Kiprah Gus Dur terkait agama dan kebudayaan yakni, Gus Dur pernah
menjadi ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), dan juga pernah
menjadi wakil khatib Suriyah PBNU. Berikutnya, Gus Dur juga Pernah menjadi
Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Juri Festifal Film Indonesia, dan sebagai
ketua Forum Demokrasi.
A. Riwayat Hidup
dengan sebutan Gus Dur karena lahir di lingkungan pesantren, sebutan Gus
1
Kamarudin Salleh, “Gus Dur dan Pemikiran Liberalisme”, (Ar-Raniry International Journal of
Islamic Studies, Vol 1, No 2, Desember, 2014), hlm. 260.
1
Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ibunya, Hj. Sholehah yang merupakan putri
KH. Bisri Syansuri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, Kakeknya Gus Dur
dari sanad ibunya adalah Rais „Aam di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(PBNU) sebagai pengganti posisi KH. Wahab Chasbullah. Pada tahun 1949,
ayahanda Gus Dur diangkat sebagai kepala Menteri Agama pertama, sehingga
di kediaman baru Wahid Hasyim. Sehingga, hal itu dapat menjadi sebuah
Menurut ibundanya, sejak kecil, Gus Dur sudah terlihat tanda atau
garis hidup yang berbeda dari anak yang seusianya, dan terlihat memiliki
Ulama (NU). Kemudian, pada pertengahan tahun 1953 sekitar bulan April,
mobil, akan tetapi, pada saat ditengah perjalanan, di sepanjang jalan antara
Cimahi dan Bandung, hujan turun begitu deras dan mengakibatkan jalanan
18
Greg Barton, Biografi Gus Dur, (Yogyakarta, Lkis, 2002), hlm. 39.
18
Dur masih selamat. Kecelakaan terjadi pada siang hari, namun Gus Dur hanya
bisa menunggui ayahnya ditepi jalan dengan kondisi yang tidak berdaya
sampai ambulan itu datang menjemput pada sore dini hari. Gus Dur tetap
dalam kondisi tenang walaupun tengah terguncang oleh kecelakaan yang baru
saja menimpanya.3
sebuah perpustakaan umum di Jakarta. Sejak usia remaja, Gus Dur sudah
akrab dengan berbagai majalah, surat kabar, novel, serta buku-buku yang bisa
Gus Dur suka bermain bola, catur, musik dan menonton bioskop. Dan masa-
awal dimana pengembangan ilmu pengetahuan yang diserap Gus Dur semakin
Mesir, pamannya Gus Dur telah melamarkan seorang gadis untuk menjadi
19
Ibid., hlm. 44.
19
putri dari Haji Muh Sakur, dan menurut kabar yang terlintas, bahwa
Masa kecil Gus Dur diajari mengaji dan membaca Al-qur‟an oleh
kakeknya yaitu, KH Hasyim Asy‟ari, dan pada saat usia mencapai lima tahun
Gus Dur sudah pandai membaca Alqur‟an. Semenjak Gus Dur ikut dengan
ayahnya berpindah ke Jakarta, disana Gus Dur tidak hanya belajar secara
formal di sebuah sekolah umum, namun Gus Dur juga mengikuti kursus
bahasa Belanda. Guru kursusnya berasal dari negara Jerman yang kebetulan
belajar. Maka, dari sinilah awal mula Gus Dur bersentuhan dengan dunia
barat, pada akhirny Gus Dur mulai tertarik sekaligus mencintai genre musik
klasik.5
Setelah kelulusannya dari sekolah dasar pada tahun 1953, Gus Dur
4
Pahrurroji M. Bukhori, Membebaskan Agama Dari Negara; Pemikiiran Abdurrahman Wahid
dan ‘Ali ‘abd ar-Raziq, (Bantul, Pondok Edukasi, 2003), hlm. 62.
5
Greg Barton, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, (Jakarta, Paramadina, 1999), hlm. 326.
20
Gereja Katolik Roma. Sekolah tersebut banyak menggunakan kurikulum yang
sekuler, dan dari sekolah tersebutlah Gus Dur pertama kalinya belajar bahasa
Inggris. Karena Gus Dur merasa kurang leluasa aktifitasnya selama berada
dalam dunia pesantren, sehingga Gus Dur meminta pindah ke kota dan
menetap di rumah Haji Junaedi yang merupakan salah seorang pimpinan lokal
kesehariannya, setelah shalat subuh Gus Dur berangkat untuk mengaji kepada
KH. Maksum Krapyak. Pada siang harinya, Gus Dur sekolah di SMEP,
kemudian saat malam hari Gus Dur ikut berdiskusi dengan Haji Junaedi dan
Pada saat Gus Dur menjadi siswa sekolah lanjutan pertama, dalam
Dur di dorong oleh gurunya untuk mendalami bahasa inggris. Sehingga, dalam
waktu dekat Gus Dur telah banyak menghabiskan buku yang berbahasa
William Fulkner, dan beberapa karya milik Johan Huizinga, Andre Malraux,
Ortega Y. Gasset, serta beberapa karya dari Rusia yakni: Pushkin, Tolstoy,
Dostoevsky dan Mikhail Sholokov, dan karya yang berjudul The Story of
Civilization karyanya Will Durrant yang dibaca hingga tuntas oleh Gus Dur.
Untuk meningkatkan belajar bahasa Inggris-nya, Gus Dur tidak hanya sebatas
22
Ibid., hlm. 326.
21
menggali sebuah informasi-informasi dari mancanegara dan aktif
mendengarkan siaran radio Voice of America dan BBC London. Saat seorang
(SMEP) mengetahui Gus Dur sangat pandai dalam bahasa Inggris, maka
Done, dan pada saat yang sama, Gus Dur yang masih menginjak usia remaja
ini telah mengenal Das Kapital Karl Marx, filsafatnya Plato, Thales dan
seterusnya, maka wajar jika wawasan Gus Dur sangat luas dari anak-anak
oleh KH. Chudhari yang merupakan sosok kiai humanis, saleh serta guru yang
dicintainya. Gus Dur pun dikenalkan dengan ritual-ritual sufi yang mistik
dengan bimbingan kiainya, dari situlah kemudian Gus Dur sering melakukan
Pada saat di Pesantren, Gus Dur tidak pernah lupa untuk membawa
buku-buku bacaannya. Tidak hanya itu saja Gus Dur pun mulai menunjukkan
kemampuannya dalam hal berbicara dan rasa humor yang membuat santri
seorang Gus Dur pada saat acara imtihan yang diselenggarakan sebelum bulan
7
Greg Barton, Biografi Gus Dur (Yogyakarta, Lkis, 2002), hlm. 56.
22
puasa ramadhan. Acara tersebut bertujuan untuk menyambut kelulusan atau
salam perpisahan para santriwan dan santriwati yang telah selesai menempuh
pendidikan. Gus Dur mengadakan Acara Imtihannya lain dari pada yang lain,
maksudnya tidak nampak terlalu formal dan kaku, akan tetapi dibuatnya
termasuk kategori hiburan yang tabu dan dianggap tidak penting, namun hal
semacam itu ada dan terjadi di Pesantren Tegalrejo atas ide yang wujudkan
oleh Gus Dur. Setelah menghabiskan waktunya selama dua tahun di Pesantren
Pesantren Tambak Beras hingga pada saat Gus Dur masih berusia 20 tahun-an,
di Tambak Beras Gus Dur menjadi ustad sekaligus menjadi ketua keamanan di
Pesantren milik pamannya yaitu KH. Abdul Fatah. Saat usianya 22 tahun, Gus
tidak dapat langsung masuk kuliah di Universitas Al-Azhar, akan tetapi harus
persiapan. Hingga akhirnya Gus Dur merasa bosan belajar disekolah yang
8
Ibid., hlm. 51, 53, 59.
23
harus mengulang-ulang matapelajaran yang sudah pernah ditempuhnya waktu
Gus Dur pada saat tinggal di Mesir, karena negara Mesir tengah berada
cukup baik pada waktu itu. Sekitar tahun 1966 Gus Dur pindah ke Negara
Irak, tak lain merupakan negara modern dan mempunyai peradaban Islam
yang cukup maju, di Irak Gus Dur masuk dalam Departemen of Religion di
Universitas Baghdad sampai tahun 1970. Pada saat di Baghdad, Gus Dur
dengan buku-buku dari karya sarjana Orientalis Barat, dan merupakan suatu
kegiatan yang intensif untuk membaca hampir secara keseluruhan buku yang
ada di perpustakaan. 9
9
Ibid., hlm. 87-94.
24
Diluar kegiatan kampus, Gus Dur sangat antusias sekali untuk
mengunjungi kuburan keramat para wali seperti: Syekh Abdul Qadir Jaelani,
pendiri jama‟ah Tharekat Qadiriyah, dan Gus Dur pun banyak mendalami
yang banyak di ikuti oleh jama‟ah NU. Dengan demikian, Gus Dur
Universitas-Universitas Lain.10
selama berada diperantauan, dalam sebulan, Gus Dur dua kali pergi menuju
pelabuhan untuk bekerja sebagai cleaning service kapal tanker dan Gus Dur
27
Greg Barton, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, (Jakarta, Paramadina, 1999), hlm. 328.
25
perjalanan studinya berakhir pada tahun 1971, ketika kembali ke-Jawa dan
karirnya.11
Semangat belajar Gus Dur tidak pernah surut, pada tahun 1979 Gus
gelar Doktor, namun maksud baik tersebut tidak bisa dipenuhi oleh Gus Dur.
Banyak diantara berbagai promotor sudah tidak sanggup untuk membujuk dan
menganggap bahwa Gus Dur tidak begitu membutuhkan gelar tersebut. Akan
tetapi, tidak sedikit pula para calon doctor dari negara Australia meminta
kepada Gus Dur untuk mengoreksi dan membimbing disertasi untuk sampai
B. Perjalanan Karir
ke Jombang dan memilih untuk menjadi Guru pada Tahun 1971, kemudian
Jombang. Tiga tahun berjalan kemudian Gus Dur menjadi seorang penulis
Ireng. Gagasan pemikiran Gus Dur banyak dituangkan pada tulisan tersebut
dan mendapat banyak perhatian dari Djohan Efendi merupakan itelektual yang
terkemuka pada masanya, Efendi menilai bahwa Gus Dur ialah seorang yang
11
Greg Barton, Biografi Gus Dur (Yogyakarta, LKiS, 2002), hlm. 112.
12
Greg Barton, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, (Jakarta, Paramadina, 1999), hlm. 327.
26
cerdas yang mampu mencerna sebuah pemikiran yang dibacanya, lalu
bermula dari sinilah Gus Dur sering diundang menjadi narasumber pada
di luar Negeri, lebih lanjut Gus Dur mulai terlibat dalam kegiatan LSM
pertama yaitu di LP3ES bersama Dawam Raharjo, As‟ab Mahasin dan Adi
Dur mendirikan P3M yang dimotori langsung oleh LP3ES. Pada tahun 1979
Gus Dur mulai berpindah ke Jakarta, mulanya Gus Dur mulai merintis sebuah
Pesantren di Ciganjur, dan pada awal tahun 1980 Gus Dur dipercaya untuk
menjadi wakil katib Syuriah PBNU, dari sini terlibatnya Gus Dur dalam suatu
diskusi yang serius mengenai permasalahan Agama, Sosial, dan Politik dan
dengan berbagai kalangan lintas Agama, suku dan disiplin yang berbeda-
beda.14
13
Ibid., hlm. 328.
14
Greg Barton, Biografi Gus Dur, (Yogyakarta, Lkis, 2003), hlm. 114.
27
tokoh Agama sekaligus pengurus PBNU, sampai mengundang hujatan pada
saat Gus Dur menjadi ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada tahun 1983,
sekaligus menjadi ketua juri dalam Festival Film Indonesia (FFI) pada tahun
1986 dan 1987. Gus Dur pun secara aklamasi dipilih oleh tim ahl all wa al-
‘aqdi pada tahun 1984 yang diketuai KH. As‟ad Syamsul Arifin, untuk
menjadi ketua PBNU pada muktamar ke-27 di Situbondo, dan pada muktamar
yang ke-28 yang bertempat di Pesantren Krapyak Yogyakarta pada tahun 1989
Masa baktinya sebagai ketua umum PBNU dilepaskan pada saat Gus
Dur naik untuk menjabat Presiden RI ke-4, walaupun sudah menjadi Presiden
ciri khas yang nyeleneh dari seorang Gus Dur tidak hilang, malah semakin
dirasakan oleh warga Nahdliyin saja. Perjalanan yang panjang dalam karir Gus
Dur yang perlu dituangkan ialah Gus Dur menjadi ketua Forum Demokrasi
Dari uraian tentang riwayat hidup hingga karir Gus Dur tersebut,
15
Saidiman, Gus Dur Di Mata Dunia, (Islamlib.com, 2012), hlm. 1.
16
Ibid., hlm. 2.
28
kehidupannya, karena Gus Dur bertemu dengan Bermacam-macam orang
yang mempunyai latar belakang budaya, ideology, strata sosial dan pemikiran
yang berbeda-beda. Gus Dur banyak melintasi berbagai perjalanan hidup yang
Kebudayaan Timur yang santun, tertutup sampai pada Kebudayaan Barat yang
Pemikiran Gus Dur dalam hal agama diperoleh dari dunia pesantren,
lembaga inilah yang kemudian membentuk sebuah karakter yang penuh etik,
koservatif sampai pada pemikiran yang liberal dan radikal sekalipun. Pada sisi
luput dalam membentuk sebuah karakter pemikiran Gus Dur seperti kisah
tentang KH. Ali Ma‟shum Krapyak, Kiai Fatah Tmbak beras dan Kiai Chudari
17
Ibid., hlm. 3.
29
2. Pergulatan dengan dunia Timur yang terbuka dan keras.
sekuler.
Dengan demikian, tampaknya berpengaruh bagi kepribadian Gus Dur serta dapat
membentuk sinergitas, hal inilah yang kemudian sosok Gus Dur terlihat sangat
dinamis dan sangat sulit untuk dipahami karena kedalaman berfikirnya begitu
mendalam. Pada sisi lain, Gus Dur menjadi seorang politisi dan pejuang Hak
Asasi Manusia (HAM) bisa dikatakan langka, karena bisa melakukan pembedaan
secara jernih terhadap posisinya untuk tetap membela hak-hak minoritas yang
mungkin tidak menguntungkan secara politis, akan tetapi dapat memberikan suatu
masyarakat.18
34
Ibid., hlm. 3.
30