Anda di halaman 1dari 3

Resume Jurnal

Tugas Mata kuliah Kewarganegaraan


Dosen Pengampu: Khotibul Umam, M.Kes

Disusun Oleh:

Nama : PIUS BINTANG TIRTANA

NIM : 431221008

Kelas : PDB-A61
Judul DEMOKRASI INDONESIA: DARI MASA KE MASA
Jurnal Media Neliti
Tahun 2020
Penulis Evi Purnamawati
Sumber https://media.neliti.com/media/publications/73273-ID-
demokrasiindonesia-dari-masa-ke-masa.pdf
Peresume PIUS BINTANG TIRTANA
Tanggal 35 Oktober 2022
Problem Sulitnya mencari arti demokrasi yang sesungguhnya di Indonesia
Penelitian walaupun telah beberapakali mengganti sistem demokrasi baik masa
orde lama, baru, hingga reformasi
Hipotesis Peneliti menyatakan bahwa demokrasi Indonesia hingga kini masih
abuabu dan belum menemukan titik terang walau telah berganti
kepemimpinan selama 7 kali terurtama puncak demokrasi yang
berlangsung 5 tahun sekali masih belum menjawab apa demokrasi yang
baik di Indonesia
Cakupan Penelitian bertujuan untuk mengkaji mengapa sampai sekarang
Penelitian penerapan sistem demokrasi di Indonesia masih sulit dan bahkan belum
bisa menjawab kebutuhan demokrasi yang final
Metode Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan
Penelitian analisis yang bersifat subjektif
Isi dan Demokrasi menjadi salah satu kata yang sering diucapkan oleh
Pembahasan masyarakat maupun pemerintah di Indonesia. Demokrasi mengacu pada
sebuah bagaimana sebuah negara menjadikan suara masyarakat atau
rakyat sebagai acuan utama dalam membangun negeri. Seringkali kita
sadari bahwa demokrasi mulai hilang karena pengaruh pemerintahan
yang menjauhi hak-hak masyarakat. Tiap tahun tiap negara merasakan
bahwa negara mereka butuh sosok pelopor demokrasi. Indonesia
menjadi salah satu negara yang menjadikan demokrasi sebagai falsafah
dalam membangun bangsa. Dalam sejarahnya, Bangsa Indonesia telah
menggunakan banyak macam demokrasi. Ada 3 kali perubahan bentuk
demokrasi di Indonesia. Demokrasi liberal, demokrasi parlementer, dan
demokrasi Pancasila. Namun berbagai varian demokrasi ini gagal
memberikan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang
benarbenar berbasis pada nilai-nilai dan kaidah demokrasi dalam arti
yang sebenar-benarnya. Hingga saat ini, Indonesia masih belum
menemukan

demokrasi terbaik bagi bangsa yang dapat mensejahterakan masyarakat


secara universal. Baik masa orde lama, baru, dan reformasi, belum
cukup untuk memenuhi kemauan bangsa menjadi negara demokrasi
yang baik. Demokrasi yang dibawa oleh Ir.Soekarno malah menjadi
paradoks bagi negara. Beberapa aturan yang dibuat selama 3 demokrasi
tersebut malah menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak
mempunyai arah. Contoh saja demokrasi terpimpin. Demokrasi
terpimpin menurut Ir. Soekarno adalah ciri khas dari Bangsa Indonesia.
Padahal secara kenyataan, demokrasi terpimpin kala itu malah
menjadikan Bangsa Indonesia serasa di pimpin oleh komunisme dan
sosialisme. Karena pada dasarnya sistem demokrasi terpimpin adalah
satu komando atau terpusat pada 1 pemimpin. Bung Karno selaku
Presiden bahkan memperagakan pemerintahan diktator dengan
membubarkan Konstituante, PSI, dan Masyumi serta meminggirkan
lawanlawan politiknya yang kritis. Kekuasaan otoriter yang anti
demokrasi pada masa Orde Lama itu akhirnya tumbang pada tahun
1965. Munculnya orde baru ang dipimpin oleh Presiden Soeharto
menjadi awal baru demokrasi di Indonesia. Beberapa kebijakan
pemerintah orde baru di nilai sedikit aneh oleh banyak masyarakat.
Apalagi terbitnya peraturan yang mengatakan bahwa presiden dapat
dipilih kembali walau telah menjabat 2 periode. Alhasil orde baru tidak
memiliki presiden lain selain Soeharto yang memimpin selama 32 tahun.
Selain kebijakan demokrasi yang mulai terasa aneh, beberapa kebijakan
politik seperti mengurangi jumlah partai politik yang beredar juga
menjadi salah satu kebijakan kontroversial dan jauh dari kata demokrasi.
Jatuhnya orde baru menandakan bahwa selama ini Indonesia masih
mencari-cari demokrasi yang sesungguhnya. Pada masa reformasi,
Aspinall (2004) mengatakan bahwa Indonesia sedang mengalami saat
yang demokratis. Inisiatif politik yang dimotori oleh Amien Rais
mendorong reformasi terus bergulir. Reformasi yang gegap gempita
tersebut memberikan secercah harapan akan munculnya tata kehidupan
yang benar-benar demokratis, yang ditandai dengan booming munculnya
banyak parpol baru, kebebasan berserikat, kemerdekaan berpendapat,
kebebasan pers, dan sebagainya. Ada tiga alasan munculnya optimisme
semacam ini (Aspinall, 2004), yaitu: (1) Meluasnya antusiasme terhadap
reformasi; (2) Kedalaman krisis ekonomi yang dipercaya berakar pada
korupsi dan kurangnya pertanggung jawaban yang meresapi sistem
politik, sehingga reformasi demokratis diyakini merupakan solusi; (3)
Perpecahan di kalangan elite politik yang berkuasa. Sifat reformasi yang
terlalu percaya akan kebangkitan demokrasi dieranya, membuat
beberapa masyarakat yakin dan cukup percaya. Namun kejadian
pelengseran Gus Dur oleh Megawati dan Amien Rais kala itu menjadi
awal jatuhnya reformasi. Reformasi yang berlandas demokrasi menjadi
mulai hilang karena adanya permainan jabatan. Semua dilakukan demi
jabatan. Hingga saat ini, demokrasi masih sulit diterapkan apalagi
dimasa-masa pemilu. Salah satu bentuk demokrasi yang sangat terlihat
dan diikuti oleh masyarakat Indonesia adalah pemilu. Tiap orde dan
reformasi memiliki cara pemilu yang berbeda. Namun pada masa
kepemimpinan Megawati, beliau membuat pemilu yang terbilang
berbeda dan adil. Namun,
ikhtikad baik beliau malah menjadi boomerang manakala kegagalannya
menjadi presiden untuk kedua kalinya. 2004 menjadi awal perubahan
ego bangsa dan kegilaan jabatan mengulang sejarah kelam orde lama
dan baru. Padahal Pemilu 2004 dan Pilkada secara langsung itulah masa
depan politik Indonesia dipertaruhkan. Jika kita sadari, setiap adanya
tahun pemilu di Indonesia, maka muncul sebuah paradoks baru dan
opini yang menggiring pada perpecahan hanya karena perbedaan yang
berada di kalangan masyarakat. Di balik semua perdebatan teoretik
tentang demokrasi, juga di balik semua tuntunan bagi demokratisasi
negeri ini yang datang dari segenap penjuru, tampaknya tak cukup
muncul suatu kesadaran mendasar bahwa demokrasi sebenarnya adalah
sebuah proses yang seharusnya berjalan sejak tingkat individual, dan
bukan semata-mata sebuah proses besar kelembagaan yang kasat mata.
Semboyan seorang demokrat adalah "aku mungkin tak setuju dengan
pendapatmu, tapi aku akan mati-matian berjuang agar kau bisa
menyuarakan pendapat itu". Semboyan inilah yang tak pernah bisa
hadir dalam masyarakat kita. Jika esensi demokrasi pada tingkat
individual ini bisa diinternalisasi oleh setiap aktor dan komunitis politik,
maka upaya-upaya penegakan demokrasi pada arus struktural maupun
kultural akan lebih menemukan persemaian subur. Sudah siapkah kita
semua ke arah itu? Wallahu alam bishawab.
Kesimpulan Dalam proses pencarian jati diri demokrasi Indonesia, Indonesia telah
beberapa kali mencari dengan pemilu dan perubahan UU. Beberapa
kebijakan yang mencetuskan kepemihakan pada demokrasi tertinggi
masih belum bisa terealisasi secara penuh. Terutama efek besar pada
setiap pemilu yang seharusnya demokrasi malah menunjukkan identitas
kepentingan golongan dan kecurangan suara rakyat
Keunggulan Peneliti menyajikan informasi secara terperinci dan sistematis serta
membahas dari berbagai perspektif sehingga memudahkan pembaca
untuk memahami maksud dari penelitian
Kekurangan Masih terdapat beberapa kata yang salah ketik dan tidak sesuai dengan
EYD serta ada beberapa statement yang perlu ditelaah kembali

Anda mungkin juga menyukai