Free Fatty Acid) (Sodium Methylate) (Sabun) (Metanol)

Karakteristik fatty matter yang telah melalui tahap pemurnian gliserin

dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7 Fatty Matter from Glycerine Purification

Parameter Unit Nil

satuan ai
Water content % w/w 1-

2
Fatty acid % w/w 5,2

0
Glycerine content % w/w 85
Metanol content % w/w <7
Neutral Fatty % w/w 2-

Matter 3

(including Ppm

Methylester) <

HCl 20

00
Sumber: Quality Control PT. LDC Indonesia

103
BAB VI

PENGENDALIAN MUTU PRODUK

104
6.1 Pengendalian Mutu

Salah satu cara yang dilakukan PT Louis Dreyfus Company Indonesia untuk

meningkatkan dan mempertahankan kualitas produk adalah dengan

melakukan pemeriksaan-pemeriksaan pada bahan dasar dan produk. Tujuan

pengoperasian suatu pabrik secara keseluruhan adalah untuk mengubah

(mengkonversikan) bahan baku menjadi produk yang diinginkan.

Dalam pengoperasiannya, suatu pabrik kimia dapat mengalami gangguan

(disturbence) dari luar (external) yang dapat mengganggu jalannya operasi

pabrik. Oleh karena itu diperlukan pengawasan terhadap operasi pabrik dan

meminimalkan gangguan dari luar supaya tujuan operasi tercapai. Hal ini

dapat terlaksana melalui suatu kendali yang disebut control system.Dalam

pengoperasian pabrik biodiesel PT. LDC Indonesia diperlukan berbagai

persyaratan dan kondisi operasi (variabel) tertentu, sehingga diperlukan

usaha-usaha pemantauan terhadap kondisi operasi pabrik dan pengendalian

proses supaya kondisi operasi stabil. Dalam proses kimia, variabel-variabel

dibagi menjadi dua, yaitu variabel input dan variabel output. Variabel input

diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu manipulated variable (dapat diatur

bebas oleh operator) dan disturbance (tidak dapat diatur oleh operator).

Variabel output yang menunjukkan efek proses kimia terhadap lingkungan

dikategorikan menjadi dua, yaitu measured output variable (dapat diketahui

dengan pengukuran langsung) dan unmeasured output variable (tidak dapat

105
diketahui dengan pengukuran langsung).Pengendalian merupakan instrumen

yang aktif dalam sistem pengendalian yang menerima informasi dan membuat

tindakan yang sesuai untuk mengatur harga manipulated variable.

6.2 Pemeriksaaan Bahan Dasar

Pemeriksaan bahan dasar RBDPO dimulai dari proses refinery RBDPO.

Parameter yang dianalisa adalah FFA (Free Fatty Acid), moisture content,

soap, impurities, Ca+Mg, phosphorus, unsaponifiables, wax content,

perodixe value dan IV (iodine value). Hasil analisa dibandingkan dengan nilai

standar yang digunakan agar dapat diketahui mutu dari RBDPO yang akan

digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Nilai standar yang

digunakan ditunjukkan pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1 Parameter RBDPO

Parameter Unit Satuan Nilai


Free Fatty Acid % Maks 0,1
Moisture content % Maks 0,05 (*)
Soap Ppm Maks 100
Impurities % Maks 0,05
Ca + Mg Ppm Maks 1
Phosphorus mg/kg Maks 10
Unsaponifiables % Maks 0,5
Average Molecular g/mol 848

Weight
Wax content Ppm Maks 50
Perodixe value meq/kg Maks 3
IV (Iodine Value) % I2 Min 50
o
Temperatur C Min 15 di atas melting

point

106
Sumber: DesmSumber : Et

Ballestra

6.3 Pemeriksaan Produk

Pengujian kualitas produk dilakukan dengan tujuan untuk mengendalikan

spesifikasi bahan baku dan mengendalikan kualitas produk agar sesuai

dengan standar yang ditentukan. Peralatan yang digunakan harus sesuai

standar ASTM atau EN 14214. Uji kualitas harus dilakukan secara rutin agar

diperoleh standar bahan baku atau produk sehingga proses pengolahan

minyak dapat dilakukan pada kondisi yang telah direncanakan. Peralatan atau

instrumen juga harus distandarkan agar diperoleh hasil uji yang universal.

Beberapa uji yang dilakukan untuk mengetahui spesifikasi FAME adalah

sebagai berikut:

Densitas (Rapat Massa)


Massa jenis menunjukkan perbandingan massa persatuan volume,
karakteristik ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan oleh
mesin diesel persatuan volume bahan bakar.

Viskositas
Viskositas menunjukan tingkat kekentalan bahan, jika viskositas
tinggi maka minyak akan mudah dialirkan, daya pompa kecil, pengabutan /
injeksi baik dan kemungkinan terjadinya kebocoran besar. Sedangkan jika
viskositas tinggi maka minyak akan sulit dialirkan, daya pompa besar dan
kemungkinan proses pembakaran menjadi sulit. Pengukuran viskositas
bertujuan untuk mengetahui kekentalan minyak pada suhu tertentu
sehingga minyak dapat dialirkan pada suhu tersebut, terutama pada sistem
pemompaan minyak diesel dan minyak pelumas.. Umumnya semakin
ringan minyak bumi, maka makin kecil viskositanya, atau sebaliknya.

Flash and Fire Point


Titik nyala adalah titik temperatur terendah dimana bahan bakar
dapat menyala ketika bereaksi dengan udara. Bila nyala terus terjadi secara
menerus maka suhu tersebut dinamakan titik bakar (fire point). Titik nyala
yang terlampau tinggi dapat menyebabkan keterlambatan penyalaan

107
sementara apabila titik nyala terlampau rendah akan menyebabkan
timbulnya denotasi yaitu ledakan kecil yang terjadi sebelum bahan bakar
masuk ruang bakar. Hal ini juga dapat meningkatkan resiko bahaya saat
penyimpanan. Semakin tinggi titik nyala dari suatu bahan bakar semakin
aman penanganan dan penyimpanannya. (Widyastuti, L.,2007). Alat yang
digunakan adalah cleveland open cup ASTM D92 atau seta cleveland open
cup.

Water Contain
Pada negara yang mempunyai musim dingin kandungan air yang
terkandung dalam bahan bakar dapat membentuk kristal yang dapat
menyumbat aliran bahan bakar. Selain itu keberadaan air dapat
menyebabkan korosi dan pertumbuhan mikroorganisme yang juga dapat
menyumbat aliran bahan bakar. Sedimen dapat menyebabkan penyumbatan
juga dan kerusakan mesin (Indantono, Y. S.,2006). Kadar air dalam minyak
merupakan salah satu tolak ukur mutu minyak. Makin kecil kadar air dalam
minyak maka mutunya makin baik, hal ini dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya reaksi hidrolisis yang dapat menyebabkan
kenaikan kadar asam lemak bebas, kandungan air dalam bahan bakar dapat
juga menyebabkan turunnya panas pembakaran, berbusa dan bersifat
korosif jika bereaksi dengan sulfur karena akan membentuk asam.

Bilangan Iodine (Number iodine)


Angka iodine pada biodiesel menunjukkan tingkat ketidakjenuhan

senyawa penyusun biodiesel, padahal disisi lain keberadaan senyawa tak

jenuh meningkatkan performansi biodiesel pada temperatur rendah karena

senyawa ini memiliki titik leleh (melting point) yang lebih rendah sehingga

berkorelasi pada cloud dan pour point yang juga rendah. Namun di sisi

lain banyak senyawa lemak tak jenuh di dalam biodiesel memudahkan

senyawa itu bereaksi dengan oksigen di atmosfer dan bisa terpolimerisasi

membentuk material serupa plastik. Oleh karena itu terdapat batasan

maksimal harga iodine yang diperbolehkan untuk biodiesel yaitu 115

berdasarkan standard SNI Biodiesel. Pengaruh naiknya ketidak jenuhan

metil ester dapat menyebabkan gas CO2 bertambah besarnya derajat

ketidakjenuhan berhubungan dengan bilangan iod. Semakin panjang rantai

karbon semakin rendah emisi gas buang CO 2 dan semakin tinggi bilangan

108
iodine semakin rendah emisi gas buang CO2 yang dihasilkan. (Indantono,

Y. S.,2006).

1. Cetane Number

Bilangan cetana menunjukkan seberapa cepat bahan bakar mesin diesel

yang dapat diinjeksikan keruang bahan bakar agar terbakar secara spontan.

Bilangan cetana dari minyak diesel konvensional dipengaruhi oleh struktur

hidrokarbon penyusun. Semakin rendah bilangan cetana maka semakin

rendah pula kualitas penyalaan karena memerlukan. suhu penyalaan yang

lebih tinggi (Hendartono, T., 2005).

Selain uji-uji yang telah disebutkan diatas, terdapat beberapa uji lainnya yang

dilakukan pada produk FAME (Fatty Acid Methyl Ester) yaitu:

Ash content
S content
Carbon residue
Beberapa jenis pengujian dan metode/alat yang digunakan dalam

pemeriksaan FAME ditunjukan pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Analisis Produk

Jenis Uji Metode/Alat


Ester Content Gas Chromatography
Water Content Carlfisher
Water and Centrifuge

Cediment
Iodine Value Titrasi menggunakan

tiosulfat
Monogliserida Gas Chromatography
Digliserida Gas Chromatography
Trigliserida Gas Chromatography

109
Densitas Density Meter
Sumber: Quality Control PT. LDC Indonesia

Analisa laboratorium produk dibutuhkan untuk menentukan mutunya. Produk

biodiesel atau FAME dianalisa dengan nilai standar yang tertera pada Tabel

6.3 dibawah ini:

Tabel 6.3 Syarat Mutu Biodiesel SNI 7182:2018

Parameter Uji Satuan Persya Metode

ratan Uji
Massa jenis (40oC) kg/m3 850– ASTM

890 D4052
2
Viskositas Kinematik mm /s 2,3-6,0 ASTM

(40oC) D445
Angka Setana (Cetane Min 51 ASTM

number) D613
o
Titik Nyala C, min 100 ASTM

D93
o
Titik Kabut C, 18 ASTM

maks D2500
Residu Karbon % 0,05 ASTM

massa, D4530

maks
Air dan Sedimen % vol, 0,05 ASTM

maks D2709
o
Temperatur Distilasi 90% C, 360 ASTM

maks D1160
Abu tersulfatkan % 0,02 ASTM

massa, D874

maks

110
Belerang mg/kg, 50 SNI

maks bagian

9.10
Fosfor mg/kg, 4 AOCS

maks Ca 12-

55
( Kelanjutan)

Tabel 6.3 Syarat Mutu Biodiesel SNI 7182:2018

Parameter Satuan Persyaratan Hasil Metode Uji

Uji
Angka Asam mg- 0,5 0,231 AOCS Cd 3d-

KOH/g, 63

maks
Gliserol Bebas % massa, 0,02 0,003 SNI bag 9.14

maks
Gliserol Total % massa, 0,24 0,152 SNI bag 9.14

maks
Kadar Ester % massa, 96,5 98,34 SNI bag 9.15

Metil min
Angka Iodium % massa 115 51,22 AOCS Cd 1-25

(g-

12/100g)

, maks
Kestabilan menit, 480 1406 EN 15751

Oksidasi min
Monogliserida % massa, 0,8 0,51 SNI 7182:2015

maks bagian 9.18


Sumber: SNI 7182:2018

111
BAB VII

UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH

7.1 Utilitas
Unit utilitas mempunyai peran yang sangat penting pada pabrik biodiesel.

Unit ini menyediakan kebutuhan plant biodiesel dan refinery serta mengolah

limbah yang berasal dari plant-plant tersebut. Pengelolaan unit utilitas ini

meliputi beberapa bagian yaitu:

Water Treatment Plant (WTP) atau pengolahan air yang terdiri atas unit
pengolahan air RO (Reverse Osmosis) dan unit boiler
Waste Water Treatment Plant (WWTP) atau unit pengolahan limbah
Unit Penyedia Nitrogen (N2) dan Udara Instrumen
Power Plant atau unit pembangkit tenaga listrik (electri power generation
system)
Unit Workshop
Unit Maintenance

7.1.1 Water Treatment Plant (WTP)


Water Treatment Plant merupakan unit yang bekerja pada pengolahan air
sebelum dialirkan ke seluruh bagian pabrik. Pengolahan air pada unit WTP
menggunakan teknologi Dynalon dan Shevo. Sumber air dari unit ini ada
dua, yaitu berasal dari sumur bor dan Perusahaann Daerah Air Minum
(PDAM). Dalam pemenuhan air dengan standar yang ada, WTP
menggunakan pengolahan air dengan cara filtrasi.
Pengolahan Air RO (Reverse Osmosis)
Pengolahan air pada pabrik biodiesel PT. LDC Indonesia bertujuan untuk
memperoleh air olahan RO yang akan digunakan sebagai bahan baku
penunjang pada unit biodiesel, refinery dan fraksinasi serta sebagai bahan
baku cooling water. Sumber air baku yang akan diolah di WTP bersumber
dari air tanah yang menggunakan sumur bor dan PDAM (Perusahaan
Daerah Air Minum).Ada dua jenis air dihasilkan setelah melalui
pengolahan filtrasi ini yaitu Reverse Osmosis (RO) satu fase (600m3) dan

112
RO dua fase (300m3). Masing-masing jenis air dialirkan sesuai kebutuhan
plant, untuk RO satu fase dialirkan ke cooling tower, refinery, office,
mushola dan toilet yang ada di pabrik. RO dua fase pengolahannya lebih
murni karena diminimalisir kandungan mineralnya dari RO satu fase yang
dialirkan ke laboraturium dan untuk umpan masuk boiler (penghasil uap
panas).
Pada unit biodiesel, air RO digunakan sebagai air proses tahap pencucian
FAME dan sebagai bahan baku pembuatan steam di unit boiler yang
digunakan sebagai media transfer panas pada heater dan cooler. Komposisi
air baku unit utilitas PT. LDC Indonesia dapat dilihat pada Tabel 7.1.

Tabel 7.1
Komposisi Air
Baku

Komponen
Kuantitas
Satuan
pH
6,5-7,5
°C
Suhu
25-30
Ppm
CaCO3
360,4-800
Ppm

113
SiO2 rata-rata
45,9-63,6
Ppm
Fe rata-rata
0,12-0,98
Ppm
TSS (Total Suspended Solid)
5-46
Ppm
Turbidity
3,3-39
NTU
Kadar Alkali
47,45-69,6
Ppm
TDS (Total Disolved Solid)
344-833
Ppm
Phosphat (PO4)
0,14-0,71
Ppm
Sulfite (SO3)
6,4
Ppm
Ammonium (NH4)
0,08-0,5
Ppm
Sumber: Unit utilitas PT. LDC Indonesia

Air baku selanjutnya ditampung dalam tangki. Tahap pertama pengolahan


air baku pada unit WTP yaitu sand filter yang terdiri dari dua tahap dengan
menggunkan media berupa pasir silika. Sand filter berfungsi untuk
mengurangi kekeruhan air yang ditunjukkan oleh parameter TSS. Setelah
melalui tahap pre-treatment, air yang dihasilkan memiliki komposisi rata-
rata sebagai berikut:
Turbiditas : <1 NTU
Fe rata-rata : <0,1 ppm

Air baku yang telah melalui tahap pre-treatment selanjutnya akan


diumpankan menuju proses pengolahan air RO tahap pertama. Proses RO
dilakukan dengan cara menggerakkan air dari konsentrasi kontaminan yang
tinggi (sebagai bahan baku) menuju penampung air yang memiliki
konsetrasi kontaminan sangat rendah. Dengan menggunakan air bertekanan
tinggi di sisi air baku, sehingga dapat menciptakan proses yang berlawanan
(reverse) dari proses alamiah osmosis. Penggunaan membran semi-
permiable hanya akan mengijinkan molekul air yang melaluinya dan
membuang berbagai macam kontaminan yang terlarut. Tingkat penolakan

114
kontaminan ini berkisar antara 85-95% bergantung pada kualitas awal dari
air yang diolah.

Gambar 7.1 Flow Chart Diagram WTP

Unit Pengadaan Uap (Boiler Section)


Steam yang dihasilkan dari boiler merupakan sumber tenaga yang
diperlukan untuk seluruh kegiatan pabrik. Pada pabrik biodiesel PT. LDC
Indonesia memiliki dua unit boiler dengan jenis bahan baku yang berbeda.
Kedua boiler berasal dari vendor yang sama yaitu Alstom, dan memiliki
sistem yang sama yaitu boiler pipa api. Kedua jenis boiler tersebut yaitu:
Boiler berbahan baku batu bara dengan kapasitas 21 ton/jam.
Boiler berbahan bakar gas dengan kapasitas 16 ton/jam.

Umpan kedua boiler adalah air RO dua fase dari unit WTP. Total hasil
steam yang dihasilkan kedua boiler adalah 37 ton/jam lalu distabilkan pada
tekanan hingga 135 bar dan temperatur sekitar 200oC sebelum dialirkan ke
plant refinery dan biodiesel.
Air umpan untuk boiler diperoleh dari air tanah. Sebelum masuk ke boiler,
air harus diinjeksikan dengan bahan kimia yaitu sulfite dengan dosing 30-
50 ppm dan fosfat dengan dosing 30-50 ppm. Setelah dilakukan dosing, air
dilewatkan di deaerator. Deaeratoe berfungsi untuk menghilangkan gas-gas
yang mungkin terdapat dan larut di dalam air seperti oksigen dan gas-gas
yang dapat menyebabkan korosi. Gas-gas tersebut dihilangkan dengan cara
pemanasan pada suhu 95-100°C, setelah itu air diumpankan ke boiler. Air
umpan boiler harus memiliki pH 10,-11,4. Untuk boiler berbahan bakar
gas, digunakan gas yang diperoleh dari PGN (Perusahaan Gas Negara)
yang dialirkan melalui pipa-pipa. Sedangkan untuk batu bara yang
digunakan untuk bahan bakar boiler perlu dihancurkan terlebih dahulu agar
menghasilkan ukuran yang lebih kecil sekitar 30-50 mm. Pengecilan

115
ukuran batu bara bertujuan untuk memperbesar laju transfer panas yang
dihasilkan oleh pembakaran batu bara.

Cooling Tower
Cooling tower merupakan menara pendingin yang bertujuan untuk
mendinginkan air yang akan digunakan pada plant biodiesel. Air yang
dibutuhkan plant biodiesel yaitu air dengan suhu 25-27°C untuk pencucian
FAME dan alat kondenser. Cooling tower dikontrol penggunaannya oleh
operator di plant biodiesel, namun operator dari WWTP mempunyai
tanggungjawab dalam penambahan chemical (NaOCl) pada kolam air.
Penambahan chemical bertujuan untuk mencegah korosi pada pipa dan alat
yang dialirkan air tersebut. Mula-mula air RO fase satu yang masuk dari
WTP dihisap udaranya menggunakan fan/kipas. Udara dihisap melalui
louver/ pengarah dari samping masuk ke dalam cooling tower kemudian
dihisap keatas. Udara dingin ini mengalami kontak langsung dengan air
yang jatuh dari bak atas menuju bak bawah, sehingga air panas keluar dari
condensor (50oC) dipompa menuju ke cooling tower didinginkan dengan
udara sehingga temperaturnya turun mencapai 26–27oC.

7.1.2 Unit Penyedia Gas Nitrogen (N2) dan Udara Instrumen


Udara Nitrogen
Nitrogen merupakan gas yang tak berwujud, tak berbau, dan tak

berasa. Ikatan rangkap tiga molekul Nitrogen pada temperatur ruang

membuatnya disebut gas inert atau molekul yang sulit bereaksi dengan

molekul lain di udara. Pada atmosfer bumi terdiri dari bebagai macam

gas seperti Nitrogen (N2), Hidrogen (H2), Oksigen (O2), Karbon

Dioksida (CO2), dan gas lainnya. Nitrogen menempati urutan teratas

dalam konsentrasi yaitu 78.04%, O2 20,946%, dan sisanya adalah

molekul molekul gas H2, CO2, He, CH4, Ar, Ne, Kr, dan sebagainya

dalam konsentrasi kurang dari 1%. Pemanfaatan Nitrogen sebagai

jaket dari setiap vessel berfungsi sebagai pendingin untuk

menciptakan suhu rendah pada plant biodiesel serta membuat ruang

inert untuk penyimpanan zat-zat eksplosif (methanol).

116
Pengolahan nitrogen diawali dengan penghisapan udara oleh

compressor. Nitrogen diperoleh dengan cara distilasi bertingkat udara

cair. Udara disaring menggunakan filter yang bertujuan untuk

memisahkan udara dengan kotoran atu gas-gas pengotor. Udara bersih

yang diperoleh kemudian dikompresikan yang akan menyebabkan

suhu udara meningkat, setelah itu dilakukan pendinginan. Pada tahap

ini, air dan karbon dioksida membeku sehingga dapat dipisahkan.

Setelah melalui menara pendingin, udara diekspansikan sehingga suhu

akan turun lagi dan sebagian udara akan mencair, sedangkan udara

yang belum mencair disirkulasikan/dialirkan lagi ke dalam kompresor.

Nitogen yang digunakan pada PT. LDC Indonesia memiliki

kemurnian 99%. Tekanan minimal adalah 7 barG. Berikut gambar dari

proses penangkapan udara sehingga didapatkan gas Nitrogen:

Gambar 7.2 Flow Chart Penyediaan Gas Nitrogen

Unit Udara Instrumen


Udara instrumen didefinisikan sebagai udara kering (dew point
rendah) atau udara bertekanan yang telah dikeringkan atau dihilangkan

117
kandungan airnya, yang dipakai terbatas untuk pengoperasian instrumentasi
dan untuk menggerakkan control valve dan alat pneumatik. Udara akan
dialirkan menuju instrumen oleh air dryer, dimana kandungan air
diturunkan oleh bahan pengering hinggamemenuhi dew point -20°C pada
tekanan minimal 7 barG menjadi udara instrumen dan dialirkan melalui
instrument air header. Udara instrumen yang digunakan pada pabrik
biodiesel PT. LDC Indonesia berupa udara kering dan udara bebas minyak.

7.1.3 Unit Pembangkit Tenaga Listrik


Total beban listrik pabrik biodiesel PT. LDC Indonesia per harinya

sebesar 2,3 MW atau 2.300 KW. Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut,

digunakan pembangkit listrik yang berasal dari PLN sebesar 5.000 KW

yang terdiri atas dua unit trafo. Ketika listrik PLN padam, PT. LDC

Indonesia menggunakan pembangkit listrik yang dikelola oleh unit

utilitas yang terdiri atas 1 unit GTG (Gas Turbine Generator) dan 2 unit

EDG (Emergency Diesel Generator) dengan kapasitas masing-masing

2.000 KW dan 1.000 KW. Generator yang disupply oleh dua mesin

diesel berbahan bakar solar dan satu diesel berbahan bakar natural gas

dari PGN.Unit ini berfungsi untuk memastikan bahwa semua alat yang

digunakan dalam proses maupun pengolahan bekerja dengan kondisi

aman. Unit ini sangat erat kaitannya dengan unit utilitas. Alat-alat

instrumen seperti control system, control valve, sensor, serta PLC yang

termonitor 24 jam dalam control room (plant) juga merupakan tanggung

jawab unit ini.

7.1.4 Unit Mekanik


Unit Mechanic yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu store dan workshop.
Masing-masing bagian mempunyai tugas yang berbeda. Store bertugas
untuk menyediakan bahan dan alat yang dibutuhkan seluruh plant, seperti

118
bahan chemical dan bahan perbaikan untuk alat. Workshop merupakan
tempat orang bekerja untuk preparasi alat dan perbaikan alat.

Unit workshop bertugas mengadakan pemeliharaan, perawatan, modifikasi


hingga pembuatan peralatan, yaitu unit perawatan alat (workshop). Apabila
terdapat alat yang memerlukan perbaikan dan modifikasi, semua kegiatan
akan dilakukan oleh unit ini di sebuah bengkel besi yang dimiliki.
Pekerja workshop mempunyai jam kerja 24 jam yang dibagi menjadi tiga
shift agar dapat memastikan setiap alat yang sedang beroprasi dengan
kondisi yang baik. Pekerja di bagian store mempunyai jam kerja dari hari
Senin hingga. Jumat dari pukul 08.00 hingga 17.00 WIB.

7.1.5 Unit Maintenance


Maintenance dan pengecekan yang diadakan seraca rutin dapat dilakukan

setiap hari, minggu, bulan atupun tahun parameter yang digunakan dalam

unit ini adalah safety, quality, cost dan productivity. Maintenance dibagi

menjadi beberapa bagian, yaitu:

Preventive Maintenance
Preventive maintenance merupakan proses perawatan berkala yang sudah
terjadwal yang telah disesuaikan dengan jam operasional (eunning hours)
seperti pompa (mengecek suara, mengganti oli dan lainnya).

Predictive Maintenance
Predictive maintenance merupakan proses pemeriksaan harian secara
kontinyu atau sering disebut condition monitoring di setiap alat agar dapat
diprediksi kapan terjadinya kerusakan guna mencegah terjadinya shut down
proses secara mendadak. Pemeriksaan ini meliputi check noise (efek suara
yang dihasilkan dari bearing) dengan menggunakan stetoskop, cek vibrasi
dengan menggunakan alat vibration test dan cek kebocoran.

Corrective Maintenance
Corrective maintenance merupakan kegiatan lanjutan dari predictive
maintenance yang memiliki tujuan untuk mengkoreksi dan menganalisa
kembali permasalahan yang ada dan memberikan saran serta perencanaan
dalam proses perbaikan dan perawatan yang mampu menekan biaya
operasional.

Repair Maintenance
Repair maintenance merupakan proses perawatan dan perbaikan yang
dilakukan seperti fabrikasi workshop.

Break Down

119
Break down merupakan proses perbaikan alat dan fabrikasi pabrik dalam
kondisi berhenti yang sudah terjadwal, sehingga pabrik sudah memiliki
stok produksi yang memadai hingga batas waktu yang telah ditentukan.

Shut Down
Shut down terjadi apabila terjadi kerusakan alat yang sangat fatal, sehingga
mengakibatkan pabrik bethenti.
Spesifikasi dari produk yang diolah di unit utilitas PT. LDC Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 7.2, Tabel 7.3, Tabel 7.4, Tabel 7.5, Tabel 7.6 dan
Tabel 7.7.

Tabel 7.2

Spesifikasi

Produk

Process

Water

Keterangan
Process Water
Tipe
Softened
Tekanan
3 barG min.
Temperatur
Ambient
Hardness
1°F
Kandungan Besi
Max. 5 ppm sebagai besi
Sumber: Unit utilitas PT. LDC Indonesia

120
Tab
el
7.3
Spe
sifik
asi
Pro
duk
Coo
ling
Wa
ter

Keterangan
Cooling Water
Tekanan
3 barG min.
Temperatur inlet
28°C
Temperatur outlet
34°C
Sumber: Unit utilitas PT. LDC Indonesia

Tab
el
7.4
Spe
sifik
asi
Pro
duk
Sat
ura
ted
Ste
am

Keterangan
Saturated Steam

121
Tekanan
12 barG min.
Sumber: Unit utilitas PT. LDC Indonesia

122
T
a
b
e
l

7
.
5

S
p
e
s
i
f
i
k
a
s
i

P
r
o
d
u
k

U
d
a
r
a

I
n
s

123
t
r
u
m
e
n

Keterangan
Udara Instrumen
Tipe
Dried and oil free
Tekanan
7 barG min.
Dew Point
-20°C
Sumber: Unit utilitas PT. LDC Indonesia

Tabe
l 7.6
Spesi
fikasi
Prod
uk
Nitro
gen

Keterangan
Nitrogen
Tipe
Kemurnian 99%
Tekanan
7 barG min.
Sumber: Unit utilitas PT. LDC Indonesia

124
Ta
be
l
7.
7
Sp
es
ifi
ka
si
Pr
od
uk
El
ec
tri
c
P
o
w
er

Keterangan
Electric Power
Driving Power
400 V (hold) ± 5% - 60 Hz
Control and Auxiliary Circuit
220 V (hold) – 50 Hz
Lamps
24 V – 50 Hz
Sumber: Unit utilitas PT. LDC Indonesia

7.2 Pengolahan Limbah


Pengolahan limbah dalam suatu industri sangat penting, karena limbah
yang dihasilkan di dalam proses produksi dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan yang berakibat terhadap kesehatan pekerja dan warga
lingkungan sekitar pabrik. Effluents untuk 1.000 kg produk biodiesel yaitu:
Estimasi gas
Pembuangan udara dari vent sub cooling: 1,6 kg mengandung metanol sisa.
Estimasi cairan (liquid)

125
Waste water dari biodiesel: 10 kg (maksimal 0,3% metanol) tidak termasuk
minyak.

Pengolahan limbah bertujuan untuk mengurangi atau bahkan mengilangkan


unsur-unsur kimia berbahaya yang masih terdapat dalam limbah, sehingga
dapat digunakan kembali ataupun dibuang ke lingkungan sekitar dengan
syarat memenuhi standar baku mutu limbah yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.

7.2.1 Limbah Cair


Limbah cair PT. LDC Indonesia diproses di Waste Water Treatment Plant
(WWTP). WWTP adalah sebuah tempat pengolahan limbah cair dengan
kualitas air baku yang tidak memenuhi standar baku limbah hingga menjadi
air dengan kualitas yang memenuhi standar sehingga dapat dibuang ke
lingkungan atau dapat digunakan kembali. Limbah cair yang terdapat pada
PT. LDC Indonesia berasal dari produksi refinery dan biodiesel. Limbah
tersebut tidak dapat langsung dibuang ke lingkungan perairan karena dapat
mencemari lingkungan. Pengolahan limbah cair menjadi masalah yang
penting bagi sebuah pabrik, diperlukan adanya izin dan syarat tertentu agar
limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik dapat diterima dan tidak
membahayakan lingkungan sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 5 Tahun 2014 tentang standar baku mutu buangan air limbah.
Atas dasar itu PT. LDC Indonesia melakukan pengolahan air limbah untuk
dapat dibuang ke lingkungan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang
berlaku. Berikut merupakan flow chart WWTP:

Gambar 7.3 Flow Chart Diagram WWTP

PT. LDC Indonesia menggunakan sistem pengolahan air limbah dengan


menggunakan teknologi pengolahan air limbah cair secara biologis dan
gabungan antara proses kimia-fisika. Proses secara biologis dilakukan pada
kondisi aerobik (dengan udara) dan juga kondisi anaerobik (tanpa udara)

126
atau kombinasi aerobik dan anaerobik. Berikut parameter limbah yang
masuk dan keluar dari WWTP dapat dilihat pada tabel 7.8.

Tabel 7.8 Parameter Limbah Masuk dan Keluar


Check Point Parameter Standart Unit

Inlet Pond COD 900 Ppm

BOD 500 Ppm

Oil and Grase 60

Ph 6-9

TSS 200 Ppm

Product Pond COD 150 Ppm

BOD 75 Ppm

Oil and Grase 5

pH 6-9

TSS 60 Ppm

Sumber: Laboraturium LDC Indonesia, 2017

Adapun karakteristik limbah cair dan kualitas hasil pengolahan limbah cair
di PT. LDC Indonesia dapat dilihat pada Tabel 7.9 dan Tabel 7.10.

127
T

128
k

129
n

Parameter
Satuan
Refinery
Biodiesel
Kapasitas
m3/hari
72
48
BOD5
ppm
450
112.500
COD
ppm
3.000
150.000
TSS
ppm
250
90.000
Minyak dan Lemak
ppm
16
10.000
Sumber: Unit utilitas PT. LDC Indonesia

Tabel 7.10 Kualitas Hasil Pengolahan Limbah Cair

130
Parameter
Satuan
Hasil Analisa
Baku Mutu Permen LH
Baku Mutu LDC
Keterangan
TDS
ppm
397,5
-
800
Memenuhi syarat
Conductivity
µ.s/cm
791
-
1.250
Memenuhi syarat
pH
-
8,5
6,0-9,0
6,0-9,0
Memenuhi syarat
BOD5
ppm
25
100
75
Memenuhi syarat
COD
ppm
65,7
350
150
Memenuhi syarat
TSS (padatan)
ppm
33
250
5
Memenuhi syarat
Ammonia
ppm
3
-
20

131
Memenuhi syarat
Minyak dan Lemak
ppm
11
25
5
Memenuhi syarat
Sumber: Unit utilitas PT. LDC Indonesia

7.2.2 Limbah Padat


Limbah padat yang dihasilkan oleh PT. LDC Indonesia adalah fly ash

dan bottom ash. Fly ash dan bottom ash merupakan limbah hasil

pembakaran batu bara yang berasal dari unit utilitas bagian boiler. Fly

ash dan bottom ash yang diperoleh dari hasil pembakaran batu bara

diletakkan di suatu tempat khusus, dibiarkan menggunung. Setelah

terkumpul dalam jumlah yang cukup, fly ash dan bottom ash akan

diserahkan kepada PPLI untuk diolah lebih lanjut. Limbah fly ash dan

bottom ash termasuk ke dalam golongan limbah B3 (Bahan Berbahaya

dan Beracun), oleh sebab itu diwajibkan menggunakan masker pelindung

karena fly ash dan bottom ash berbentuk abu sehingga apabila tertiup

angin akan mudah terbang dan terhirup ke saluran pernafasan.

7.2.3 Limbah Gas


Limbah gas yang dihasilkan oleh PT. LDC Indonesia unit biodiesel adalah
gas metanol yang berasal dari vent condensation yang tidak terkondensasi
secara sempurna. Untuk mengurangi gas metanol yang akan terbuang ke
atmosfer digunakan alat siphon. Alat ini akan mencegah metanol untuk
terbuang ke atmosfer.

132
BAB VIII

LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

8.1 Lokasi Pabrik Biodiesel PT. LDC Indonesia

PT Louis Dreyfus Company Indonesia cabang Lampung merupakan sebuah

perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi biodiesel dan fraksinasi

RBDPO menjadi minyak goreng dan margarin. PT. LDC Indonesia berlokasi

133
di Jalan Soekarno Hatta Km 10 LK. 2 Way Lunik, Panjang, Bandar

Lampung, Provinsi Lampung dan dibangun diatas tanah seluas 14.872.071

m2. PT. LDC Indonesia ini berada di kawasan industri dan kawasan

pemukiman yang padat dan memiliki bangunan dengan luas total 6.327.018

m2. PT. LDC Indonesia berada diantara Perusahaan Bumi Waras dan Semen

Batu Raja serta dekat dengan Pelabuhan Panjang.

Gambar 8.1. Letak PT. LDC Indonesia

Gambar 8.1 Letak Lokasi PT. LDC Indonesia.


Sumber: PT. LDC

Indonesia

Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis

dengan adanya faktor pendukung, antara lain:

134
Bahan Baku
Dekat dengan sumber bahan baku. Sumber bahan baku yang diolah di
pabrik biodiesel adalah RBDPO yang berasal dari unit refinery PT. LDC
Indonesia. RBDPO tersebut berasal dari CPO yang sebagian besar (50-
70%) dipasok dar Provinsi Lampung karena Lampung memiliki sumber
daya alam berupa kelapa sawit yang cukup besar.
Air
PT. LDC Indonesia mempunyai dua sumber air utama, yaitu air tanah dan

air yang berasal dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Air tersebut

berfungsi untuk steam boiler, heat exchangers (sebagai pendingin), air

baku WTP dan lain sebagainya.

Transportasi
PT. LDC Indonesia terletak tidak jauh dari pelabuhan panjang dan
pelabuhan bakauheni, serta berada di pinggir jalan raya sehingga proses
distribusi bahan baku dan produk dapat dengan mudah dilakukan

8.2 Tata Letak Pabrik


Berikut ini adalah layaout PT LDC Indonesia :

135
Gambar 8.2 Layout PT. LDC Indonesia. Sumber: PT. LDC Indonesia

BAB IX

STRUKTUR ORGANISASI

DAN EKONOMI PERUSAHAAN

9.1 Struktur, Tugas dan Wewenang Organisasi

Suatu proses atau kegiatan akan berjalan dengan baik apabila dilengkapi

dengan strukturorganisasi yang tepat dan memadai. Struktur organisasi yang

baik akan mempermudah dalam mengkoordinir setiap pekerjaan, dan

keselarasan hubungan kerja dapat dilihat dengan jelas wewenang dan

tanggung jawab masing-masing bagian.

Tujuan dibuatnya struktur organisasi adalah untuk memperjelas dan

mempertegas kedudukan suatu bagian dalam menjalankan tugas sehingga

136
akan mempermudah untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Oleh karena itu, umumnya struktur organisasi dibuat sesuai dengan tujuan

dari organisasi itu sendiri. Struktur organisasi PT. LDC Indoneisa terdiri atas

bagian-bagian seperti berikut:

1. Dewan Komisaris

Merupakan pimpinan tertinggi PT Louis Dreyfus Company Indonesia

yang berkedudukan di Jakarta dan dewan ini merupakan perwakilan dari

para pemegang saham.

2. Presiden Direktur

Bertanggungjawab mengatasi investasi secara keseluruhan, investasi

sesuai perjanjian dan mengadakan hubungan baik dengan pihak luar.

3. General Manager

Bertugas mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan perusahaan,

berkedudukan di Jakarta dan site PT. Loius Dreyfus Company Indonesia

di Lampung.

Factory Manager
Dalam pelaksanaan tugasnya, factory manager dijabat oleh satu orang

yang memegang 3 plant, yaitu refinery, fractionation, dan biodiesel.

Factory manager bertindak sebagai pimpinan dari 3 plant yang ada di

PT. LDC Indonesia dan bertugas untuk melakukan pengecekan keadaan

dan proses di pabrik.

4. Human Resource-General Affair Manager

137
Bertugas mengawasi administrasi secara umum yang berkaitan dengan

pihak luar, kepegawaian, keamanan, pelayanan kesehatan, pembukuan,

pengadaan barang dan pemasaran produk.

Finance Manager
Bertugas mengawasi administrasi secara umum yang berkaitan dengan
keuangan, pembukuan, pengadaan barang dan pemasaran produk.
Quality Control Manager
Bertugas meneliti semua aspek quality control yang berkaitan dengan
bahan baku dan produk dari plant refinery, fraksinasi, dan biodiesel.
Supervisor Shift
Pabrik biodiesel PT. LDC Indonesia memiliki 3 (tiga) grup supervisor,
dimana masing-masing grup terdiri atas senior operator, operator junior dan
operator lapangan. Supervisor shift bertugas membuat perencanaan dan
permintaan seluruh kebutuhan proses produksi, mengkoordinir dan
mengawasi seluruh anggotanya, bertanggung jawab dalam proses produksi,
membuat laporan kerja dan analisa permasalahan yang terjadi secara
berkala dan lain sebagainya.
Operator Senior
Bertugas untuk melaksanakan suatu kontrol operasi pada pabrik yang
berada di kontrol panel dan bekerja sama dengan supervisor shift serta
operator lapangan
Operator Junior
Operator junior bertugas untuk mengecek dan mengambil sampel produk,
reaktan, pH, dan lain sebagainya serta bekerja sama dengan supervisor shift
serta operator lapangan dalam loading produk maupun reaktan.
Operator Lapangan
Operator lapangan bertugas untuk mengoperasikan peralatan yang ada di
lapangan sesuai instruksi dari operasi kontrol panel.

9.2 Ketenagakerjaan

PT. LDC Indonesia mempunyai dua kriteria tenaga kerja, yaitu karyawan
tetap dan karyawan tidak tetap. Karyawan tetap PT. LDC Indonesia
berjumlah sekitar 100 orang. Karyawan tidak tetap memiliki kontrak
dengan PT. LDC Indonesia.
9.3 Pengaturan Jam Kerja

PT. LDC Indonesia membagi waktu kerja menjadi dua, dimana setiap
waktu kerja terdiri dari 9 (sembilan) jam per hari dalam satu minggu.
Adapun pembagian jam kerjanya sebagai berikut :
1. Karyawan Kantor

138
Karyawan kantor bekerja dari hari Senin hingga hari Jumat, hari Sabtu dan

Minggu libur, hari libur umum mengikuti pemerintah.

Dalam satu hari waktu kerja di bagi menjadi :

a. jam 08.00 s/d 12.00 WIB masuk

b. jam 12.00 s/d 13.00 WIB istirahat makan siang

c. jam 13.00 s.d 17.00 WIB masuk

2. Karyawan Pabrik

Karyawan pabrik hanya terdirisatu pembagian, yaitu yang bekerja shift.

Karyawan pabrik dengan shift dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok dalam 3

(tiga) shift, masing-masing kelompok dalam 1 (satu) hari bekerja 8

(delapan) jam atau 1 (satu) shift selama 6 (enam) hari dan selanjutnya akan

mengalami pergantian shift setiap hari Senin. Masing-masing shift akan

memiliki waktu libur satu hari dalam seminggu secara bergiliran, yaitu

pada hari Jumat, Sabtu, atau Minggu. Saat salah satu shift sedang libur,

maka dua shift lainnya akan long shift(lembur) untuk menggantikan waktu

kerja shift yang sedang libur.

Pembagian shiftnya adalah sebagai berikut:

Shift I (pagi) jam 08.00 s/d 16.00 WIB


Shift II (sore) jam 16.00 s/d 00.00 WIB
Shift III (malam) jam 00.00 s/d 08.00 WIB
Pembagian waktu long shift adalah sebagai berikut :

Shift day (pagi) jam 08.00 s/d 20.00 WIB


Shift noon (malam) jam 20.00 s/d 08.00 WIB

139
9.4 Fasilitas dan Kesejahteraan Karyawan

PT. LDC Indonesia senantiasa berusaha untuk memenuhi kesejahteraan

karyawannya dengan menyediakan berbagai fasilitas antara lain :

1. Gaji yang disesuaikan dengan jabatan dan prestasi kerja karyawan.

2. Makan siang untuk seluruh karyawan. Makan sore dan makan malam

untuk karwayan shift sore dan malam.

3. Uang lembur untuk karyawan shift yang melaksanakan long shift selama

12 jam kerja.

4. Tunjangan berupa tunjangan hari raya.

5. Asuransi jiwa dan kesehatan, yaitu Lippo untuk jaminan kecelakaan kerja

bagi karyawan yang berupa rawat inap di rumah sakit dan BPJS Kesehatan

untuk karyawan yang sakit tanpa perlu rawat inap.

9.5 Lingkup Kegiatan dan Usaha

9.5.1 Lingkup Kegiatan

PT. LDC Indonesia memberikan perhatian yang besar terhadap

pengembangan potensi kerja karyawannya, hal ini diiwujudkan melalui

program pelatihan (training) bagi staf dan karyawan diberbagai forum,

yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme, kamampuan, dan

kinerja karyawan. Beberapa training yang diadakan oleh PT. LDC

Indonesia dapat dilihat pada Tabel 9.1.

140
Tabel 9.1. Training PT. LDC Indonesia

Jenis Training Penyelenggara


Nitrogen Blanketing Project SULLAIR

Training
Training Emergency Drill & Fire Badan Penanggulangan

Fighting Bencana

Training DNA (Developing New

Aptitudes) LDC

Training Handling HCl & NaOH

Training Alat Vacum Destilation AKR

Training Fire Alarm Hase

LDC
Training Biodiesel Process Indobara

Sumber: HRG-A PT. LDC Indonesia

9.5.2 Lingkup Usaha

PT. LDC Indonesia selalu berupaya agar industri minyak menjadi

industri yang ramah lingkungan, hal ini diusahan melalui pengolahan

limbah cair secara tepat. Limbah cair di PT. LDC Indonesia diolah secara

biologis dengan menggunakan kolam-kolam anaerob dan aerob. Instalasi

pengolahan limbah ini mampu mengasilkan limbah yang ramah

lingkungan dan makin mendekati baku mutu (yang terus diperketat) yang

digariskan oleh pemerintah. Air limbah ini dapat menjadi tempat hidup

ikan-ikan kecil, yang merupakan indikator bahwa air limbah tidak lagi

berbahaya bagi lingkungan.Produk samping yang dihasilkan PT. LDC

Indonesia berupa spentearth (filter cake) dari plant refinery, SG (sterol

141
glycoside), dan fatty matter yang berasal dari plant biodiesel yang

kemudian dijual ke pembeli. Sludge yang diperoleh dari hasil pengolahan

di waste water treatment plant (WWTP) dapat dimanfaatkan sebagai

pupuk organik.

BAB X

PEMBAHASAN

10.1Pembahasan

PT Louis Dreyfus Company Indonesia turut serta dalam usaha mewujudkan

penggunaan energi terbarukan berupa biofuel dalam bentuk biodiesel. Hal

tersebut merupakan wujud nyata dalam mengurangi konsumsi bahan bakar

fosil yang semakin lama semakin sedikit. PT. LDC Indonesia menggunakan

bahan baku berupa CPO (Crude Palm Oil) yang sebagian besar berasal dari

142
Provinsi Lampung. CPO tersebut kemudian diolah pada unit refinery menjadi

RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) yang akan direaksikan

dengan metanol dan katalis basa berupa sodium methylate melalui reaksi

transesterifikasi dan akhirnya akan dimurnikan. Proses produksi biodiesel PT

Louis Dreyfus Company Indonesia menggunakan teknologi Desmet Ballestra

yang berasal dari Belgia.

Proses produksi biodiesel oleh PT Louis Dreyfus Company Indonesia

memiliki 5 tahapan yang terdiri atas 11 unit yang saling berkaitan guna

menghasilkan produk dengan kualitas terbaik. Kelima unit tersebut yaitu Unit

180 (Oil Drying), Unit 163 (Transesterfication), Unit 160 (Methanol

Retrification), Unit 166 (Raw Glycerine Purification And Concentration)

serta Unit 600 (Citric Acid Preparation). Unit Transesterifikasi (163) terbagi

menjadi enam bagian yaitu Section 163-1 (Transesterification), Section 163-2

(Glycerine Separation), Section 163-S2 (Methylester First Washing), Section

163-S20 (Methylester second Purification), Section 163-4 (Methylester

Purification Flash of Methanol) dan Section 163-5 (Vent Condensation).

Sedangkan unit 166 Raw Glycerine Purification and Concentration terbagi

menjadi dua bagian yaitu Section 166-1 (Glycerine Separation Soap Splitting)

dan Section 166-2 (Glycerine Separation Methanol Distillation). Selain itu

PT LDC Indonesia menghasilkan produk samping yaitu gliserin yang

selanjutkan diolah dan dimurnikan. Gliserin mentah yang telah diolah

diekspor ke Negara China. Kapasitas produksi biodiesel di PT LDC Indonesia

memiliki total kapasitas 1000 ton per hari. Namun, untuk sementara ini

143
kapasitas produksi yang mampu dicapai oleh plant biodiesel di PT LDC

Indonesia adalah 980 - 999 ton per hari. Saat ini, pabrik biodiesel PT LDC

Indonesia bekerja sama dengan ISAB (Inti Sentosa Alam Bahtera) dalam hal

tangki penyimpanan. Hal tersebut disebabkan karena adanya keterbatasan

lahan yang dimiliki oleh PT LDC Indonesia sehingga untuk menyimpan

produk dan bahan baku berupa RBDPO digunakan tangki penyimpanan milik

ISAB yang berjumlah 8 buah.

Pabrik biodiesel PT LDC Indonesia juga menghasilkan limbah berupa limbah

padat, cair dan gas. Limbah padat yang dihasilkan adalah fly ash dan bottom

ash, merupakan limbah hasil pembakaran batu bara yang berasal dari unit

utilitas bagian boiler station. Fly ash dan bottom ash yang diperoleh dari hasil

pembakaran batu bara diletakkan di suatu tempat khusus, dibiarkan

menumpuk hingga menggunung. Setelah terkumpul jumlah yang cukup, fly

ash dan bottom ash tersebut akan diserahkan kepada PPLI untuk diolah lebih

lanjut. Limbah cair yang berasal dari biodiesel dan refinery plant akan diolah

di unit utilitas bagian WWTP (Waste Water Treatment Plant) hingga

memenuhi standar baku mutu limbah cair sesuai dengan Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2014. Sedangkan limbah gas yang dihasilkan

oleh PT Louis Dreyfus Company Indonesia unit biodiesel adalah gas metanol

yang berasal dari unit vent condensation yang tidak terkondensasi secara

sempurna. Untuk mengurangi gas metanol yang akan terbuang ke atmosfer

digunakan alat siphon. Alat ini akan mencegah gas metanol untuk terbuang ke

atmosfer.

144
BAB XI

KESIMPULAN DAN SARAN

11.1Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kerja praktek di pabrik biodiesel PT.
LDC Indonesia selama satu bulan adalah Pabrik biodiesel PT. LDC
Indonesia merupakan pabrik biodiesel pertama yang didirikan oleh Louis
Dreyfus Company di Asia yang dirancang dengan kapasitas produksi 1000
ton per hari. PT. LDC Indonesia memiliki Unit Refinery, Unit Fraksinasi,
dan Unit biodiesel dimana terjadi proses pengolahan CPO menjadi RBDPO

145
(yang berasal dari unit refinery dan metanol dengan bantuan katalis basa
berupa sodium methylate) yang selanjutnya diolah menjadi produk utama,
yaitu FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dan produk samping berupa gliserin
dan fatty matter. Sedangkan Unit Fraksinasi menghasilkan minya stearin
dan olein. Proses produksi FAME pada PT. LDC Indonesia terdiri atas 11
tahapan yang terbagi dalam 5 unit proses yaitu; Unit 180 (Oil Drying), Unit
163 (Transesterfication), Unit 160 (Methanol Retrification), Unit 166 (Raw
Glycerine Purification And Concentration) dan Unit 600 (Citric Acid
Preparation). Unit Transesterifikasi (163) terbagi menjadi enam bagian
yaitu Section 163-1 (Transesterification), Section 163-2 (Glycerine
Separation), Section 163-S2 (Methylester First Washing), Section 163-S20
(Methylester Second Washing), Section 163-4 (Methylester Purification
Flash of Methanol) dan Section 163-5 (Vent Condensation). Sedangkan
Unit Raw Glycerine Purification and Concentration (166) terbagi menjadi
dua bagian yaitu Section 166-1 (Glycerine Separation Soap Splitting) dan
Section 166-2 (Glycerine Separation Methanol Distillation). PT. LDC
Indonesia memiliki unit utilitas yang berfungsi sebagai penyedia air proses
berupa air RO (Reverse Osmosis) dan cooling water, steam, udara
instrumen, nitrogen, tenaga listrik, pengolahan limbah cair (WWTP) serta
maintanance.

11.2Saran
Saran-saran yang dapat penulis berikan kepada PT. LDC Indonesia adalah

sebagai berikut:

1. Menjembati dunia pendidikan (perguruan tinggi) dengan dunia kerja

sesungguhnya.

2. Meningkatkan kerja sama antara PT. LDC Indonesia dengan masyarakat

sekitar.

3. Melakukan pengkajian mengenai produk samping berupa fatty matter dan

SG (sterol glucoside).

146

Anda mungkin juga menyukai