hidup manusia pada abad pertengahan dan zaman modern
sebagai berikut:
“Masyarakat Barat dalam Abad Pertengahan
ditandai oleh religiositas tinggi serta gaya hidup yang terarah kepada “dunia akhirat” (Jenseitigkeit), kesemuanya tidak lain karena pengaruh dominasi oleh pandangan dunia dari agama Kristen Romawi. Zaman Modern di dunia Barat lebih terarah kepada pandangan hidup “duniawi” dan “masa kini” (diesseitigkeit) dengan etosnya yang lebih duniawi atau sekuler pula.” Gaya hidup manusia pada abad pertengahan dan zaman modern mempunyai perbedaan dalam pandangan religioritasnya sebagai berikut:
“Masyarakat Barat dalam Abad Pertengahan
ditandai oleh religiositas tinggi serta gaya hidup yang terarah kepada “dunia akhirat” (Jenseitigkeit), kesemuanya tidak lain karena pengaruh dominasi oleh pandangan dunia dari agama Kristen Romawi. Zaman Modern di dunia Barat lebih terarah kepada pandangan hidup “duniawi” dan “masa kini” (diesseitigkeit) dengan etosnya yang lebih duniawi atau sekuler pula” (Kartodirdjo, 1990:vii). Menurut Kartodirdjo (1990:vii) menjelaskan gaya hidup manusia pada abad pertengahan dan zaman modern sebagai berikut:
“Masyarakat Barat dalam Abad Pertengahan
ditandai oleh religiositas tinggi serta gaya hidup yang terarah kepada “dunia akhirat” (Jenseitigkeit), kesemuanya tidak lain karena pengaruh dominasi oleh pandangan dunia dari agama Kristen Romawi. Zaman Modern di dunia Barat lebih terarah kepada pandangan hidup “duniawi” dan “masa kini” (diesseitigkeit) dengan etosnya yang lebih duniawi atau sekuler pula.” Dalam buku yang berjudul Ungkapan-Ungkapan Filsafat Sejarah Barat dan Timur, Kartodirdjo (1990:vii) gaya hidup manusia pada abad pertengahan dan zaman modern mempunyai perbedaan dalam pandangan religioritasnya sebagai berikut:
“Masyarakat Barat dalam Abad Pertengahan
ditandai oleh religiositas tinggi serta gaya hidup yang terarah kepada “dunia akhirat” (Jenseitigkeit), kesemuanya tidak lain karena pengaruh dominasi oleh pandangan dunia dari agama Kristen Romawi. Zaman Modern di dunia Barat lebih terarah kepada pandangan hidup “duniawi” dan “masa kini” (diesseitigkeit) dengan etosnya yang lebih duniawi atau sekuler pula” (Kartodirdjo, 1990:vii). Masalah pengkafiran disebabkan penafsiran yang sekehendak hati yang berakibat perpecahan umat beragama atau kepercayaan seperti yang diungkapkan Langgulung dalam Tamburaka (1999:211) sebagai berikut:
“…Setiap sekte menafsirkan ayat-ayat sekehendak
hatinya, kemudian menyangka bahwa hanya itulah yang betul, oleh sebab itu ia mengkafirkan sekte- sekte yang lain. Semakin banyak generasi semakin banyak juga bilangan sekte-sekte itu, bertambah sengit perdebatan dan semakin berpecahlah umat.” Tamburaka (1999:52) berbicara tentang hakikat teori sejarah sebagai berikut “Hakikat teori sejarah adalah suatu gerak yang tumbuh dan berkembang secara evolusi, karena menggambarkan peristiwa masa lampau secara kronologis.” A. Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian B. Teori Gerak dan Aliran Sejarah C. Teori Sejarah Persebaran Kebudayaan D. Pandangan/Teori Sejarah
teori sejarah dalam empat bidang, yaitu: 1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian 2. Teori Gerak dan Aliran Sejarah 3. Teori Sejarah Persebaran Kebudayaan 4. Pandangan/Teori Sejarah
Tamburaka (1999:48-78) menjelaskan pembahasan
teori-teori sejarah dalam empat bidang, yaitu: 1) Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian; 2) Teori Gerak dan Aliran Sejarah; 3) Teori Sejarah Persebaran Kebudayaan; 4) Pandangan/Teori Sejarah.