Anda di halaman 1dari 19

MAKNA

FILOSOFIS HAJI

Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji


Provinsi Jawa Timur
Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag
Guru Besar UINSA, Trainer Terapi Shalat Bahagia
APA DAN MENGAPA MAKNA
FILOSOFIS HAJI
1. Makna Filosofis adalah pesan spiritual di balik
ibadah lahiriyah; lebih menekankan aspek tasawuf
daripada fiqh, lebih fokus pada isi daripada kulit.
Afala ta’qilun, afala tandhurun?
2. Mengapa perlu? Sebab (a) Hampir 90 % ibadah kita
seremonial belaka, bukan fungsional. Wudu, shalat,
puasa, zakat dan haji kita hanya diukur
keabsahannya dengan kacamata fiqih, (b) Ibadah
dapat merubah pola pikir dan pola hidup menuju
qalbun saliim, jika dilakukan dengan penghayatan
makna filosofis,
3. Kajian filosofis lebih ditekankan pada perspektif
aksiologis, daripada ontologis dan epistemologis.
FILOSOFI PEMBIMBING

Jadilah Matahari
1. Ikhlas (memberi cahaya, tanpa meminta imbalan dan
tidak pilih kasih)
2. Menyinari (siap terbakar untuk menerangi bumi)
3. Menyemangati (menyuburkan tanaman)

Jadilah Teko/Cerek
1. Harus berisi: “Al Faaqidu bis syay-i laa yu’thiihi”
2. Harus lebih atas: pembimbing diharapkan memiliki
pengetahuan yang lebih, mengajarkan hakikat sesuatu,
dan memberi solusi berdasar keilmuan, pengalaman, dan
naluri.
4 KOMPETENSI PEMBIMBING
1. Kompetensi Kepribadian, yaitu beriman dan berakhlak, bersikap
dewasa, dan peduli pada semua orang. Ia menjadi tauladan, dipercaya,
dan disegani.
2. Kompetensi Profesional, yaitu menguasai secara mendalam ajaran
Islam yang disampaikan berdasar Al Qur’an dan hadis, menguasai
disiplin beberapa ilmu yang terkait, dan mampu mengembangkan
materi bimbingan secara kreatif.
3. Kompetensi Komunikatif, yaitu kemampuan memahami orang dari
segi psikologi, sosiologi, dan intelektualitasnya. Juga memiliki keahlian
dan keterampilan dalam persiapan, penyajian dan evaluasi
pembimbingan, serta keterampilan memilih pesan, metode, dan media
modern dan pemanfaatannya.
4. Kompetensi Sosial, yaitu kemampuan bergaul dengan orang secara
efektif, menyenangkan, bersikap empati dan inklusif, tidak
membedakan latarbelakang etnis, sosial dan Pendidikan orang.
TRANSFER MAKNA FILOSOFIS
HAJI
 Bismillah, siap jadi pembimbing?! Pahami dan
hayati dulu makna filosofis haji sebelum
menyampaikannya kepada jamaah haji, sehingga
komunikasi dari hati sampai ke hati. Bukan dari
mulut ke telinga.
 Ingat pedoman, “at ta’rif qablat takliif” agar para
jamaah haji semakin semangat menjalankan ritual
haji.
 Raihlah kepercayaan mereka kepada Anda dengan
akhlakul karimah, olah vokal, dan olah visual
Anda. Nabi pernah tidak mendapat respon orang,
karena lupa memberi contoh
SUPRA RASIONAL HAJI

1. Setiap agama memiliki dimensi ajaran rasional dan


supra rasional.
2. Supra rasional bersifat subyektif
3. Thawaf, sai, cium hajar aswad, lempar jumrah,
pakaian ihram, dsb bersifat supra rasional, hanya bisa
didekati dengan iman dan ketundukan.
4. Kitab Al Qur’an dibuka dengan perintah mengimani
Islam (QS. Al Baqarah [2]: 4), dan di dalamnya berisi
larangan mencaci agama lain (QS. Al An’am [6]: 108).
FILOSOFI HAJI (1)

1. Kongres muslim sedunia secara off-line, bukan on-


line: interaksi mazhab, budaya, ekonomi, sosial, dan
politik.
2. Miniatur aneka budaya muslim sedunia dengan plus
minusnya.
3. Praktikum kesabaran, empati, dan itsar
(mengutamakan orang lain) (QS. Al Hasyr [59]: 9)
4. Peningkatan pengetahuan dan pengalaman
keagamaan dengan otak kanan melalui situs sejarah.
5. Komunikasi ruhiyah Ibrahim: viral dan global (QS. Al
Hajj [22]: 27)
6. Pengembangan pariwisata untuk ekonomi negara
FILOSOFI HAJI (2)

 Ekonomi negara tidak bisa hanya mengandalkan SDA,


tapi juga pariwisata. Contoh: Jamaah tabligh
Bangladesh, Mount Everest, Menara Evel Prancis, wisata
budaya dan reliji
 Diperlukan courtesy tourism. Ibrahim teladan
penyambutan tamu (abud dhayfan)
 Sepuluh negara paling ramah wisatawan: Eslandia (6,8),
Selandia Baru (6,8), Maroko (6,7), Macedonia (6,7),
Austria (6,7), Senegal (6,7), Portugal (6,6), Bosnia dan
Herzegovina (6,6), Irlandia (6,6), dan Burkina Faso
(6,6).
IBRAHIM a.s, TOKOH
SENTRAL HAJI
1. Khalilullah (QS. An Nisa’ [04]: 125)
2. Bapak semua nabi (QS. Al Haj [22]: 78)
3. Keimanan berbasis kecerdasan intelektual menuju
kecerdasan spiritual: mencari tuhan melalui
bintang, bulan dan matahari (QS. Al An’am [6]: 75-79)
dan ingin tahu cara Allah menghidupkan orang mati
(QS.2: 260). Berulah ia berkata, aslamtu li rabbil
‘alamin (QS. Al Baqarah [2]:131)
4. Meraih keimanan (ulul albab) bisa dari rasio ke rasa,
atau rasa ke rasio, atau kombinasi (QS. Ali Imran [3]:
190-191)
KEPRIBADIAN DAN DOA
IBRAHIM A.S
1. Pribadi (a) labbaik, (b) dialogis (QS.As Shaffat
[37]: 102) (c) pengurbanan ke-aku-an dan
kepemilikan untuk penyembahan
2. 7 Doa Ibrahim:
QS. As Syu’ara’ [26]: 82-89: (1) hikmah, (2)
kaharuman nama, (3) penghuni surga, (4)
ampunan orang tua, (5) mulia di akhirat.
QS. Ibrahim [14]: 40-41: (6) penegak shalat dan
bermental baja (QS. Ibrahim [14]: 37).
QS. Ibrahim [14]:35; QS. Al Baqarah [2]: 126: (7)
nasionalis religius: negara yang iman, aman,
dan nyaman
THAWAF
1. 70.000 malaikat di baitul ma’mur menyertai thawaf (QS. At Thur [52]: 4)
2. Thawaf bersama putaran bulan dan bumi (QS. Yasin [36]: 38-40),
sekaligus pengakuan kesetaraan dengan alam.
3. Merenungi siklus hidup (QS. Yasin [36]: 68; QS. Al Baqarah [2]: 28),
sebagaimana isyarat Gerakan shalat: sujud-bangkit-sujud-bangkit.
4. Hitungan tujuh: 7 langit (QS. Al Mulk [67]: 3), 7 hari, dan 7 ayat Al
Fatihah (QS.15: 68) = tunduk, sujud, dan zikir sepanjang waktu, dan 7
pintu neraka (QS.15: 87).
5. Menyerap energi semangat kenabian (124.000 nabi, 313 rasul, 100
dibunuh Yahudi, 99 wafat sujud di sekitar ka’bah)
6. Berlatih lebih fokus doa untuk akhirat daripada duniawi (QS. Al Baqarah
[2]: 200-201)
SA’I DAN TAHALLUL
1. “No pain, no gain.” Hajar: mukminah yang gigih, tegar,
mandiri. Juga peran besar wanita terhadap suami dan anak
(QS. Ibrahim [14]: 37), dan Maryam (QS. Maryam [19]: 25)
2. “If you do not succeed, try, try, and try again”
3. Bijak memilih: kapan harus berjalan dan kapan harus berlari
dalam kehidupan.
4. Ismail: simbol generasi mulia, tangguh dan mandiri.
5. Lakukan shafa (kesucian) untuk meraih marwah (kemuliaan)
6. Cukur atau gundul: (a) pembersihan kotoran isi kepala. Usap
kepala dalam wudu (b) jangan remehkan masalah kecil
PAKAIAN IHRAM
DAN TALBIYAH
1. Kesetaraan manusia
2. Mengingat kematian
3. Pelapasan atribut duniawi
4. Buka topeng
5. Harumkan akhlak, bukan fisik
6. Talbiyah: penonjolan hak Allah daripada hak diri sendiri
7. Muslim labbaik
8. Bicara hanya jika perlu dan bermutu
9. Rahmatan lil alamin bukan la’natan lil alamin kepada manusia,
hewan dan lingkungan.
WUKUF ARAFAH
1. Miniatur padang mahsyar (QS. Al Mulk [67]: 24). Berjuang
meraih payung arasy: sab’atun yudhilluhumullahu
2. Vacum duniawi untuk charging ruhani: takhalli:
pengosongan, tahalli: pengisian, dan tajalli: penampakan
4. Adam dan Hawa: Rabbanaa dhalamna (QS. Al A’raf [7]:23)
5. Tekad menjadi pribadi arif. Ibnu ‘Athaillah,
‫ ﻓﻜﻴﻒ ﻻ ﻳﺴﺘﺤﲕ ان ﻳﺮﻓﻌﻬﺎ‬،‫رﲟﺎ اﺳﺘﺤﻴﺎ اﻟﻌﺎرف ان ﻳﺮﻓﻊ ﺣﺎﺟﺘﻪ اﱃ ﻣﻮﻻﻩ ﻻﻛﺘﻔﺎﺋﻪ ﲟﺸﻴﺌﺘﻪ‬
‫اﱃ ﺧﻠﻴﻘﺘﻪ‬
“Orang arif malu meminta kepada Tuhannya, karena
puas dengan keagungan kehendak-Nya. Maka, ia
lebih malu meminta kepada makhluk-Nya”
MABIT MUZDALIFAH / MINA/LEMPAR
JUMRAH (1)
1. Setelah pengakuan dosa (‘arafah), harus ada tekad lebih
dekat (muzdalifah) kepada Allah, dan menjauh dari
setan.
2. Lawanlah setan ketika memulai (ula), melakukan
(wustha), dan sesudah melakukan (aqabah) perintah
agama. Siapkan strategi dan senjata yang tepat.
3. Siapkan semua pekerjaan dengan matang
4. Dua jenis setan: gaib dan nyata
5. Lemparkan sejauh-jauhnya sifat-sifat buruk Anda
MABIT MUZDALIFAH /
MINA/LEMPAR JUMRAH (2)
6. Setan fokus penyesatan, tak pandang bulu,
waktu, dan tempat (Makkah), sedangkan
manusia tidak fokus.
7. Setiap kebaikan melewati tantangan
8. Melawan setan tidak cukup dengan doa
9. Takbir, simbol optimisme mengalahkan setan (QS.
An Nisa’ [4]: 76)
MADINAH DAN RAUDHAH
1. Piagam Madinah untuk dunia modern dan beradab.
2. Dekat Nabi: (a) penguatan cinta rasul, bersamanya
sampai ke surga (QS. An Nisa’ [4]: 69), (b)
penyemangatan istighfar (QS. An Nisa’ [4]: 64)
3. Raudlah: perubahan dari muslim abu-abu menjadi
muslim putih (ustuwanah at taubah) (QS. At Taubah 102,
atau “Hidup masih koma, belum titik.” (QS. Al Ahqaf [46]:
17)
Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag, Lmg, 09-06-57 (7 anak, 10 cucu),
Ponpes Ihyaul Ulum Gresik, Gubes UINSA, Imam tarawih/
penceramah/ trainer Terapi Shalat Bahagia di Afrika, Amerika Serikat,
Kanada, dan Eropa. Penulis buku (1) Terapi Shalat Bahagia, (2) Hidup
Masih Koma, Belum Titik, (3) Bersiul di Tengah Badai, (4) Tafhim Surat
Yasin, Penyemangat Kehidupan, Penikmat Kematian (5) Airmata Cordoba, (6)
Doa Keluarga Bahagia (7) Sukses Belajar Melalui Terapi Shalat, (8) Ilmu
Dakwah (9) Public Speaking, Gaya dan Teknik Pidato, (10) Kitabul Kakbah
(11) Introspkesi Melalui Burdah Al Busyiri, (12) Teknik Khutbah Jum’at
Komunikatif (13) MTQ: Mengenal Tuntas Alquran, (14) Nabiku Masih
Hidup di San Fransisco (15) Terapi Waswas (16) Zikir Tauhid Afirmatif (17)
Pasangan Berbintang, Mengukur Skor Kesalehan Suami dan Istri. Rumah:
Siwalankerto Tengah 66 Surabaya, Mobile: 08121656570, Email:
malzis@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai