Anda di halaman 1dari 18

“SKB 3 Mentri tahun 1975 dan Kebijakan

Pemerintah”
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi mata kuliah

“Kapita Selekta Pendidikan Islam ”


Pembimbing:

Dr. H. Nasirudin Cholid, M.A.

Disusun Oleh :

Syifa Fauziah (0313039)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM ( TARBIYAH )

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH

JAKARTA
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya untuk Allah, Tuhan Yang Maha Esa dan

salawat serta salam selalu tercurah kepada nabi Muhammad saw. Pada

kesempatan ini saya akan menyampaikan pembahasan tentang SKB 3 Mentri

tahun 1975 dan Kebijakan Pemerintah.

Setelah pencarian referensi yang cukup memakan waktu, berhubung

dengan pembahasan makalah ini guna melengkapinya, akhirnya makalah ini dapat

diselesaikan. Dan akan diajukan sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Kapita

Selekta Pendidikan Islam di bawah bimbingan dosen pembimbing Dr. H.

Nasirudin Cholid, M.A.

Pada kesempatan ini saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak

yang telah membantu dan mendorong kami hingga selesai dan terwujudnya

makalah ini. Khususnya pada kedua orang tua dan kepada semua pihak yang telah

berpartisipasi dalam terciptanya makalah ini.

Akhirnya saya berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita

semua, serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang Kapita

Selekta Pendidikan Islam.

Jakarta, 23 April 2016

(Penulis)

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................ii

Daftar Isi ..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Kebijakan SKB 3 Menteri Tahun 1975 ............................................... 2

B. Madrasah Pasca SKB 3 Menteri dan Substansi Kebijakan ................ 3

C. Pengelolaan Madrasah dan Pondok Pesantren .................................... 5

D. Kebijakan Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) dan Kebijakan

tentang Madrasah dalam UU Sisdiknas .............................................. 10

E. Implikasi SKB 3 Menteri .................................................................... 12

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ...................................................................................................... 14

Daftar Pustaka .................................................................................................. 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berlandaskan pada falsafah negara Pancasila dan UUD 1945 serta

program umum yang telah ditetapkan dalam GBHN pada Tap No. II

MPR/1990 dan Tap-Tap MPR sebelumnya khususnya sektor agama dan

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pemerintah berkewajiban

untuk berusaha natara lain menambah dan mengembangkan saran

kehidupan beragama, sehingga kesadaran, penghayatan, dan pengalaman

ajaran agama di negara kita menjadi makin mantap dan mendalam

dikalangan umat beragama dalam masyarakat.

Untuk merealisasikan tujuan pembangunan nasional itulah, maka

strategi pembangunan di negara kita melandaskan diri pada asas-asas

keseimbangan dalam kehidupan mental/spiritual dengan fisik/materil,

duniawiah dan ukhrawiah.

B. Rumusan Masalah

1. Sebutkan kebijakan yang terdapat dalam SKB 3 Menteri ?

2. Jelaskan Substansi kebijakan SKB 3 Menteri ?

3. Jelaskan Pengelolaan Madrasan dan Ponpes dalam SKB 3 Menteri?

4. Jelaskan kebijakan SKB 3 Menteri tentang MAPK dan kebijakan UU

Sisdiknas tentang madrasah?

5. Jelaskan implikasi SKB 3 Menteri?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebijakan tentang SKB 3 Menteri Tahun 1975

Makna dan Dasar Pemikiran

SKB 3 Menteri Tahun 1975 adalah keputusan 3 Menteri, yaitu

Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta Menteri

Dalam Negeri, Nomor: 6 Tahun 1975, Nomor: 037/U/1975, dan

Nomor:36 Tahun 1975 tentang Peningkatan Mutu Pendidikan Pada

Madrasah. SKB 3 Menteri ini ditandatangani di Jakarta oleh 3 orang

Menteri, yaitu: Dr.H.A.Mukti Ali (Menteri Agama), Dr. Sjarif Thajeb

(Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) dan H. Amir Machmud

(Menteri Dalam Negeri) pada tanggal 24 Maret 1975.

SKB 3 Menteri digagas karena dua petimbangan. Pertama, dalam

rangka pencapaian tujuan nasional pada umumnya dan mencerdaskan

kehidupan bangsa pada khususnya, serta memberikan kesempatan

yang sama kepada setiap Warga Negara Indonesia untuk memperoleh

pekerjaan, dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, dan

memberikan kesempatan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada

madrasah, agar lulusan madrasah dapat melanjutkan atau pindah ke

sekolah-sekolah umum dari tingkat Dasar sampai Perguruan Tinggi.1

1
Halim Soebahar, Kebijakan Pendidikan Islam Dari Ordonansi Guru Sampai UU Sisdiknas, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 102.

2
Kedua, agar hal termaksud diatas dapat terlakasana secara berhasil

guna dan berdaya guna, dipandang perlu mengeluarkan Keputusan

Bersama Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta

Menteri Dalam Negeri tentang Peningkatan Mutu Pendidikan Pada

Madrasah, sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 12

Tahun 1954 (jo. Undang-Unang Nomor 4 Tahun 1950), Keputusan

Presiden Nomor 34. Tahun 1972, dan Instruksi Presiden Nomor 15

Tahun 1974.

B. Madrasah Pasca SKB 3 Menteri dan Substansi Kebijakan

Dengan diterbitkannya SKB 3 Menteri tahun 1975 yang bertujuan

untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan madrasah dan

diterapkannya kurikulum baru pada tahun 1976 sebagai realisasi SKB 3

Menteri tersebut. SKB 3 Menteri itu memberi nilai positif dengan

menjadikan status madrasah yang sejajar dengan sekolah-sekolah umum.

Sisi positif lain dari SKB 3 Menteri telah mengakhiri reaksi keras umat

Islam yang menilai pemerintah terlalu jauh mengintervensi kependidikan

Islam yang telah lama dipraktikkan umat Islam. Dengan berlakunya SKB 3

Menteri, maka kedudukan madrasah memang telah sejajar dengan sekolah-

sekolah umum, dari segi jenjang pendidikan.2 Substansi kebijakan SKB 3

Menteri, antara lain:

Bab 1, mengatur tentang ketentuan umum. Di pasal 1 ayat (1) yang

dimaksud dengan madrasah dalam keputusan bersama ini ialah lembaga

pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata


2
http://bahrululummunir.blogspot.co.id/2011/05/skb-3-menteri-tahun-1975-dan.html?m=1

3
pelajaran dasar yang diberikan sekurang-kurangnya 30% di samping mata

pelajaran umum; dan (2) madrasah itu meliputi tiga tingkatan, yaitu

Madrasah Ibtidaiyah setingkat SD, Tsanawiyah setingkat SMP, dan Aliyah

setingkat SMA.

Bab 2, mengatur tentang tujuan peningkatan. Maksud dan tujuan

pendidikan pada madrasah ialah agar tingkat mata pelajaran umum dari

Madrasah mencapai tingkat yang sama dengan tingkat mata pelajaran

umum di Sekolah Umum yang setingkat.3

Bab 3, mengatur tentang Bidang-bidang Pendidikan. Pada pasal 3

ayat (1) bahwa peningkatan mutu pendidikan pada madrasah meliputi

bidang-bidang: Kurikulum; Buku-buku Pelajaran, alat-alat pendidikan

laindan sarana pendidikan pada umumnya; dan Pengajar. Ayat (2)

menegaskan, bahwa unutk mencapai tujuan peningkatan mutu pendidikan

umum pada madrasah ditentukan agar madrasah menyesuaikan pelajaran

umum yang diberikan setiap tahun di semua tingkat.

Bab 4, pasal 4 ayat (1) Pengelolaan Madrasah dilakukan oleh

Menteri Agama, (2) Pembinaan mata pelajaran agama pada Madrasah

dilakukan oleh Menteri Agama, dan (3) Pembinaan dan pengawasan mutu

mata pelajaran umum pada madrasah dilakukan oleh Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan, bersama-sama Menteri Agama serta Menteri Dalam

Negeri.

Bab 5, pasal 5 (1) dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan

pada madrasah, pemerintah memberi bantuan: dibidang pengajaran umum,


3
Ibid., hlm. 102

4
berupa pengadaan buku-buku mata pelajaran pokok dan alat-alat

pendidikan lainnya; dibidang pengajar, berupa penataran dan perbantuan

pengajar; dan dibidang sarana fisik, berupa pembangunan gedung sekolah;

(2) pelaksanaan bantuan yang dimaksud dalam ayat (1), diatur bersama

oleh Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta Menteri

Dalam Negeri.4

Bab 6, pasal 6 ditetapkan bahwa pengeluaran untuk pelaksanaan

ketentuan-ketentuan dalam SKB ini dibebankan kepada Anggaran

Departemen Agama, sedangkan yang berupa bantuan sebagaimana diatur

dalam pasal 5 diatas dibebankan kepada Anggaran Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan dan/atau Departemen Dalam Negeri.

C. Pengelolaan Madrasah dan Pondok Pesantren

Setelah Indonesia merdeka perhatian terhadap madrasah atau

pendidikan Islam umumnya telah meningkat. Badan Pekerja Komite

Indonesia Pusat (BPKP), misalnya menerbitkan maklumat tentang

perlunya peningkatan pengajaran di madrasah. Pada 1946 Kementrian

Agama resmi berdiri yang antara lain bertugas mengurusi pendidikan

pendidikan agama di sekolah umum dan di sekolah agama (madrasah dan

pesantren).

Sayangnya perhatian itu tak berlanjut dan tampak dari UU

Pendidikan Nasional No.4/1950. UU 12/1/1954 yang hanya memasaukan

pendidikan agama di sekolah umum, namun soal madrasah dan pesantren

tidak dimasukkan sama sekali. Keppres No.34/1972 dan Inpres No.


4
Ibid., hlm. 103

5
15/1974 oleh Presiden Soeharto juga dianggap melemahkan dan

mengasingkan madrasah dan pendidikan nasional yang memunculkan

reaksi keras umat Islam. Untuk meredam reaksi tersebut kemudian muncul

Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Mentri pada tahun 1975 yang

mensejajarkan level madrasah dengan sekolah umum.5

Dengan munculnya SKB 3 Menteri tidak serta merta menghentikan

perjuangan untuk mendapatkan pengakuan yang sama dengan sekolah

umum. Setelah Kemerdekaan Indonesia dan terutama sejak transisi ke

Orde Baru ketika pertumbuhan ekonomi benar-benar naik tajam,

pendidikan madrasah/pesantren semakin terstruktur dan kurikulumnya pun

menjadi lebih tetap. Misalnya, selain dari kurikulum agama, sekarang ini

kebanyakan madrasah/pesantren juga mengajar mata pelajaran sekuler.

Banyak pesantren sekarang melaksanakan kurikulum Depdiknas dengan

menggunakan sebuah rasio yang ditetapkan, yaitu 70% pada pelajaran

sekuler dan 30% mata pelajaran agama.

Perjuangan mendapat perlakuan yang sama dicapai, ketika keluar

UU No.20/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dimana madrasah

dianggap sebagai sekolah umum berciri khas Islam yang kurikulumnya

sama persis dengan sekolah umum, namun ditambah pelajaran agama

Islam. Namun pencapaian 100% kurikulum sekolah berakibat pada siswa

madrasah yang dibebani lebih berat dibanding sekolah umum. Padahal

5
Jazuli Juwaini, Revitalisasi Pendidikan Islam,(Bandung: PT.Bening Indonesia,2011),hlm. 87.

6
fasilitas belajar lebih buruk, maka kualitas lulusan madrasah pun tidak

maksimal.6

Efektivitas SKB 3 Menteri

1. SKB 3 Menteri tersebut bertujuan untuk meningkatkan mutu

pendidikan pada madrasah, agar tingkat pelajaran umum dari madrasah

mencapai tingkat yang sama dengan tingkat mata pelajaran umum di

sekolah umum yang setingkat, sehingga :7

a. Ijazah madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan ijazah

sekolah umum yang setingkat.

b. Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat

lebih atas.

c. Siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat.

2. Peningkatan mutu pendidikan pada madrasah, agar tujuan

dimaksudkan di atas tercapai meliputi bidang-bidang :

a. Kurikulum.

b. Buku-buku pelajaran, alat-alat pendidikan lainnya dan sarana-

sarana pendidikan lainnya.

c. Pengajar.

3. Pembidangan fungsional dalam rangka peningkatan mutu pendidikan

pada madrasah berdasarkan SKB 3 Menteri tersebut dilakukan

pembagian tugas pembinaan, sebagai berikut :

a. Pengelolaan madrasah dilakukan oleh Menteri Agama.

6
Ibid., hlm. 90.
7
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta:PT.Bumi Aksara, 2014), hlm. 221.

7
b. Pembinaan pelajaran agama dilakukan oleh Menteri Agama.

c. Pembinaan dan pengawasan mutu pelajaran umum dilakukan oleh

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bersama-sama Menteri

Agama dan Menteri Dalam Negeri.

Adapun bantuan pemerintah dalam rangka peningkatan mutu pada

madrasah meliputi, sebagai berikut :8

a. Dalam bidang pelajaran umum dengan mengadakan buku-buku

mata pelajaran pokok dan alat pendidikan lainnya.

b. Dalam bidang sarana fisik dengan melakukan penataran dan

bantuan pengajaran.

c. Dalam bidang sarana fisik dengan pembangunan gedung sekolah.

d. Beban anggaran dalam pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam

SKB 3 Menteri, dibebankan kepada anggaran Departemen Agama,

sedangkan yang berupa bantuan dibebankan kepada anggaran

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, serta Departemen Dalam

Negeri.

e. Dalam rangka pelaksanaan SKB 3 Menteri ini, Departemen Agama

sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam bidang-bidang yang

harus dilaksanakan telah mengusahakan hal-hal, sebagai berikut :

1) Melakaukan pengembangan kurikulum untuk semua tingkat

yang realisasinya dituangkan dalam Keputusan Menteri Agama

No.73 Tahun 1975 untuk tingkat Ibtidaiyah; No.74 Tahun 1975

8
Ibid., hlm. 222.

8
unutk tingkat Tsanawiyah; dan No. 75 Tahun 1975 untuk

tingkat Aliyah. Pelaksanaan kurikulum ini dilakukan secara

bertahap sejak tahun jaran 1976 dan tahun 1979 unutk semua

jenjang madrasah harus telah dapat melaksanakan kurikulum

baru tersebut.

2) Memberikan legalitas yuridis untuk mempersamakan

tingkat/derajat madrasah dengan sekolah umum dan

mempersembahkan ijazah madrasah swasta dengan madarasah

negeri.

3) Dalam rangka evektivitas pendidikan di madrasah itu pula,

maka telah dilakukan restrukturisasi madrasah dengan

Keputusan Menteri Agama N0.15 Tahun 1976 (untuk MI),

No.16 Tahun 1976 (untuk MTsN), dan No.17 Tahun 1976

(untuk MAN).9

D. Kebijakan Tentang Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) dan

Kebijakan tentang Madrasah dalam UU Sisdiknas

Beberapa tahun belakangan ini Departemen Agama telah

melakukan satu terobosan dengan membuka satu lembaga pendidikan

formal setingkat dengan sekolah lanjutan tingkat atas. Lembaga

pendidikan ini diletakkan pada Madrasah Aliyah Negeri dengan nama

Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK). Calon siswanya direkrut dari

lulusan terbaik di Madrasah Tsanawiyah. Dengan modal siswa


9
Ibid., hlm. 223.

9
berkemampuan intelektual tinggi dan proses belajar yang dikelola secara

khusus, diharapkan dapat dihasilkan lulusan yang layak menyandang

predikat calon ulama.10

Berdasarkan pengarahan GBHN lembaga pendidikan/perguruan

agama mempunyai peranan penting dalam rangka mencapai sasaran, yaitu

terciptanya kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju

dalam suasana tentram dan sejahtera lahir dan batin serta dalam tata

kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila.

Sesuai dengan maksud GBHN di atas, telah ditempuh berbagai

upaya, antara lain dengan dikeluarkannya SKB 3 Menteri tahun 1975

tentang Peningkatan Mutu Pendidikan pada Madrasah dan Surat

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan (SKB 2 Menteri) tahun 1984 tentang Pengaturan Pembakuan

Kurikulum Sekolah Umum dan Kurikulum Madrasah.

Memasuki era kemerdekaan, madarasah kembali bermunculan

dengan tetap menyandang identitas sebgai lembaga pendidikan Islam.

Dibentuknya Departemen Agama pada tahun 1946 telah ikut membuka

akses madrasah ke pentas nasional, karena memang salah satu tujuan dari

pembentukan Departemen Agama adalah untuk memperjuangkan politik

pendidikan Islam. Hal tersebut dapat dikaji pada kebijakan-kebijakan yang

dibuat Departemen Agama tentang madrasah sampai sekarang.11

10
Halim Soebahar, Op.cit. hlm. 105.
11
Ibid., hlm. 120.

10
Salah satu dari kebijakan tersebut yang mendasar dan cukup

panjang dampaknya, baik positif maupun negatif adalah dibuatnya SKB 3

Menteri. Menindak lanjuti SKB 3 Menteri tersebut dibuatlah SKB 2

Menteri tahun 1984 tentang pembakuan kurikulum. Inti dari kurikulum

madrasah tahun 1984 sama dengan kurikulum sekolah umum, hanya

muatan pendidikan agama lebih banyak dengan catatan tidak mengurangi

porsi pelajaran umum yang ada. Akibatnya, madrasah yang sejak awal

kelahirannya identik dengan lembaga pendidikan Islam dihadapkan pada

sejumlah pilihan yang sulit. Di satu sisi ia harus mempertahankan

pendidikan agama yang menjadi ciri khasnya, di sisi lain ia dituntut untuk

mampu menyelenggarakan pendidikan umum secara baik dan berkualitas

supaya sejajar dengan sekolah-sekolah umum.

Upaya peningkatan kualitas madrasah kemudian diperkuat dengan

lahirnya UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

sama sekali tidak memisahkan antara sekolah umum dengan madrasah

sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Sistem Pendidikan Nasional.

Pada UU No.20 Tahun 2003, dinyatakan bahwa jenis pendidikan

mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi,

keagamaan, dan khusus. Dalam konteks ini, madrasah yang terdiri atas Mi,

MTs, MA adalah sama dengan sekolah yang terdiri atas SD, SMP, SMA,

yaitu keduanya sebagai jenis pendidikan umum. Di sini jelas, bahwa

madrasah adalah jenis pendidikan yang berciri khas agama Islam yang

dikelola oleh Departemen Agama.12


12
Ibid., hlm. 121.

11
E. Implikasi SKB 3 Menteri

Munculnya SKB 3 Menteri tahun 1975 ini membawa dampak

positif bagi pendidikan Islam di Indonesia, khususnya Madrasah. Implikasi

SKB 3 Menteri tersebut, antara lain :

1. Aspek Lembaga

Madrasah yang dianggap sebagai lembaga pendidikan tradisonal

telah berubah dan membuka peluang bagi siswanya unutk memasuki

wilayah pekerjaan pada sektor modern. Lebih dari itu, madrasah juga

telah mendapat pengakuan sebagai bagian dari sistem pendidikan

nasional.

2. Aspek Kurikulum

Karena telah diakui sejajar dengan sekolah umum, maka komposisi

kurikulum madrasah harus sama dengan sekolah-sekolah umum

lainnya.

3. Aspek Siswa

Dalam SKB 3 Menteri ditetapkan bahwa :

a. Ijazah siswa madrasah mempunyai nilai sama dengan ijazah

sekolah umum yang setingkat.

12
b. Siswa madrasah dapat berpinah ke sekolah umum yang

setingkat.

c. Lulusan madrasah apat melanjutkan ke sekolah umum yang

lebih atas.13

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

SKB 3 Menteri Tahun 1975 adalah keputusan 3 Menteri, yaitu Menteri

Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta Menteri Dalam Negeri,

Nomor: 6 Tahun 1975, Nomor: 037/U/1975, dan Nomor:36 Tahun 1975 tentang

Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Madrasah.

13
http://kumpulanberbagaimakalah.blogspot.com/2014/01/makalah-skb-3-menteri-1975.

13
Substansi kebijakan SKB 3 Menteri, Bab 1, mengatur tentang ketentuan

umum. Bab 2, mengatur tentang tujuan peningkatan. Bab 3, mengatur tentang

Bidang-bidang Pendidikan. Bab 4, mengatur tentang pembinaan dan pengawasan

madrasah. Bab 5, mengatur tentang pemberian bantuan pemerintah untuk

madrasah. Bab 6, mengatur tentang anggaran untuk pelaksanaan madrasah.

SKB 3 Mentri pada tahun 1975 yang mensejajarkan level madrasah

dengan sekolah umum. Lembaga pendidikan ini diletakkan pada Madrasah Aliyah

Negeri dengan nama Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK). Calon siswanya

direkrut dari lulusan terbaik di Madrasah Tsanawiyah. Dengan modal siswa

berkemampuan intelektual tinggi dan proses belajar yang dikelola secara khusus,

diharapkan dapat dihasilkan lulusan yang layak menyandang predikat calon

ulama.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Muzayyin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (PT.Bumi Aksara, Jakarta

2014).

Soebahar Halim, Kebijakan Pendidikan Islam Dari Ordonansi Guru Sampai UU

Sisdiknas, (PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013).

Juwaini Jazuli, Revitalisasi Pendidikan Islam, (PT.Bening Indonesia, Bandung,

2011)

14
http://kumpulanberbagaimakalah.blogspot.com/2014/01/makalah-skb-3-menteri-

1975.

http://bahrululummunir.blogspot.co.id/2011/05/skb-3-menteri-tahun-1975-

dan.html?m=1

15

Anda mungkin juga menyukai