Jakaria
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Indraprasta PGRI Jakarta Jl. Raya Tengah No.80, Jakarta Timur 13760
jakaria13okto@gmail.com
ABSTRAK
Sarapan adalah suatu aktivitas mengkonsumsi asupan dalam rentang waktu setelah bangun tidur hingga
jam 9 pagi. Mahasiswa merupakan remaja akhir yang memiliki usia rentang 18-23 tahun, mahasiswa
diketahui memiliki aktivitas yang banyak, hal ini kerap kali membuat mahasiswa menjadi salah satu yang
sering tidak melakukan sarapan. Penelitian ini dilakukan di Universitas Indraprasta PGRI pada mahasiswa
Program Studi Pendidikan Biologi kelas Y5B pada bulan Januari 2023, dengan menggunakan desain
penelitian Cross Sectional Study. Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling dengan total
jumlah sampel 37 responden. Didapat persentase sebesar 54% berstatus gizi normal, lalu 32% responden
status gizi kurus, 5% responden status gizi sangat kurus dan Overweight, dan 3% obesitas. 84%
responden memiliki kebiasaan sarapan sebelum pukul 9 dalam seminggu, dan 16% responden tidak
memiliki kebiasaan sarapan sebelum jam 9. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna (p-value > 0,05). Berdasarkan hasil penelitian , didapat bahwa mayoritas responden
memiliki status gizi normal, responden memiliki kebiasaan sarapan dibawah jam 9, namun mayoritas
kebiasaan sarapan responden menunjukkan bahwa responden jarang sarapan pagi dengan frekuensi 3-4
kali seminggu. Berdasarkan hasil analisa menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara
variabel Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Status Gizi Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Kelas Y5B (p-
value (0,8527>0,05).
ABSTRACT
Breakfast is an activity of consuming intake in the time range after waking up to 9 in the morning.
Students are late adolescents who have an age range of 18-23 years, students are known to have a lot of
activities, this often makes students one of those who often don't have breakfast. This research was
conducted at Indraprasta University PGRI on Y5B class Biology Education Study Program students in
January 2023, using a Cross Sectional Study research design. Sampling by purposive sampling method
with a total sample of 37 respondents. Obtained a percentage of 54% with normal nutritional status, then
32% of respondents with thin nutritional status, 5% of respondents with very thin and overweight
nutritional status, and 3% were obese. 84% of respondents have a habit of having breakfast before 9
o'clock in a week, and 16% of respondents do not have a habit of having breakfast before 9 o'clock. The
results showed that there was no significant relationship (p-value > 0.05). Based on the results of the
study, it was found that the majority of respondents had normal nutritional status, respondents had a habit
of having breakfast under 9 o'clock, but the majority of respondents' breakfast habits showed that
respondents rarely had breakfast with a frequency of 3-4 times a week. Based on the results of the
analysis showed that there was no significant relationship between the breakfast habit variable and the
nutritional status of Y5B Biology Education Study Program students (p-value 0.8527> 0.05).
Mahasiswa merupakan remaja akhir energi dan perut kosong tidak ada
yang memiliki usia rentang 18-23 tahun, asupan makanan sehingga belajar
menjadi tidak fokus. Hasil penelitian melihat status gizi seseorang, dapat
Faida (2021) yang dilakukan pada menentukan apakah dia kekurangan
mahasiswa di STIKes Persada Nabire atau kelebihan dalam hal konsumsi
bahwa mahasiswa memiliki kebiasaan makanan. Pola kebiasaan makan perlu
tidak sarapan dengan frekuensi 56%. dijaga agar mendapatkan status gizi
yang baik, salah satunya dengan
Sarapan berperan dalam pemenuhan
menjaga kebiasaan sarapan dipagi hari.
gizi seseorang, jika melewatkan sarapan
Soekirman (dalam Pratami, 2016)
akan berpengaruh pada jumlah asupan
menyebut Penyebab langsung terjadinya
makan berikutnya. Banyak orang
masalah gizi baik gizi lebih maupun gizi
menyebut bahwa tidak sarapan akan
kurang adalah ketidakseimbangan
membantu diet, namun justru jika tidak
antara asupan makanan dengan
sarapan akan berpengaruh pada
kebutuhan tubuh serta adanya penyakit
meningkatnya kebutuhan asupan pada
infeksi. Hal ini yang menjadi kendala
makan berikutnya. Orang gemuk yang
sebagai mahasiswa dalam menjalankan
melewatkan sarapan lebih lapar siang
kebiasaan ini, seperti karena kesiangan
dan malam daripada orang yang sarapan
sehingga tidak sempat sarapan, lalu bisa
karena pengeluaran energi meningkat
karena tidak tersedianya sarapan, atau
saat sarapan dilewatkan. Mereka makan
karena malas masak dan lebih memilih
lebih banyak di siang dan malam hari.
menunggu untuk makan jajanan diluar.
Ketakutan akan kenaikan berat badan
juga kerap dijadikan alasan untuk Latar belakang inilah yang mendorong
melewatkan sarapan. Kebiasaan untuk melakukan penelitian tentang
melewatkan sarapan secara permanen Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan
mengurangi penyerapan dan Status Gizi Mahasiswa Kelas Y5B
ketidakseimbangan nutrisi (Putra, Prodi Pendidikan Biologi Universitas
2018). Hal ini mengakibatkan asupan Indraprasta PGRI, yang dimana kelas
gizi tidak seimbang dan akan Y5B didominasi oleh mahasiswa yang
berpengaruh pada status gizi seseorang. kuliah sambil bekerja, dengan melihat
status gizi nya dan kebiasaan
Status gizi adalah kondisi tubuh
sarapannya semoga dapat menemukan
seseorang yang dihitung dari Tinggi
hubungan akan kebiasaan sarapan ini.
Badan dan Berat Badan nya. Dengan
METODE PENELITIAN piliihan (1. Ya, 2. Tidak) dan
Penelitian ini dilakukan di Universitas pertanyaan ke 2 mengenai seberapa
Indraprasta PGRI pada mahasiswa sering responden sarapan, responden
Program Studi Pendidikan Biologi kelas akan menjawab dengan 4 pilihan
Y5B pada bulan Januari 2023, dengan jawaban (1. Sesekali, 2. Jarang, 3.
menggunakan desain penelitian Cross Rutin, 4. Setiap hari).
Sectional Study. Dalam mengambil
Data yang yang digunakan pada
sampel dengan metode purposive
penelitian ini adalah data primer dari
sampling dengan populasi penelitian ini
hasil kuesioner, kemudian diolah
yaitu seluruh mahasiswa kelas Y5B
melalui tahapan editing, coding,
dengan total jumlah sampel 37
processing, dan cleaning dengan
responden.
program Ms. Excel. Dan dibuatkan
Pengambilan data dengan menggunakan kedalam penyajiam bentuk tabel dan
kuesioner yang akan di isi oleh diagram. Analisis hubungan antara
responden dengan variabel yang kebiasaan sarapan dengan status gizi
diperlukan yaitu Karakteristik responden menggunakan Chi-Kuadrat
Responden, Status Gizi Responden, dan dengan melihat jika pvalue < 0,05 maka
Kebiasaan Sarapan Responden. Pada ditarik kesimpulan bahwa Kebiasaan
bagian karakteristik responden, diisi Sarapan memiliki hubungan dengan
dengan biodata responden mulai dari Status Gizi, dan jika p-value > 0,05
umur, alamat, nilai ipk, uang saku, dan berarti tidak ada hubungan.
dan jenis kelamin responden. Pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
status gizi responden akan mengisi
Gambaran Umum dan Karakteristik
tinggi badan (TB) dan berat badan (BB)
Responden
responden untuk menentukan Indeks Penelitian dilakukan di Universitas
Masa Tubuh dan Status Gizi responden. Indraprasta PGRI Jakarta Timur,
Pada Kebiasaan Sarapan, responden dengan fokus penelitian terhadap
akan menjawab 2 pertanyaan mengenai mahasiswa Program Studi Pendidikan
kebiasaan sarapannya, yang pertama Biologi, Fakultas MIPA, kelas Y5B
yaitu mengenai Apakah responden biasa Angkatan 2020. Jumlah sampel dalam
sarapan sebelum pukul 9 atau tidak, penelitian ini 37 responden, dari data
responden akan menjawab dengan 2 persentase responden berjenis kelamin
perempuan lebih banyak sebesar 73% Status Gizi Responden
dengan frekuensi 27 responden, Berdasarkan data yang didapatkan,
sedangkan berjenis kelamin laki-laki diketahui bahwa responden yang
sebesar 27% dengan frekuensi 10 memiliki status gizi normal cukup
responden. Usia responden di rentang dominan, yaitu dengan persentase
19-35 tahun, didapat mayoritas berusia sebesar 54% yang berstatus gizi normal
22 tahun dengan persentase 30% dengan frekuensi 20 responden, lalu
dengan frekuensi 11 responden, lalu 32% responden memiliki status gizi
berusia 20 dan 21 tahun dengan masing- kurus dengan frekuensi 12 responden,
masing persentase 14% dengan 5% responden memiliki status gizi
frekuensi masing-masing 5 responden, sangat kurus dan Overweight dengan
dan berusia 23 dan 24 tahun dengan frekuensi masing-masing 2 responden,
persentase sebesar 11% dan frekuensi dan 3% obesitas dengan frekuensi 1
sebanyak 4 responden pada masin- responden.
masing usia, lalu sisanya yang berusia Tabel 2. Status Gizi Responden
19 dan 28-35 tahun masing-masing
dengan persentase 3% dan frekuensi STATUS JENIS KELAMIN Persentase
Jumlah
GIZI Laki- %
sebanyak 1 responden. Untuk lebih Perempuan
Laki
detailnya disajikan dalam bentuk tabel <17,0 1 1 2 5%
<18,5 6 6 12 32%
berikut. 18,5-
19 1 20
Tabel 1. Karakteristik responden 24,9 54%
>25,0 1 1 2 5%
Karakteristik >30,0 1 0 1 3%
responden jenis Jumlah TOTAL 37 100%
kelamin
Laki-Laki 10 27%
Perempuan 27 73% Asupan nutrisi dari makanan yang
TOTAL 37 100% dimakan akan menentukan status gizi,
USIA
19 tahun 1 3% mulai dari kebiasaan sarapan pagi, pola
20 tahun 5 14%
makan, dan jenis makanan yang di
21 tahun 5 14%
22 tahun 11 30% konsumsi itu akan sangat menentukan
23 tahun 4 11%
24 tahun 4 11% status gizi seseorang. Berdasarkan hasil
28 tahun 1 3% penelitian diatas didapat bahwa
29 tahun 1 3%
32 tahun 1 3% mahasiswa kelas Y5B mayoritas
33 tahun 1 3% memiliki status gizi yang normal
34 tahun 1 3%
35 tahun 2 5%
TOTAL 37 100%
sedangkan yang memiliki status gizi berat badan, tinggi badan, jenis kelamin
lebih dan kurang sangat sedikit. Hal ini serta umur responden.
menunjukkan bahwa mahasiswa kelas
Asupan gizi dan nutrisi yang tidak
Y5B memiliki kebiasaan dan pola
seimbang akan menimbulkan masalah
makan yang baik.
pada status gizi seseorang berupa
Pada hasil penelitian Putra (2018)
kurang dan kelebihan.
didapatkan sebanyak 57 responden
(74%) memiliki status gizi normal. Kebiasaan Sarapan Responden
Namun 15 responden (19%) mengalami Berdasarkan data yang dikumpulkan,
masalah gizi buruk, proporsi status gizi didapatkan hasil berikut
kegemukan pada 2 responden (3%)
hampir sama dengan status gizi obesitas Diagram 1. Kebiasaan sarapan
84% 2
berstatus gizi normal dan hanya 1,1%
yang sangat kurus dan 22,1% yang
2. Jika Ya, seberapa rutin saudari
kurus. Beberapa responden mengalami sarapan?
Overweight yaitu 34,9%, hanya 7% 1
16%
24% 2
yang cenderung ke arah status gizi 6% 3
normal, namun tidak ada yang obesitas. 54% 4
bentuk tubuh. Berbeda dengan yang seminggu, dan 16% responden tidak
3% yang mengalami obesitas. Status jam 9, hal ini mungkin ada faktor lain
gizi responden dianalisis dari seperti telat bangun, tidak ada waktu
antropometri responden berupa data dari untuk sarapan atau tidak tersedianya
sarapan. Dan pada pertanyaan kedua
didapatkan data bahwa 16% responden akan berpengaruh pada status gizi,
sarapan hanya 1-2 kali seminggu, 54% karena jika tidak sarapan pagi atau
responden sarapan hanya 3-4 kali melewatkan waktu sarapan pagi akan
seminggu, 6% responden sarapan hanya membuat tubuh kita menjadi obes
5-6 kali seminggu, dan 24% responden karena kita akan merasa lapar pada
rutin sarapan setiap hari. Kebiasaan siang dan malam hari nya sehingga
sarapan dibilang rutin jika jumlah dalam menambah asupan makanan lebih besar
seminggunya 5-6 kali, sedangkan dan hal ini tentunya akan berdampak
berdasarkan data yang didapat pada status gizi.
mahasiswa Y5B memiliki kebiasaan
Penelitian yang telah dilakukan oleh
sarapan dengan jumlah 3-4 kali
Putra (2018) di Universitas Ngudi
seminggu yang berarti sebagian besar
Waluyo mendapatkan data bahwa 56%
jarang sarapan pagi, hal ini mungkin
responden jarang sarapan dan 44%
karena tidak memiliki waktu yang
sering sarapan. Sedangkan hasil
cukup karena harus berangkat kerja atau
penelitian yang dilakukan oleh Lestari
ke kampus lebih awal. Namun jika
(2022) diSTIKES PERTAMEDIKA
dianalisis bahwa kebiasaan sarapan
JAKARTA didapatkan bahwa
mahasiswa Y5B mendekati ke rutin
persentase responden yang memiliki
dengan persentase sarapan setiap hari
kebiasaan sarapan yaitu 68,4% dengan
24% lebih besar dibanding sesekali 16%
frekuensi 121 responden sedangkan
maka dapat dikatakan memiliki
yang tidak memiliki kebiasaan sarapan
kebiasaan sarapan yang cukup baik.
yaitu 31,6% dengan frekuensi 56
Sarapan sangat penting untuk responden. Hasil ini mungkin hanya
menjalankan aktivitas sehari-hari berdasarkan dari penilaian berdasarkan
mengingat durasi tidur yang cukup kebiasaan sarapan saja, dan jika di
panjang dengan tidak adanya asupan bandingkan juga dengan latar
nutrisi yang masuk ke tubuh kita selama karakteristik responden mungkin akan
tidur, maka dari itu penting untuk mendapatkan faktor yang menjadi
sarapan agar mengembalikan nutrisi dan pengaruh dalam kebiasaan sarapan
energi bagi tubuh agar mampu responden.
beraktivitas. Selain itu sarapan juga
Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi
tidak terjadi kekurangan ataupun Puspitasari, Dyah Intan, and Ayik Rahmani.
kelebihan status gizi. "Gambaran kebiasaan sarapan dan
status gizi mahasiswa gizi dan non-
gizi Universitas Muhammadiyah
DAFTAR PUSTAKA Surakarta." Media Publikasi
A'ini, Zakiah Fithah, and Zuhana Realita Promosi Kesehatan Indonesia
Alfy. "Pola Konsumsi Pangan Dan (MPPKI) 1.2 (2018): 46-51.
Status Gizi Mahasiswa Di Universitas
Indraprasta PGRI Pada Fakultas Putra, Alman, et al. "Kebiasaan Sarapan
MIPA." Simposium Nasional pada Mahasiswa Aktif." HIGEIA
Ilmiah & Call for Paper Unindra (Journal of Public Health Research
(Simponi) 1.1 (2019). and Development) 2.4 (2018): 577-
586.
Al-Faida, Nur. "Pengaruh Kebiasaan
Sarapan Terhadap Konsentrasi
Belajar Mahasiswa Stikes Persada
Nabire Provinsi Papua." Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat 17.2
(2021): 81-86.